• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Landasan Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2. Landasan Teori"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

13

Landasan Teori

2.1 Konsep Otaku

Konsep Otaku yang akan penulis fokuskan dalam penelitian ini adalah teori menurut Azuma (2009:3).Azuma (2009:3). memaparkan teorinya mengenai Otaku sebagai berikut :

“Otaku.” Simply put, it is a general term referring to those who indulge in forms of subculture strongly linked to anime, video games, computers, science fiction, special-effects films, anime figurines,and so on.

Terjemahan :

“Otaku.” Secara harafiah, adalah istilah umum yang mengarah kepada mereka yang terlibat dalam suatu sub-kultur yang memiliki hubungan kuat dengan anime, game, komputer,fiksi ilmiah, film dengan efek spesial,figurin anime, dan sebagainya.

Otaku sendiri adalah sebuah kalimat atau kata-kata yang muncul di Jepang yang ditujukan untuk mereka yang menyukai anime dan manga. Masa-masa munculnya para Otaku di Jepang membawa berbagai macam perubahan terutama dalam faktor ekonomi dan juga industry. Banyak dari mereka (Otaku) yang pada akhirnya memutuskan tidak ingin bekerja dan mengurung diri di dalam kamar, fokus dengan dunia mereka sendiri. Sehingga hal ini berdampak pada faktor ekonomi di Jepang.

2.1.2 Konsep Otaku di Luar Jepang

Otaku adalah sebuah istilah yang muncul di Jepang oleh karena itu terdapat perbedaan antara Otaku di Jepang dan di luar Jepang. Menurut Eng dalam Ito dan Okabe (2012:92-93) memaparkan Otaku Jepang terkadang diibaratkan sebagai orang tanpa harapan yang sifatnya tertutup dan mencari pelarian dari dunia sehingga mereka dapat secara diam-diam masuk ke dalam hobi memalukan mereka.

Namun Otaku di Amerika (ketika kata “Otaku” digunakan oleh seseorang yang dimaksud adalah penggemar dengan tingkat kegemaran terparah) lebih sering digambarkan sebagai seseorang yang berisik, menganggu, dan berani mengemukakan

(2)

hobi, ketertarikan, pemujaan yang mendalam. Sehingga terlihat mereka seperti menyerang zona pribadi milik orang lain. “Otaku” memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, baik di Jepang, Amerika, maupun di negara lain. Konsep Otaku sudah mendunia sekarang ini.

2.1.3 Otaku wa Sude ni Shindeiru [Otaku telah mati]

Otaku memiliki berbagai macam definisi bagi setiap orang. Hiroki Azuma memaparkan Otaku sebagai orang yang berhubungan dengan sub-kultur dari Jepang. Sedangkan menurut ahli antropologi Jepang bernama Okada (2008:41) bahwa Otaku memiliki berbagai macam ciri termasuk arti dan penggunaan dari kata Otaku tersebut, yaitu: 1. 中森明夫の造語。当時は『おたく』と表記。 2. 現在は、主に 20 代以降の、アニメ、漫画、ゲーム、アイドルなどを愛好す る人 (たち)を指す。 3. 以前は、特定の趣味分野に生活の時間や所得の多くをかける人 (たち)のこ と。 4. 元々ロリコン漫画誌から発された造語の為、本来は (性的表現も含む) コア な漫画 - アニメマニア (特に男性) を指す蔑称。 5.『ファッションに関心が無い、自室にこもりがちな』暗い人物への蔑称とし て使用されることもあった。 Terjemahan :

1. Adalah sebuah kata yang diciptakan oleh Nakamori Akio. Di saat yang bersamaan kata tersebut disebut sebagai Otaku.

2. Sekarang ini terutama setelah abad 20, menunjuk kepada orang-orang yang menggemari anime, manga, game dan juga idol.

3. Sebelumnya diartikan sebagai orang-orang yang menghabiskan waktu dan penghasilan untuk hidup lebih banyak pada bidang hobi yang lebih spesifik.

