Macroeconomic Dashboard
KATA
PENGANTAR
Muhammad Edhie Purnawan
Head of Researcher
Macroeconomic Dashboard
Selamat datang di IERO edisi ke-3 tahun 2017. Edisi kali
ini mengangkat tema “RAPBN 2018 dan Investasi” untuk
menyambut keinginan serius pemerintah Indonesia dalam
mengejar pembangunan infrastruktur serta menggenjot
investasi. Di lain sisi, RAPBN 2018 harus memperhatikan sisi
penerimaannya yang semakin fragile terhadap perkembangan
perekonomian domestik saat ini. Dengan pertimbangan
outlook positif perekonomian Indonesia pada tahun 2018, kita
semua berharap realisasi RAPBN 2018 bisa mendekati
target-targetnya.
Dalam edisi IERO ini, kami mencoba melalukan refresh atas
layout serta komposisi kontennya. Kami mengakomodasi
beberapa kritikan dari pembaca atas IERO-IERO edisi
sebelumnya dengan memberikan ruang yang lebih besar
bagi pembahasan outlook-nya. Bagian outlook inilah yang
justru ditunggu-tunggu oleh para pembaca karena mereka
ingin mengetahui bagaimana pandangan-pandangan
Macroeconomic Dashboard FEB UGM terhadap perkembangan
ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Sementara itu,
edisi-edisi sebelumnya memberikan porsi yang lebih besar bagi
unsur report IERO, padahal data-data tersebut banyak tersebar
di media-media lain. Kami mengucapkan banyak terima kasih
atas kritikan yang sangat membangun tersebut.
Hasil akhirnya adalah sebuah edisi IERO yang terdiri dari 8
bagian. Bagian 1-7 merupakan review atas kondisi terkini
perekonomian Indonesia. Kami masih terus menyajikan
beberapa indeks
lagship
yang dikembangkan oleh
Macroeconomic Dashboard FEB UGM seperti Exchange Market
Pressure Index, Banking Pressure Index, serta GAMA Leading
Economic Indicator. Selain itu, kami menambahkan pula
indikator output gap atas perekonomian beberapa negara hasil
estimasi kami di bagian “Perkembangan Ekonomi Global dan
Harga Komoditas”. Bagian 8 merupakan rubrik “GAMA LEI dan
Outlook” yang sudah ditunggu-tunggu pembaca.
Akhir kata, kami berharap hasil analisis kami dapat memberi
manfaat dan menjadi opini alternatif untuk para pengambil
ke-bijakan, praktisi bisnis, peneliti akademisi mahasiswa, dan
mas-yarakat secara umum.
DAFTAR ISI
A. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI DAN FISKAL
...
1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berangsur naik di awal tahun 2017...
2. Rancangan APBN tahun anggaran 2018...
B. SEKTOR MONETER DAN PASAR FINANSIAL
...
1. Suku bunga acuan diturunkan, pasar saham melanjutkan tren
Bullish
...
2. Rupiah terdepresiasi, cadangan devisa terus bertambah ...
3. Utang luar negeri Indonesia meningkat, indikator sustainabilitas utang membaik
tipis, pemilikan non-residen SBN menignkat, persepsi risiko utang Indonesia mem
-baik...
C. SEKTOR PERBANKAN
...
1. Daya tahan sistem perbankan masih terjaga dengan stabil...
D. INFLASI NASIONAL DAN REGIONAL
...
1. Inlasi tahunan per September 2017 meningkat...
2. Inlasi regional bervariasi...
E. NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
...
1. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menurun tajam...
F. INDIKATOR KRISIS
...
1.
Exchange Market Pressure Index
(EMPI): tekanan pada pasar valuta asing
derung meningkat pada September 2017...
2.
Banking Pressure Index
: tekanan di sektor perbankan Indonesia menurun...
G. PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL DAN PASAR KOMODITAS
...
1. Harga sejumlah komoditas global meningkat ...
2. Secara umum negara-negara di dunia tumbuh dengan stabil...
H. GAMA LEADING ECONOMIC INDICATOR (GAMA LEI) DAN OUTLOOK
...
DAFTAR ISTILAH
Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
Bank Indonesia
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional Bank Pembangunan Daerah Banking Pressure Index basis points
Bank Umum Swasta Nasional Capital Adequacy Ratio Credit Default Swap
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Dana Pihak Ketiga Debt-Service Ratio European Central Bank
Exchange Market Pressure Index
Efective Yield Index
Federal Open Market Committee Financial Stability Index
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
Gadjah Mada Leading Economic Indicator
Indonesian Bond Pricing Agency Indonesia Crude Price
Inter Dealer Market Agency Indonesian Rupiah
Indonesian Global Bond Clean Price Index
Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Penjualan Riil Indeks Tendensi Bisnis Indeks Tendensi Konsumen
Jakarta Interbank Ofer Rate
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Kredit Konsumsi
Kredit Modal Kerja Liquidity Assets Ratio Loan to Deposit Ratio
Lembaga Non-proit Pembantu Rumah
Tangga
Organization of The Petroleum Exporting Countries
Produk Domestik Bruto
Pembentukan Modal Total Bruto Penerimaan Negara Bukan Pajak percentage point
Pasar Uang Antar Bank quarter to quarter
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Real Efective Exchange Rate
Right Hand Side (Sumbu vertikal kanan) Return On Asset
Sertiikat Bank Indonesia
Surat Berharga Negara Surat Perbendaharaan Negara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka Utang Luar Negeri
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada Kuartal-II 2017, perekonomian Indonesia tumbuh 5,01 persen secara y-o-y. Pertumbuhan positif
dialami oleh seluruh kategori lapangan usaha. Kondisi ini berbeda dari kuartal sebelumnya dimana sektor
pertambangan mencatatkan pertumbuhan negatif. Serangkaian indikator penjualan dan konsumsi mengalami
normalisasi setelah terjadi gejolak akibat musim liburan dan Bulan Ramadhan pada Mei-Juni 2017. Namun,
optimisme konsumen masih tetap terjaga tinggi dilihat dari serangkaian indeks konsumsi masyarakat.
Mendekati akhir tahun 2017, pemerintah telah menyusun Rancangan APBN 2018 dengan serangkaian
indikator asumsi makroekonomi yang lebih optimis daripada APBNP 2017. Penerimaan negara serta total
belanja negara ditargetkan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Fokus anggaran juga diberikan
pada serangkaian belanja infrastruktur dan pengentasan kemiskinan tanpa tambahan subsidi energi.
Beberapa indikator pasar inansial Indonesia menunjukkan kondisi optimisme pelaku pasar. Bank
Indonesia menurunkan suku bunga acuannya pada Agustus dan September 2017 setelah sebelumnya tidak
berubah sejak Oktober 2016. Perkiraan inlasi yang lebih rendah daripada target melatarbelakangi keputusan
tersebut. Pada Agustus 2017 inlasi umum memang tercatat lebih rendah dibandingkan periode-periode
sebelumnya.
Pasar saham terus menunjukkan tren bullish namun masih dibayangi oleh aksi penjualan bersih investor
non-residen yang cukup besar. Kurs rupiah mengalami depresiasi sehingga mencapai nilai terendahnya selama
tahun 2017. Namun, secara riil kurs rupiah masih cenderung overvalued dengan penurunan overvaluation
sejak awal 2017. Indikator EMPI menunjukkan bahwa pasar valuta asing mengalami peningkatan tekanan
akibat depresiasi ini. Cadangan devisa terus mengalami akumulasi sehingga mencapai tingkat tertingginya
pada September 2017 sebesar US$ 129,4 miliar.
Utang luar negeri Indonesia terus mengalami peningkatan disumbang oleh peningkatan utang luar
negeri pemerintah yang lebih besar dibandingkan penurunan utang luar negeri swasta. Indikator sustainabilitas
Indonesia cenderung membaik pada Kuartal-II 2017. Kepemilikan investor non-residen atas SBN outstanding
masih terus meningkat seiring dengan penurunan persepsi risiko utang pemerintah Indonesia. Imbal balik
SBN Indonesia masih terus mengalami penurunan sejak awal 2017.
Sektor perbankan Indonesia masih terjaga dengan stabil. Kredit perbankan mengalami peningkatan
namun dibarengi dengan pertumbuhan dana pihak ketiga yang menurun. Penurunan suku bunga kredit yang
dipacu oleh penurunan suku bunga acuan BI menyumbang fenomena ini. Secara umum, capital adequancy
ratio masih dalam kondisi yang memadai walaupun risiko kredit yang sedikit meningkat perlu diwaspadai.
Indikator BPI menunjukkan peningkatan tekanan pasar perbankan namun masih dalam kondisi sehat.
Neraca pembayaran Indonesia Kuartal II-2017 mengalami penurunan yang tajam, disumbang oleh
melebarnya deisit neraca transaksi berjalan serta penurunan neraca transaksi modal dan inansial. Deisit
neraca pendapatan primer adalah yang tertinggi selama tiga tahun terakhir. Di lain sisi, neraca investasi
portofolio serta neraca investasi langsung mengalami peningkatan yang cukup besar.
