• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agama dan KebutuhanManusia terhadap Agam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Agama dan KebutuhanManusia terhadap Agam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seorang manusia pasti membutuhkan suatu pegangan yang kuat, yang bisa mengantarkannya pada satu tujuan, yang membawanya ke jalan lurus. Pegangan yang dimaksud tersebut adalah agama.

Agama dapat dijadikan pedoman bagi manusia dalam melaksanakan sesuatu. Dengan dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam agama, keteraturan dan kedamaian hidup pun dapat dicapai oleh manusia.

Agama sangatlah penting bagi kita. Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia. Agama akan memelihara manusia dari penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi jernih halus dan suci. Di samping itu, agama juga merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda muslim dalam menghadapi berbagai aliran sesat.

Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertaqwa, salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

(2)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian agama?

2. Apa saja karateristik yang ada dalam agama?

3. Apa latar belakang manusia membutuhkan agama? C. Tujuan Penulisan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penulis menyusun makalah ini dengan tujuan untuk :

1. Dapat memahami pengertian agama.

2. Mampu menyebutkan dan menjelaskan karakteristik agama.

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Agama

Secara sederhana, pengertian agama dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut kebahasaan (etimologis) dan sudut istilah (terminologis). Dalam masyarakat Indonesia, kata agama lebih dikenal dengan sebutan din yang berasala dari bahasa Arab.1

Kata din berarti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Pengertian ini sejalan dengan kandungan agama yang didalamnya terdapat hukum dan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh penganut agama yang bersangkutan. Agama juga secara lebih lanjut menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankna ajaran-ajaran agama.

Kata agama juga berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau.2 Jadi agama berarti tidak

kacau, atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu.

Agama juga sering dikaitkan dengan kata religi yang berasal dari bahasa Latin yaitu relegere3 yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Namun menurut pendapat lain, kata religi berasal dari kata religare yang berarti mengikat.

Secara terminologi, para ahli berbeda-beda pendapat mengungkapkan pengertian dari agama. Kata agama memang sulit untuk didifinisikan yang menurut Mukti Ali, hal ini disebabkan karena tiga alasan. Pertama, karena pengalaman agama berhubungan dengan batin, subjektif, dan sangat individualis. Kedua, karena orang cenderung bersemangat dan emosional ketika berbicara masalah agama, sehingga setiap

1 Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), Hal.9

2 http://imfran-imfranpurba.blogspot.com/2012/04/pengertian-agama-secara-umum.html

(4)

pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat, jadi kata agama sulit didefinisikan. Ketiga, konsep tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memeberikan definisi tersebut.4

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubung an dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.5

Adapun pengertian agama yang dikemukakan oleh para ahli yaitu sebagai berikut:6

1. Menurut Elizabet K. Nottingham, agama adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah. 2. Menurut Emile Durkheim, agama adalah pantulan dari adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi; 2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia; 3) Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia serta mempengaruhi perbuatan manusia; 4) Kepercayaan terhadap suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu; 5) Suatu system tingkah

4 Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam,… Hal.8

5 kbbi.web.id/agama

(5)

laku yang berasal dari kekuatan gaib; 6) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib; 7) Pemuajaan terhadap kekuatan gaib ynag timbul dari perasaan lemah dan takut terhadap kekuata misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia; 8)

B. Karakteristik dan Aspek yang Terkandung dalam Agama

Definisi agama yang telah diuraikan di atas memberikan kita gambaran tentang karakteristik dan aspek-aspek yang etrkandung dalam agama. Adapun karakteristik agama yaitu sebagai berikut:

1. Adanya kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib ini dapat berbentuk apa saja, seperti benda-benda yang memilki kekuatan misterius, ruh, dewa-dewa, dan Tuhan atau Allah lebih khususnya dalam islam.

2. Adanya kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.

3. Adanya respon emosional dari manusia. Respon ini dapat berupa rasa takut atau perasaan cinta terhadap agama.

(6)

Ada lima aspek yang terkandung dalam agama antara lain:7

1. Aspek asal-usul, yaitu asal dari suatu agama seperti ada yang dari Tuhan dan ada yang dari pemikiran manusia.

2. Aspek tujuan, yaitu memberikan tuntunan hidup agar bahagia di dunia dan akhirat.

3. Aspek ruang lingku kepercayaan, seperti keyakinan akan kekuatan gaib.

4. Aspek pemasyarakatan, yaitu agam disampaikan secara turun temurun dan diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

5. Aspek sumbernya, yaitu kitab suci masing masing agama.

C. Latar Belakang Manusia Memerlukan Agama ini juga terlukiskan dalam Al-Quran pada surah Al-A’raf ayat 172 yang berbunyi:





























































 



7 Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam,… Hal.15-16

8 Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam,… Hal.16

(7)



















Artinya:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Kebutuhan seseorang terhadap agama merupakan intuisi yang diletakkan Allah swt. dalam lubuk hati terdalam di dalam diri manusia.10

