• Tidak ada hasil yang ditemukan

AJARAN AGAMA BARU NAMANYA KORUPSI jaya a

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AJARAN AGAMA BARU NAMANYA KORUPSI jaya a"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

AJARAN AGAMA BARU, NAMANYA KORUPSI Jaya Arjuna

Pendahuluan

Sejak di bangku sekolah dasar, kita sudah diajarkan bahwa agama adalah aturan untuk tidak membuat hidup bercerai berai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia, dan manusia serta lingkungannya. Agama itu merupakan kebutuhan bagi manusia. Bagaimanapun kekuatan dan kekuasaan yang dimilikinya, pada ketika tertentu manusia mengakui bahkan membutuhkan sesuatu yang jauh lebih berkuasa dari dirinya. Fir’aun yang merasa dan meminta pengakuan rakyatnya bahwa dirinya adalah Tuhan, pada akhir hayat terpaksa harus mengakui bahwa ada sesuatu yang sebenarnya lebih berkuasa atas dirinya.

Sebagai pengatur agar tidak bercerai berai, manusia secara sadar menerima syarat bahwa dalam hidupnya perlu ada aturan. Manusia menerima dengan rela aturan yang disebutnya sebagai agama. Alam bawah sadarnya kadangkala masih memiliki keraguan apakah yang diyakini sebagai pengatur hidupnya itu memang memiliki nilai kebenaran. Kekurang-yakinan itulah yang membuat manusia mengalami pasang surut dalam menjalankan perintah yang dituntut agamanya. Kadangkala bahkan muncul sebagai perlawanan dengan mencari kebenaran dengan ajaran yang lain. Keyakinan itulah yang membuat klasifikasi ada penganut taat dan ada yang kadang kadang taat atau bahkan khianat.

Tingkat ketaatan seorang penganut agama sangat ditentukan oleh jalur dia menerima ajaran agama. Ada yang menerima ajaran agama secara warisan dan patuh dengan warisan yang diterimanya. Tidak ada upaya untuk meningkatkan kualitas keimanan, pemahaman apalagi klarifikasi terhadap kebenaran agama yang diwarisinya. Mereka beragama secara tradisional. Kalau dia menerima ajaran agama yang sesuai dengan ajaran aslinya, maka jadilah dia penganut yang baik dan membuat kebaikan bagi orang lain. Ada yang beragama karena terpaksa atau karena tuntutan lingkungannnya. Penganut ini hanya akan patuh pada sesuatu yang dirasanya akan memberi keuntungan pada dirinya. Agama baginya hanyalah pakaian yang membuat dirinya lebih indah atau cantik untuk dipandang dalam pergaulan. Di kalangan yang taat dia akan jadi orang alim, di kalangan pendosa dia juga akan baur secara total. Tidak ada ketaatan terhadap ajaran. Bagi penganut ini, agama bersifat transaksional.

(2)

yang dianutnya. Ada yang menerima agama menggunakan saringan hati dan akal. Sekali akalnya menerima dan hatinya merasa bahwa itulah pilihan terbaik baginya, maka dia akan jadi pengikut yang taat. Selain masalah akal dan perasaan, keberagamaan seseorang juga akan ditentukan dengan kebutuhannya bersosialisasi terhadap sesama penganut. Dia akan memperkokoh hubungannya dengan Tuhan melalui keharmonisan hubungan dengan sesama manusia. Rasa toleransi dan rasa kebersamaan dapat menjadikanya sebagai elemen kuat dalam sebuah gerakan keberagamaan. Dia dapat bertindak sebagai pemimpin, atau bahkan sebagai pengikut yang memberi energi atau bahkan menularkan energi yang kuat bagi pengikut lainnya.

Agama dan beragama di Indonesia

Sebagai negara kepulauan dan banyak terpapar dengan budaya luar, wajar bila masyarakat Nusantara menampung dan mengenal banyak ajaran agama. Agama di Nusantara dimulai dengan kepercayaan yang merupakan hasil pencarian manusia melengkapi perasaan dan pemikiran dengan sesuatu yang di luar dirinya. Ada ajaran kepercayaan yang diramu berdasarkan kebutuhan bersama dengan alam di sekitarnya. Ajaran ini ditentukan oleh kualitas dan kapasitas pemukanya dan ketaatan penganutnya. Dari luar wilayah Nusantara, diperkenalkan agama yang datang dalam rentang waktu panjang dan menyebar sesuai dengan tema kedatangan pembawanya. Umumnya datang melalui misi perdagangan. Agama Hindu, Buddha, Islam, Kristen Protestan dan Katolik mulai menebar penganut. Ada ajaran agama yang diterima dan dianut serta dijalankan masyarakat secara utuh dan sesuai sumber, dan ada pula yang diserap, berkembang dan bahkan dikembangkan melalui proses percampuran atau perpaduan. Sikap toleransi masyarakat Nusantara yang tinggi, menyebabkan ada ajaran agama yang dijalankan secara murni dan ada yang terpaksa disesuaikan atau menyesuaikan dengan kepercayaayn yang sudah berkembang. Setelah bernama Indonesia, pemerintah mengakui enam agama resmi (tahun 2000 Konghucu diakui sebagai agama resmi keenam di Indonesia), walau tak mengingkari bahwa ajaran keyakinan seperti aliran kepercayaan kepada Tuhan yang Esa masih ada pengikutnya. Entah kepercayaan atau agama Parmalim di Sumatera dan Kejawen di Jawa juga memiliki penganut yang taat menjalankan ritual ajaran yang dianutnya.

