• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MIKROBIOLOGI BPOM(YANG BENAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN MIKROBIOLOGI BPOM(YANG BENAR)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu cara untuk menambah wawasan mahasiswa D-III Analisa Farmasi dan Makanan yang dibutuhkan dalam era industry adalah dengan jalan pendidikan. Pendidikan Ahli Madya Analisa Farmasi dan Makanan bertujuan untuk mempersiapkan tenaga farmasi yang mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di lapangan kerja.

Cara untuk menuju arah itu dilakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bidang yang sesuai dengan pendidikan atau berhubungan dengan analisa farmasi dan makanan yang salah satunya ada di Balai Besar POM di Medan.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah pada program studi Ahli Madya Analisa Farmasi dan Makanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Mahasiswa di harapkan dapat menerapkan bekal yang diperolehnya selama perkuliahan berupa ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dalam penerapan secara langsung ke lapangan untuk bekerja pada bidangnya sesuai dengan latar belakang pendidikan yang telah dijalani serta ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.

Oleh Karena itu, maka kami mahasiswa D-III Analisa Farmasi dan Makanan Universitas Sari Mutiara Medan ( PKL) di Balai Besar POM di Medan. Dengan melakukan Praktek Kerja Lapangan ini di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman kerja di bidang ilmu, khususnya pada pengujian mikrobiologi serta dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.

1.2. Tujuan Pelaksanaan PKL

Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan di Balai Besar POM di Medan adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui metode pengujian yang secara teoritis dipelajari di bangku kuliah dan diaplikasikan di tempat PKL.

2. Mahasiswa dapat mengenal suasana kerja yang akan dihadapi kelak.

3. Mahasiswa mampu membandingkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh secara teoritis di perguruan tinggi dengan keadaan di lapangan kerja.

4. Sebagai persyaratan akademis untuk pendidikan Analisa Farmasi dan Makanan Universitas Sari Mutiara Indonesia, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat Ahli Madya (Diploma III).

1.3. Manfaat Pelaksanaa PKL

Manfaat dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan di Balai Besar POM di Medan adalah: 1. Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa untuk menerapkan langsung pekerjaan

yang dilakukannya.

2. Mengubah sikap mahasiswa untuk bersikap disiplin dan bertanggung jawab dalam pekerjaan.

(2)

4. Dapat mengetahui perbandingan kerja dibidang farmasi yang diperoleh di Perguruan Tinggi dengan dunia kerja khususnya di Balai Besar POM di Medan.

1.4. Waktu dan Lokasi Praktik Kerja Lapangan

(3)

BAB II

TINJAUAN UMUM BALAI BESAR POM

2.1. Latar Belakang Balai Besar POM

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian ( LPNK) yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan makanan di wilayah Indonesia. Tugas, fungsi dan kewenangan BPOM diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan bagian integral dari upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Misi Badan POM dalam melindungi masyarakat dari produk Obat dan Makanan yang membahayakan kesehatan dituangkan dalam sistem pengawasan full spectrum mulai dari per-market hingga post-market control yang disertai dengan upaya penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat (community empowerment).

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk dengan “range” yang sangat luas.

Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan sesringkali tidak rasional.

Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dan implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka resiko yang terjadi akan berskala besardan luas serta berlangsung secara amat cepat.

(4)

2.2. Fungsi Badan POM

Berdasarkan pasal 67 keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, BPOM melaksanakan

tugas pemerintah di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan

per Undang-Undangan yang berlaku. (http://www.pom.go.id/new/view/direct/jobdiakses pada

tanggal 10 Maret 2018)

Berdasarkan pasal 2 Peraturan Kepala BPOM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan atas produk teraupetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya.

Pasal 68 Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, BPOM mempunyai fungsi : 1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan

Makanan

2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan. 3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas badan POM.

4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan.

5. Penyelenggaraan pembina dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi, dan tata laksana, kepegawaian, keuangan,

kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

Pasal 3 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014, Unit Pelaksanaan Teknis dilingkungan BPOM mempunyai fungsi:

1 Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan

2 Pelaksanaanpemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk teraupetik, narkotika, psikotropika zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi (BPOM RI. 2011).

2.3. Visi dan Misi Badan POM a. Visi

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saling Bangsa (http://standarpangan.pom.go.id/index.php/tentang-kami/tentang-kami/visi-dan-misi#diakses

pada tanggal 10 Maret 2018)

b. Misi

1 Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat.

2 Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat. dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

(5)

2.4. Budaya Organisasi

Budaya Organisasi Badan POM 1 Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integrasi, objektivitas, ketekunan, dan komitmen yang tinggi.

2 Kredibel

Dapat dipercayai dan diakui oleh masyarakat luas, nasional, dan internasional. 3 Cepat Tanggap

Antisipatif dan resposif dalam mengatasi masalah. 4 Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. 5 Inovatif

Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. . Integritas

Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.

.5 Fungsi Dan Tugas Pokok Balai Besar POM

Badan pengawasaan obat dan makanan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah dibidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku :

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan. 2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan.

3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas badan POM.

4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan.

5. Penyelenggaraan pembina dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi, dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

2.6 Prinsip Dasar Balai Besar POM

1. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat, dan profesional.

2. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko dan berbasis bukit-bukit ilmiah. 3. Lingkup pengawasaan bersifat menyeluruh, mencakup selurah siklus proses.

4. Berskala nasional/lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional. 5. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum.

6. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif yang kuat dan berkolaborasi dengan jaringan global.

(6)
(7)

MATERI PRAKTEK 3.1 Pengertian Mikrobiologi

Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yang berukuran sangat kecil yaitu dalam skala micrometer atau micron (µ) atau sepersejuta meter dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.Mikrobiologi ialah telaah mengenai organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Dalam mikrobiologi kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini (juga dinamakan mikroba atau protista) dimana adanya, ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok, organisme lainnya, pengendaliannya, dan peranannya dalam kesehatan serta kesejahteraan kita (Koes, 2013).