Bukti lain dari manusia secara fitrahnya membutuhkan agama yaitu pada bukti-bukti historis dan antropologis. Bukti ini menunjukkan bahwa manusia primitive zaman dahulu percaya akan adanya Tuhan walaupu hanya terbatas pada daya khayal. Mengenai hal ini Abbas Mahmoud Al-Akkad mengatakan bahwa dongeng atau mitos merupakan asal usul agama bagi orang-orang primitif.11 Hal ini ditunjukkan dengan adanya kepercayaan

animisme, dinamisme, politeisme, dan totemisme. Kenyataan ini menunjukkan behwa manusia memiliki potensi untuk bertuhan. Namun, karena potensi itu tidak diarahkan, maka mengambil bentuk bermacam-macam yang keadaanya serba relatif. Pada keadaan inilah para nabi diutus untuk menginformasikan kepada mereka bahwa Tuhan yang mereka cari itu adalah Allah swt. Untuk itu, jika seseorang yang ingin mendapatkan keagamaan yang benar haruslah melalui bantuan para nabi. Kepada mereka

10Sayyid Mujtaba Musawi al-Lari,Teologi Islam Syiah, (Jakarta: Al-Huda, 2005), Hal. 10

(8)

itu para nabi menginformasikan bahwa Tuhan yang menciptakan mereka dan yang wajib disembah adalah Allah swt. Dengan demikian, sebutan Allah bagi Tuhan bukan hasil khayalan manusia, dan bukan pula hasil seminar, penelitian, ataupun lainnya, melainkan Tuhan itu sendiri yang menyampaikannya melalui para nabi-Nya.

Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama karena dalam diri manusia sudah ada naluri, intuisi, dan potensi untuk beragama.

2. Faktor Kelemahan Manusia

Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan manusia juga memiliki kekurangan. Dalam pandangan al-Qur’an, manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan sempurna, namun diperoleh pula manusia berpotensi positif dan negatif, sedangkan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada kebaikan.

Sifat-sifat yang cenderung kepada keburukan yang ada pada manusia antara lain berlaku zhalim (aniaya), dalam keadaan susah payah (fikabad) suka melampaui batas (anid), sombong (kubbar), ingkar dan sebagainya. Karena itu manusia dituntut untuk menjaga kesuciaannya, hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesuciannya dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama dan disinilah letak kebutuhan manusia terhadap agama.12

3. Faktor Tantangan Manusia

Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang dating dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan tantangan dari luar berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia dengan sengaja ingin memalingkan manusia dari Tuhan.

Upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Jadi upaya mengagamakan masyarakat menjadi

(9)

sangat penting, agar masyarakat mampu menghadapi tantangan baik dari luar maupun dari dalam.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

(10)

unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respons emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut. 2. Ada beberapa alasan yang melatar belakangi manusia untuk memiliki agama

diantaranya karena agama merupakan sumber moral, karena agama merupakan petunjuk kebenaran, karena manusia tidak mempunyai jawaban yang pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan alam semesta, karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, dan karena manusia memiliki kelemahan dan ketidak berdayaan.

3. Secara umum agama berfungsi untuk member pandangan dunia kepada manusia, memberi jawaban pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia, memberi rasa kekuatan kepada suatu kelompok dan memainkan fungsi peran social.

4. Kebutuhan manusia terhadap agama dapat dilihat melalui hal-hal berikut:  Fitrah manusia, fitrah tersebut adalah potensi dalam diri manusia untuk

beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan, dan pengembangan, dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.

 Kelemahan dan kekurangan manusia, adanya kekurang dan kelemahan ini membuat manusia membutuhkan suatu tuntunan yang benar dan melalui agama itulah tuntunan tersebut datang.

 Tantangan manusia, hal ini ditunjukkan dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam (nafsu dan setan) maupun dari luar dirinya (sesama manusia yang mengajak untuk berpaling dari Tuhan).

5. Saran

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Lari, Sayyid Mujtaba Musawi. 2005. Teologi Islam Syiah. Jakarta: Al-Huda.

http://imfran-imfranpurba.blogspot.com/2012/04/pengertian-agama-secara-umum.html

http://sultonimubin.blogspot.com/2012/09/al-araf-ayat-171-180-dan-terjemah.html

kbbi.web.id/agama

Nata, Abuddin. 2012. Metodelogi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti melakukan penelitian kecil melalui pilot study yang disebarkan kepada 30 orang karyawan non dosen Universitas Telkom Bandung berdasarkan teori Van den Hooft & Ridder

Guru sebaiknya berupaya menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai alat indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima

Penelitian ini menitikberatkan pada perkembangan permainan anak usia prasekolah dari dua media permainan, yaitu digital dan analog dengan menggunakan metode

Gejala klinis yang ditunjukkan udang vaname (L. vannamei) sampel dan udang vaname (L. vannamei) yang diinfeksi oleh 5 bakteri berbeda pada uji Postulat Koch mengakibatkan gejala

Pada tahun 2015 penerimaan pada pos lain-lain pendapatan yang sah mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding tahun 2014, hal ini disebabkan karena kenaikan yang

Penelitian yang berjudul “Analisis Anomali Suhu Permukaan dan Kerapatan Vegetasi Berdasarkan Citra Satelit Landsat 8 untuk Pemetaan Potensi Panas Bumi di Wilayah Kerja Panas

Beberapa buah yang matang dari spesies tumbuhan memiliki biji yang terdapat tunas embrio di dalamnya, dengan ukuran lebih kecil dari bijinya. Embrio sangat kecil serta dapat

(2) Tarif jasa layanan di bidang inseminasi buatan dan manajemen peternakan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam kontrak kerja sama