(3)

kepemimpinan seorang guru agama itu sangat ditentukan oleh motivasi dan rekam jejak geraknya sebagai sebagai pemimpin.

Keberagamaan seseorang di Indonesia itu merupakan phenomena yang menarik untuk dicermati. Seorang pemimpin agama atau guru agama itu mendapat tempat yang sangat tinggi di hati umatnya. Sekali pengikutnya yakin, maka apapun petuahnya akan diikuti. Kepengikutan tanpa reserve itulah yang juga membuat ajaran sesat berkembang dengan pesat di Indonesia. Pengikutnya akan bertambah dengan cepat bila si pemimpin “agama” memiliki ilmu yang di luar kemampuan orang biasa. Ilmu bela diri, kebal, atau menyembuhkan dan bahkan juga ilmu membuat orang sakit, baik yang bisa dibuktikan langsung maupun hanya sekedar cerita beredar di kalangan pengikutnya akan menentukan posisi pemimpin atau guru di kalangan pengikutnya. Suatu hal yang sulit diterima akal sehat adalah kefanatikan pengikut terhadap ajaran yang diyakininya sebagai agama anutan. Kasus Syi’ah sebagai ajaran dan kefanatikan pemimpin dan pengikutnya merupakan kasus yang sangat menarik untuk dikaji, karena ada reaksi sangat keras dari masyarakat di sekitarnya. Jadilah kasus ini muncul dalam berbagai judul. Ada judul mayoritas dan minoratias, ada judul aliran sesat dan juga ada judul tentang diksriminasi dan pelanggaran HAM. Bahkan demokrasi juga akhirnya terbawa rendong dalam konflik ini.

Syi’ah yang diakui pengikutnya sebagai aliran dalam beragama dinyatakan menyalahi dengan ajaran agama Islam yang diakui resmi Negara. Pemimpinnya dan pengikutnya dicap secagai pemimpin ajaran agama sesat. Agama yang diajarkannya dianggap melanggar hukum dan harus bertobat. Syi’ah dinyatakan bukan Islam dan tidak dibenarkan menyebut dirinya sebagai penganut agama Islam. Banyak perbedaan kepercayaan dan ritual yang dijalankan ternyata tidak sesuai dengan hukum Islam. Walaupun punya pengikut yang cukup dan fanatik, ternyata Syi’ah merasa lebih nyaman berlindung dalam kelompok agama Islam, sehingga tidak mau keluar dan membuat agama nama lain atas kepercayaan yang dianutnya. Perang pengkafiran terus berlangsung karena ada pengikut fanatik agama Islam yang merasa menumpas ajaran sesat atas nama agama Islam adalah ibadah dengan imbalan syahid.

(4)

Korupsi sebagai Agama Baru

Phenomena amat menarik adalah ajaran baru yang jelas merugikan masyarakat dan menyalahi peraturan perundang-undangan. Ajaran ini punya kepercayaan yang secara tidak tertulis diamalkan penganut ajarranya serta diakui kemempanannya oleh pengikut agama lain. Ajaram ini punya pengikut yang taat, punya kitab ajaran, punya ritual yang dijalankan pengikutnya dan punya hari besar ritual. Ajaran ini punya jaringan yang sangat kuat dan tak terkalahkan bahkan oleh hukum positif di negeri ini. Pengikut ajaran ini punya komitmen dan nilai juang kelompok yang sangat kuat. Hasil ibadahnya mempengaruhi seluruh sektor kehidupan bangsa. Walaupun seluruh bangsa sudah sepakat ajaran ini telah menghancurkan seluruh sendi kehidupan masyarakat, pemimpin dan pengikutnya masih tetap dihormati. Ajaran ini sudah lama dibangun dan merebak di seantero republik. Itulah Korupsi.