Pasar global mengalami pemulihan gradual, terlihat dari serangkaian harga komoditas pertambangan
dan pertanian yang mulai naik. Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, serta Inggris mengalami pertumbuhan
positif dan stabil. Namun, negara-negara berkembang seperti Brazil, Tiongkok, dan India mengalami
pertumbuhan yang bervariasi pada Kuartal-II 2017.
IERO edisi kali ini menyajikan ulasan mendalam mengenai prospek perekonomian Indonesia tahun
2018 yang diwarnai oleh program intensiikasi pembangunan infrastruktur. Hal ini tercermin dalam RAPBN
PERKEMBANGAN
MAKROEKONOMI DAN FISKAL
A.
A.
PERKEMBANGAN
MAKROEKONOMI DAN FISKAL
Pada kuartal-II 2017, perekonomian Indonesia tercatat tumbuh 5,01 persen secara year on year terhadap Kuartal-II 2016 (gambar 1).
■ Pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini tidak mengalami peningkatan maupun
penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya (kuartal-I 2017).
■ Melanjutkan tren sebelumnya, pertumbuhan paling tinggi dicapai oleh sektor jasa
dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu mencapai 5,37 persen.
■ Secara umum, pertumbuhan pada sektor primer mengalami perlambatan sebesar
1,04 pp.
Ditinjau dari sisi pengeluaran, beberapa pos belanja mengalami penurunan pertumbuhan (gambar 2).
■ Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat lebih tinggi 0.01 persen dibandingkan pada kuartal-I 2017
■ Ekspor tercatat semakin terkontraksi hingga level -7,25 persen.
■ Pada pos belanja pemerintah kembali memiliki pertumbuhan negatif, yaitu -1.93 persen.
■ Hal ini dikarenakan realisasi belanja pegawai dan belanja barang pemerintah yang turun dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
Gambar 1 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 2014 – 2017
Perekonomian Indonesia stagnan di Kuartal-II 2017
Catatan:
Sektor Primer: (1) Pertanian Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan Penggalian
Sektor Industri: Industri Pengolahan
Sektor Jasa: (1) Pengadaan Listrik dan Gas; (2) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; (3) Konstruksi; (4) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; (5) Transportasi dan Pergudangan; (6) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; (7) Informasi dan Komunikasi; (8) Jasa Keuangan dan Asuransi; (9) Real Estat; (10) Jasa Perusahaan; (11) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; (12) Jasa Pendidikan; (13) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; (14) Jasa Lainnya.
Sumber: BPS dan CEIC (2017)
1. PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BERANGSUR NAIK DI AWAL TAHUN 2017
Seluruh sektor pada kuartal-II 2017 tercatat mengalami pertumbuhan positif (gambar 1).
■ Pertumbuhan pada subsektor pertambangan dan penggalian meningkat dari -0,64 persen pada kuartal-I 2017 menjadi 2,24
persen pada kuartal-II 2017. Perbaikan kinerja subsektor ini dipicu oleh meningkatnya Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk usaha pertambangan dan penggalian dari -1,82 persen menjadi -1,08 persen.
■ Subsektor pertanian tercatat mengalami perlambatan dari sebesar 7,13 persen pada kuartal-I 2017 menjadi sebesar 3,33 persen
pada kuartal-II 2017. Hal ini merupakan implikasi dari perubahan iklim global dan faktor perbankan yang masih terhambat.
Gambar 2 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran, 2015 – 2017
Belanja pemerintah kembali terkontraksi, kinerja ekpor-impor masih lesu di awal tahun
Gambar 3 Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini, dan Indeks Ekspektasi Konsumen, Juni 2012–Juni 2017
Sentimen konsumen masih berada pada level optimis
Sumber: Bank Indonesia & CEIC (2017)
Secara keseluruhan optimisme konsumen terhadap perekonomian relatif terjaga (gambar 3).
■ Peningkatan IKK sebesar 1,9 poin dibandingkan pada Agustus 2017 sejalan dengan peningkatan rasio pengeluaran untuk
konsumsi.
■ Optimisme konsumen juga masih tercermin melalui Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE).
■ Meningkatnya Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) hingga mencapai level 137,2 didorong oleh pembukaan 37.490 lowongan
Kementerian-Lembaga pada Agustus-September 2017.
■ Hasil survei mengindikasikan situasi tersebut mendorong optimisme konsumen terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan.
Pada Agustus 2017, Indeks Penjualan Eceran Riil turun secara m-t-m sebesar 0,81 persen ke level 208.2 poin (gambar 4).
■ Penurunan penjualan ritel ini terjadi pada kelompok makanan maupun non makanan.
■ Perlambatan pertumbuhan eceran riil ini didorong oleh menurunnya penjualan kelompok barang lainnya—terutama produk
sandang, peralatan informasi dan komunikasi, serta kelompok barang budaya dan rekreasi.
■ Penurunan ini juga diakibat kembali normalnya konsumsi masyarakat pasca momentum Hari Raya Idul Fitri.
■ Secara year-on-year, Indeks Penjualan Eceran Riil tumbuh 5,31 persen dibandingkan Agustus 2016—lebih tinggi 8,63 percentage
point dibandingkan pada pertumbuhan Juli 2017.
Per Agustus 2017, seluruh indikator penjualan tercatat naik dibandingkan bulan sebelumnya (gambar 5).
■ Pada bulan ini, penjualan motor domestik tercatat
mengalami kenaikan penjualan lebih dari 15.000 unit.
■ Penjualan mobil mencapai kenaikan penjualan hingga
11.000 unit dan penjualan semen yang meningkat hingga 960.000 ton.
■ Mulai efektifnya pembangunan infrastruktur yang
digencarkan oleh pemerintah menjadi faktor pendorong utama naiknya penjualan semen.
■ Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih berada pada
level optimis menjadi pemicu pertumbuhan penjualan motor dan mobil pada Agustus 2017.
a. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI DAN FISKAL
Secara kuartalan, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan sebesar 4,34 persen (gambar 2).
■ Peningkatan ini dirangsang oleh meningkatnya pos belanja rumah tangga, belanja LNPRT, belanja pemerintah dan Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB).
■ Peningkatan pengeluaran pemerintah secara kuartalan mendorong kinerja investasi dan ekspor yang berkontribusi besar
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Gambar 4 Indeks Penjualan Eceran Riil, Juni 2012‒Juni 2017
Penjualan eceran riil menurun pasca musim lebaran
Sumber: Bank Indonesia & CEIC (2017)
Gambar 5 Penjualan Motor, Mobil, dan Semen, Juni 2012 – Agustus 2017
Seluruh indikator penjualan mengalami peningkatan
Pada Rancangan APBN 2018, perubahan asumsi pada beberapa indikator makro mengindikasikan prospek ekonomi yang lebih baik (Tabel 1).
■ Asumsi pertumbuhan ekonomi pada RAPBN 2018, dinaikkan sebesar 0,2 percentage point menjadi 5,4 persen secara year on
year.
■ Kenaikkan asumsi ini didasarkan oleh stabilnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, tren peningkatan yang dialami oleh
konsumsi LNPRT sejak awal 2016 dan peningkatan investasi pada kuartal II 2017.
■ Kenaikkan pendanaan APBN juga diperkirakan akan terus berlanjut yang bersumber dari penerimaan pajak melalui keberhasilan
program tax amnesty dan reformasi perpajakan yang terus dilakukan.
■ Pemerintah menetapkan asumsi tingkat inlasi yang lebih rendah 0,8 percentage point menjadi 3,5 persen.
■ Optimisme penurunan tingkat inlasi ini dikarenakan volatile food yang masih tercatat mengalami delasi sebesar 0,67 persen m-t-m pada September 2017.
■ Kurs diasumsikan terdepresiasi ke level 13.500 rupiah per USD.
■ Asumsi kurs yang terdepresiasi ini merupakan pertimbangan terhadap potensi risiko global yang tidak menentu dan keputusan
The Fed menaikkan tingkat suku bunga acuannya pada Juni 2017.
2. RANCANGAN APBN TAHUN ANGGARAN 2018
Tabel 1 Perbandingan Asumsi Dasar Ekonomi Makro pada APBN 2017 dan RAPBN 2018
Beberapa asumsi makro pada RAPBN 2018 cenderung lebih optimis
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017)
Tabel 2 Realisasi APBN 2016 dan Perbandingan Postur APBN, RAPBN-P 2017 dan RAPBN 2018
Rancangan APBN Perubahan disusun lebih realistis
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017)
a. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI DAN FISKAL
Pada RAPBN 2018, pemerintah optimis meningkatkan pendapatan negara sebesar 9,6 persen dibandingkan APBN-P 2017 (Tabel 2).
■ Pemerintah memproyeksikan penerimaan perpajakan meningkat sebesar 10,9 persen dibandingkan dengan APBN-P 2017.
■ Optimisme ini didasarkan oleh komitmen pemerintah dalam memperbaiki sistem data perpajakan dan peningkatan basis
pajak.
■ Porsi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terhadap total pendapatan negara pada RAPBN 2018 sebesar 14,3 persen, lebih
rendah dibandingkan pada APBN 2017 sebesar 15,2 persen.
■ PNBP tidak menjadi andalan sumber pendapatan negara karena kontribusi sektor minyak dan gas (migas) yang cenderung
mengalami penurunan.