Mikrobiologi pertama kali dikembangkan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada tahun 1633-1723. Dengan mikroskop sederhana yang diciptakan maka ditemukan mikroorganisme. Mikroskop yang dibuatnya dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali. Leeuwenhoek melakukan pengamatan tentang struktur mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan invertebrata kecil, tetapi penemuan yang terbesar adalah diketahuinya dunia mikroba yang disebut “animalculus” atau hewan kecil. Animalculus adalah jenis-jenis mikroba yang sekarang diketahui sebagai protozoa, algae, khamir, dan bakteri (Melati&Apriliani, 2014).

3.2 Mikroorganisme

Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantu. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik (Melati&Apriliani, 2014).

Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, di segala lingkungan hidup manusia (Koes, 2013). Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme yaitu bakteri, protozoa, virus, serta algae dan cendawan mikroskopis. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi penghuni tubuh manusia (Michael, 2007).

3.2.1 Bakteri

Bakteri merupakan organisme mikroskopis yang tersusun atas satu sel (prokariotik) yang berasal dari kata “bacterion” yang berarti “small stick”. Bakteri berkembang biak dengan aseksual yaitu membelah diri (Melati&Apriliani, 2014). Bakteri dikelompokkan sebagai berikut antar lain :

A. Bakteri berdasarkan cara hidupnya 1 Heterotrof

Heterotrof adalah tidak bisa membuat makanan sendiri, dibagi menjadi parasit (Hidup pada inang), dan saprofit (Menguraikan sampah organik).

2 Autotrof

(8)

B. Bakteri berdasarkan kebutuhan Oksigen 1 Aerob

Aerob adalah membutuhkan oksigen, terbagi menjadi obligat (Sangat membutuhkan oksigen), dan fakultatif (Bisa hidup tanpa oksigen atau ada oksigen). Contoh : Mycobacterium tuberculosis dan Nocardia asteroides.

2 Anaerob

Anaerob adalah bakteri yang tidak membutuhkan oksigen. Contoh : Salmonella thypose dan Shigella.

C. Berdasarkan bentuknya 1 Kokus

Kokus adalah bakteri berbentuk bulat. Kokos terbagi lagi diantaranya monokokus, diplokokus, streptokokus, stafilokokus. Contoh :

2 Basilus

Basilus yaitu bakteri berbentuk batang. Basilus terbagi menjadi beberapa bentuk diantaranya monobasil, diplobasil, streptobasil. Contoh :

3 Koma

Koma yaitu bakteri yang berbentuk koma. Contoh : 4 Spirilum

Spirilum yaitu bakteri berbentuk spiral. Contoh: Campylobacter jejuni

D. Bakteri Berdasarkan Pewarnaan Gram 1 Bakteri Gram Positif

Bakteri yang mempertahankan pewarna kristal violet disebut Gram-positif. Bakteri Gram-positif memiliki lapisan peptidoglycan yang tebal (lapisan ganda), kebanyaka bakteri Gram-positif mempunyai asam teitoik, tidak mempunyai ruang periplasmik, dan tidak mempunyai membran luar. Bakteri Gram-positif ini lebih resisten terhadap kekeringan, tetapi tidak terlalu resisten terhadap antibiotik. Dinding selnya satu lapisan, kandungan lipid di dinding sel rendah, tetapi kandungan Murein lebih tinggi yaitu sekitar 70 – 80%. Contohnya: Streptococcus pneumoniae, Staphylococus aureus ,Bacillus anthracis, Clostridium tetani.

2 Bakteri Gram Negatif

Bakteri yang tidak mempertahankan pewarna violet dan berwarna merah atau merah muda, golongan bakteri ini disebut Gram-negatif. Bakteri Gram-negatif lebih tahan terhadap antibodi karena memiliki dinding sel yang sulit ditembus. Gram-negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis (satu lapisan), tidak memiliki asam teitoik, memiliki ruang periplasmik, dan memiliki membran luar. Komposisi dinding selnya yaitu 20 – 30% lipid, dan 10 – 20% Murein. Contohnya :Neisseria gonorrhoeae,Escherichia coli,Salmonella thyposa,Pseudomonas aeruginosa.

(9)

Bakteri psikrofil adalah bakteri yang hidup dan tumbuh pada suhu rendah yaitu 0° – 30°C dengan suhu optimum 15°C. Bakteri ini banyak terdapat di dasar lautan, di daerah kutub dan juga pada bahan makanan yang didinginkan. Pertumbuhan bakteri psikrofil pada bahan makanan menyebabkan kualitas bahan makanan tersebut menurun dan atau menjadi busuk. Contoh bakteri psikrofil adalah Pseudomonas, Flavobacterium, Achromobacter dan Alcaligenes.

2 Bakteri Mesofil

Bakteri mesofil dapat tumbuh pada suhu 25° – 37°C dengan suhu optimum 32°C. Umumnya bakteri jenis ini hidup di tanah, air dan juga di dalam tubuh vertebrata terutama alat pencernaan. Beberapa jenis bakteri bahkan dapat hidup dengan baik pada suhu sekitar 40°C. Semua jenis bakteri yang bersifat patogen pada hewan dan manusia merupakan bakteri mesofil. Contoh bakteri jenis ini adalah Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

3 Bakteri Termofil

Bakteri termofil merupakan jenis bakteri yang dapat tumbuh pada daerah yang suhunya tinggi, lebih dari 40°C. Temperatur optimumnya antara 55 –60°C. Bakteri ini dijumpai pada sumber-sumber air panas, kawah gunung berapi, geiser dan sebagainya. Contoh bakteri termofil adalah Thermus aquaticus, Sulfolobus acidocaldarius dan Chloroflexus.

4 Bakteri hipertermofil

Bakteri hipertermofil hidup dan tumbuh pada kisaran suhu 65°C − 114°C, dengan suhu optimum 88°C , misalnya di sumber air panas. Bakteri-bakteri termofil dan hipertermofil sekarang banyak dicari oleh para ahli bioteknologi karena dapat menghasilkan enzim-enzim penting yang digunakan dalam industri makanan dan obat-obatan. Contoh bakteri hipertermofil adalah kelompok bakteri yang masuk dalam filum Crenarchaeota seperti Thermococcus gammatolerans

3.3 Pengertian Kosmetik

Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru abad ke-19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk kesehatan.Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Dewasa ini, teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmacuetical) atau dikenal dengan istilah kosmetik medik (cosmeceuticals).