Pengikut agama korupsi percaya dan yakin bahwa uang dan kekuasaan adalah yang maha kuasa. Ajaran korupsi dianut pada seluruh wilayah beredarnya uang dan kekuasaan. Ada pemimpin korupsi baik ditinjau dari volume yang dikorupsinya maupun dari perannya dalam proses ibadah korupsi Ada pemimpin sebagai pelaksana langsung, ada pengatur dan ada yang hanya menerima imbalan terima bersih. Ritual ajaran korupsi tampaknya memahami benar berbagai peraturan perundang-undangan, sehingga perilaku pengikutnya sebagian besar terlindungi. Jaringan perilaku korupsi yang jelas melawan Undang Undang membuat korupsi di satu sektor akan dilindungi oleh pelaku sektor lain dengan peran yang berbeda tetapi tetap ada transaksi korupsi untuk peran perlindungan yanag diberinya. Penganut taat ibadah korupsi di satu sektor pembangunan bekerjasama dengan penganut taat korupsi dari sektor penegakkan hukum. Contohnya adalah adanya kesepakatan melakukan pemeriksaan hanya melalui pembuktian administrasi, tidak perlu pengujian fisik. Bila ada temuan kesalahan administrasi, ibadah lain bisa membebaskan pelaku. Tentu saja tergantung bahagian dari kitab dan pasal mana yang akan digunakan. Bisa memberatkan atau bisa meringankan dan bahkan membebaskan.

(5)

Masyarakat Indonesia hanya bisa ribut dan ribut dalam taraf permainan kata. Tidak ada gerakan yang mengejar pemimpin dan pengikut serta membasmi ajaran korupsi seperti mengumbar ajaran agama sesat. Beberapa pejuang yang dilepas ke medan perang dengan harapan besar bisa membasmi korupsi, bahkan tersungkur bertekuk lutut jadi penganut setia. Penegak hukum dengan kekuasaan tertinggi di negara ini justru jadi penganut taat dalam level yang cukup tinggi. Lembaga tertinggi resmi bahkan mati kuyu untuk memberantasnya, sampai akhirnya ketahuan bahwa kelompok mereka juga telah menjadi pengikut setia dalam keimanan maupun ibadah. Lembaga maupun kelompok penentang lain ada yang cari selamat sembari menikmati dengan pemahaman lebih baik diam dan tidak ada tindakan. Harapan demi harapan, pejuang demi pejuang, medan pertempuran demi medan pertempuran dibangun, semuanya seakan tidak memberi hasil. Kalah. Pelaku korupsi tetap dihormati. Berduyun-duyun pengikut, simpatisan bahkan orang yang ditugaskan membasminyapun secara langsung atau tidak langsung, terbuka atau sembunyi-sembunyi seakan membantu dan mendukung penyelamatan pelaku korupsi dan keberlanjutan perilaku korupsi.

Membasmi korupsi yang sudah jadi “agama” bukan mudah. Pengikutnya sudah menemukan kedamaian dan ketentraman serta kenikmatan dalam melaksanakan ajaran dan ibadahnya secara perorangan maupun berjaringan. Ritual korupsi berlangung setiap saat. Korupsi bisa terjadi dari pagi hingga pagi harinya lagi. Tidak ada waktu dan batas perilaku tertentu. Mulai dari pengurusan KTP hingga surat keterangan miskin. Mulai dari proyek kecil hingga komisi proyek besar. Ibadah korupsi tidak membutuhkan rumah ibadah. Dimanapun bisa berlangsung. Ruang kantor, lapangan golf, hotel mewah, dalam negeri maupun luar negeri, adalah rumah ibadah sebagai tempat ajaran korupsi bisa diamalkan.

Bila korupsi adalah setan yang bisa terlihat, maka perseliweran uang korupsi akan membuat kita takjub. Dia bisa berasal dan pergi darimana saja, kemana saja serta dari siapa saja eoada siapa saja. Pelakunya bisa siapa saja, mulai dari yang dianggap paling baik dan tidak akan mungkin berbuat, hingga yang kita tahu memang dialah otak pelakunya. Sama seperti setan, terlihat saja sulit, apalagi tertangkap. Kadangkala memang ada ritual penangkap setan seperti yang ditampilkan di televisi, yang bergentayangan dengan penuh aksi adalah penangkapnya. Kalau mereka nyatakan setannya sudah dimasukkan dalam botol, siapa yang pernah melihat dan sanggup membuktikan bagaimana bentuk setan dalam botol tersebut. Kalaupun memang ada yang tertangkap hanya korban dan itupun hanya sebagian kecil.

(6)

penindakan hingga macet tidak lanjut ke penyidikan, ada yang bertugas meringankan hukuman. Ada yang bertugas membuat berkas tak terlihat untuk disidik dan bahkan bisa kasusnya raib. Ada yang menyelamatkan karena hubungan pertemanan, keluarga, bisnis, jabatan dan berbagai motivasi lainnya yang hanya jamaah koruptor yang paling tahu menggunakan berbagai alasan tersebut untuk memuluskan pekerjaan atau menyelamatkan diri dan kasusnya.