4. Pada awalnya adalah sebuah kata yang diciptakan untuk komik lolicon. Sekarang ini adalah sebuah kalimat yang menjatuhkan (mengekspresikan kalimat yang mengarah pada sebuah gender) pencinta komik dan maniak anime (terutama kaum laki-laki). 5. Menunjuk kepada orang-orang yang tidak memiliki ketertarikan pada fashion, dan mengurung diri di kamar sendiri. Dan ada juga digunakan untuk meremehkan orang-orang yang suram.

(3)

2.2 Teori Konsumerisme

Konsumerisme sudah muncul sejak zaman revolusi industri Eropa. Seiring dengan berkembangnya taraf ekonomi kelas menengah, konsumerisme muncul sebagai semangat dan upaya untuk menandai diri dengan barang-barang produksi, sehingga menciptakan indentitas diri dalam pergaulan masyarakat. Stearns (2006:8) menyatakan bahwa konsumerisme memiliki definisi sebagai berikut :

Consumerism describes a society in which many people formulate their goals in life partly through acquiring goods that they clearly do not need for subsistence or for traditional display. They become enmeshed in the process of acquisition – shopping – and take some of their identity from a procession of new items that they buy and exhibit. Terjemahan:

Konsumerisme mendeskripsikan sebuah masyarakat yang kebanyakan orang memformulasikan sebagian dari tujuan dalam hidupnya untuk memperoleh barang yang tampak dengan jelas tidak dibutuhkan untuk hidup. Mereka terjerat di dalam proses pendapatan sebuah barang belanja dan mengambil identitas diri melalui perolehan barang yang mereka beli dan dipamerkan.

2.2.1 Fenomena Attentional Inertia

Disamping konsumerisme terdapat berbagai macam jenis definisi konsumerisme, msalah satunya adalah Attentional Inertia, yaitu sebuah jenis konsumerisme yang mengacu pada kesadaran seseorang. Dalam bukunya, Ihza (2013:122) menjelaskan makna Attentional Inertia,

Attentional Inertia merupakan fenomena dimana semakin lama seseorang memerhatikan perhatian pada suatu hal, maka semakin pasti ia akan melakukannya secara terus menerus. Ketika Attentional Inertia meningkat, semakin sulit bagi seseorang untuk terganggu dengan hal lain di sekitarnya

2.3 Teori Kolektor.

Kolektor adalah orang-orang yang menggemari suatu hal dan mengumpulkan benda tertentu untuk memenuhi keinginannya. Solomon (2003:108) mengatakan mengenai makna kolektor : “Collecting refers to the systematic acquisition of a particular object or set of objects. This widespread activity can be distinguished from hoarding. Which is merely unsystematic gathering.” Artinya adalah : Kolektor mengacu

(4)

kepada sebuah perolehan secara sistematis terhadap objek tertentu atau kumpulan dari objek. Aktivas yang menyebar luas ini dapat dibedakan dari aktivitas menimbun. Yaitu sebuah cara pengumpulan yang tidak sistematis.

Solomon (2013 : 109), mengatakan bahwa sebuah objek dapat menggoda seorang kolektor, tetapi kolektor juga secara hati-hati mengatur dan menunjukkan barang berharga mereka. Konsumen sering secara berlebihan melekat pada koleksi mereka. Perasaan ini dicontohkan dari sebuah komen dalam studi kasus seorang wanita yang mengoleksi boneka beruang mengatakan “apabila rumah saya terbakar, saya tidak akan menangisi perabotan saya, saya akan menangisi boneka beruang saya”.

2.3.1 Peranan dan Hubungan Manusia dengan Barang.

Seorang mahasiswa Harvard, Fournier dalam Solomon (2003:16) meneliti beberapa ciri spesifik seseorang terhadap sebuah produk yang cenderung dimiliki oleh seseorang. Dia mengindentifikasikan hubungan antara seseorang dengan sebuah produk sebagai berikut:

1. Self – Concept Attachment: The product helps to establish the user’s identity. 2. Nostalgic Attachment: The product serves as a link with a past self.

3. Interpendence: The product is a part of the user’s daily routine.

4. Love: The product elicits emotional bonds of warmth, passion, or other strong emotion.

Terjemahan:

1. Kemelekatan Konsep Diri Sendiri – Sebuah produk dikatakan dapat membantu dan membentuk indentitas diri seseorang

2. Kemelekatan Nostalgia - Sebuah produk dapat menjadi penghubung atau berfungsi sebagai benda yang menghubungkan dengan diri kita sendiri yang ada di masa lalu. 3. Ketergantungan – Sebuah produk dapat menjadi bagian dari kehidupan rutin bagi seseorang.