Total Belanja Negara pada RAPBN 2018 diperhitungkan naik 4,4 persen dibanding APBN-P 2017 (Tabel 2).
■ Hal ini disebabkan oleh penyerapan anggaran untuk agenda prioritas pemerintah pusat.
■ Belanja tersebut diprioritaskan untuk kemiskinan dan kesenjangan serta untuk memenuhi kewajiban-kewajiban pemerintah.
■ Belanja negara juga difokuskan pada pembiayaan untuk sejumlah proyek infrastruktur.
SEKTOR MONETER
DAN PASAR FINANSIAL
B.
B.
SEKTOR MONETER
DAN PASAR FINANSIAL
1. Suku Bunga Acuan Diturunkan, Pasar Saham Melanjutkan Tren Bullish
2. Rupiah terdepresiasi, cadangan devisa terus bertambah
SUKU BUNGA ACUAN DITURUNKAN,
PASAR SAHAM MELANJUTKAN TREN
BULLISH
1.
Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga acuannya selama 2 bulan berturut-turut (gambar 6).
■ 7-days reverse repo rate diturunkan menjadi 4,5 persen dan 4,25 persen secara berurutan pada Agustus dan September
2017.
■ Perkiraan inlasi akhir periode 2017 dan 2018 cenderung di bawah ekspektasi awal.
■ Keputusan ini diperkuat oleh deisit neraca transaksi berjalan yang masih dalam rentang aman.
■ Penurunan tingkat suku bunga acuan di satu sisi akan memperdalam penurunan imbal hasil surat-surat utang, terutama
yang memiliki tingkat kupon variable.
■ Suku bunga dasar kredit akan cenderung turun, menurunkan cost of borrowing kegiatan investasi.
Suku bunga deposito serta suku bunga penjaminan akan turun mengikuti suku bunga acuan (gambar 6).
■ Penurunan tingkat suku bunga acuan akan diikuti oleh penurunan tingkat bunga deposito berjangka.
■ Mengikuti tren penurunan suku bunga acuan, diperkirakan tingkat suku bunga deposito berjangka akan berada pada
rentang 5,6 persen hingga 5,8 persen hingga akhir tahun 2017.
■ Di sisi lain, akan terjadi penurunan suku bunga dasar kredit yang dapat menjadi suntikan tambahan untuk investasi
B. SEKTOR MONETER DAN PASAR FINANSIAL
Gambar 6 Suku Bunga Deposito, LPS, dan 7-days Reverse Repo Rate
7-Days Reverse Repo Rate Diturunkan, Suku Bunga Penjaminan Ikut Turun
Sumber: Bank Indonesia & CEIC (2017), diolah
Pasar saham Indonesia masih melanjutkan tren bullish-nya dan mencapai rekor tertingginya (gambar 7).
■ Setelah pada Juli 2017 mencatatkan rekor tertinggi, IHSG terus meningkat mendekati batas 6000 poin.
■ IHSG sempat menyentuh tingkat 6025 poin pada 25 Oktober 2017.
■ Peningkatan IHSG diperkirakan masih akan terus berlanjut didorong prospek perbaikan kinerja perekonomian makro Indonesia.
Sementara itu, non-residen masih melanjutkan aksi jual bersih dengan volume yang semakin membesar (gambar 7).
■ Sejak awal 2017, telah terjadi penjualan bersih investor non-residen sebesar Rp10,73 triliun.
■ Para pelaku pasar global mengantisipasi ketidakpastian kebijakan kenaikan tingkat suku bunga Federal Reserve Rate.
■ Penguatan IHSG ditopang oleh saham-saham berkapitalisasi besar yang cukup stabil merespon aksi jual-beli investor
non-residen.
■ Emiten saham kapitalisasi besar mencatatkan perbaikan kinerja perusahaan selama Kuartal I dan II-2017.
Gambar 7 Pergerakan IHSG, 2012-2017
IHSG terus naik mencapai rekor tertingginya
Sumber: CEIC (2017)
Gambar 8 Kapitalisasi Pasar IHSG, 2012-2017
Kapitalisasi pasar terus naik namun dibayangi aksi jual bersih investor non-residen
Sumber: CEIC dan Bloomberg (2017)
Gambar 9 MSCI Equity Market Benchmark Index
Pergerakan pasar modal global masih cenderung optimis
Sumber: Bloomberg (2017)
Pasar modal global masih menunjukkan tren bullish yang telah berlangsung sejak awal tahun (gambar 8).
■ Indeks acuan pasar modal global MSCI all-country world telah mencatatkan kenaikan 15,6 persen ytd.
■ Pasar emerging market serta emerging Asia mencatatkan kenaikan 25,5 persen dan 29,9 persen ytd.
■ Pelaku pasar global masih cukup optimis dengan kondisi perekonomian dunia.
RUPIAH TERDEPRESIASI, CADANGAN
DEVISA TERUS BERTAMBAH
2.
Gambar 10 Kurs Rupiah terhadap Dolar AS*, September 2012 – September 2017
Rupiah terdepresiasi pada September 2017
Catatan: * = mulai Mei 2013, data kurs menggunakan JISDOR Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2017, diolah)
Gambar 11 Real Efective Exchange Rate, September 2012 – September 2017
Rupiah menunjukkan pergerakan menuju rata-rata jangka panjangnya.
Sumber: BIS dan CEIC (2017, diolah)
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada pada Rp13.492/US$ pada September 2017 atau terdepresiasi sebesar 1,06 persen m-t-m (gambar 10).
■ Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada September 2017 ini merupakan yang terendah selama tahun 2017.
■ Penurunan 7-days repo rate sebesar 25 bps menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah.
Nilai Tukar Efektif Riil (Real Efective Exchange Rate/REER) adalah nilai tukar riil suatu mata uang (rupiah) dengan sekelompok (basket/bundle) mata uang lainnya (dollar, poundsterling, yuan, dll) (gambar 11).
■ Pada September 2017 lalu, REER rupiah berada pada level 108,37 poin atau overvalued 1,9 poin dibandingkan rata-rata jangka
panjangnya.
■ Sejak awal 2017 besaran overvalued rupiah selalu menurun.
■ Penurunan ini mengindikasikan kecenderungan nilai tukar rupiah terhadap bundle mata uang global lainnya untuk kembali pada
rata-rata jangka panjangnya.
■ Implikasinya dalam waktu dekat rupiah memiliki kecenderungan depresiatif dibandingkan mata uang global lainnya.
Gambar 12 Cadangan Devisa, September 2012 – September 2017
Cadangan devisa Indonesia berada pada rekor tertingginya.
Sumber: Bank Indonesia (2017, diolah)
Cadangan devisa Indonesia mencatatkan rekor tertinggi pada September 2017 yakni sebesar US$ 129,4 miliar (gambar 12).
■ Besaran cadangan devisa ini lebih tinggi 0,48 persen
dibandingkan bulan sebelumnya.
■ Selama tiga bulan terakhir cadangan devisa Indonesia
secara berturut-turut selalu memecahkan rekor.
■ Naiknya cadangan devisa Indonesia ini dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti penarikan pinjaman luar negeri pemerintah dan lelang Surat Berharga Bank Indonesia valas.
■ Cadangan devisa pada bulan September 2017 ini cukup
UTANG LUAR NEGERI INDONESIA MENINGKAT,
INDIKATOR SUSTAINABILITAS UTANG MEMBAIK
TIPIS, PEMILIKAN NON-RESIDEN SBN MENINGKAT,
PERSEPSI RISIKO UTANG INDONESIA MEMBAIK
3.
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terus meningkat, didorong peningkatan ULN sektor publik (gambar 13).
■ ULN total naik 0,21 persen m-t-m atau 5,15 persen y-o-y menjadi US$ 340,54 miliar.
■ ULN sektor swasta hanya tumbuh 0,08 persen y-o-y sedangkan ULN sektor publik telah tumbuh 9,5 persen y-o-y pada Agustus
2017.
■ ULN sektor swasta mulai menunjukkan pertumbuhan dibandingkan periode-periode sebelumnya yang selalu mencatatkan
penurunan.
■ ULN sektor publik terus meningkat didorong oleh kebutuhan pembiayaan deisit anggaran pemerintah.
ULN masih didominasi oleh ULN Jangka Panjang (gambar 14).
■ ULN jangka panjang pada Agustus 2017 mengambil porsi 84 persen keseluruhan ULN Indonesia, semakin melebar daripada
Agustus 2016 yang hanya sebesar 82 persen.
■ Sektor swasta mengambil porsi hampir setengah dari keseluruhan ULN (49 persen), lebih kecil dibandingkan Agustus 2016 yang
sebesar 51 persen.
■ Penurunan ULN swasta didorong oleh penurunan ULN sektor keuangan.
■ Bank Indonesia masih memandang perkembangan tingkat ULN Indonesia dalam taraf sehat.
ULN jangka pendek total mengalami penurunan, namun ditandai oleh peningkatan ULN jangka pendek pemerintah (gambar 14).
■ ULN jangka pendek total turun 2 persen y-o-y.
■ ULN jangka pendek swasta turun 4,8 persen y-o-y
■ ULN jangka pendek pemerintah dan bank sentral naik 12,4 persen y-o-y.
■ Pemerintah perlu mewaspadai kenaikan ULN jangka pendeknya agar tidak meningkatkan paparan risiko jangka pendek.
■ Pada ULN jangka panjang, kenaikan sebesar 6,6 persen y-o-y disumbangkan oleh kenaikan ULN pemerintah sebesar 9,4 persen
serta ULN swasta sebesar 3 persen.
Gambar 13 Utang Luar Negeri Indonesia, 2012- 2017**
Utang luar negeri Indonesia terus meningkat didorong utang sektor publik
Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia (2017)
Gambar 14 Utang Luar Negeri Berdasarkan Jangka Waktunya (Remaining Maturity), 2012-2017**
Utang jangka panjang mendominasi dengan pertumbuhan ULN jangka pendek pemerintah
Gambar 15 Indikator Utang Luar Negeri Indonesia Kuartal II-2015-Kuartal II-2017
Indikator sustainabilitas utang melanjutkan perbaikan
Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia (2017)
DSR Tier 1 merupakan pembayaran pokok dan bunga atas utang jangka panjang dan pembayaran bunga atas utang jangka pendek.
DSR Tier 2 meliputi pembayaran pokok dan bunga atas utang dalam rangka investasi langsung selain dari anak perusahaan di luar negeri, serta pinjaman dan utang dagang kepada non-ailiasi.
Gambar 16 Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia Outstanding, 2012-2017
Jumlah SBN Tradeable meningkat diikuti penurunan SBN non-tradeable
Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan (2017)
Indikator sustainabilitas ULN Indonesia secara umum berangsur membaik (gambar 15).
■ Indikator sustainabilitas ULN Indonesia justru menunjukkan perbaikan di tengah kekhawatiran publik atas ULN.
■ Rasio utang terhadap PDB telah berada pada tingkat 34,42 persen, turun 2,75 pp dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
■ DSR Tier 1 dan Tier 2 turun masing-masing sebesar 0,79 pp dan 0,68 pp secara q-t-q menjadi 15,85 persen dan 51,45 persen.
■ Rasio ULN terhadap ekspor memburuk tipis sebesar 1,67 pp menjadi 174,08 persen disebabkan penurunan kinerja ekspor
Indonesia pada tahun 2017.
Jumlah SBN Outstanding pada September 2017 terus meningkat dengan peningkatan SBN Tradeable dan penurunan SBN Non-Tradeable (gambar 16).
■ Struktur portofolio pembiayaan APBN-P 2017 yang 80 persennya disumbang oleh penerbitan SBN.
■ Jumlah SBN Outstanding sebesar Rp2.991 triliun ini meningkat 15,7 persen y-o-y atau 1,2 persen m-t-m.
■ Jumlah SBN tradeable naik sebesar 17,6 persen y-o-y atau 1,36 persen m-t-m menjadi Rp2.893 triliun.
■ Pemerintah tidak terlalu banyak menerbitkan SBN non-tradeable, terlihat dari jumlahnya yang turun 3,6 persen y-o-y.
Gambar 17 Kepemilikan SBN Tradeable (Triliun IDR), 2012-2017
Non-residen semakin meningkatkan kepemilikan SBN Tradeable
Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan (2017)
Gambar 18 Imbal Hasil SBN Indonesia, 2012-2017
Imbal hasil SBN terus melanjutkan tren penurunan sejak awal tahun
Sumber: CEIC (2017)
Investor Non-Residen semakin tertarik untuk memiliki SBN Indonesia (gambar 17).
■ Hingga September 2017, 28 persen dari total SBN tradeable Indonesia dimiliki oleh non-residen.
■ Kepemilikan non-residen meningkat 19,62 persen secara y-o-y.
■ Bank mengalami kenaikan kepemilikan SBN sebesar 47,69 persen y-o-y.
■ Kenaikan pemilikan porsi kepemilikan SBN tradeable oleh non-residen perlu diwaspadai mengingat adanya risiko capital light.
Imbal hasil SBN masih menunjukkan kecenderungan untuk menurun, walaupun dengan kenaikan singkat pada awal Oktober 2017 (gambar 18).
■ Imbal hasil SBN telah mengalami penurunan antara 1,17 pp hingga 1,54 pp sejak awal 2017.
■ Penurunan yield SBN disebabkan oleh kenaikan harga yang didorong kenaikan permintaan atas SBN.
■ Indeks harga SBN Indonesia telah naik sebesar 8,78 poin sejak awal 2017.
■ Persepsi risiko atas utang Indonesia yang turun juga menyebabkan penurunan yield.
Gambar 19 Yield SBN Indonesia dan Credit Default Swap, Kuartal II-2015 - Kuartal II-2017
Penurunan imbal hasil SBN sejalan dengan penurunan persepsi risiko utang Indonesia
Sumber: Bloomberg (2017)
Penurunan imbal hasil SBN Indonesia sejalan dengan penurunan persepsi risiko atas utang pemerintah Indonesia (gambar 19).
■ Credit default swap pada Kuartal III-2017 ada pada tingkat
104,38 poin, menurun 47,76 poin dibandingkan Kuartal III tahun sebelumnya atau menurun 13,03 poin dibandingkan kuartal sebelumnya.
■ Menurunnya persepsi risiko atas utang Indonesia
menunjukkan optimisme pasar global atas kemampuan bayar perekonomian Indonesia.
SEKTOR PERBANKAN
C.
C.
SEKTOR PERBANKAN
Pertumbuhan kredit perbankan Agustus 2017 meningkat sebesar Rp 20,04 triliun atau tumbuh 8,38 persen y-o-y (gambar 20).
■ Pertumbuhan kredit pada Agustus 2017 tercatat meningkat tipis 0,07 percentage
point (pp) dibandingkan dengan Juli 2017.
■ Berdasarkan jenis penggunaannya, per Agustus 2017, Kredit Investasi mencatatkan
peningkatan pertumbuhan terbesar yakni sebesar 0,6 pp dibandingkan bulan sebelumnya.
■ Peningkatan pertumbuhan KI disebabkan karena peningkatan pertumbuhan pada
kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan, hotel, restoran, serta industri pengolahan.
Jumlah Total Aset perbankan mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya (gambar 22).
■ Total aset Bank Umum pada Agustus 2017 meningkat menjadi Rp 7.028,8 triliun, lebih tinggi Rp 64,3 triliun dibandingkan dengan Juli 2017.
■ Seluruh kelompok perbankan mengalami peningkatan aset.
■ BPD Konvensional menjadi satu-satunya kelompok perbankan yang mengalami penurunan aset —turun Rp 0,05 triliun m-t-m.
Gambar 20 Pertumbuhan kredit Perbankan Agustus 2015 – Agustus 2017 y-o-y
Pertumbuhan kredit relatif stabil
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2017)
1. DAYA TAHAN SISTEM PERBANKAN MASIH
TERJAGA DENGAN STABIL
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum menurun (gambar 21).
■ Pertumbuhan DPK pada Agustus 2017 menurun menjadi 9,6 persen y-o-y, dibandingkan dengan bulan sebelumnya Juli 2017
sebesar 9,8 persen (menurun 0,2 pp).
■ Penurunan pertumbuhan DPK utamanya dipengaruhi pertumbuhan giro dan tabungan yang masing-masing mengalami
penurunan sebesar 1,87 pp dan 1,2 pp, dibandingkan Juli 2017.
■ Sedangkan, pertumbuhan deposito justru meningkat sebesar 1,4 pp secara m-t-m pada Agustus 2017.
■ Sejak Mei hingga Agustus 2017 tercatat bahwa jumlah total DPK Indonesia selalu berada di atas Rp 5.000 triliun yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan semakin tinggi.
Gambar 21 Perkembangan pertumbuhan Dana Pihak ketiga (DPK) Bank Umum, Agustus 2016 – Agustus 2017 y-o-y
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Agustus 2017 menurun
Gambar 22 Perkembangan total aset perbankan di Indonesia, Agustus 2012 – Agustus 2017
Total aset Bank Umum pada Agustus 2017 meningkat
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2017)
Nilai Rasio Kecukupan Modal (CAR) perbankan pada Agustus 2017 tetap terjaga (gambar 23).
■ Rasio Kecukupan Modal (CAR) bank umum tercatat mengalami peningkatan menjadi 23,34 persen pada Agustus 2017—naik
0,11 pp secara m-t-m.
■ Pada Agustus 2017, semua kelompok perbankan tercatat mengalami kenaikan CAR kecuali Bank Campuran Konvensional dan
Bank Asing Konvensional.
■ Peningkatan CAR tertinggi terjadi pada Bank BPD Konvensional yakni mencapai 0,30 pp dibandingkan bulan Juli 2017.
■ Bank Asing masih merupakan bank dengan CAR tertinggi dibandingkan kelompok bank lainnya yakni sebesar 53,15 persen
pada Agustus 2017.
■ Pada sisi yang lain BPD Konvensional tetap menjadi bank dengan nilai CAR terendah pada Agustus 2017 yakni sebesar 20,64
persen.
■ Sejauh ini daya tahan perbankan masih cukup tinggi ditunjukkan dengan CAR yang jauh di atas 8% yang merupakan batas
minimum CAR perbankan.
C. SEKTOR PERBANKAN
Gambar 23 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) per kelompok bank Agustus 2012 – Agustus 2017
Secara umum CAR Bank Umum masih dalam kondisi yang memadai
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2017)
■ Bank Persero merupakan kelompok Bank yang mengalami peningkatan aset tertinggi yakni sebesar Rp 43,6 triliun rupiah atau
naik 1,61 persen m-t-m.
■ Pada sisi lainnya BUSN Non Devisa merupakan kelompok perbankan dengan nominal kenaikan aset terendah yakni sebesar Rp
0,02 triliun rupiah (0,02 persen) m-t-m.
■ Peningkatan total aset perbankan ini sejalan dengan peningkatan jumlah total Dana Pihak Ketiga yang terjadi pada Agustus
Gambar 24 Kinerja Bank Umum Agustus 2014 – Agustus 2017
Rentabilitas perbankan relatif masih stabil tetapi Risiko Kredit dan Likuiditas cukup perlu diperhatikan
Sumber: Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (2017)
Gambar 25 Perkembangan Non Performing Loan Gross (NPL) per kelempok bank Agustus 2016 – Agustus 2017
Risiko Kredit perbankan secara umum tidak mengkhawatirkan
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2017)
Stabilitas performa perbankan secara umum perlu dipertahankan (gambar 24).
■ Dari sisi proitabilitas, laba industri perbankan yang ditunjukkan Return of Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) terlihat relatif stabil dalam 2 bulan terakhir.
■ Pada Agustus 2017, perkembangan ROA menurun tipis sebesar 0,02 pp sedangkan NIM relatif stabil pada level 5,35 persen sejak
Juni 2017.
■ Berdasarkan jenis bank, per Agustus 2017, Bank Asing kembali membukukan ROA tertinggi yakni sebesar 2,85 persen, sedangkan
pencetak NIM terbesar berasal dari Bank BPD sebesar 6,53 persen.
■ LDR sebagai indikator intermediasi dan likuiditas bank umum tercatat menurun sebesar 0,03 pp secara m-t-m pada Agustus
2017.
■ Meskipun LDR mengalami penurunan, namun likuiditas perbankan masih dalam kondisi yang relatif aman, bahkan masih ada
banyak ruang untuk berkekspansi.
■ Besaran NPL secara keseluruhan yang masih di bawah 5 persen mencerminkan kondisi risiko perbankan masih terjaga.
■ Eisisensi industri perbankan yang dicerminkan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tercatat mengalami
peningkatan menjadi 78,90 persen per Agustus 2017—naik tipis 0,06 pp m-t-m.
■ Nilai BOPO yang menurun tersebut mengindikasikan penurunan eisiensi industri perbankan.
Nilai Rasio Non Performing Loan Gross (NPL) perbankan pada Agustus 2017 perlu dijaga (gambar 25).
■ Rasio Non Performing Loan Gross (NPL) perbankan secara keseluruhan pada Agustus 2017 tercatat meningkat tipis sebesar
0,045 pp menjadi 3,05 persen m-t-m.
■ Per Agustus 2017 seluruh kelompok bank kecuali BPD Konvensional mengalami peningkatan NPL dibandingkan bulan
sebelumnya.
■ Peningkatan NPL tertinggi terjadi pada BUSN Non Devisa yakni mencapai 0,266 pp secara m-t-m.
■ Bank Asing Konvensional masih menjadi kelompok bank yang paling hati-hati dalam memberikan kredit, hal ini dicerminkan
dengan NPL sebesar 1,89 persen—terendah di antara kelompok bank lainnya.
■ BUSN Non Devisa merupakan kelompok bank dengan tingkat NPL tertinggi yakni mencapai 4,484 persen pada Juli 2017.
■ NPL secara keseluruhan dan per kelompok bank masih cukup aman karena masih di bawah batas maksimal 5 persen.
1. Inflasi tahunan per September 2017 meningkat
2. Inflasi regional bervariasi
INFLASI NASIONAL
DAN REGIONAL
INFLASI NASIONAL
DAN REGIONAL
D.
INFLASI TAHUNAN
PER SEPTEMBER 2017 MENINGKAT
1.
Gambar 26 Tingkat Inlasi, Juni 2012-Juni 2017 (year on year)
Risiko Kredit perbankan secara umum tidak mengkhawatirkan
Sumber: BPS dan CEIC, diolah (2017)
Per September 2017, inlasi umum tercatat 3,72 persen secara
year on year (gambar 26).
■ Inlasi umum tercatat lebih rendah bila dibandingkan
Agustus 2017 yaitu sebesar 3,82 persen.
■ Inlasi inti tercatat sebesar 3 persen, lebih tinggi 0,2 pp
dibandingkan Agustus 2017—yakni sebesar 2,98 persen.
■ Inlasi harga diatur pemerintah mencapai 9,32 persen,
meningkat 0,1 pp dari Agustus 2017 yang mencapai 9,31 persen.
■ Inlasi harga diatur pemerintah jauh lebih tinggi dibandingkan September 2016 yang mengalami delasi
0,38 persen.
■ Inlasi komponen harga bergejolak mencapai 0,47 persen,
turun dibandingkan Agustus 2017 yang mencapai 1,05 persen.
Tabel 3 Tingkat Inlasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran, 2011 – 2017 (2012=11, %y-t-y)
Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas,
dan bahan bakar menjadi penyumbang inlasi terbesar
Catatan: 2010 – 2013 tahun dasar 2007; 2014 – 2015 tahun dasar 2012 (1) Bahan Makanan; (2) Makanan Olahan, Minuman, Tembakau; (3) Perumahan, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar; (4) Sandang; (5) Kesehatan; (6) Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga; (7) Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
September 2017, kelompok Perumahan, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar mengalami inlasi tertinggi sebesar 5.58 persen
(year-on-year) (tabel 3).
■ Meskipun mengalami inlasi tertinggi, kelompok
Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan bakar turun 0,8 pp dibanding Agustus 2017 yang mencapai 5,66 persen.
■ Kelompok Bahan Makanan mengalami inlasi yang paling rendah dibandingkan inlasi di kelompok pengeluaran lainnya sebesar 1,04 persen, turun dibandingkan inlasi Mei
2017 yang mencapai 1,51 persen.
■ Kelompok yang mengalami kenaikan inlasi terbesar
Berdasarkan perbandingan diantara 33 kota di 33 Provinsi,
Pada September 2017 Inlasi year on year tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 4,91 persen (tabel 4).
■ Terdapat 13 kota yang mengalami delasi pada month to month September 2017, yaitu kota Jambi, Bengkulu, Palmbang, Denpasar, Palangkaraya, Samarinda, Manado, Palu, Makassar, Kendari, Ambon, Ternate dan Jayapura.
■ 20 kota lainnya mengalami inlasi pada September 2017.
■ Inlasi month to month bulan September tertinggi terjadi di Kota Manokwari sebesar 1,09 persen diikuti kota Medan sebesar 1,08 persen.
Tabel 4 Perbandingan Inlasi di 33 Kota di Indonesia, 2017 (2012=11, %m-t-m, %y-t-y)
Inlasi year-on-year bulan September tertinggi terjadi
di Kota Serang
Catatan: *Kota yang dipilih merupakan Ibukota dari 33 provinsi di Indonesia. Ibukota
Provinsi diharapkan menjadi indikator yang tepat untuk menggambarkan inlasi di
Provinsi tersebut.
Sumber: BPS dan CEIC (2017)
INFLASI REGIONAL BERVARIASI
2.
1. Neraca pembayaran Indonesia menurun tajam
NERACA PEMBAYARAN
INDONESIA
NERACA PEMBAYARAN
INDONESIA
E.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
MENURUN TAJAM
1.
Neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II-2017 tercatat sebesar US$ 0,7 miliar (gambar 27).
■ Nilai NPI pada kuartal II-2017 mengalami penurunan sebesar US$ 3,8 miliar atau turun 84,4 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
■ Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2016, maka NPI pada periode II-2017 lebih rendah 68
persen—hal ini menunjukkan penurunan performa NPI dalam jangka menengah.
■ Meningkatnya deisit neraca tranksaksi berjalan (meningkat 108,3 persen q-t-q) serta penurunan neraca tranksaksi
modal dan inansial (menurun 26,3 persen q-t-q) menjadi motor utama penurunan tajam NPI.
Neraca tranksaksi berjalan tercatat deisit sebesar US$ 4,9 miliar pada kuartal II-2017 (gambar 28).
■ Besaran deisit ini meningkat tajam US$ 2,6 miliar atau meningkat 108,3 persen q-t-q.
■ Penurunan surplus neraca perdagangan barang serta pendalaman deisit neraca jasa-jasa dan pendapatan primer
merupakan penyebab turunnya surplus neraca tranksaksi berjalan.
Pada kuartal II-2017, saldo neraca perdagangan barang mencatatkan surplus sebesar US$ 4,79 persen. (gambar 28).
■ Surplus neraca perdagangan barang ini mengalami penurunan 15,2 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
■ Penurunan surplus neraca non-migas menjadi salah satu faktor utama turunnya surplus neraca perdagangan barang—
surplus neraca non-migas turun sebesar 21 persen q-t-q.
■ Lebih lanjut penurunan surplus ini tertahan oleh turunnya tekanan deisit perdagangan minyak serta peningkatan
performa surplus perdagangan gas.
Deisit neraca jasa-jasa mengalami peningkatan pada kuartal II-2017 (gambar 28).
■ Pada akhir kuartal II-2017 neraca jasa-jasa tercatat bersaldo negatif sebesar US$ 2,31 miliar, atau mengalami peningkatan
deisit sebesar 83,3 persen q-t-q.
■ Penurunan surplus neraca jasa perjalananan (turun sebesar 41 persen q-t-q) menjadi salah satu penyebab utama
meningkatnya deisit neraca jasa-jasa.
■ Selain itu meningkatnya deisit neraca jasa transportasi serta jasa penggunaan hak atas kekayaan intelektual turut berkontribusi terhadap meningkatnya tekanan deisit neraca jasa-jasa.
E. NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Gambar 27 Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal II-2014 – Kuartal II-2017
Surplus Neraca Pembayaran Indonesia mengalami penurunan
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2017)
Deisit neraca pendapatan primer pada kuartal II-2017 merupakan yang tertinggi selama periode amatan
(gambar 28).
■ Adapun deisit neraca perdagangan primer pada kuartal II-2017 tercatat sebesar US$ 8,54 miliar—mengalami pendalaman deisit sebesar 9,09 persen q-t-q.
■ Pendalaman deisit saldo pembayaran atas investasi portofolio merupakan penyebab naikknya deisit neraca pendapatan primer—mengalami kenaikan deisit sebesar 23,8 persen.
■ Selain itu, meningkatnya deisit saldo pendapatan investasi lainnya turut berkontribusi atas pendalaman deisit pendapatan
primer.
Saldo neraca tranksaksi modal dan inansial pada kuartal II-2017 tercatat sebesar US$ 5,86 miliar (gambar 29).
■ Besaran neraca tranksaksi modal dan inansial pada kuartal II-2017 ini menurun 26,5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
■ Pendalaman deisit neraca investasi lainnya menjadi penyebab utama turunnya surplus neraca tranksaksi modal dan inansial.
■ Adapun turunnya surplus ini tertahan oleh kenaikan investasi langsung dan investasi portofolio.
Surplus neraca investasi portofolio meningkat sebesar 12,1 persen q-t-q pada kuartal II-2017 (gambar 29).
■ Adapun besaran neraca investasi portofolio pada kuartal II-2017 tercatat sebesar US$ 7,4 miliar.
■ Penerbitan surat utang serta ekuitas oleh sektor swasta—dengan tujuan ekspansi usaha—menjadi salah satu motor utama
peningkatan surplus neraca investasi portofolio.
■ Pada kuartal II-2017 lalu besaran kewajiban utang serta ekuitas sektor swasta masing-masing meningkat sebesar 414,8 persen
dan 8,1 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Neraca investasi langsung tercatat surplus sebesar US$ 4,6 miliar pada kuartal II-2017 (gambar 29).
■ Surplus neraca investasi langsung ini meningkat 64,3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
■ Meningkatknya penyertaan modal (ekuitas) dan pembiayaan utang oleh investor non residenmenjadi faktor utama yang
menyebabkan peningkatan surplus neraca investasi langsung—masing-masing meningkat 47,7 dan 298,17 persen q-t-q.
■ Selain itu, berdasarkan arah investasi, pada kuartal II-2017 lalu tercatat kenaikan inlow investasi langsung sebesar 90,9 persen
q-t-q.
■ Relatif stabilnya kondisi perekonomian Indonesia serta makin intensifnya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah menjadi
insentif bagi non-residen untuk berinvestasi di Indonesia.
Adapun saldo neraca investasi lainnya mengalami pendalaman deisit yang cukup tajam (gambar 29).
■ Pada kuartal II-2017 neraca investasi lainnya mencatatkan deisit sebesar US$ 6,2 miliar atau meningkat 377,7 persen q-t-q.
■ Dari sisi aset, pendalaman deisit ini disebabkan oleh meningkatnya penempatan dana sektor swasta domestik ke negara-negara
lain.
■ Peningkatan deisit ini disebabkan oleh tingginya penempatan simpanan swasta di luar negeri.
■ Hal ini dilakukan dalam rangka antisipasi perbankan untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, terutama dalam menghadapi
libur panjang lebaran.
Gambar 29 Neraca Transaksi Modal dan Finansial Kuartal II -2014 - Kuartal II-2017
Neraca Tranksaksi Modal dan Finansial menurun pada kuartal II-2017
1.
Exchange Market Pressure Index
(EMPI): Tekanan pada pasar valuta asing
cenderung meningkat pada September 2017
2.
Banking Pressure Index
: Tekanan di Sektor Perbankan Indonesia Menurun
INDIKATOR KRISIS
INDIKATOR KRISIS
F.
Exchange Market Pressure Index merupakan indikator yang menggambarkan kondisi terkini tekanan pada pasar valuta asing (valas) (gambar 30).
■ Indeks ini disusun dari komposit tiga variabel yaitu nilai
tukar rupiah terhadap USD, cadangan devisa, dan suku bunga JIBOR.
■ Semua data dalam frekuensi bulanan dan telah dinormalisasi menggunakan metode yang diterapkan oleh Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart (1998,1999).
■ Nilai indeks berada pada rentang skala 0 – 100, semakin
mendekati 100 semakin besar tekanan yang diterima oleh pasar valas.
■ Adapun sebaliknya semakin mendekati 0, maka semakin
kecil tekanan yang diterima oleh pasar valas.
1. EXCHANGE MARKET PRESSURE INDEX (EMPI):
TEKANAN PADA PASAR VALUTA ASING CENDERUNG
MENINGKAT PADA SEPTEMBER 2017
Gambar 30 Indeks Tekanan Pasar Valuta Asing, Juni 2001 – Juni 2017 (skala 0-100)
Meskipun terjadi peningkatan tekanan namun pasar valas masih dalam kondisi aman
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2017, diolah)
EMPI pada September 2017 tercatat sebesar 39,23 poin atau meningkat 2,71 poin dibandingkan bulan sebelumnya (gambar 30).
■ Peningkatan nilai EMPI ini mengindikasikan naiknya tekanan di pasar valuta asing.
■ Depresiasi rupiah terhadap dollar AS yang terjadi pada bulan September merupakan faktor utama yang mengakibatkan
melemahnya rupiah.
■ Tren rupiah yang kembali ke nilai natural jangka panjangnya turut memengaruhi kenaikan EMPI.
■ Adapun depresiasi pada September lalu merupakan yang paling tinggi selama tahun 2017.
■ Meskipun EMPI pada September 2017 meningkat, namun kondisi ini masih relatif aman, sebab belum menembus ambang batas
pertama yakni sebesar 63.19 poin.
F. INDIKATOR KRISIS
Pada Agustus 2017 BPI formula EMPI berada pada level 65,36 nilai indeks atau meningkat 10,38 poin m-t-m. (gambar 31).
■ Nilai BPI per Agustus 2017 ini masih relatif jauh dari ambang batas pertama—yakni sebesar 12,12 poin.
■ Hal ini menandaikan secara keseluruhan industri perbankan di Indonesia berada dalam kondisi yang sehat.
■ Meningkatnya rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) serta rasio kredit lancar (liquidity asset ratio) menjadi faktor utama yang menyebabkan turunnya tekanan pada industri perbankan.
■ Meskipun berada dalam kondisi yang relatif aman, namun perlu diperhatikan pada bulan Agustus 2017 lalu terjadi kenaikan
rasio kredit macet (non performing loan) sebesar 0,05 pp.
2. BANKING PRESSURE INDEX: TEKANAN DI SEKTOR
PERBANKAN INDONESIA MENURUN
Gambar 31 Indeks Tekanan Perbankan formula EMPI, 2014–2017
Sumber: BI dan CEIC (2017)
Banking Pressure Index (BPI) adalah indikator yang menunjukkan tekanan yang terjadi di sektor perbankan. (gambar 31).
■ BPI dihitung dengan memperhitungkan tiga indikator di
sektor perbankan, yakni Capital Adequacy Ratio (CAR), Nonperforming Loan (NPL), dan Liquidity Assets Ratio (LAR).
■ Seluruh data yang digunakan memiliki frekuensi bulanan
dan diolah dengan menggunakan dua macam formula, yaitu formula yang mengacu pada perhitungan Exchange Market Pressure Index (EMPI) dan formula yang mengacu pada perhitungan Financial Stability Index (FSI).
■ Nilai indeks berada pada rentang 0 – 100, yang berarti
1. Harga sejumlah komoditas global meningkat
2. Secara umum negara-negara di dunia tumbuh dengan stabil.
PERKEMBANGAN EKONOMI
GLOBAL DAN HARGA KOMODITAS
PERKEMBANGAN EKONOMI
GLOBAL DAN HARGA KOMODITAS
G.
Harga komoditas global meningkat pada kuartal ketiga (gambar 32).
■ Pada September 2017, indeks harga komoditas meningkat sebesar 2,25 persen q-t-q.
■ Peningkatan tersebut dipicu oleh kenaikan indeks harga energi sebesar 13,36 persen
q-t-q serta indeks harga metal dan mineral sebesar 15,33 persen q-t-q.
■ Sementara itu, indeks harga agrikultur cenderung stabil dan hanya menurun sebesar
0,38 persen q-t-q.
■ Nilai indeks harga komoditas yang mengalami sedikit peningkatan pada Q3 2017
menandakan bahwa kinerja pasar komoditas dunia mulai mengalami perbaikan.
Harga minyak mentah dunia meningkat tajam (gambar 33).
■ Pada September 2017, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate naik 3,75 persen m-t-m dan 10,32 persen q-t-q
menjadi 49,83 USD/Barrel.
■ Sementara itu, harga minyak mentah jenis Brent juga naik 7,38 persen m-t-m dan 17,64 persen q-t-q menjadi 55,16 USD/Barrel.
■ Berdasarkan publikasi OPEC September 2017, permintaan minyak dunia meningkat 1,42 juta barel per hari dibandingkan dengan
publikasi bulan sebelumnya.
■ Pasokan minyak dunia turun 0,41 juta barel pada bulan Agustus menjadi rata-rata 96,75 juta barel ber hari.
■ Harga minyak diperkirakan terus meningkat menyusul pemotongan produksi oleh OPEC dan ketegangan geopolitik global.
Harga batu bara dunia terus meningkat (gambar 33).
■ Harga batu bara dunia berada pada level tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
■ Pada September 2017, harga batu bara dunia meningkat 0,98 persen m-t-m, 19,66 persen q-t-q, dan 32,88 persen y-o-y menjadi
96,87 USD/Metric Ton.
■ Peningkatan ini terjadi karena adanya penurunan pasokan batu bara dari Australia ke pasar dunia akibat aksi demonstrasi di
tambang New Castle, Australia.
■ Sementara itu, volume impor batu bara China meningkat 13,7 persen y-o-y mencapai 204,85 juta ton pada Januari-September
2017.
1. HARGA SEJUMLAH KOMODITAS
GLOBAL MENINGKAT
Gambar 33 Graik Harga Batubara dan Minyak Mentah Jenis Brent dan West Texas Intermediate, September 2012-2017
Harga minyak dunia dan batu bara meningkat cukup tajam
Sumber: Bank Dunia (2017)
Gambar 32 Indeks Komoditas, September 2012-2017
Harga komoditas global naik pada kuartal ketiga
Gambar 34 Harga Tembaga, Timah, Nikel dan Bijih Besi, September 2012-2017
Mayoritas harga logam meningkat
Sumber: Bank Dunia (2017)
Harga logam yang meningkat paling tajam adalah nikel (gambar 34).
■ Pada September 2017, harga nikel menembus level tertingginya sejak November 2016.
■ Harga nikel naik 2,99 persen m-t-m dan 25,57 persen q-t-q menjadi 11.215,79 USD/Metric Ton.
■ Adanya ketidakpastian pasokan nikel di Filipina memperkuat harga nikel.
■ Produksi nikel dunia mengalami deisit pada Januari-Mei 2017 sebesar 54.300 ton (WBMS, 2017).
■ Di sisi lain, permintaan nikel di China meningkat seiring dengan meningkatnya produksi stainless steel di China.
■ China melarang beberapa aktivitas konstruksi proyek selama musim dingin 2017.
Harga timah menunjukkan tren peningkatan (gambar 34).
■ Pada September 2017, harga timah meningkat 1,34 persen m-t-m, 5,78 persen q-t-q dan 6,65 persen y-o-y menjadi 20.796,62
USD/Metrik Ton.
■ Permintaan timah meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian dunia, terutama di negara industri produsen produk
elektronik.
Gangguan produksi tambang tembaga di Escondida, Chile dan Grasberg, Indonesia mendorong tren penguatan harga tembaga (gambar 34).
■ Pada September 2017, harga tembaga menyentuh level tertingginya dalam tiga tahun terakhir.
■ Harga tembaga meningkat 1,41 persen m-t-m, 14,99 persen q-t-q dan 39,28 persen y-o-y menjadi 6.577,17 USD/Metrik Ton.
■ Peningkatan harga tersebut terjadi seiring dengan deisitnya pasokan tembaga global.
■ Aksi pemogokan kerja kerap terjadi di perusahaan tambang tembaga Econdida, Chile dan Grasberg, Indonesia.
■ Permintaan tembaga dari China mulai meningkat seiring dengan peningkatan belanja infrastukturnya.
Harga bijih besi menurun dibandingkan bulan sebelumnya tetapi, meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya (gambar 34).
■ Pada September 2017, harga bijih besi turun sebesar 5,97 persen m-t-m dan 20,02 persen y-t-d menjadi 71,53 USD/Dry Metric
Ton.
■ Surplus produksi bijih besi membengkak hingga 118 juta ton di 2017 (Bloomberg, 2017).
■ Berlebihnya pasokan berasal dari sejumlah negara produsen utama seperti Brazil, Australia, China, dan India.
■ Di sisi lain, harga bijih besi menguat 24,44 persen q-t-q seiring dengan realisasi larangan impor tembaga daur ulang dan
peningkatan belanja infrastruktur di China.
Mayoritas harga logam meningkat (gambar 34).
■ Pada September 2017, secara q-t-q, harga tembaga, timah,
bijih besi dan nikel meningkat.
■ Meskipun demikian secara m-t-m, harga bijih besi menurun
disaat harga tembaga, timah dan nikel meningkat.
■ Peningkatan harga logam pada Q3 2017 dapat dikaitkan
dengan meningkatnya permintaan logam dari China seiring dengan peningkatan belanja infrastruktur.
■ Namun, terdapat gangguan produksi pada beberapa
komoditas logam yang mengakibatkan deisitnya logam
tersebut di pasar dunia.
Harga gandum kembali meningkat (gambar 35).
■ Pada September 2017, harga gandum kembali meningkat sebesar 4,29 persen m-t-m menjadi 178,57 USD/Metric Ton.
■ Peningkatan kembali harga gandum terjadi karena adanya penurunan output di Amerika Serikat sebesar 47 persen y-o-y menjadi
hanya 55 juta gantang.
■ Produksi gandum di Australia menurun disebabkan oleh cuaca kering di wilayah timur Australia.
■ Total konsumsi gandum dunia diproyeksikan meningkat terutama di India, Uni Eropa, dan Rusia.
■ Di sisi lain, harga gandum dunia yang sempat turun 15,42 persen m-t-m pada Agustus 2017 terjadi karena peningkatan proyeksi
produksi di laut hitam.
Harga jagung mulai menunjukkan tren penurunan (gambar 35).
■ Pada September 2017, harga jagung menurun 0,81 persen m-t-m, 6,75 persen q-t-q dan 9,57 persen y-t-d menjadi 147,29 USD/
Metric Ton.
■ Penurunan harga jagung terjadi karena berlanjutnya peningkatan persediaan jagung menuju level yang tertinggi dalam tiga
dekade terakhir (USDA, 2017).
■ Peningkatan ekspor jagung yang terjadi di Meksiko dan Argentina mampu mengimbangi penurunan ekspor di Rusia dan Ukraina.
■ Permintaan jagung untuk kegiatan Industri di China diperkiran akan meningkat selama periode 2017-2018.
G. PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL DAN HARGA KOMODITAS
Gambar 35 Harga Jagung, Beras, dan Gandum, September 2012-2017
Harga beras, dan gandum meningkat, jagung sedikit menurun
Sumber: Bank Dunia 2017
Harga beras kembali meningkat (gambar 35).
■ Pada September 2017, harga beras naik 2,29 persen m-t-m
menjadi 402 USD/Metric Ton.
■ Produksi beras global diperkirakan menurun sebesar 3 juta
ton dari tahun lalu menjadi 483,4 juta ton pada 2017/2018 (USDA, 2017).
■ Hal ini terjadi karena adanya gangguan produksi di China,
Bangladesh, dan Amerika Serikat.
■ Konsumsi beras global pada 2017/2018 mencapai 480,2
juta ton.
■ Di sisi lain, harga beras dunia yang sempat turun 5,75 persen m-t-m pada Agustus 2017 terjadi karena peningkatan perkiraan tertinggi produksi beras global (FAO, 2017).
Gambar 36 Harga Kedelai, Gula dan Sawit, September 2012 -2017
Kedelai, gula dan minyak kelapa sawit menurun.
Sumber: Bank Dunia (2017)
Harga minyak sawit kembali menunjukkan tren peningkatan (gambar 36).
■ Pada September 2017, harga minyak sawit meningkat 7,42
persen m-t-m dan 6,94 persen q-t-q menjadi 724 USD/
Metric Ton.
■ Adanya kenaikan harga minyak sawit disebabkan oleh
meningkatnya permintaan dari China dan India.
■ Selain itu, kenaikan harga minyak sawit juga dipicu oleh
potensi kekeringan lahan kedelai di Amerika Serikat (AS) karena kedelai merupakan produk substitusi dari CPO.
■ Tingkat curah hujan yang mulai tinggi di kawasan Asia
Tenggara juga turut meningkatkan harga minyak sawit karena mengantisipasi risiko banjir.
■ Produksi minyak sawit di Indonesia akan tumbuh 11,2%
Harga kedelai sedikit meningkat (gambar 36).
■ Harga kedelai meningkat 1,79 persen m-t-m dan 4,47 persen q-t-q menjadi 380 USD/Metric Ton Pada September 2017.
■ Produksi kedelai di Brazil turun sebesar 7 juta ton menjadi 107,1 juta ton.
■ Kondisi cuaca kering yang melanda Brazil menghambat produksi kedelai.
■ Produksi kedelai global diproyeksikan turun 0,6 juta ton menjadi 347,9 juta (USDA, 2017).
Harga gula menurun cukup tajam (gambar 36).
■ Pada September 2017, harga gula turun 5,97 persen m-t-m, 1,53 persen q-t-q dan 38,29 persen y-o-y menjadi 13,54 US cents/
Pound.
■ Produksi gula dunia pada 2017/2018 diprediksi meningkat 5,5 persen y-o-y menjadi 179,5 juta ton.
■ Penurunan harga gula terjadi karena kenaikan surplus global sebesar 5,3 juta ton.
■ Tingkat curah hujan yang menguntunngkan di wilayah India telah mencegah penurunan besar pada musim panen ini.
■ Selain itu, penurunan harga gula juga disebabkan penghapusan kuota produksi gula oleh Uni Eropa.
■ Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan bahwa produksi gula Uni Eropa akan meningkat 4,3 juta ton
menjadi 18,6 juta ton pada 2017/2018.
G. PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL DAN HARGA KOMODITAS
Gambar 37 Harga Coklat dan Kopi, September 2012-2017
Harga coklat meningkat, kopi turun
Sumber: Bank Dunia (2017)
Harga coklat mulai mengalami sedikit perbaikan (gambar 37).
■ Pada September 2017, harga coklat meningkat 2,74 persen
m-t-m, 2,23 persen q-t-q menjadi 2.043 USD/Metric Ton.
■ Produksi coklat di Pantai Gading diperkirakan menurun
10 persen y-o-y pada Oktober 2017-Maret 2018 (Reuters, 2017).
■ Penurunan harga yang terjadi sejak tahun lalu, diperkirakan akan mendorong permintaan cokelat.
■ Permintaan coklat global diproyeksikan naik 1,6 persen
y-o-y selama 2017/2018.
Harga kopi menunjukkan tren penurunan (gambar 37).
■ Pada September 2017, harga kopi turun 2,84 persen m-t-m, 12,41 persen q-t-q dan 29,22 persen y-o-y menjadi 126,21 US cents/
Pound.
■ Produksi kopi dunia meningkat 1,5 persen y-o-y menjadi 7,23 juta ton pada 2016/2017
■ Pasokan kopi dunia mengalami surplus sebesar 0,6 juta ton.
Negara maju tumbuh stabil (tabel 5).
■ Amerika Serikat pada kuartal II-2017 tumbuh 2,21 persen—lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan kuartal I maupun dibandingkan rata-rata 2016.
■ Output gap sebesar 0,01 persen mengindikasikan kondisi perekonomian AS yang
seimbang/sama dengan level naturalnya
■ Negara-negara Uni Eropa (UE) tumbuh sebesar 2,4 persen pada kuartal II-2017, lebih
rendah 0,25 pp dibandingkan kuartal I-2017.
■ Relatif tingginya output gap UE (nyaris satu persen), menjadi indikasi untuk berhati-hati akan bahaya overheating—meskipun masih dalam batas yang sangat wajar.
Beberapa negara berkembang tumbuh stagnan (tabel 5).
■ Raksasa Asia, Tiongkok tumbuh 6,9 persen pada kuartal II-2017 lalu, pertumbuhan ini tidak mengalami perubahan dibandingkan
kuartal I-2017.
■ Pertumbuhan Tiongkok n ini lebih tinggi dibandingkan ekspektasi para ahli (6,8 persen) dan rata-rata tahun 2016 (6,73 persen).
■ Setelah hampir 3 tahun mengalami pertumbuhan negatif, pada kuartal II-2017 Brasil berhasil tumbuh positif 0,23 persen.
■ Keluar dari resesi tidak berarti Brasil bebas dari pekerjaan rumah, data output gap menunjukkan Brasil masih berada 0,58 persen dibawah tingkat perekonomian naturalnya.
■ Adapun India tumbuh sebesar 5,72 persen pada kuartal II-2017—lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya maupun
rata-rata pertumbuhan tahun 2016.
■ Demonetisasi yang dilakukan oleh India menjadi salah satu faktor yang memperlambat pertumbuhan India.
2. SECARA UMUM NEGARA - NEGARA
DI DUNIA TUMBUH DENGAN STABIL
Tabel 5 Pertumbuhan Ekonomi Riil Kuartal II-2016 – Kuartal II-2017 (% y-o-y)
Negara maju tumbuh positif, pertumbuhan negara berkembang bervariatif.
Catatan: Kawasan Uni Eropa mencakup 28 negara yaitu Belanda, Belgia, Italia, Jerman, Luksemburg, Perancis, Britania Raya, Denmark, Irlandia, Yunani, Portugal, Spanyol, Austria, Finlandia, Swedia, Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania, Malta, Polandia, Siprus, Slovenia, Slowakia, Bulgaria, Rumania, dan Kroasia.
Sumber: CEIC (2017)
■ Adapun Jepang tumbuh 1,55 persen pada kuartal
II-2017, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya maupun rata-rata pertumbuhan tahun 2016.
■ Inggris merupakan satu-satunya negara maju dalam
observasi yang tumbuh lebih rendah baik jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya maupun dibandingkan dengan rata-rata 2016.
■ Indikator output gap juga menunjukkan bahwa Inggris
tumbuh 0,25 persen dibawah performa yang seharusnya.
■ Proses brexit talks yang masih berlangsung menciptakan
ketidakpastian yang kemudian berpengaruh buruk terhadap perekonomian Inggris.
1.
GAMA Leading Economic Indicator
(GAMA LEI)
2.
Outlook:
APBN 2018,
belanja infrastruktur dan investasi swasta
GAMA LEADING ECONOMIC
INDICATOR
DAN
OUTLOOK
GAMA LEADING ECONOMIC
INDICATOR
DAN
OUTLOOK
H.
GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI) adalah model early warning system untuk memperkirakan arah pergerakan siklus ekonomi Indonesia satu kuartal ke depan.
■ Outlook atas perekonomian didapatkan dengan
membandingkan indeks komposit GAMA LEI dengan pergerakan siklus ekonomi.
■ Indeks GAMA LEI dikonstruksi dengan menggabungkan
berbagai variabel makroekonomi yang cenderung bergerak searah dan mendahului siklus ekonomi.
■ Gambaran kondisi perekonomian pada Kuartal III-2017
akan tercermin pada indeks GAMA LEI Kuartal II-2017 dan sebelumnya.
■ Akan tetapi, harap dicermati bahwa kondisi perekonomian
dapat berubah sewaktu-waktu.
■ Tim Mandiri Macroeconomic Dashboard terus
menyempurnakan metode penyusunan indeks komposit GAMA LEI untuk mendapatkan outlook yang semakin akurat.
1. GAMA LEADING ECONOMIC INDICATOR (GAMA LEI)
Nilai indeks GAMA LEI menunjukkan kecenderungan perbaikan siklus ekonomi (PDB) Indonesia.
■ Nilai indeks yang berada di atas 100 menunjukkan kondisi baik atau prospektif sedangkan nilai indkes yang berada di bawah 100 menunjukkan kondisi kurang baik atau depresi.
■ Nilai indeks GAMA LEI pada Kuartal II-2017 adalah 101.08 poin, menunjukkan kondisi prospektif.
Indikasi perbaikan siklus perekonomian Indonesia didasarkan pada perkembangan perekonomian domestik dan global selama terkini.
■ Pertumbuhan investasi serta belanja pemerintah yang tinggi pada Kuartal II-2017 diperkirakan akan berlanjut hingga Kuartal
III-2017.
■ Konsumsi diperkirakan akan membaik didukung oleh sentimen konsumen serta indikator penjualan bulanan yang meningkat.
■ Membaiknya perekonomian Uni Eropa, Amerika Serikat, serta Tiongkok mengindikasikan kenaikan permintaan global yang
semakin kuat.
■ Perlu diwaspadai isu penurunan konsumsi rumah tangga serta penurunan ekspor produk manufaktur yang dapat menurunkan
outlook perekonomian Indonesia pada Kuartal III-2017.
Gambar 38 GAMA Leading Economic Indicator
GAMA LEI Menunjukkan Kecenderungan Perbaikan Siklus Bisnis Indonesia
Sumber: Estimasi Tim Mandiri Macroeconomic Dashboard (2017)
Indeks GAMA LEI merupakan gabungan uraian komponen siklikal atas variabel-variabel makroekonomi yang bergerak mendahului siklus bisnis (leading indicator)
■ Berbagai variabel makro yang secara teoretis memenuhi syarat sebagai leading indicator seperti penjualan mobil, real efective exchange rate, konsumsi semen, dan realisasi investasi diuji secara statistik sifat pergerakannya terhadap siklus PDB.
■ Variabel (1) indeks tendensi bisnis, (2) jumlah wisatawan asing, (3) realisasi investasi, (4) M2, (5) real efective exchange rate, dan (6) cadangan devisa yang menyusun GAMA LEI edisi Kuartal III-2017 ini.