Pemberantasan korupsi bisa juga membuat masyarakat dan negeri ini jadi menderita. Kerusakan fasilitas umum, baik karena tidak dibangun maupun direhabilitasi atau diperbaiki bisa terjadi karena terkait korupsi. Tidak ada yang berani pegang proyek pembangunan karena takut dituduh menyalah gunakan anggaran. Dapat ayam bisa hilang lembu, bahkan kandangnyapun bisa terjual. Tidak dapat apapun juga bisa hilang. Kalau pemberantasan korupsi ibarat membersihkan negara ini dari perilaku tak bermoral dan melawan hukum, ada istilah dalam masyarakat tentang bersih membersihkan yang identik dengan mencuci, sebelum dijemur peras dulu sampai kering.

Ketakutan terhadap kata korupsi atau dicap pelaku korupsi oleh penegak hukum sudah sama dengan takutnya orang dituduh PKI pada zaman dulu. Bisa hanyut tak berarus, bisa tenggelam tak berdasar dan bisa melambung tak bertali. Siapa saja bisa jadi pihak penguasa dengan kekuasaan tak terbatas dalam melakukan penyidikan kasus korupsi. Bila ada yang dianggap kasus, maka waktu penyelesaiannya pun bisa tak terbatas. Hukum seharusnya mengatur siapa yang berkewenangan dan apa kewenangan serta apa batasannya seakan stroke. Perilaku lemas tak berdaya dengan ucapan yang dikeluarkan tak jelas dan bahkan tak bermakna. Hanya gumaman yang diterjemahkan media massa dengan berbagai maksud dan akhirnya menjadi pengalihan perhatian. Sekarang siapa saja bisa mengatasnamakan pemburu koruptor. KPK gadungan, jaksa gadungan, putusan palsu, polisi gadungan, pengacara tak beretika silih berganti jadi aktor utama dan bahan pemberitaan media massa.

Harus diakui, jamaah ajaran korupsi memang tangguh dan menggurita. Mereka punya kekuasaan yang kadangkala sulit dipercaya akal sehat. Mereka seakan bisa menahan air hujan jatuh dari langit, dan kalau perlu matahari akan diterbitkan dari Barat. Semua bisa terjadi. Tentu saja ada ritual khusus dalam nuansa korupsi. Pelapor korupsi bahkan langsung dibalas koruptornya dan dijadikan pesakitan pada tuntutan balik. Koruptor tak tersentuh, yang melapor babak belur. Masyarakat yang terpanggil untuk melaporkan sesuai ajakan, jadi ketakutan karena merasa tak terlindungi. Para relawan juga harus berfikir ulang untuk melawan jamaah koruptor, karena belum ada yang berkomitmen secara hukum melindunginya. Apalagi kalau suatu saat lembaga yang mendorongnya untuk melawan para koruptor memilih berkhianat. Sembari buang badan dan tidak bertanggung jawab dengan berbagai alasan apapun, baik masuk akal maupun memang tidak mau menggunakan akal merekapun akhirnya jadi penikmat hasil korupsi yang diterima entah dengan berbagai cara apapun.

(7)

Pemberantasan korupsi yang didasari pada pasal demi pasal perundang-undangan akan jadi bahan menarik dalam dagelan, karena bisa saja maknanya tergantung siapa yang mengucapkan. Plesetan dalam dagelan pertunjukkan wayang pun ada pakemnya. Plesetan dalam penegakkan hukum pemberantasan korupsi tak ada pakemnya. Semua bisa terpeleset. Begitupun siapa peduli. Anjing menggonggong kafilah berlalu. Siapa lebih terhormat, jadi kafilah atau jadi anjing.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana

Penilaian tersebut didasarkan pada perbandingan anggaran perusahaan dengan hasil metode peramalan biaya perjalanan dinas pekerja yang ditawarkan yaitu dengan metode

a) Teks algoritma berisi deskripsi langkah-langkah penyelesaian masalah.Deskripsi tersebut dapat ditulis dalam notasi apapun asalkan mudah dimengerti dan dipahami. b) Tidak

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Laporan Perjalanan Menggunakan Metode Peta Konsep Siswa Kelas VIII.A SMP Negeri 12 Mataram Tahun

Semakin baik lingkungan kerja, maka semakin meningkat kinerja karyawan.Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mc Coy & Evans (2005)

Sehingga perlu dilakukan penyelidikan tanah seperti tes Sondir sebelum IPAL ini dibangun, hal ini penting untuk memverifikasi data agar desain sebelum IPAL ini dibangun, hal

Dengan adanya keempat produk konversi tersebut, perusahaan dapat mengimplementasikan tacit knowledge yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat di kelola menjadi

Berbagai permasalahan pun muncul saat ini, yaitu: beban kerja staf CSSD merangkap sebagai petugas sekuler dan staf administrasi atau pekarya di unit OK, proses