Kosmetik berasal dari kata Yunani ‘kosmetikos’ yang mempunyai arti keterampilan menghias atau mengatur. Pengertian kosmetik dalam Peraturan Menkes RI no 445 tahun 1998 dijelaskan sebagai berikut :

(10)

tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.. (Depkes RI, Undang-undang tentang Kosmetika dan Alat Kesehatan, 1976).

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.00.05.4.1745 tentang Kosmetik; Permenkes No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik).

Dalam definisi kosmetik tersebut, terdapat kalimat ‘tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit’, pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa penggunaan kosmetika tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi struktur dan faal kulit. Pada tahun 1955, Lubowe menciptakan istilah Cosmedics sebagai gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat mempengaruhi faal kulit secara positif tetapi bukan obat, dan menyusul pada tahun 1982, Faust mengemukakan istilah medicated cosmetics, yakni semacam kosmetik yang juga bermanfaat untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit, seperti preparat anti ketombe, deodorant, preparat antipespirant, preparat untuk mempengaruhi warna kulit, dan preparat anti jerawat. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup. (Retno Iswari, 2007:7).

Sementara kosmetika hipoalergik adalah kosmetika yang di dalamnya tidak mengandung zat-zat yang dapat menyebabkan reaksi iritasi dan sensitasi. Kosmetika jenis ini merupakan kosmetika yang lebih aman untuk kesehatan kulit. Kosmetika tradisional adalah kosmetika yang terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari alam dan diolah secara tradisional. Di samping itu, terdapat kosmetika semi-tradisional, yaitu kosmetika tradisional yang pengolahannya dilakukan secara modern dengan mencampurkan zat-zat kimia sintetik ke dalamnya.

Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga oleh kaum pria sejak lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan setiap hari maupun secara insidental atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak semua bahan kosmetika cocok untuk setiap kondisi kulit, jika terjadi ketidak cocokan, akan timbul iritasi pada kulit. Oleh karena itu, perhatikan kandungan bahan kimia yang tercantum di kemasan tiap-tiap produk.

Pengujian mutu suatu sediaan kosmetik diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik.

3.4 Uji Mikrobiologi

(11)

pengepakan yang kurang bagus, cara penyimpanan yang tidakbaik dan lain-lain. Sedangkan sumbernya kemungkinan dari udara, tanah, air, peralatan yang digunakan dalam pengolahan, pekerjaan yang melakukan proses pembuatan.

Pemeriksaan mikrobiologis terhadap produk-produk yang langsung dimakan dilakukan terhadap bakteri-bakteri penyebab infeksi dan keracunan makanan seperti yang disebutkan diatas dan juga terhadapa angka lempeng total sebagai indikasi tentang kebersihan dan sanitasi pada proses pengolahan produk-produk tersebut.

Kualitas mikrobiologi dari sediaan kosmetik merupakan suatu masalah yang sangat penting untuk diperhatikan karena sediaan tersebut dapat memakan waktu yang lama, baik dalam penyiapan atau pun dalam peredaran sebelum sampai pada konsumen. Pada waktu penyimpanan dan peredarantersebut kemungkinan ada terjadi pertumbuhan mikroorganisme tertentu di dalamnya, terutama bila ditunjang dengan pemakaian bahan-bahan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme dan juga syarat-syarat higienis dan sanitasi tidak atau kurang diperhatikan (M.Natsir Djide,2003).

3.4.1 Uji Mikrobiologi Kosmetik

Adanya mikroorganisme tertentu dalam sediaan kosmetik tidak dikehendaki karena dapat menyebabkan infeksi kepada konsumen. Hal ini disebabkan karena pada umumnya semua sediaan kosmetik kontak langsung dengan kulit konsumen (M.Natsir Djide,2003).Pada analisis mikrobiologi ini yang digunakan sampel kosmetik Casablanka deodorant.

Deodorant sediaan kosmetik yang bertujuan untuk menghilangkan bau badan dan mengurangi keringat. Pada hasil riset, setiap hari orang akann mengeluarkan air sebanyak 650-750 cc melalui transpirasi kulit. Air yang keluar melalui kulit ini akan menguap dan meninggalkan sisa-sisa lemak dikulit sehingga mudah sekali bakteri berkembang biak dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Oleh karena itu dalam membuat deodorant harus memenuhi syarat sebagai barikut :

 Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara  Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit

 Dapat membunuh atau mengrangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan  Tidak beracun

Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat berupa:

 Pewangi atau parfum

 Pembunuh mikroba : berupa antiseptic seperti heksaklofofen, triklosan, sirih atau

berupa antibiotic topical seperti neomisin

 Eliminasi bau: senyawa yang dapat mengikat, menyerap atau merusak struktur bahan kimia bau menjadi struktur yang tidak bau, misalnya risinoleat

3.5 Angka Lempeng Total

(12)

menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes dan cara sebar. Prinsip metode ini adalah jika selmikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop dan menumbuhkan serta menghitung koloni mikroba setelah cuplikan di inokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan di inokulasikan pada suhu yang sesuai.

Metode hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel. Dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratan, cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni ialah yang mengandung antara 25-250 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan.

3.6 Kapang Khamir Dalam Kosmetik

Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Buchanan, 2003).

Pada umumnya kebanyakan kapang membutuhkan aw minimal untuk pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri. Kadar air bahan pangan kurang dari 14-15%, misalnya pada beras dan serealia, dapat menghambat atau memperlambat pertumbuhan kebanyakan khamir Pada umumnya kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan, dari yang sederhana hingga kompleks. Kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik, misal amylase, pektinase, proteinase dan lipase, oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan-makanan yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid .Kebanyakan kapang bersifat mesofilik yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30o C tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37oC atau lebih tinggi. Beberapa kapang bersifat psikrotrofik dan beberapa bersifat termofilik (Colome, 2001).

(13)

cerevisiae.Pertumbuhan khamir dapat terjadi secara unisel juga dapat melakukan perkembangan dengan pertunasan. Istilah khamir umumnya digunakan untuk bentuk-bentuk yang menyerupai jamur dari kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen tetapi uniseluler berbentuk ovoid atau spheroid (Prescott, 2003).

Khamir bersifat aerob yaitu mutlak memerlukan oksigen. Kecuali khamir yang bersifat fermentatif yang hidup dalam keadaan anaerob yaitu tidak memerlukan oksigen bebas. Nutrisi yang diperlukan khamir untuk pertumbuhan yaitu nitrogen dalam bentuk sederhana atau kompleks misalnya dalam bentuk ammonia dan urea atau asam amino dan polipeptida. Khamir tidak berperan dalam penyakit yang ditularkan melalui makanan . Askospora (spora) khamir dapat dibunuh pada suhu 5 - 10oC lebih besar dari sel vegetatifnya. Sebagian besar askospora khamir terbunuh pada suhu 60oC selama 10 – 15 menit. Ada juga yang resisten pada keadaan tersebut tetapi pada umumnya tidak dapat hidup pada suhu 100oC. Sel khamir vegetatif terbunuh pada suhu 50oC - 58oC dalam waktu 10 – 15 menit. Spora mempunyai sel vegetatif khamir pada suhu terbunuh pada proses pasteurisasi pada suhu 62,8oC dalam waktu 30 menit atau pada suhu 71,7oC dalam waktu 15 detik (Suriawiria, 2005).

3.7 Stapylococcus Aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul

polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri. Berbagai derajat hemolisis disebabkan oleh S. aureus dan kadang-kadang oleh spesies stafilokokus lainnya. (Jawetz et al., 2008).

Gambar 1. Staphylococcus aureus yang Dilihat dari Mikroskop Elektron.

Sumber Todar, 2008

Staphylococcus aureus dapat memfermentasi karbohidrat antara lain: glukosa, dekstrosa,manitol, sukrosa dan laktosa serta dapat menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Staphylococcus aureus juga menghasilkan enzim koagulase dan enzim katalase yang bersifat hemolitik, mereduksi nitratmenjadi nitrit. Staphylococcus aureus relative resisten terhadap pengeringan, panas (bakteri ini tahan pada suhu 50 oC selama 30 menit) dan NaCl 7%-8%.

(14)

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang lurus atau lengkung berukuran sekitar 0,6x2 µm, ditemukan tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai pendek, tidak memiliki spora, tidak mempunyai selubung (sheath), serta mempunyai flagel. Bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki dua atau tiga flagel sehingga selalu bergerak.

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri aerob yang dapat tumbuh dengan mudah pada banyak jenis media pembiakan, karena memiliki kebutuhan nutrisi yang sangat sederhana. Koloni Pseudomonas aeruginosa mengeluarkan bau manis atau menyerupai anggur yang dihasilkan aminoasetafenon.

Pseudomonas aeruginosa menghasilkan satu atau lebih pigmen yang dihasilkan dari asam amino aromatik seperti tirosin dan fenilalanin. Beberapa pigmen tersebut antara lain: piosianin (pigmen warna biru), pioverdin (pigmen warna kuning), piorubin (pigmen warna merah), dan piomelanin (pigmen warna coklat).

Gambar 2. Pseudomonas aeruginosa

3.9 Candida albicans

Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ .

(15)

metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada Candida albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob. Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau etanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai oleh C. albicans sebagai sumber karbon maupun sumber energi untuk melakukan pertumbuhan sel. C. albicans dapat dibedakan dari spesies lain berdasarkan kemampuannya melakukan proses fermentasi dan asimilasi. Pada kedua proses ini dibutuhkan karbohidrat sebagai sumber karbon.

Gambar 3. Candida albicans

BAB IV

PROSEDUR DAN PELAKSANAAN PKL

(16)

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan pada tanggal 07 Maret 2017 s/d 10 April 2018.

4.2 Kegiatan PKL BPOM di Medan

Kegiatan PKL di Laboratorium Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan meliputi, sterilisasi alat, pembuatan media, sterilisasi media, pengerjaan sampel, inkubasi, serta perhitungan koloni.

4.3 Metode Pengumpulan Data

1. Mengamati langsung selama praktik kerja lapangan dan juga terlihat dalam proses pengerjaannya.

2. Diskusi dengan staf penguji yang dilaboratorium mikrobiologi balai besar pengawas obat dan makanan (BBPOM) di Medan.

3. Mengumpulkan data-data dengan membaca buku-buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

4.4 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian sampel sediaan kosmetik yaitu : 1. Parameter ALT (Angka Lempeng Total)

 Modified Letheen Broth ( MLB)

 Modified Letheen Agar (MLA)

 TTC (Triphenyl Tetrazolium Chloride) 0.5% sebanyak 1% dari media.

2. Parameter AKK(Angka Kapang Khamir)  Potato Dextrose Agar (PDA)

 Modified Letheen Broth ( MLB)

3. Parameter Uji Pseudomonas aeruginosa

 Modified Letheen Broth ( MLB)

 Tryptic Soy Broth (TSB)

 Cetrimide Agar (CETA)

Pseudomonas Agar P (PAP)

Pseudomonas Agar F (PAF)

 Nutrient Agar (NA)

4. Parameter Uji Staphylococcus aureus

 Brain Heart Infusion Broth ( BHIB)

 Modified Letheen Broth ( MLB)

 Vogel Johnson Agar (VJA)

 2% Larutan Kalium Telurit

(17)

4.5 Alat

Alat yang digunakan untuk pengujian sampel yaitu :

 Timbangan analitik

 Erlenmeyer

 Beaker glass

 Gelas ukur

 Batang pengaduk

 Autoclave

 Oven

 Laminar air flow (LAF)

 Vortex Mixer

 Cawan petri

 Tabung reaks

 Rak tabung

 Pipet ukur

 Inkubator memmert

 Bunsen

 Jarum Ose

4.6 Prosedur Kerja 4.6.1 Sterlisasi Alat

Alat gelas yang sudah dibungkus dengan kertas dan untuk pipet ukur ujungnya dimasukkan kapas kemudian di bungkus kertas. Kemudian disterilisasi kering dengan memasukkan kedalam oven dan dipanaskan pada suhu 1700 C selama 5 jam. Sementara jarum ose di sterilisasi fisik dengan cara dibakar pada nyala api hingga kawat membara.

4.6.2 Uji Angka Lempeng Total ( ALT )

Ruang Lingkup : Metode ini digunakan untuk menetapkan angka bakteri aerob mesofil yang masih memiliki daya hidup dalalm produk kosmetik

Acuan : MA PPOMN 86/MIK/06

Pereaksi Khusus :

1. Media dan Pengenceran

- Modified Letheen Broth (MLB)

- Modified Letheen Agar (MLA+1%TTC) 2. Pereaksi

Minyak mineral, paraffin cair, larutan tween 20, larutan tween 80, triphenyl tetrazolium chloride 0,5% (TTC)

(18)

1. Homogenisasi sampel

Dilakukan seperti pada MA No.85/MIK/06, atau disesuaikan dengan jenis sampel yang diuji.

2. Pengenceran

Disiapkan 3 sampai 5 tabung reaksi masing-masing berisi 9 mL MLB. Dari suspense pengenceran 10-1 dipipiet 1 mL ke dalam tabung MLB pertama dikocok homogen hungga diperoleh suspense dengan pengenceran sesuai yang diperlukan.

3. Inokulasi dan Inkubasi

Dari tiap pengenceran dipipet 1mL ke dalam cawan petri steril masing-masing dibuat duplo. Ke dalam tiap cawan petri dituangkan 15-20 mL media MLA cair suhu ± 45oC, segera cawan digoyang dan diputar sedemikian rupa sehingga suspense tercampur merata kemudian dibiarkan memadat. Setelah padat cawan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 2x24 jam dengan posisi dibalik.

4. Pengamatan

Setiap 24 jam koloni yang tumbuh dalam cawan petri diamati dan dihitung Interpretasi Hasil :

1. Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-250. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan factor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total dalam tiap gram atau mL sampel.

2. Bila salah satu cawan petri menunjukkan jumlah koloni kurang dari 25 atau lebih dari 250 koloni, dihitung jumlah rata-rata koloni, kemudian dikalikan dengan factor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total dalam tiap gram atau mL sampel.

3. Jika terdapat cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah koloni antara 25-250, maka dihitung jumlah koloni dari masing-masing tingkat pengenceran kemudian dikalikan dengan factor pengencerannya. Apabila hasil perhitungan pada tingkat yang lebih tinggi diperoleh jumlah koloni rata-rata lebih besar dari 2 kali jumlah koloni rata-rata pengenceran dibawahnya, maka Angka Lempeng Total dipilih dari tingkat pengenceran yang lebih rendahn (mis pada pengenceran 10-2 jumlah koloni rata-rata 140, pada pengenceran 10-3 jumlah koloni rata-rata 32, maka dipilih jumlah koloni 140x10-2). Bila hasil perhitungan pada tingkat pengenceran lebih tinggi diperoleh jumlah koloni rata-rata kurang dari 2 kali jumlah rata-rata pada pengenceran dibawahnya maka Angka Lempeng Total dihitung dari rata-rata jumlah koloni kedua tingkat pengenceran tersebut (missal pada 10-2 jumlah koloni rata-rata 240, pada pengenceran 10-3 jumlah koloni rata-rata 41, maka Angka Lempeng Total adalah

(240+410)x102

2 =325x10

2

(19)

5. Jika seluruh cawan menujukkan jumlah koloni lebih dari 250, dipilh beberapa sector (2,4 atau 8) dan dihitung jumlah koloni dari satu sector. Angka Lempeng Total adalah jumlah koloni dikalikan dengan jumlah sector, kemudian dihitung rata-rata dari kedua cawan dan dikalikan dengan factor pengenceran.

6. Jumlah koloni rata-rata dari 1/8 bagan cawan lebih dari 200, maka Angka Lempeng Total dinyatakan lebih besar dari 200 x 8 dikalikan factor pengenceran.

7. Penghitungan dan pencatatan hasil Angka Lempeng Total hanya ditulis dalam dua angka. Angka berikutnya dibulatkan ke bawah bila kurang dari 5 dan dibulatkan ke atas apabila lebih dari 5

8. Jika dijumpai koloni “spreader” meliputi seperampat sampai setengah bagian cawan, maka dihitung koloni yang tumbuh di luar daerah spreade. Jika 75% dari seluruh cawan mempunyai koloni “spreader” dengan keadaan seperti diatas, maka dicatat sebagai”Spr”. Untuk keadaan ini harus dicari penyebabnya dan diperbaiki cara kerjanya (penguian diulang)

9. Jika diumpai koloni spreader tipe rantai, maka tiap satu deret koloni yang terpisah dihitung sebagi satu kolon, dan bila dalm kelompok spreader terdiri dari beberapa rantai maka tiap rantai dihitung sebagai satu koloni.

Persyaratan :

(1) Standar Nasional Indonesia (SNI) (Untuk produk-produk tertentu)

(2) Surat Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan No.HK.00.06.4.028 94 tahun 1994 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba Pada Kosmetik.

Skema Pengerjaan :

10-1 10-2 10-3

1 mL 1 mL sampel 90

10 gr ml MLB

(Sampel induk) 1 mL 1 mL 1 mL

Inkubasi 37oC (Amati 5-7 hari) 4.6.3 Uji Angka Kapang Khamir ( AKK )

(20)

Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi, ilmu yang mempelajari mengenai fungi disebut mikologi. Fungi adalah mikroorganisme heterotrofik, untuknutrisinya memerlukan senyawa organic. Beberapa fungi hidup dari benda organic mati yang terlarut, mikroorganisme ini disebut saprofit. Segi positif dari fungi berperan penting dalam industry fermentasi danproduksi antibiotic seperti penisilin. Tetapi sisi negativenya yaitu sebagai parasit pada tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Fungsi lebih besar dari bakteri, ukuranfungi berkisar 1 sampai 5 µm lebarnya dan panjangnya 5 sampai 30 µm atau lebih. Fungi dapat mensintesa protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat (glukosa, sukrosa dan maltose), sumber nitrogen dari bahan organic atau bahan anorganik( ammonium dan nitrat), dan mineral dan subtratnya. Fungi atau kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filament. Kapang adalah microorganism aerobic sejati

Prinsip uji angka kapang pada makanan sesuai metode analisis mikrobiologi( MA PPOM 17/MIK/10) yaitu pertumbuhan kapang atau khamir setelah cuplikan dituang pada media yang sesuai dan dinkubasi pada suhu 20-25oC. Pada uji ini digunakan Potato Dextrose Agar (PDA) ditambahkan kloramfenikol (100mg/L) (0,01%) sebagai media pertumbuhannya. Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5 ml,dituangkan pada permukaan PDA yang sudah ditambahkan kloramenikol segera digoyang sambil diputar hingga suspense tersebar merata dan dibuat duplo. Untuk mengetahui strerilitas media dan pengenceran, dilakukan uji blanko. Pada satu lempeng PDA yang sudah ditambahkan kloramfenikol diteteskan 0,5 ml pengeceran dan disebarratakan dan untuk uji media digunakan satu lempeng PDA + kloramfenikol. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20-25oC dan diamati pada hari ketiga sampai ke lima. Koloni kapang seperti kapas bulat kecil dengna berbagai warna, permukaan kasar dan koloni khamir memiliki bentuk bulat kecil, hampir menyerupai bakteri. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan hitung. Hasil pengematan dan perhitungan yang diperoleh dinyatakan sesuai persyaratan berikut, dipilih cawan petri dari salah satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni atara 50-150. Jumlah koloni dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan factor pengencerannya, kemudian diambil rata-rata. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang dalam tiap gram atau tiap ml sampel. Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan diatas, maka diikuti petunjuk sebagai berikut :

a) Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri dari pengenceran yang sama menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni dihitung dari jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengencerannya.

b) Bila dari dua tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya maka dipilih tingkat pengenceran terendah. Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni kurang dari dua kali jumlah koloni pengenceran dibawahnya, maka diambil langka rata-rata dari jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang dalam tiap gram sampel.

(21)

d) Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebakan karena faktor inhibitor, maka angka kapang dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan dengan factor pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah) (BBPOM RI, 2006).

Skema Pengerjaan :

e)

10-1 10-2 10-3

1 mL 1 mL sampel 90

10 gr ml MLB

(Sampel induk) 0,5 mL 0,5 mL 0.5 mL

Inkubator 20-25oC (Amati 5-7 hari)

4.6.4 Uji Pseudomanas aeruginosa Dalam Kosmetik

Ruang lingkup : Metode ini digunakan untuk menetapkam adanya Pseudomonas aeruginosa yang masih memiliki daya hidup dalams sediaan kosmetik.

Acuan : MA PPOMN 89/MIK/06

Prinsip : Pertumbuhan bakteri yang dapat membentuk pigmen piosianin dan fluoresin pada media sesuai serta dapat tumbuh pada suhu 41-42oC. Pereaksi Khusus :

1. Media

Modified Letheen Broth (MLB), Tryptic Soy Broth (TSB), Cetrimide Agar (CETA), Pseudomonas Agar P (PAP), Pseudomonas Agar F (PAF), Nutrient Agar (NA). 2. Preaksi

Kloroform, minyak mineral, paraffin cair, larutan tween 20,larutan tween 80. 3. Mikroba Baku

Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

Peralatan : Lampu ultra violet, incubator 41-42oC

Prosedur :

 Homogenitas sampel

Dilakukan seperti pada MA No.85/MIK/06, atau disesuaikan dengan jenis sampel yang diuji.

(22)

 Pengkayaan

Dari hasil homogenisasi contoh dipipet secara aseptic 1 mL ke dalam 10 mL media MLB, dikocok homogeny kemudian diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 2x24 jam.

 Isolasi

Didiapkan lempeng CETA yang telah kering permukaannya. Dari biakan pengkayaan diambil dengan sengkelit untukdigoreskan atau dengan batang kaca bengkok untuk disebar-ratakan pada permukaan lempeng media CETA, kemudian diinkubasi pada suhu 35-37oC semalam 48-72 jam dengan posisi lempeng dibalik.

Diamati adanya pertumbuhan koloni spesifik yang berwarna kehijauan. Selanjutnya dibuat suspense pekat dari koloni spesifik tersebut untuk diinokulasikan pada media PAP,PAF dan NA miring. Semua media diinkubasi pada suhu 35-37oC, untuk NA miring 24 jam, untuk PAP dan PAF 48-72 jam. Dilakukan uga uji terhadap biakan control positif pseudomonas aeruginosa secara bersamaan. Diamati pertumbuhan koloni spesifik pada biakan PAP dan PAF untuk dilanjutkan uji pigmen.

 Konfirmasi

a. Uji Pigmen

Dari biakan PAF yang berwarna kuning kehijauan, dibawah sinar ultra violet akan berfloresensi kekuningan, diambil kurang lebih 1 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 mL air suling dikocok,kemudian ditambahkan 2 mL kloroform dan dikocok lagi. Pigmen fluoresin akan larut dalam air tetapi tidak larut dalam kloroform.

Dari biakan PAP yang berwarna hijau kebiruan, di bawah sinar ultra violet akan berfloresensi kebiruan, diambil kurang lebih 1 gram dimasukkan ke dalam tabunh reaksi, ditambahkan 2 mL air suling dikocok, kemudian ditambahkan 2 mL kloroform dan dikocok lagi. Pigmen piosianin akan larut dalam air dan larut dalam kloroform.

b. Uji Oksidasi

Dari tabung NA miring diambil biakan menggunakan sengkelit platina atau batang kaca, kemudian ditotolkan pada kertas sitokrom atau kertas saring yang telah dijenuhkan dengan larutan NN-N’N’ Tertametil-p-fenilen-diamin dihidroklorida 0,5%. Terbentuknya warna merah muda pada bekas totolan yang kemudian berubah menjadi ungu menunjukkan uji oksidasi positif. c. Uji Pertumbuhan Pada Suhu 41-42oC

Dari biakan NA miring diambil 1 sengkelit untuk diinokulasikan pada 10 mL media TSB dalam tabung dan kemudian diinkubasi pada suhu 41-42oC selam 2x24 jam. Jika terjadi kekeruhan pada biakan menunjukkan pertumbuhan positif.

d. Pewarnaan Gram

(23)

Persyaratan :

Hasil Pengamatan Media

CETA PAF PAP

Koloni Kehijauan Kuning Kehijauan

Floresensi UV Kehijauan Kekuningan Kebiruan

Uji Pigmen Larut dalam air

Tidak larut dalam klorofom

Larut dalam air dan kloroform

Uji Oksidasi Positif

Uji Pertumbuhan suhu 41-42oC Positif

Pewarnaan Gram Gram negative, bentuk batang pendek

Kesimpulan :

Jika diperoleh hasil pengujian seperti tersebut diatas, maka dapat dinyatakan Pseudomonas aeruginosa positif dalam 0,01 gram atau 0,01 mL sampel.

Skema Pengerjaan :

sampel 90 MLB 10 gr ml

Sampel induk 1ml

10ml TSB (inkubasi pada suhu 37oC,2x24jam)

digores

Inkubasi CETA

37oC (48-72 jam)

4.6.5 Uji Staphylococcus aureus Dalam Kosmetik

Rang lingkup : Metode ini di gunakan untuk menetapkan adanya Staphylococcus aureus yang masih memiliki daya hidup dalam sediaan kosmetik.

Acuan : MA PPOMN 87/MIK/06

Prinsip : Pertumbuhan koloni bakteri pada media lempeng yang sesuai yang mereduksi kalium telurit, memfermentasi manitol dan memkoagulasi

(24)

plasma. Pereaksi Khusus :

1. Media

Brain Heart Broth (BHIB),Modified Letheen Broth (MLB), Vogel Johnson Agar (VJA) + 2 % Larutan Kalium Telurit, Mannitol Salt Agar (MSA).

2. Pereaksi

Plasma kelinci (Coagulate Rabbit Plasma with EDTA), larutan kalium telurit 1% 3. Mikroba Baku

Staphylococcus aureus ATTC 25923

Prosedur :

 Homogenisasi Sampel

Dilakukan seperti pada MA No.85/MIK/06, atau disesuaikan dengan jenis sampel yang di uji.

 Pengkayaan

Dari hasil homogenisasi sampel dipipet secara aseptic 0,1 mL kedalam 10 mL media MLB, dikocok homogen kemudian diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam.  Isolasi

Disiapkan lempeng media VJA dan MSA yang telah kering permukaanya. Dari biakan pengkayaan diambil dengan sengkelit untuk digoreskan pada permukaan lempeng VJA dan MSA, kemudian diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 48-72 jam dengan posisi lempeng dibalik. Diamati adanya pertumbuhan koloni spesifik pada lempeng dengan ciri-ciri sebagai berikut:

VJA : koloni sembung berwarna hitam mengkilap, dikelilingi daerah berwarna kuning.

MSA : koloni cembung berwarna kuning, warna media berubah menjadi kuning terang.

Dilakukan juga uji terhadap biakan staphylococcus aureus, sebagai control positif.  Konfirmasi

Dari biakan VJA dan MSA dipilih koloni spesifik untuk diinokulasikan pada media BHIB diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan uji koagulasi plasma dengan cara sebagai berikut dengan cara aseptic dipipet 0,1 mL biakan BHIB kedalam tabung reaksi kecil steril, ditambahkan 0,3 mL plasma kelinci kemudian diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 4-6 jam, diamati adanya koagulasi plasma. Jika terjadi maka dinyatakan staphylococcus aureus positif.

Pernyataan Hasil :

Jika dari hasil uji konfirmasi terhadap biakan pengkayaan positif, maka dapat dinyatakan bahwa staphylococcus aureus poitif dalam 0,01 gr atau 0,01 mL sampel.

(25)

sampel 90 MLB 10 gr ml

Sampel induk 1 ml

TSB 10 ml (inkubasi 24 jam pada suhu 37oC)

Gores, dengan sengkelit Inkubasi VJA, MSA

37oC

4.6.6 Uji Candida albicans Dalam Kosmetik

Ruang Lingkup : Metode ini digunakan untuk menetapkan adanya Candida albicans yang masih memiliki daya hidup dalam sediaan kosmetik.

Acuan : MA PPOMN 90/MIK/06

Prinsip : Pertumbuhan Candida albicans berdasarkan bentuk koloni, bau yang khas kemampuan membentuk klamidospora pseudomiselia dan blastospora pada media Corn Meal Agar serta “germ tube”. Pereaksi Khusus :

1 Media

Potato Dextrosa Agar (PDA), Modified Letheen Broth (MLB), Corn Meal Agar (CMA) +1% Tween 80 dan 0,01% Triphan Blue.

2 Pereaksi

Serum Mammalia 3 Mikroba Baku

Candida albicans ATCC 10231

Peralatan :

-Prosedur :

(26)

Dilakukan seperti pada MA No.85/MIK/06, atau disesuaikan dengan jenis sampel yang di uji.

 Pengkayaan

Dari hasil homogenisasi sampel dipipet secara aseptic 0,1 mL ke dalam 10 mL media MLB, dikocok homogen kemudian diinkubasi pada suhu 22-25oC selama 24-48 jam.  Isolasi

Disiapkan lempeng media PDA yang telah kering permukaannya. Dari biakan pengkayaan diambil dengan sengkelit untuk digoreskan pada permukaan lempeng PDA kemudian diinkubasi pada suhu 22-25oC selama 48 jam dengan posisi lempeng dibalik. Diamati adanya pertumbuhan koloni spesifik pada lempeng dengan cirri-ciri sebagai berikut:

Koloni berwarna putih sampai krem, permukaan cembung dan licin selain itu tercium bau khas seperti tape. Selanjutnya dilakukan konfirmasi dengan cara Dalmau pada media CMA.

 Konfirmasi

Disiapkan lempeng media CMA yang telah kering permukaannya, dibagi menjadi dua sector. Koloni spesifik dari biakan PDA digoreskan pada satu sector media CMA sepanjang 3,5 cm dengan dibuat 2 goresan sejajar berjarak 1,2 cm. Sengkelit dipanaskan pada nyala api dan dinginkan kemudain dibuat goresan yang memotong 2 goresan sejajar tersebut secara zig-zag. Hasil goresan ditutup dengan kaca penutup (cover glass) steril, kemudian diinkubasi pada suhu 22-25oC selama 24 jam. Pada sector yang lain dilakukan hal yang sama untuk biakan control positif Candida albicans.

Pengamatan Hasil :

Lempeng biakan CMA dibuka, tanpa membuka kaca penutup biakan diamati langsung menggunakan mikroskop perbesaran 10x40. Diamati adanya blastospora, klamidospora dan pseudomiselia dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 Blastospora adalah spora yang berada di ujung-ujung sel

 Klasmidospora adalah spora yang besar berdinding tebal, letaknya di ujung filament

atau antar filament

 Pseudomiselia adalah sel-sel panjang berbentuk filament yang berasal dari tunas.

Pembentukan ‘germ tube’ dapat dilihat dengan cara sebagai berikut:

Diambil koloni spesifik dari biakan PDA, diinokulasikan pada 1 mL serum mamalia kemudian diinkubasi pada suhu ruangan selama 3-5 jam. Diambil 1 tetes biakan dalam serum tersebut pada sebuah kaca obyek, kemudian diamati mengunakan mikroskop.

Candida albicans dapat membentuk ‘germ tube’ yaitu berupa tunas atau sulur yang menonjol panjang pada sel.

(27)

Jika dari biakan pengkayaan diperoleh hasil seperti tersebut di atas maka dinyatakan candida albicans positif 0,01 g atau 0,01 mL sampel.

Skema Pengerjaan :

sampel 90 MLB 10 gr ml

Sampel induk 1 ml

10 ml TSB

(inkubasi 20oC, 2x24 jam)

Digores, satu sengkelit

PDA (Inkubasi 20oC – 25oC,2x24 jam)

BAB V

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil

5.1.1 Hasil Uji Angka Lempeng Total

Hari Sampel Jumlah koloni/gram

pengenceran tingkat 10-1 10-2 10-3

Kamis, 08 Maret 2018 Deodoran 0 0 0

Jumat, 09 Maret 2018 Deodoran 0 0 0

Keterangan:

Berdasarkan data pengamatan ALT, interprestasi koloni pengenceran 10-1 dan 10 -2 adalah 0 koloni. Jadi hasil yang diperoleh adalah < 10 kol/gr karena jumlah

koloni yang di dapat 0.

5.1.2 Hasil Uji Angka Kapang/Khamir

Hari Sampel

Jumlah koloni/gram pengenceran tingkat 10-1 10-2 10-3

Sabtu , 10 Maret 2018 Deodoran 0 0 0

Senin , 12 Maret 2018 Deodoran 0 0 0

Keterangan:

Berdasarkan data pengamatan AKK, interprestasi koloni pengenceran 10-1 dan 10-2 adalah 0 koloni. Jadi hasil yang diperoleh adalah < 10 kol/ml karena jumlah koloni yang di dapat 0.

(29)

(a) (b)

Gambar 1 : (a) Kontrol negative, (b) Kontrol positif

Keterangan : Uji Pseudomonas aeruginosa terhadap sampel adalah negatif

5.1.4 Hasil Uji Staphylococcus aureus

(a) (b)

Gambar 1 : (a) Kontrol negative, (b) Kontrol positif

Keterangan : Uji Staphyolococcus aureus terhadap sampel adalah negatif

5.1.5 Hasil Uji Candida albicans

(a) (b)

(30)

5.2 Pembahasan

Pada uji Angka Kapang/Khamir dalam produk kosmetik dengan prinsip yaitu penumbuhan kapang/khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-25oC dan diamati mulai hari ketiga sampai hari kelima. Dengan menggunakan Media Lectheen Broth (MLB) sebagai pengencer sampel dan Potato Dextrose Agar (PDA) sebagai media dengan penambahan kloramfenikol (C11H12C12N2O5). Kegunaan penambahan kloramfenikol pada media yaitu untuk menghambat pertumbuhan bakteri pada media sehingga pertumbuhan kapang/khamir tidak terganggu. Hasil yang diperoleh pada AKK yaitu < 10 koloni/gram dengan persyaratan maks 103 koloni/gram, dengan hasil tersebut dinyatakan bahwa sampel memenuhi syarat.

Pada uji Angka Lempeng Total dalam produk kosmetik dengan prinsip pengujian yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofilik setelah cuplikan diinokulasikan pada lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Dengan menggunakan Media Lectheen Agar (MLA) sebagai pengencer sampel dan Lectheen Broth (MLB) sebagai media dengan penambahan larutan Triphenyltetrazolium Chloride (TTC) 1% pada media MLA yaitu untuk memberikan warna pada bakteri sehingga mempermudah dalam menghitung koloni bakteri. Hasil yang diperoleh pada ALT adalah < 10 koloni/gr dengan persyaratan maks 103 koloni/gr, dengan hasil tersebut dinyatakan bahwa sampel memenuhi syarat.

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

(31)

1. Pada percobaan Angka Lempeng Total diperoleh < 10 kol/gram, sehingga hasilnya memenuhi syarat (pada pengenceran maksimal 103 kol/gr).

2. Pada percobaan Angka Kapang Khamir diperoleh < 10 kol/gram, sehingga hasilnya memenuhi syara (pada pengenceran maksimal 103kol/gr).

3. Pada percobaan Pseudomonas aeruginosa diperoleh negative, hasilnya memenuhi syarat.

4. Pada percobaan Staphylococcus aureus diperoleh negative, hasilnya memenuhi syarat.

5. Pada percobaan Candida albicans diperoleh negative, hasilnya memenuhi syarat.

6.2 Saran

1. Peningkatan kinerja bagi mahasiswa PKL dalam pengembangan dan peningkatan

kompetensi mahasiswa agar kelak siap menghadapi dunia kerja.

2. Sebaiknya para mahasiswa mempersiapkan diri senelum mengikuti Praktek Kerja

Gambar

Gambar 1. Staphylococcus aureus yang Dilihat dari Mikroskop Elektron.
Gambar 2. Pseudomonas aeruginosa
Gambar 3. Candida albicans
Gambar 1: (a) Kontrol negative, (b) Kontrol positif

Referensi

Dokumen terkait