• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba terdapat salah satu ciri khas yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Ciri khas tersebut adalah adanya aktivitas masyarakat Batak Toba untuk mencari hubungan kekerabatan (partuturan). Hubungan kekerabatan ini diwujudkan dalam bentuk sistem marga (klen)1

Sesama masyarakat Batak Toba dalam proses sosialisasinya secara umum suka membicarakan silsilah marga antara sesamanya disetiap kesempatan. Aktivitas ini lazim disebut dengan martarombo. Martarombo merupakan salah satu usaha untuk menentukan kedudukan seseorang dalam kaitan ketiga unsur yang terdapat pada konsep sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba yaitu Dalihan Na Tolu

. Marga biasanya dikaitkan dengan silsilah asal-usul keturunan. Silsilah keturunan inilah yang dinamakan dengan tarombo. Pada masyarakat Batak Toba tarombo dapat didefinisikan sebagai silsilah asal-usul serta penyebaran marga-marga yang terdapat pada masyarakat Batak Toba. Hal ini sependapat dengan Marbun dan Hutapea (1987:173) yang mengatakan bahwa tarombo adalah silsilah atau daftar asal-usul suatu keluarga.

2

1

Marga (klen) adalah pengelompokan orang-orang yang membentuk kesatuan atas dasar prinsip perhitungan menurut garis keturunan laki-laki. Dalam hal ini si istri termasuk anggota kelompok suaminya (Siahaan, 1982:126).

2

Dalihan Na Tolu secara etimologis adalah tungku nan tiga-yang secara konseptual

mempunyai makna simbolik: tungku yang melambangkan sistem kebudayaan masyarakat BatakToba. Pada prinsipnya setiap orang Batak Toba masuk ke dalam unsur Dalihan Na Tolu ini, yang terdiri dari: Dongan Sabutuha (teman semarga), hula-hula (keluarga dari pihak istri), boru (keluarga dari pihak menantu laki-laki kita).

(2)

dalihan na tolu amatlah penting karena tidak ada suatu karya adat dalam suka dan duka dapat berjalan tanpa tarombodalihan na tolu (Sangti, 1987:20).

Ada beberapa bentuk penyajian tarombo pada masyarakat Batak Toba yaitu sebagai berikut:

1. Bentuk percakapan (martarombo) 2. Bentuk sketsa/bagan

3. Bentuk mitos3

4. Bentuk nyanyian (musik vokal).4

3

Mitos adalah cerita dimana asal-usul kejadian dilupakan, maka dijalinlah sebagai pura-pura cerita atau sejarah yang biasanya menggambarkan praktek keagamaan dan institusi keagamaan atau hal-hal yang luar biasa. (Tarigan 1974:32).

4

Lihat Skripsi Sarjana Tiolina Sinambela. “TaromboDalam Gaya Nyanyian Pada Kebudayaan Etnis Batak Toba: Suatu Kajian Musikologis dan Tekstual.” Tahun 1994 hal. 3.

(3)

Ende Tarombo5

Berdasarkan kedua pendapat itu maka Ende Tarombo pada masyarakat Batak Toba merupakan bentuk musik secara fisik, mempunyai nilai estetis, mempunyai hubungan dengan sistem kemasyarakatan, dan memberikan efek sangat erat hubungannya dengan sistem kemasyarakatan, terutama yang berkaitan dengan garapan tekstualnya yang digarap berdasarkan silsilah marga-marga yang terdapat pada masyarakat Batak Toba. Di samping itu, Ende Taromboumumnya menceritakan silsilah marga-marga, sistem kekerabatan, hubungan antar marga, dan aspek sejarah dalam teks nyanyiannya.

Berdasarkan deskripsi tersebut maka penulis melakukan pendekatan etnomusikologis terhadap Ende Tarombo ini. Hal ini sesuai dengan defenisi etnomusikologi menurut Hood yang dikutip oleh Merriam (1964:6) :

(Ethno) musicology is a field knowledge, having as its object the investigation of the art of music as a physical, psychological, aesthetic, and cultural phenomenon.

Artinya:

Etnomusikologi merupakan suatu lapangan ilmu pengetahuan, yang

mempunyai obyek penelitian seni musik, baik itu yang berupa fisik, psikologi,estetika, dan musik dalam fenomena kebudayaan.

Nettl (1964:193-208) juga berpendapat bahwa salah satu bentuk nyanyian yang paling umum terdapat dalam kebudayaan musikal suku-suku bangsa adalah nyanyian topikal (berkenaan dengan suatu keadaan). Nyanyian ini mempunyai visi yang beragam, diantaranya memberikan efek psikologis terhadap individu maupun masyarakat. Disamping itu teks nyanyiannya mencerminkan nilai-nilai dan sikap masyarakat dalam sebuah kebudayaan yang tergambar di dalam mitologi, legenda dan aspek kesejarahan.

5

(4)

psikologis kepada masyarakat tertentu, serta terdapat unsur legenda dan kesejarahan sebagai suatu fenomena dalam kebudayaannya.

Pada masyarakat Batak Toba banyak terdapat Ende Tarombosesuai silsilahnya marganya masing-masing. Salah satu contoh yang cukup populer pada masyarakat Batak Toba adalah Ende TaromboSi Raja Lontung. Dalam penulisan skripsi ini penulis akan meneliti tentang Ende TaromboSi Raja Lontung. Alasan penulis memilih Ende TaromboSi Raja Lontung ini adalah karena:

1. Berdasarkan pengamatan penulis penyajian Ende TaromboSi Raja Lontung mempunyai struktur dan gaya yang berbeda dengan ende masyarakat Batak Toba lainnya. Hal berbeda itu tampak dari teks Ende TaromboSi Raja Lontung yang mengandung aspek-aspek legenda tentang marga, aspek kesejarahan garis keturunan Lontung yang merupakan hasil dari perkawinan sedarah (marsumbang, incest).

(5)

menyebabkan munculnya garapan baru6. Sehingga perlu dilakukan pengamatan tentang perbandingan (studi komparatif) dalam penyajian Ende Tarombo ini. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti penyajian Ende Tarombo oleh dua penyaji sebagai sampel7

3. Untuk mengetahui apakah gaya nyanyian pada Ende Taromboini merupakan gaya nyanyian melismatis atau silabis. Hal ini sesuai dengan tulisan Malm (1977:9) tentang hubungan musik dan teks yang mengetengahkan bahwa dalam musik vokal, karakter yang penting adalah hubungan antara musik dan teks. Bila satu not dipakai untuk masing-masing suku kata dari teks, gaya tersebut adalah silabis (syllabic). Jika satu suku kata dipakai untuk beberapa not, gaya tersebut adalah melismatis (melismatic).

.

4. Karena Ende TaromboSi Raja Lontung ini termasuk narrative folksongs (nyanyian rakyat berkisah)8

Dengan demikian penelitian ini akan menganalisis bagaimana makna teks, struktur musikal, dan komparasi musikal Ende TaromboSi Raja Lontung dari dua , sehingga perlu diteliti bagaimana kisah yang terkandung dalam teks Ende TaromboSi Raja Lontung.

6

Garapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988 mengandung makna diolah dan diberi suasana estetika. Kata ini juga mengandung makna adanya proses kreativitas seni yamg menjadikan karya-karya seperti musik, tari, teater dan seni rupa menjadi indah dan akhirnya disukai oleh banyak orang.

7

Menurut Sugiyono (2008:116) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

8

(6)

penyaji, yaitu Marsius Sitohang dan Trio Lasidos sebagai sampel untuk melakukan komparasi. Untuk itu maka penulis meneliti lebih lanjut tentang Ende TaromboSi Raja Lontung dan membuat ke dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL ENDE TAROMBOSI RAJA

LONTUNG YANG DISAJIKAN OLEH MARSIUS SITOHANG DAN TRIO

LASIDOS: SEBUAH STUDI KOMPARATIF MUSIKAL”. Kiranya tulisan ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan budaya masyarakat Batak Toba tentang nyanyian silsilah (Ende Tarombo).

1.2 Pokok Permasalahan

Sesuai dengan judul skripsi ini dan juga fokus perhatian kepada masalah yang akan diteliti, maka penulis menentukan tiga pokok masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah keturunan Si Raja Lontung?

2. Bagaimana deskripsi aspek tekstual dan musikal penyajian Ende TaromboSi Raja Lontung?

3. Bagaimana komparasi struktur teks dan musikal Ende TaromboSi Raja Lontung yang disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

(7)

1. Untuk mendeskripsikan sejarah keturunan Si Raja Lontung.

2. Untuk mendeskripsikan aspek-aspek tekstual dan musikal penyajian Ende TaromboSi Raja Lontung.

3. Untuk mendeskripsikan bagaimana komparasi struktur teks dan musikal Ende TaromboSi Raja Lontung yang disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos

1.3.2 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini adalah: 1. Sebagai dokumentasi dan bahan literatur dalam disiplin Etnomusikologi

berkaitan tentang nyanyian silsilah atau yang disebut juga dengan Ende Tarombo (khususnya Si Raja Lontung) pada masyarakat Batak Toba, agar nyanyian silsilah ini tidak punah dan menjadi salah satu aset seni budaya. 2. Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain, baik

mencakup teori maupun uraian tentang struktur tekstual, musikal serta komparatif beberapa penyaji tentang Ende TaromboSi Raja Lontung.

(8)

1.4. Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Menurut Soedjadi (2000:14), konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata (lambang bahasa).

Dalam penulisan konsep ini, penulis akan menerangkan kata-kata kunci dalam judul tulisan ini yaitu: “ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL ENDE TAROMBOSI RAJA LONTUNG YANG DISAJIKAN OLEH MARSIUS SITOHANG DAN TRIO LASIDOS: SEBUAH STUDI KOMPARATIF MUSIKAL”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab), duduk perkaranya, dsb.

(9)

Istilah musikal menunjukkan kata sifat yang berarti bersifat musik, memiliki unsur-unsur musik seperti melodi, tangga nada, modus, dinamika, interval, frasa, serta pola ritem.

Penyajian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id) merupakan proses, cara, perbuatan menyajikan.

Penelitian Komparatif menurut Nazir (2005:58) adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Jadi penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.

Ende adalah nyanyian (musik vokal) pada masyarakat Batak Toba. Sedangkan tarombo menurut Marbun dan Hutapea (1987:173) tarombo adalah silsilah atau daftar asal-usul suatu keluarga. Jadi Ende Tarombo adalah nyanyian yang isinya menyangkut tentang silsilah marga pada masyarakat Batak Toba.

Ende TaromboSi Raja Lontung merupakan nyanyian tentang silsilah marga dari turunan Si Raja Lontung. Dengan demikian tulisan ini bertujuan untuk memperoleh makna tekstual, struktur musikal dan komparasi Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji.

Berdasarkan pengertian di atas analisis tekstual yang dimaksud adalah menyelidiki teks lagu, yang difokuskan pada masalah isi dan penggarapannya. Menyangkut aspek tekstual unsur yang diselidiki meliputi:

(10)

2. Gaya bahasa. 3. Makna teks. 4. Pemilihan teks.

5. Kaitan teks dengan melodi (teknik silabis atau melismatis).

Berdasarkan pengertian di atas analisis musikal adalah menyelidiki segala unsur musik pembentuk. Menyangkut aspek musikologis, unsur yang diselidiki pada struktur melodi Ende TaromboSi Raja Lontung ini meliputi:

1. Tangga nada 2. Nada dasar 3. Wilayah nada

4. Frekwensi pemakaian nada 5. Interval

6.Pola kadensa

7. Formula Melodi (motif, frase dan bentuk melodi) 8. Kontur

Dalam tulisan ini penulis tidak menganalisis ritmisnya sebagai pembatasan masalah.

Dalam hal ini Ende TaromboSi Raja Lontung yang telah direkam dari dua penyaji selanjutnya akan ditranskripsikan9 ke dalam notasi Barat10

9

Dalam etnomusikologi proses penotasian bunyi dan proses mereduksi bunyi ke dalam simbol visual disebut transkripsi.

10

Notation is the method or methods used for writing down music: suatu metode atau berbagai metode yang digunakan untuk menuliskan musik di atas kertas dan dalam format visual(Willy, Apel 1972:578).

(11)

bantuan program Sibelius11

Pendekatan untuk mengkaji seni, salah satunya menggunakan teori semiotika dalam rangka usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Teori Semiotika menurut Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, . Untuk menemukan perkembangan teks maupun melodi maupun Ende TaromboSi Raja Lontung.

1.4.2 Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dalam membahas permasalahan (Nasution, 1982:126). Dalam tulisan ini yang menjadi pokok permasalahannya adalah mengetahui unsur-unsur tekstual, musikal, sejarah lahirnya Si Raja Lontung serta komparasi Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji.

Sesuai dengan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu tekstual, musikal, sejarah lahirnya Si Raja Lontung serta komparasi Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji maka digunakanlah empat teori utama yaitu:

1.4.2.1 Teori semiotika

11

(12)

langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini,2006). Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki pertanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

(13)

dahulu teks dari Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji. Kemudian menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia berdasarkan Kamus Bahasa Batak Toba dan menyesuaikan terjemahannya dengan pendapat informan. Dengan demikian dapat diketahui yang mana makna denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal) pada teks lagu Si Raja Lontung.

1.4.2.2 Teori Weighted Scale

Untuk mengetahui struktur musikal dan membandingkan bentuk penyajian Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji, penulis menggunakan teori Weighted Scale (bobot tangga nada). Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang dalam musik dengan melibatkan ukuran-ukuran tertentu. Menurut pendapat Malm (1977:8) ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam mendeskripsikan melodi, yaitu:

1. Tangga Nada (Scale) 2.Nada Dasar (Pitch centre) 3. Wilayah Nada (Range)

4. Jumlah nada (Frequency of note) 5. Interval nada

(14)

Dalam menggunakan teori ini, penulis mengaplikasikannya dalam bentuk transkripsi ke dalam notasi Barat. Menurut Seeger (1958:184-195) berdasarkan tujuannya ada dua jenis notasi yaitu: notasi deskriptif dan preskriptif. Notasi deskriptif yaitu laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan. Sedangkan notasi preskriptif, yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar dari bunyi. Dalam penulisan skiripsi ini penulis akan menggunakan transkripsi dengan notasi preskriptif yang merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat diwujudkan oleh penyaji Ende TaromboSi Raja Lontung.

1.4.2.3 Teori sejarah

Membincangkan sejarah asal-usul Si Raja Lontung dan turunannya penulis menggunakan metode sejarah dari Kuntowijoyo, yaitu; model sinkronis: untuk mengetahui gambaran lingkungan sosial, historis, fungsi dan latar belakang dan model diakronis: untuk menggambarkan bagaimana pertumbuhan tersebut dari waktu-kewaktu, bagaimana ia tumbuh dari awal sebagai suatu gejala (1994:38).

(15)

Si Raja Lontung dan turunannya sehingga dapat diketahui bagaimana sejarah Si Raja Lontung bertumbuh dari awal sebagai suatu gejala.

1.4.2.4 Teori perbandingan (komparatif)

Menurut Nazir (2005:58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.Jadi studi komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri yaitu Ende TaromboSi Raja Lontung dan yang menjadi sampel adalah kedua penyaji yaitu Marsius Sitohang selaku pemain musik tradisional Batak Toba dan Trio Lasidos selaku salah satu trio Batak yang menyajikan Ende TaromboSi Raja Lontung dalam salah satu albumnya yang berjudul Trio Lasidos Bersatu Kembali Dengan membandingkan penyajian Ende TaromboSi Raja Lontung oleh kedua sampel tersebut maka dapat dianalisis perbedaan dan persamaan dari setiap penyajian Ende Tarombo ini. Sehingga dapat diketahui perkembangan teks dan melodis Ende TaromboSi Raja Lontung.

1.5 Metode Penelitian

(16)
(17)

kepustakaan terlebih dahulu. Adapun tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini.

1.5.1 Studi Kepustakaan

(18)

1.5.2 Kerja lapangan

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lonfland dalam Moleong, 1989). Selain kata-kata dan tindakan, perekaman audio ataupun materi musik juga menjadi sumber data yang utama dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis menggunakan dua teknik dalam pengumpulan data di lapangan yaitu:

1.5.2.1 Wawancara

(19)

mendukung data yang telah diperoleh dari kerja lapangan maupun dari studi kepustakaan.

1.5.2.2 Perekaman

Perekaman sangatlah penting dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Perekaman musik yang akan dilakukan penulis adalah dalam bentuk rekonstruksi. Sebagai alat bantu merekam hasil wawancara dan penyajian Ende TaromboSi Raja Lontung penulis menggunakan Handphone Oppo Neo 3 (r831k). Penulis akan merekam hasil wawancara dengan narasumber yang dilakukan di lapangan. Selain merekam hasil wawancara, penelitian ini juga akan merekam materi musik yang akan dianalisis teks serta musiknya. Untuk materi Ende TaromboSi Raja Lontung penulis mengambil sampel dari Marsius Sitohang, Trio Lasidos. Penulis akan merekam penyajian Ende TaromboSi Raja Lontung dari kedua penyaji tersebut secara langsung ke lapangan. Khusus untuk Ende TaromboSi Raja Lontung oleh Trio Lasidos, penulis melakukan pengamatan melalui CD (Compact Disk) dari album lagu Trio Lasidos Bersatu Kembali tahun 2011 dalam salah satu track lagunya yang berjudul Raja Lottung.

1.5.2.3 Kerja laboratorium

(20)

Data-data berupa gambar dan rekaman diteliti kembali sesuai ukuran yang telah ditentukan kemudian dianalisis seperlunya. Semua hasil pengolahan data tersebut disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi. (Meriam 1995:85). Dalam mendeskripsikan materi musik pada kerja laboratorium, terdapat dua pendekatan yang diungkapkan oleh Bruno Nettl (1964:98) yaitu:

1) Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan 2) Kita dapat dengan cara menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas

kertas lalu mendeskripsikan apa yang kita lihat.

Dari kedua pendekatan tersebut penulis akan menggunakan pendekatan yang kedua dalam menganalisis teks dan musik Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji. Pendekatan pertama tidak dilakukan karena peneliti tidak mungkin hanya mengandalkan pendengaran dan daya ingat yang terbatas tanpa menuliskannya. Untuk mendeskripsikan bunyi musikal dari Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji, harus dilengkapi dengan analisis yang didasarkan atas materi yang terlihat dalam bentuk notasi. Oleh karena itu dalam kerja laboratorium penulis akan melakukan transkripsi. Transkripsi adalah proses memindahkan bunyi (menotasikan), mengalihkan bunyi yang didengar menjadi simbol visual.

1.5.2.3.1 Metode transkripsi

(21)

penulis memperhatikan pendapat Seeger (1958:184-195) yang membedakan dua notasi menurut tujuannya yaitu:

1) Notasi Preskriptif (prescriptive) yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar dari bunyi. Notasi ini merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat diwujudkan oleh pemain musik.

2) Notasi Deskriptif (descriptive) yaitu laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan.

Dalam hal ini penulis akan menggunakan notasi preskriptif dalam pentranskripsian Ende TaromboSi Raja Lontung. Jadi notasi yang akan dituliskan adalah garis besar dari bunyinya saja sehingga dapat diketahui bagaimana musik itu dapat diwujudkan oleh penyaji musik Ende TaromboSi Raja Lontung.

1.6 Lokasi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa sebuah produk akan membentu indentitas diri seseorang, dimulai dari seorang pemuda yang merasa tidak percaya diri karena tas yang

Maka, diharapkan dengan adanya penelitian dalam perbandingan algoritma Naive Bayes dan Apriori, dapat diketahui algoritma klasifikasi yang baik untuk menyelesaikan

 Title: Community Forestry in New Era of encouraging local livelihoods under international climate change and forest conservation policies.  Fund: Japanese

Komisaris. c) Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal tidak ada anggota Direksi atau Dewan Komisaris yang tidak memiliki benturan kepentingan dengan

1.. persen) dari laba bersih Perseroan tahun buku 2020 akan dibagikan sebagai dividen tunai kepada 8.215.366.379 (delapan miliar – dua ratus lima belas juta – tiga ratus

Jikalau anggota Badan Pengurus Pusat maupun Daerah yang hadir atau diwakili dalam rapat tidak memenuhi korum yang disyaratkan dalam Ayat 4 Pasal ini, maka

Teori al-hudud (pembatasan) yang perkenalkan Syahrur dapat digunakan sebagai pengganti metode ijma’ dan qiyas. Sepertinya Shahrur melupakan ayat, hadits, dan praktek shahabat

fly merewrite URL kita sesuai keinginan maka harus menulis rule-rule nya dalam file yang namanya “.htaccess”, ingat nama filenya “.htaccess” bukan “sesuatu.htaccess”