STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA TRANSFIELD
AUSTRALIA DI JALAN PATI - PURWODADI KM 5
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisa Struktur 1
Disusun oleh : Kelas B
Aji Santiko 21010113120008 Henny Heryanti 21010113120009 Sanny Bhahryeltaky R.N.P 21010113120021 Verra Anggraini 21010113120081 Giandi Ferniawan Pamungkas 21010113120084
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Analisa Struktur 1.
Tugas ini disusun sebagai media pembelajaran sekaligus pengenalan terhadap struktur rangka yang nantinya akan dipelajari, dari mulai cara untuk menghitung gaya batang dan lain dalam mata kuliah ini.
Pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Eng. Sukamta, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Analisa Struktur 1 yang telah membimbing kami dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas Analisa Struktur 1.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun kami perlukan untuk penyempurnaan pada tugas - tugas berikutnya. Semoga makalah ini nantinya dapat berguna bagi para pembaca. Mohon maaf bila masih terdapat kekurangan.
Semarang, Agustus 2016
BAB I
DATA JEMBATAN
1.1 Informasi Umum
Jembatan menggunakan tipe rangka baja Transfield Australia. Baja Transfield Australia merupakan jembatan baja yang berasal dari Australia yang memiliki ciri khas elemen diagonal tanpa elemen vertical. Jembatan ini dibangun pada tahun 1990 sampai tahun 1991. Lokasi jembatan rangka terletak pada jalan Pati – Purwodadi km 5. Struktur rangka baja menggunakan profil I dan profil L dengan total bentang jembatan ( 2 x 60 m). Adapun lokasi jembatan ditunjukan pada gambar berikut.
Gambar 1.1 Lokasi Jembatan
Gambar 1.2 Tampak Samping Jembatan
Lokasi Jembatan
120 m
Jalan Pati - Purwodadi
Gambar 1.3 Profil Rangka Baja
1.2 Tumpuan Jembatan
Struktur jembatan berada di atas 3 tumpuan, yaitu berupa 2 abutmen dan 1 poer.
Gambar 1.4 Poer dan Abutmen sebagai Tumpuan Jembatan
Sistem tumpuan baik pada poer dan abutmen menggunakan elastomer (sejenis karet) yang ditempatkan baik secara tengkurap (melawan pembebanan vertikal) dan melintang (melawan gaya lateral yang besar seperti gempa).
Profil I Profil L
Profil L
Gambar 1.5 Elastomer pada Abutmen (Tumpuan Jembatan)
Adapun detail elastomer untuk menahan pembebanan vertikal sebagai berikut.
Gambar 1.6 Elastomer Posisi Tengkurap pada Abutmen
Elastomer posisi melintang Elastomer posisi
tengkurap
Gambar 1.7 Elastomer pada Poer
Dalam mengidentifikasi apakah tumpuan itu termasuk sendi atau rol atau jepit adalah berdasar pada kemampuan berdeformasi. Jadi, jika tumpuan struktur tersebut (dalam bentuk apa saja) pada saat dibebani tidak mengalami translasi tapi hanya berotasi saja maka dalam pemodelan struktur dapat dianggap sebagai sendi, jika hanya ditahan terhadap translasi vertikal yang lain bebas maka dapat dianggap rol. Jika bisa berdeformasi terbatas pada suatu nilai tertentu (baik translasi atau rotasi) maka bisa disebut tumpuan elastis.
Dari gambar – gambar sebelumnya dan sifat bahan karet pada elastomer, karena bisa berotasi yang diindikasikan dengan perubahan ketebalan elastomer dan juga bisa bertranslasi horizontal dengan batasan perubahan ketebalan tertentu, maka tumpuan pada jembatan yang ditinjau berupa tumpuan sendi – rol atau tumpuan elastis.
1.3 Sambungan pada Rangka
Sambungan secara keseluruhan pada jembatan yang ditinjau menggunakan sambungan baut. Sehingga dapat dikatakan hubungan antar batang berupa hubungan sendi – sendi.
Elastomer posisi tengkurap
Gambar 1.8 Jembatan menggunakan Sambungan Baut
1.4 Dimensi Struktur Rangka
Secara pendekatan analisa struktural yang dilakukan dengan pengukuran di lapangan, diperoleh dimensi struktur sebagai berikut.
Gambar 1.9 Dimensi Struktur Rangka Jembatan
Gambar 1.10 Dimensi Penghubung 2 Gelagar Atas 5 m
6.3 m
6 m
5 m
BAB II
ANALISA STRUKTUR
2.1 Pemodelan Struktur 2D
Untuk memudahkan dalam perhitungan struktur secara manual dilakukan pendekatan pemodelan 2D sebagai berikut.
2.2 Stabilitas Rangka Batang
Sehingga stabilitas rangka batang dapat ditentukan dari persamaan berikut : m≥2∗j−r
Sehingga rangka batang stabil
2.3 Jenis Rangka Batang
Karena m>2∗j−r , maka struktur rangka batang tersebut termasuk struktur “statis tak tentu”.
6 m
120 m 5 m
BAB III KESIMPULAN