4. Rasa Cinta – Sebuah produk mengeluarkan ikatan secara emosional yang hangat, perasaan keinginan, atau berbagai macam perasaan kuat lainnya.

Menurut Fournier dalam Solomon (2003:17) sebuah produk atau benda dapat menciptakan berbagai macam perasaan bagi pemiliknya. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah produk antara pemilik terdapat sebuah ikatan atau kemelakatan yang kuat antara

(5)

satu sama lain. Faktor ketergantungan antara pemilik dengan benda menjadi salah satu pemicu seseorang berperilaku konsumtif.

Sebuah benda yang telah menjadi bagian dari kehidupan bagi diri seseorang, sangat sulit bagi dirinya untuk lepas dari benda tersebut, sebagai contoh orang yang ketergantungan dengan makanan ringan atau minuman produk tertentu dapat memicu dirinya untuk terus mengkonsumsi produk tersebut. Hal ini dipicu karena perasaan dalam orang tersebut akan merasa tidak nyaman apabila tidak mengkonsumsi atau mendapatkan barang yang diinginkan. Selain itu kemelekatan dengan konsep diri sendiri mengatakan sebuah produk dapat membantu dan membentuk indentitas diri seseorang. Berkaitan dengan teori konsumerisme oleh Stearns bahwa dengan membeli suatu produk akan membantu dirinya membentuk suatu indentitas tertentu, sebagai contoh seorang pemuda yang pada kehidupan sehari-harinya hanya memiliki tas dengan merk kurang terkenal. Apabila dibandingkan dengan teman-temannya yang membeli tas dari merk yang jauh lebih terkenal, pemuda tersebut akan merasa tidak percaya diri dan merasa kurang yakin dengan dirinya sendiri, secara otomatis akan mundur dari pergaulan tersebut. Kemudian apabila dia membeli sebuah tas dengan merk yang sama dengan teman-temannya maka dia akan merasa bahwa dirinya sudah menjadi sama kedudukannya dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah produk akan membentu indentitas diri seseorang, dimulai dari seorang pemuda yang merasa tidak percaya diri karena tas yang dimilikinya tidak sebanding dengan temannya dan ketika membeli tas yang sama dia dapat menunjukkan bahwa dirinya juga mampu membeli benda yang sama seperti teman-temannya.

2.4 Konsep Dasar Status Ekonomi.

Menurut Saraswati (2009) dalam Suparyanto (2010) status dasar ekonomi seseorang di bagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Tipe kelas atas dengan penghasilan (> Rp 2.000.000,00).

2. Tipe kelas menengah memiliki penghasilan(Rp 1.000.000,00 – Rp 2.000.000,00). 3. Tipe kelas bawah memiliki penghasilan sebesar (< Rp 1.000.000,00)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kajian yang dilakukan di Indonesia, rata-rata tingkat efisiensi teknis petani kentang dalam penelitian ini lebih kecil daripada yang ditemukan oleh Tanjung (2003) untuk

Menurut Woolnough dan Allsop (1985) salah satu alasan pentingnya kegiatan praktikum adalah untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar dalam melaksanakan

Untuk kasus siswa yang memiliki kelambatan dalam belajar, program CAI tutorial akan dapat melayani sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga guru dapat menghemat waktu untuk

(2012), dengan sedikit modifikasi yakni menambah variabel kepemilikan terkonsentrasi, serta sampel yang digunakan lebih dikhususkan pada perusahaan yang ada di negara

Dari uraian singkat diatas – dengan hanya selembar Clinical Pathways -merupakan suatu instrumen yang komprehensif merangkum secara terpadu bidang pelayanan, pendidikan dan

(i) Semua produk-produk yang dicakup dibawah Early Harvest Program harus dibagi ke dalam 3 kategori produk untuk pengurangan dan penghapusan tarif seperti yang telah

Berdasarkan hasil uji Mann u whitney dan Wilcoxon untuk pretest, posttest, dan follow up kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh kesimpulan bahwapembacan dan pemaknaan

Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta