• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh Singkil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh Singkil"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya alam yang

melimpah, Kekayaanya membentang mulai dari ujung sumatera hingga ujung

papua.Yang meliputi sumber daya alam yang dapat di perbaharui dan yang tidak

dapat di perbaharui.Indonesia juga sebagai negeri kepulauan yang sangat besar

dan istimewa dalam kedudukan strategis percaturan ekonomi, politik, dan budaya

dunia oleh karena wilayahnya yang strategis dan memiliki sumber daya alam yang

melimpah. Sumber daya alam di Indonesia meliputi: air, tanah, hutan, udara, laut,

tambang. Faktor yang menyebabkan SDA di Indonesia melimpah yaitu: Letak

geologis : pertemuan lempeng sehingga memiliki banyak gunung berapidan

tambang mineral, Letak astronomis : daerahnya tropis, sehingga curah hujan dan

temperature udara tinggi, air melimpah dan tanah subur. Luas wilayah : 1/3

berupa daratan, 2/3 berupa lautan, sehingga kekayaan laut dan darat melimpah.

Indonesia juga memiliki Sumber Daya tanah yang merupakan tempat berbagai

aktivitas seperti bercocok tanam, membangun rumah, membangun jalan, dan lain

sebagainya.Sumber Daya air yang terdapat di Indonesia dapat dijumpai dalam

berbagai bentuk, yaitu air hujan, air danau, air sungai, dan air tanah.Sungai adalah

bagian dari muka bumi yang lebih rendah, tempat mengalirnya air dari daerah

(2)

Sungai Barito, Sungai Memberano, Sungai Digul, dan Sungai Musi. Hutan yang

terdapat di Indonesia memiliki 3 jenis yaitu,1

1.Berdasar letak geografisnya.Seperti, hutan tropika, hutan temperate,

hutan boreal.

2.Berdasar fungsinya. Seperti, Hutan lindung, Hutan suaka alam, Hutan

wisata, Hutan produksi.

3.Berdasar jenis pohonnya. Seperti, Hutan homogeny, Hutan heterogen.

Selain itu juga Indonesia memiliki Sumber Daya laut, Potensi kekayaan

laut tidak hanya berupa ikan, kekayaan lain dari sumber daya laut adalah

sumber daya alam berupa mangrove, terumbu karang, dan

lain-lain.Hutan mangrove atau hutan bakau merupakan tipe hutan yang

terletak di daerahpasang surut air laut.Pada saat pasang, hutan mangrove

tergenang air laut, padasaat surut, hutan mangrove tidak tergenangi air

laut.Hutan mangrove tersebar di pesisir barat Pulau Sumatra, beberapa

bagian daripantai utara Pulau Jawa, sepanjang pesisir Kalimantan,

Pesisir Pulau Sulawesi,Pesisir Selatan Papua, dan sejumlah pulau kecil

lainnya.

Sebagai negara yang terletak pada posisi strategis di garis katulistiwa,

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, terbesar dan tersebar di

seluruh wilayah nusantara, tidak hanya di daratan, tetapi juga di lautan.Kekayaan

alam ini merupakan anugerah Tuhan, yang dilimpahkan kepada seluruh bangsa

1

(3)

Indonesia, untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya agar mencapai

kemakmuran bangsa.Banyaknya sumber daya alam Indonesia, dibutuhkan

kebijakan untuk mengatur dan mengelola serta pelestarian sumber daya

alam.Makna dari kebijakan itu sendiri yaitu sebagai suatu arah tindakan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan

tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap

kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka

mencapai tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu2.

Sumber daya alam tersebut pada kekuasaan tertinggi berada di tangan

negara, dan negaralah yang akan mengatur peruntukan dan penggunaanya bagi

kesejahteraan masyarakat. Pemerintah hanyalah sebagai personifikasi rakyat yang

memiliki kewenangan mengelola sumber daya alam, namun pemilik

sesungguhnya adalah rakyat Indonesia.

Hal ini tercermin di dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD l945 disebutkan

bahwa3:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas kekeluargaan;

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang dikuasai oleh

Negara dandipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

2

Wayne Person. 2001. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Prenada Media Group.

hal.19. 3

(4)

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh Negaradan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat;

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan Prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan,kemandirian, serta dengan menjaga kesimbangan

dan kesatuan ekonomi nasional.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dengan

undang-undang.

Turunan dari undang-undang di atas adalah dikeluarkannya UU Migas,

No.22/2001 tentang pengelolaan migas, UU No.7/ 2004 tentang pemanfaatan

sumber daya air di tambah UU No.121/2015 tentang pengusahaan sumber daya

air, dan UU No.39/2014 tentang perkebunan yang pada keseluruhannya itu

mengandung nilai-nilai keadilan.

Yangmenjadi landasan dalam setiap pembuatan undang-undang tentang

berbagai macam pengelolaan sumber daya alam yang ada, keselurahannya itu

berdasarkan prinsip dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1),(2),(3),(4), dan (5) secara

jelas menyiratkan bahwa penguasaan perekonomian terkait hasil kekayaan alam

harus berpatokan kepada kepentingan bersama dan untuk kemakmuran rakyat

(5)

Dengan adanya undang-undang tersebut maka hubungan suatu unit

pemerintahan dengan sumber daya alam dan lingkungannya akan berjalan

maksimal kerena tidak ada ketimpangan. Sehingga hubungan yang secara vertikal

antara pemerintah dan masyarakat menjadi satu kesatuan yang utuh di dalam

sistem pemerintahan yang mengarahkan kepada tujuan bersama.Namun nyatanya

pada masa orde baru upaya-upaya normative memberdayakan daerah untuk

berpartisipasi dalam pembangunan nasional yang telah dilakukan melalui Undang

Undang Nomor 5 Tahun l974 tentang Pemerintahan Daerah4 itu, hanya

semata-mata sebatas khiasan di bibir saja, sebab kenyataanya undang-undang tersebut

tidak memberikan kesempatan daerah untuk menyelenggarakan urusan daerahnya

sendiri secara penuh, termasuk kewenangan mengelola sumberdaya alam di

daerah. Pada saat itu, pemerintah pusat tetap mengendalikan semua kegiatan

pengelolaan sumber daya alam di daerah.

Daerahyang memiliki sumber daya alam hanya memperoleh porsentase

yang sangat kecil dibandingkan dengan yang diterima pemerintah pusat, semua

hasil pengelolaan sumber daya alam dimasukan ke dalam Anggaran Pendaatan

dan Belanja Negara (APBN) yang dikelola oleh pemerintah pusat.

Undang-undang yang diberlakukan pada saat itu adalah Undang Undang

Dasar l945 pasal 1 ayat (1), yang berbunyi, Negara Indonesia ialah negara

kesatuan yang berbentuk “republik”5, dengan begitu di dalam negara hanya

4

UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah 5

(6)

terdapat satu kekuasaan, yaitu kekuasaan negara Republik Indonesia yang memicu

ke arah sentralisasi kekuasaan.

Sistem pemerintahan sentralistik telah menjadi panutanIndonesia selama

puluhan tahun.Kekuasaannegara terpusat pada kekuasaan pemerintah pusat di

bawah pimpinan Kepala Negara/Presiden. Sistem pemerintahan sentralistik pada

dasarnya tidak sesuai dengan letak geografis dan karakterIndonesia, oleh karena

Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki aneka ragam budaya,

agama, sosial, ras, suku, dan adat istiadat, serta potensi sumber daya alam yang

masing-masing daerah memiliki karakter yang berbeda-beda. Seharusnya daerah

memiliki kewenangan untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki untuk

dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.system pemerintahan yang

sentralistik yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan karakter negara

Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau dengan keberagamanya.Pemikiran

dilaksanakannya sistem pemerintahan desentralisasi, yang memberikan

kewenangan luas kepada daerah untuk mengurus rumah tangga daerahnya sendiri

semakin menguat seiring dengan derasnya tuntutan masyarakat di daerah, bahkan

sampai mengarah pada ancaman disintegrasi Negara kesatuan.6

Alasanya bahwa sistem desentralisasi dianggap sebagai sistem

pemerintahan yang paling tepat, sebab sistem desentralisasi memberikan

kewenangan yang luas kepada daerah untuk menyelenggarakan urusan

6

S Suhartono.Desentralisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Mewujudkan Kesejahteraan

(7)

pemerintahan daerahnya sendiri, meskipun tidak semua daerah mampu

melaksanakan, namun desentralisasi telah memberikan kesempatan kepada daerah

untuk mengurus daerahnya masing-masing sesuai dengan potensi yang

dimilikinya, baik sumber daya manusia, dan sumber daya alam, yang selama ini

hanya dieksploitasi dan dieksplorasi oleh pemerintah pusat. Desentralisasi juga

memberikan kesempatan kepada daerah untuk menikmati hasil-hasil pengelolaan

sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakatnya7.

Desentralisasi merupakan ide dan semangat pendiri negara, dengan

pembagian wilayah termasuk kewenanganya.Hal ini dituangkan di dalam

ketentuan Pasal 18 UUD l945 tentang pemerintahan daerah8, baik sebelum

maupun setelah amandemen.Bahkan amandemen UUD l945 telah mendorong

dilakukannya otonomi daerah secara luas dan konkrit, dengan harapan

daerah-daerah yang tertinggal dapat mengembangkan diri dan mensejajarkan diri dengan

daerah-daerah lain dalam rangka memajukan kesejahteraan masyarakatnya.

Selama ini daerah hanya mengharapkan droping dana dari pemerintah pusat, dan

menjalankan program-program pembangunan yang bersifat top down, yang

ditetapkan oleh pusat. Tidak jarang program-program pembangunan dipaksakan

dan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat daerah.

Keinginan untuk mewujudkan sistem desentralisasi sedikit demi sedikit

terealisir sejak dikeluarkanya Undang Undang Nomor 22 Tahun l999 tentang

7

Ibid. 8

(8)

Pemerintahan Daerah, yang kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009, dan di perkuat dengan Undang Undang Nomor 12Tahun 2008

tentang otonomi daerah. Undang-undang ini telah memberikan harapan kepada

daerah yang lebih luas untuk berpartisipasi dalam semua aspek pembangunan, dan

berbagai aspek kehidupan, yang salah satu diantaranya menyangkut pengelolaan

sumber daya alam, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Begitu juga halnya Provinsi Aceh, sejak Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

membawa misi berdirinya negara Aceh yang merdeka. Selama kurang lebih 30

tahun, GAM secara bergerilya melancarkan perlawanan hingga penandatanganan

Mou di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005yang memiliki peraturan daerah

sendiri yang bernama Qonun. Qanun mempunyai kekuatan hukum yang sejajar

dengan Undang-undang.Bagi masyarakat Aceh, qanun bukanlah istilah baru, dan

sudah dikenal sejak masa kerajaan aceh (tercatat sejak tahun 1270 H).Qonun yang

pertama kali diperkenalkan melalui UU No. 18/2001, memiliki kedudukan yang

signifikan dalam penyelenggaran pemerintahan daerah di Aceh. Sebab, qanun

dijadikan perangkat hukum utama bagi penyelenggaraan pemerintahan di Aceh

yang tengah giat-giatnya ditata kembali pasca penandatanganan MoU damai.

Apalagi UU No. 18/2001 mengisyaratkan bahwatidak akan ada lagi peraturan

daerah (perda) di Aceh.9

9

(9)

Provinsi Aceh memiliki potensi alam yang melimpah yaitu sebagai daerah

produksi, kawasan kehutanan, penghasil mineral dan bahan bakar.Sebagai

kawasan kepulauan yang beriklim tropis, Aceh juga berpotensi dalam

pengembangan bidang tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan

pariwisata.

Bahkan Aceh sejak tahun 1900 telah memulai usaha pertambangan

umum.Daerah operasi minyak dan gas di bagian utara dan timur meliputi daratan

seluas 8.225,19 km² dan dilepas pantai Selat Malaka 38.122,68 km².Beberapa

perusahaan migas yang mengeksploitasi tambang Aceh berdasarkan kontrak bagi

hasil (production sharing).Sementara endapan batubara terkonsentrasi pada

Cekungan Meulaboh di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Terdapat

15 lapisan batubara hingga kedalaman 100 meter dengan ketebalan lapisan bekisar

antara 0,5-9,5 m. Jumlah cadangan terunjuk hingga kedalam 80 meter mencapai

500 juta ton, sedangkan cadangan hipotesis sekitar 1,7 miliar ton.10

Provinsi Aceh ternyata juga memiliki beraneka ragam potensi sumber

energi untuk pembangkit tenaga listrik terdiri dari potensi air, panas bumi,

batubara.Diperkirakan potensi sumber tenaga air mencapai 2.626 MW yang

tersebar di 15 lokasi di wilayah Aceh. Salah satu dari potensi tersebut adalah

PLTA Peusangan dengan daya sebesar 89 MW, di daerah Jambo Aye yang

diperkirakan mencapai 471 MW, Lawe Alas sebesar 268 MW, dan Tampur

10

http://aceh.tribunnews.com/ini-potensi-kekayaan-aceh-yang-melimpah diakses tanggal 16 September 2016 pukul 20.40

(10)

sebesar 126 MW. Disamping itu juga terdapat potensi batubara yang dapat

dikembangkan sebesar 1.300 juta ton.Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) menyebutkan bahwa Aceh memiliki 17 titik panas bumi yang dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik.11

Banyaknya sumber daya alam dan energi di Aceh mempengaruhi

Pendapatan Asli Aceh (PAA) yang di provinsi lain dinamakan pendapatan asli

daerah (PAD), yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam tujuh tahun

terakhir (2008-2014), peningkatan PAA itu sangat signifikan.Realisasi PAA tahun

2008 tercatat Rp.719.675.- 560.102, tahun 2009 sebesar 735.205.788.491,

kemudian mengalami lompatan dahsyat pada tahun 2013 menjadi Rp

1.396.095.430.738.

Pada tahun 2014 PAA bertambah menjadi Rp.1.746.689.714.374. Capaian

ini meningkat lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan pendapatan asli

yang diperoleh Aceh pada tahun 2008.Semua PAA ini bersumber dari Pajak Aceh,

Retribusi Aceh, Hasil Pengelolaan Kekayaan Aceh yang dipisahkan, dan lain-lain

Pendapatan Asli Aceh yang sah. Yang termasuk dalam kategori Pajak Aceh yaitu

pajak kendaraan bermotor (pkb), bea balik nama kendaraan bermotor (BbnKb),

pajak bahan bakar kendaraan bermotor (pbbKb), pajak pengambilan dan

pemanfaatan air permukaan, dan pajak rokok.

11

(11)

Sepanjang tahun 2014, keseluruhan item ini berkontribusi sebesar

Rp.1.030.679.175.- 160 (setara 59%) bagi PAA. Ini meningkat signifikan dari

perolehan tahun 2012 (saat Gubernur Zaini Abdullah dan Wagub Muzakir Manaf

baru memimpin Aceh) yang hanya Rp.687.476.816.747. Apalagi bila

dibandingkan dengan realisasi Pajak Aceh tahun 2008 yang hanya

Rp.464.317.354.502. Kemudian, yang termasuk kategori Retribusi Aceh yaitu

retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Tahun

2014, dari tiga retribusi ini Aceh mendulang rupiah sebanyak Rp.3.303.639.690.12

Dalam kaitan ini, DPR Aceh bersama Pemerintah Aceh sudah menghasilkan tiga

qanun yang menjadi dasar hukum pengutipan ketiga retribusi dimaksud, yaitu

Qonun Aceh No.1 tahun 2014 tentang retribusi jasa umum, Qonun Aceh No.2

tahun 2014 tentang retribusi jasa usaha, dan yang ketiga Qonun Aceh No.3 tahun

2014 tentang retribusi perizinan tertentu. Semua Qonun ini diundangkan pada

lembaran daerah Aceh pada bulan april 2014, akan tetapi baru berlaku efektif pada

bulan oktober 2014.

Provinsi Aceh memiliki kekayaan Sumber Daya Alam yang sangat besar,

baik di darat, di perairan maupun di udara yang merupakan modal dasar

pembangunan bagi kesejahteraan rakyat Aceh menurut cara yang bisa menjamin

tercapainya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara manusia dan

Sumber Daya Alam. Untuk itu PemerintahAceh mengeluarkan Qonun Aceh

12

(12)

No.21 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam.13Maka dengan begitu,

pengendalian Sumber Daya Alam tidak terlepas dari tindakan pengawasan dan

ditaatinya ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang lingkungan

hidup.Suatu perangkat hukum yang bersifat preventif berupa izin melakukan

usaha atau kegiatan harus dicantumkan secara tegas syarat dan kewajiban yang

harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan.Hal itu tersirat ikut sertanya berbagai instansi dalam pengelolaan Sumber

Daya Alam sehingga perlu dipertegas batas wewenang tiap-tiap instansi yang

terlibat di bidang pengelolaanSumber Daya Alam.

Banyaknya sumber mineral atau hasil tambang bukan jaminan untuk

mendapatkan pendapatan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikasi

bahwa ekspor bahan mentah dan minimnya upaya pengolahan atau kurangnya

sentuhan teknologi guna meningkatkan nilai jual (value added) terjadi pada

berbagai komoditas bahan alam.

Pada ranah implementasi pelaksanaan otonomi daerah justru jauh dari

harapan.Hasil evaluasi pelaksanaan otonomi daerah oleh berbagai kalangan,

termasuk LIPI (2013), memperlihatkan bahwa agenda ini lebih menunjukkan

kegagalan daripada wujud kesuksesannya.Kegagalan yang sangat nyata adalah

nampak dari terdesentralisasikannya korupsi ke daerah, sehingga banyak kepala

daerah yang terlibat kasus korupsi. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa UU No

22 tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU No 32 tahun 2004 tentang

13

(13)

Pemerintah Daerah memicu kegairahan baru yang membuka ruang kebebasan

lebih bagi masyarakat dan elite local.14Namun, kebebasan itu justru dipahami

berbeda oleh para elite lokal sebagai kebebasan dalam berbagai hal.

Timbulnya masalah-masalah desentralisasi terkait dengan pengelolaan

Sumber daya Alam pada umumnya tidak lepas dari potret kekuasaan kepala

daerahnya yang tidak terkontrol.Kepala daerah dan wakil kepala daerah sangat

menentukan perannya sebagai lokomotif majunya otonomi daerah.Maju

mundurnya otonomi daerah dianggap sebagian besar tergantung pada

kekompakan mereka, kepemimpinan, managemen serta bagaimana mereka

melaksanakan program-program yang dibutuhkan rakyat.Permasalahan tentang

pengelolaan sumber daya alam penting untuk diangkat sebab menyangkut masalah

kebijakan pemerintah daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang menjadi

tulang punggung bagi kemakmuran suatu daerah.

Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu kabupaten yang berada

diwilayah teritori provinsi Aceh yang memiliki jumlah penduduk 112.161 jiwa,

luas wilayah 1.857,88 km², 120 desa dan 11 kecamatan,memiliki potensi sumber

daya alam yang potensial di Provinsi Aceh. Hal ini dibuktikan dengan

melimpahnya kawasan Aceh Singkil akan sumber daya air, perkebunan, hutan,

perikanan dan hasil pertanian.Selain itu, tanaman komoditas ekspor juga di tanam.

Seperti kakao, lada serta tanaman perkebunan yang lain seperti kelapa, pinang,

14

Lukman santoso Az. Otonomi daerah dan Menjamurnya Korupsi di daerah;

(14)

jahe, gambir, kapuk, tebu, kemiri, nilam kapulaga dan lain-lain. Tetapi diantara

tanaman tersebut yang paling dapat diandalkan sebagai tanaman penghasil

pendapatan bagi masyarakat Aceh Singkil adalah Kelapa Sawit.Hal ini disebabkan

karena tanaman tersebut cocok dengan countur dan jenis tanah di Aceh

Singkil.15Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu sentral perkebunan di

Provinsi Aceh, dan bahkan menjadi salah satu penghasil kelapa sawit di

Indonesia.Selain kelapa sawit, ada juga perikanan dan komoditi penting yang

terdapat didaerah tersebut, yaitu kelapa.

Seiring dengan 17 tahun sudah lamanya Kabupaten Aceh Singkil

terbentuk,maka seharusnya daerah kabupaten Aceh Singkil sudah menjadi daerah

yang maju.Namun justrusebaliknya, kabupaten Aceh Singkil, merupakan

satu-satunya daerah tertinggal dan termiskin di Provinsi Aceh yang ditetapkan Presiden

Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang

Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019. Dalam peraturan tersebut

dijelaskan, daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta

masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala

nasional.Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan kriteria

perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan

prasarana, kemampuan keuangan daerah, serta aksesibilitas dan karakteristik

daerah. Meski disebut sebagai daerah termiskin dan tertinggal, akan tetapi saat ini

beberapa perusahaan kelapa sawit telah beroperasi di kabupaten yang dimekarkan

15

(15)

dari Aceh Selatan ini, mengelola lahan puluhan ribu hektare,16 dengan APBK nya

yang pada tahun 2014 mencapai Rp. 649.017.750.751,28 dan mengalami

peningkatan sampai dengan saat ini mencapai 6,98 persen. APBK tersebut

bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu sebesar Rp.

37.100.892.950,00,Dana Pertimbangan Rp. 499.172.215.590,00, dan lain-lain

Pendapatan Daerah yang Sah mencapai Rp. 158.060.014.192,28.17Sebagian besar

PAD berasal dari sektor perkebunan yang mencapai Rp. 900.000.000 pada tahun

2015.

Dengan begitu, sudah semestinya masyarakat di kabupaten Aceh Singkil

makmur dan sejahtera dan jauh dari kata ketertinggalan dengan taraf

pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga mampu bersaing dengan

daerah-daerah kabupaten lainnya.Seperti yang di sebutkan Qonun Aceh No.21.tahun

2002 pasal 2 yang menyebutkan bahwa “Pengelolaan Sumber Daya Alam

berdasarkan atas kemanfaatan, keadilan, keefisienan, kelestarian, kerakyatan,

kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan” itu semua belum tercapai hingga

sampai saat ini.

Dataran Aceh Singkil, masih banyak memiliki lahan tidur yang saat ini

hampir seluruhnya telah tergarap untuk dijadikan lahan perkebunan, pemukiman

ataupun perkantoran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Perusahaan Swasta

16

https://www.mongabay.co.id/derita-aceh-singkil-kabupaten-tertinggal-yang-dikepung-sawit/ diakses tanggal 30 September

2016 pukul 19.30 wib 17

http://www.delinewsonline.com/target-penerimaan-r-apbk.html#.WADDafT8_IU diakses tanggal 3 Oktober 2016 pukul

(16)

maupun masyarakat. Dengan pembukaan lahan-lahan tersebut maka banyak

Perusahaan kelapa Sawit Swasta yang membuka investasinya untuk lahan

perkebunan dan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Aceh

Singkil. Sampai saat ini, berdasarkan data Dinas perkebunan dan kehutanan

Kabupaten Aceh Singkil ada 7 perusahaan besar Perkebunan Kelapa Sawit yang

masih terus beroperasi dan telah melakukan penanaman dengan jumlah lahan

yang sangat luas.18Dengan adanya perusahaan-perusahaan besar di daerah Aceh

Singkil diharapkan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi daerahserta dapat

memberikan sumbangan-sumbangan berupa bantuan kepada masyarakat agar bisa

membuka usaha demi mencapai taraf ekonomi yang seimbang dan menciptakan

suatu perubahan daerah yang signifikan menuju ke arah yang lebih baik.

Namun keberadaan perkebunan sawit di Aceh Singkil tidak sesuai yang

diharapkan sebagai mana mestinya, selain tidak berpengaruh terhadap

peningkatan ekonomi daerah, perusahaan-perusahaan yang bersangkutan merusak

hutan dan rawa gambut yang ada, serta menghantarkan masyarakat ke dalam

kesengsaraan yang berkelanjutan.Dengan adanya kasus sengketa lahan antara

masyarakat dengan perusahaan sawit yang kerap terjadi.Masyarakat selalu kalah

karena perusahaan didukung pemerintah, masyarakat kesulitan dan dilanda

kecemasan untuk melindungi dan mendapatkan lahan perkebunan

mereka.Sehingga menyebabkan masyarakat kehilangan sumber penghidupan

mereka yaitu becocok tanam.Selain itu, sungai yang berada tidak jauh dari industri

18

(17)

juga ikut terganggu oleh karena pencemaran lingkungan yang di sebabkan

pembuangan limbahpabrik.Sehingganelayan kesulitan untuk memproduksi ikan

air tawar dan menyebabkan pendapatan mereka menjadi berkurang yang berujung

pada keterpurukan dalam kemiskinan 19.Dengan begitu kerusakan yang di

sebabkan oleh Industri merupakan kerusakan yang bersifat kompleks dan berada

di sektor-sektor paling sensitif.

Sesuai dengan tujuan yang merujuk kepada undang-undang Republik

Indonesia Nomor 39 tahun 2014 pasal III tentang perkebunan menetapkan bahwa

ada delapan fungsi perkebunan.20

1. meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat;

2. meningkatkan sumber devisa negara;

3. menyediakan lapangan kerja dan kesempatan usaha;

4. meningkatkan produksi , produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing,

dan pangsa pasar;

5. meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku

industri dalam negeri;

6. memberikan pelindungan kepada Pelaku UsahaPerkebunan dan

masyarakat;

7. mengelola dan mengembangkan sumber dayaPerkebunan secara optimal,

bertanggung jawab, dan pelestari; dan

19

Mongabay. Op.cit 20

(18)

8. meningkatkan pemanfaatan jasa Perkebunan.

Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukannya pengawasan agar terlaksananya

kebijakan pemerintah Kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 tentang

tugas dan fungsi dinas perkebunan21 yang berlandaskan dari Qonun Aceh No.21

tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam, serta peningkatan transparansi

dan akuntabilitas dalam pemberdayaan sumber daya alam. Berdasarkan uraian

diatas saya tertarik untuk melihat dan menganalisis sejauh mana kebijakan Qonun

Aceh No.21 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam yang sebagai

landasan undang-undang Kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 tentang

tugas dan fungsi dinas perkebunan, sehingga tindakan dinas perkebunan

mempunyai peran yang strategis dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya

alam di kabupaten Aceh Singkil.Dengan begitu saya mengambil judul Analisis

Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Kabupaten Aceh Singkil.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah suatu usaha untuk menyatakan secara tersurat

pernyataan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau di carikan jalan

pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi

masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, perumusan masalah yang

akan di teliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah22.

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

21

Qonun kabupaten Aceh Singkil Nomor 19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan. 22

(19)

Bagaimanakebijakan pengelolaan sumber daya alam di kabupaten Aceh Singkil ?

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah berfungsi untuk membatasi karya ilmiah / penelitian agar

tidak melebar dan tetap focus pada permasalahan yang akan diteliti. Adapun

batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakebijakan pengelolaan sumber daya alam di kabupaten

Aceh Singkil berdasarkan Qonun provinsi Aceh No.21 tahun 2002 dan

Qonun kabupaten Aceh Singkil No.19 tahun 2002 ?

2. Bagaimana implementasi dari kebijakan pengelolaan sumber daya

alam khususnyasektor perkebunan sawit di kabupaten Aceh Singkil

terhadap peningkatan kesejahteraan sosialmasyarakat ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. untuk menganalisiskebijakan yang dilakukan pemerintah kabupaten Aceh

Singkil dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam “perkebunan

sawit” kabupaten Aceh Singkil.

2. Untuk mendeskripsikan dampak kebijakan pengelolaan sumber daya alam

khususnya sektor perkebunan terhadap peningkatan kesejahteraan sosial

(20)

1.5 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat terlebih lagi untuk

perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang

diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menerapkan beberapa

teori yang digunakan penulis sebagai pisau analisis. Diantaranya teori

kebijakan publik dan teori kesejahteraan sosial

2. Secara kelembagaan, penelitian ini dapat menambah perbendaharaan

referensi penelitian sosial tentang kebijakan Sumber Daya Alam bagi

departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta

Universitas Sumatera Utara.

3. Bagi masyarakat, khususnya masyarakat kabupaten Aceh Singkil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengetahuan tentang

kebijakan provinsi Aceh tentang pengelolaan sumber daya alam dan

kebijakan kabupaten aceh singkil tentang tugas dan fungsi dinas

perkebunan dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah disepakati.

1.6 Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi

untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antara konsep.23 Dalam hal ini penulis akan

23

(21)

mengambil teori yang berkaitan dengan kebijakan publik dan politik

lingkungan.

1.6.1 Kebijakan Publik

Kebijakan Publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan

mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang

dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan.24Oleh karena itu kebijakan dipandang sebagai hal yang mendasari

suatu keputusan yang akan diambil oleh pembuat keputusan.

Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh Negara, khususnya

pemerintah sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan Negara yang

bersangkutan.Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantarkan masyarakat

pada awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada

masyarakat yang dicita-citakan.25

Dunn mengemukakan studi Kebijakan Publik mempelajari keputusan –

keputusan pemerintah dalam mengatasi suatu masalah yang menjadi perhatian

publik.Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah menurut Dunn

sebagian disebabkan oleh kegagalan birokrasi dalam memberikan pelayanan dan

menyelesaikan persoalan public.Kegagalan tersebut adalah information failures,

complex side effects, motivation failures, renstseeking, second best theory,

implementation failures.Berdasarkan stratifikasinya, kebijakan publik dapat

24

Edi Suharto.2008. Kebijakan Publik. Jakarta: Alfabeta. hal.109-110.

25

(22)

dilihat dari tiga tingkatan, yaitu kebijakan umum (strategi), kebijakan manajerial,

dan kebijakan teknis operasional. Selain itu, dari sudut manajemen, proses kerja

dari kebijakan publik dapat dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang

meliputi:26

1. Pembuatan kebijakan

2. Pelaksanaan dan pengendalian

3. Evaluasi kebijakan

Carl Frederich memandang kebijakan publik adalah suatu arah tindakan

yang diusulkan oleh seseorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan

tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan

terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dalam rangka mencapai

suatu tujuan atau merealisasikan suatu tujuan tertentu.27Secara umum, saat ini

kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang dibuat oleh pemerintah, yang

bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di

masyarakat dalam sebuah Negara.

Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas dalam proses

kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut diartikan sebagai proses

pembuatan kebijakan dandivisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling

tergantung, berdasarkan penyusunan agenda, formulasi bebijakan, adopsi

26

William N. Dunn. 1998. Pengantar Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press. hal.24.

27

(23)

kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses formulasi

kebijakan dapat dilakukan melalui tujuh tahapan sebagai berikut:28

1. Pengkajian persoalan. Tujuannya adalah untuk menemukan dan

memahami hakekat persoalan dari suatu permasalahan dan kemudian

merumuskannya dalam hubungan sebab akibat.

2. Penentuan tujuan. Adalah tahapan untuk menentukan tujuan yang hendak

dicapai melalui kebijakan publik yang segera akan diformulasikan.

3. Perumusan alternatif. Alternatif adalah sejumlah solusi pemecahan

masalah yang mungkin diaplikasikan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan.

4. Penyusunan model. Model adalah penyederhanaan dan kenyataan

persoalan yang dihadapi yang diwujudkan dalam hubungan kausal. Model

dapat dibangun dalam berbagai bentuk, misalnya model skematik, model

matematika, model fisik, model simbolik, dan lain – lain.

5. Penentuan kriteria. Analisis kebijakan memerlukan criteria yang jelas dan

konsisten untuk menilai alternative kebijakan yang ditawarkan. kriteria

yang dapat dipergunakan antara lain kriteria ekonomi, hokum, politik,

teknis, administrasi, peran serta masyarakat, dan lain – lain.

6. Penilaian alternatif. Penilaian alternatif dilakukan dengan menggunakan

kriteria dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai

28

(24)

tingkat efektivitas dan kelayakan setiap alternative dalam pencapaian

tujuan.

7. Perumusan rekomendasi. Rekomendasi disusun berdasarkan hasil

penilaian alternative kebijakan yang diperkirakan akan dapat mencapai

tujuan secara optimal dan dengan kemungkinan dampak yang sekecil –

kecilnya.

Chandler dan Plano ( 1988 ), mengatakan Kebijkan publik adalah

pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdayasumberdayayang ada untuk

memecahkan masalah-masalah publik ataupemerintah. Kebijakan publik

merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukansecara terus menerus oleh

pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurangberuntung dalam masyarakat

agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasidalam pembangunan secara

luas. 29 Pengertian kebijakan publik menurut Chandlerdan Plano dapat

diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalamhal ini

pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk

mengatasi persoalan publik.

Thomas R. Dye ( 1981 ), Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang

tidak dilakukan maupun apa yangdilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari

hal ini adalah negara.Pengertian iniselanjutnya dikembangkan dan diperbaharui

oleh para ilmuwan yangberkecimpung dalam ilmu kebijakan publik. Definisi

29

Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2003. Teori dan Konsep Kebijakan Publik dalam Kebijakan Publikyang Membumi, konsep,

(25)

kebijakan publik menurutThomas R. Dye ini dapat diklasifikasikan sebagai

keputusan ( decision making ),dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk

menggunakan keputusanotoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan sesuatu

terjadi, demi teratasinyasuatu persoalan publik.30

Easton ( 1969 ), Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian

nilai-nilai kekuasaan untukseluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam

hal ini hanyapemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat

dantindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh

pemerintahyang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada

masyarakat.Definisi kebijakan publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan

sebagai suatuproses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja

pejabat publik.Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk

melakukantindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik,

sehinggadefinisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi

pemerintah.31

Anderson, Kebijakan publik adalah sebagai suatu tindakan yang

mempunyai tujuan yang dilakukan oleh seorang pelaku atau sejumlah pelaku

untuk memecahkan suatu masalah.selanjutnya Anderson mengklasifikasikan

kebijakan itu menjadi dua, yaitu:32

1. Substantif, yaitu apa yang harus dilakukan pemerintah, dan

30

Ibid. 31

Ibid hal.2. 32

(26)

2. Prosedural, yaitu siapa dan bagaimana kebijakan itu diselenggarakan.

Sedangkan menurut Woll, kebijakan publik adalah sejumlah aktifitas

pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung

maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.33

Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya

yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik. Pada dasarnya terdapat

banyak batasan atau defenisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan

publik dalam literatur-literatur ilmu politik.34Masing-masing defenisi tersebut

memberikan penekanan yang berbeda-beda, perbedaan itu timbul karena

masing-masing ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-beda namun tidak ada yang

keliru, semuanya benar dan saling melengkapi. Berikut pengertiannya: (a) secara

luas kebijakan publik dapat didefenisikan sebagai hubungan suatu unit

pemerintahan dengan lingkungannya, (b) kebijakan publik adalah sesuatu yang

dikerjakan dan yang tidak dikerjakan pemerintah, (c) kebijakn merupakan sesuatu

yang hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak

berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya.35

Dengan adanya kebijakan publik maka hubungan suatu unit pemerintah

dengan lingkungannya akan berjalan maksimal oleh karena tidak saling timpang.

Sehingga hubungan secara vertikal antara pemerintah dan masyarakat menjadi

satu kesatuan yang utuh di dalam sistem pemerintahan yang mengarah pada

tujuan bersama.

33

Tangkilisan.op. cit, hal.2. 34

Budi Winarno. Op-cit. hal 20. 35

(27)

1.6.2 Teori Politik Lingkungan

Politik lingkungan adalah suatu kerangka politis yang memandang

lingkungan secara instrumental, sebagai sumber daya yang harus dieksploitasi

demi penciptaan nilai-nilai pemanfaatan yang berikutnya didistribusikan di antara

masyarakat dan umat manusia secara umum.36Politik lingkungan tidak lepas dari

makna keadilan demi pemerataan mutu dan dampak lingkungan hidup.Persoalan

tentang pemerataan ini, tentunya sudah pasti berciri ruang yang

mempertimbangkan sifat material alam dan keragaman lingkungan pada skala

lokal, regional dan global.

Lingkungan hidup yang baik bagi umat manusia tidak serta-merta

merupakan lingkungan hidup yang baik bagi makhluk hidup non-hayati.Namun

Marx dan Engels menyebutkan buruknya lingkungan hidup yang diciptakan

secara manusiawi yang pada hakikatnya tidak manusiawi.Seperti, kotor, limbah

dan padatnya rumah-rumah miskin di kota-kota industry. Lingkungan hidup yang

manusiawi, dengan umat manusia dan makhluk non-manusia di dalamnya,

merupakan lingkungan hidup yang menjadi tempat pemenuhan kebutuhan mereka

dan dapat berkembang biak secara optimal.Marx dan Engels juga mengatakan

“jika pencerahan kepentingan diri merupakan prinsip dari semua moralitas, maka

kepentingan pribadi manusia harus diselaraskan dengan kepentingan umat

36

Nicholas Low, Brendan Gleeson. 1998. Politik Hijau: kritik terhadap politik konvensional menuju politik berwawasan

(28)

manusia.Jika manusia dibentuk oleh lingkungannya, maka lingkungannya harus

dibentuk lebih manusiawi”.37

Mutu lingkungan merupakan inti kesejahteraan bagi individu dan

masyarakat, dan dengan demikian menjadi persoalan pokok

keadilan.Sebagaimana halnya dengan dimensi kesejahteraan lainnya, mutu

lingkungan mengandung unsur yang baik sekaligus buruk yang tersebar di dalam

masyarakat, negara dan bumi. Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai sosial

memainkan peran penting dalam menentukan cara penyebaran tersebut sekaligus

kepuasan kita.

Ulrich Beck menjelaskan bagaimana modernitas kapitalis dan logika

prometheannya telah menimbulkan berbagai dapak buruk industrial yang

mengancam kehidupan umat manusia dan non-manusia di semua tingkat

geografis.Terlebih-lebih lagi, zat-zat berbahaya yang baru berikut pemanfaatan

tanah yang terkait dengan produksi, penyimpanan dan perusakan zat-zat tersebut,

dialokasikan secara sosial dan geografis, memunculkan tuntutan baru untuk

berjuang menegakkan keadilan distribusi kebaikan, dan keburukan

lingkungan.Harus diakui bahwa ketidakramahan masyarakat-masyarakat lokal di

negara-negara barat terhadap fasilitas-fasilitas pembuangan limbah telah

mendorong perdagangan internasional yang berupaya untuk membuang produk

limbah industri di negara-negara berkembang. „lalu lintas resiko‟ ini

membahayakan kesejahteraan penduduk miskin di negara-negara berkembang

37

(29)

sekaligus berpeluang menimbulkan ketidakadilan pembangunan global yang

timpang.38

Politik lingkungan acapkali disamakan pengertiannya dengan ekologi

politik. Beberapa definisi tentang ekologi politik yang asumsinya adalah sama

yaitu: “environmental change and ecological conditions are (to some extent) the

product of political processes”39. Jika produk lingkungan adalah produk dari

proses-proses politik, maka tidak terlepas pula dalam hal ini adalah keterlibatan

proses-proses dialektika dalam politik ekonomi.Perhatian tertentu difokuskan

pada konflik yang di timbulkan karena adanya akses lingkungan yang

dihubungkan ke sistem politik dan hubungannya dengan ekonomi.

Menurut Vandana Silva (1993), akar krisis ekologi terletak pada kelalaian

pihak penguasa dalam menyingkirkan hak-hak komunitas lokal untuk

berpartisipasi secara aktif dalam kebijakan lingkungan.40Paterson mengatakan

bahwa politik lingkungan adalah suatu pendekatan yang menggabungkan masalah

lingkungan dengan politik ekonomi untuk mewakili suatu pergantian tensi yang

dinamik antara lingkungan dan manusia, dan antara kelompok yang

bermacam-macam di dalam masyarakat dalam skala dari individu lokal kepada transnasional

secara keseluruhan.41

38

Ibid. hal.148. 39

Sansen Situmorang. 2008. Ekologi Politik: Gagasan CSR Dalam Meredam Gejolak Sosial Masyarakat Lokal. hlm.

40

Umar Syadat Hasibuan. 2008. Green Politics dan Penyelesaian Persoalan Hidup di Indonesia. Melalui (http://www.unisosdem.org/article) diakses tanggal 16 November 2016 pukul 17.10 wib

41

(30)

Sementara menurut Bryant, politik lingkungan boleh didefinisikan sebagai

usaha untuk memahami sumber-sumber politik, kondisi dan menjadi suatu

jaringan dari pergantian lingkungan.Bryant memusatkan kajian politik lingkungan

dengan meneliti operasional dalam pengelolaan hutan dalam kasus Indonesia.Dari

definisi di atas, jelaslah bahwa definisi Bryant yang menekankan bahwa politik

hal yang pertama atas politik lingkungan, yang berbasis aspek pembangunan dan

berwawasan lestari.Ada dua alasan rasional untuk kondisi ini.Pertama, bahwa

tekanan politik dan ekonomi dari pemerintah Soeharto mewarnai secara

mendalam dalam pengelolaan hutan sejak tiga dekade pemerintahannya

(1966-1998).Kedua, implikasi dari tekanan politik dan ekonomi atas perspektif

lingkungan telah diabaikan oleh birokrat kehutanan, yang pada akhirnya

menyebabkan kerusakan hutan.42

Mengamati skala sosial dan lingkungan yang berbeda, politik lingkungan

menjelaskan sekurangnya tiga penelitian area yang berbeda.Pertama, penelitian ke

dalam sumber yang kontekstual perubahan lingkungan yang menguji pengaruh

lingkungan secara umum pada suatu negara, hubungan antar negara, dan

kapitalisme global.Judul ini merefleksikan dampak yang tumbuh dari kekuatan

nasional dan transnasional atas lingkungan dari suatu dunia yang saling bertambah

ketergantungan, baik secara politik dan ekonomi.Kedua, area penelitian mencari

tahu suatu lokasi dari aspek-aspek yang khusus mengenai perubahan lingkungan,

yaitu dengan studi suatu konflik atas akses sumber-sumber lingkungan.Ilmuan

42

(31)

memperoleh pandangan bagaimana kontekstual pelaku berpengaruh atas kondisi

sosio-lingkungan yang khusus, hubungan, dan menekankan perjuangan lokasi

yang khusus atas lingkungan.Mengambil, baik sejarah maupun dinamika konflik,

penelitian area ini menggambarkan bagaimana para petani yang miskin dan

masyarakat lokal tanpa kekuasaan berperang melindungi fondasi lingkungan atas

kehidupannya.Ketiga, penelitian area ini menjelaskan jaringan politik dari

perubahan lingkungan atas hubungan sosio-ekonomi dan politik.43

1.7 Defenisi Konsep

1.7.1 Kesejahteraan Sosial

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah

konstitusi negara Indonesia yang untuk pertama kalinya ditetapkan oleh para

pendiri negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebagai hukum dasar,

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bukan hanya merupakan

dokumen hukum tetapi juga mengandung aspek lain seperti pandangan hidup,

cita-cita, dan falsafah yang merupakan nilai-nilai luhur dan menjadi landasan

dalam penyelenggaraan negara. Sebagai sumber hukum tertinggi, Undang-Undang

Dasar itu hendaknya menjadi panduan dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara dan kehidupan berbangsa, serta pedoman dalam penyusunan peraturan

perundang-undangan di bawahnya.Sebagai tolak ukur dalam pencapaian

43

(32)

kesejahteraan. Ada enam (6) UUD 1945 yang mengatur tentang pencapaian

kesejahteraan masyarakat, yaitu:44

1. UUD dasar pasal 23 ayat (1) yang berbunyi “anggaran pendapatan dan

belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara

ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara

terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

2. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

3. UUD 1945 pasal 28C ayat (1) yang berbunyi “Setiap orang berhak

mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan

demi kesejahteraan umat manusia”. Pasal 28D ayat (1) dan (2) yang

berbunyi (1) “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,

dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan

hukum,(2) “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan

perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.

4. UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “tiap-tiap warga negara berhak

mendapat pengajaran.

44

Majelis Permusyawaaratan Rakyat Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

(33)

5. UUD 1945 pasal 33 ayat 1-3 yang berbunyi (1)” Perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”, (2) “C

abang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”, (3) “Bumi, air dan kekayaan

alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan diper

gunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

6. UUD 1945 pasal 34 ayat (1) “fakir miskin dan anak-anak yang terlantar

dipelihara oleh negara.

Dengan begitu indikator dari kesejahteraan menurut UUD 1945 adalah

tercapainya segala kebutuhan masyarakat mulai dari kebutuhan hajad hidup

masyarakat, jaminan sosial, keamanan dan hak-hak yang dimiliki masyarakat serta

jaminan pendidikan yang baik.

Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”.Sejahtera ini mengandung

pengertian dari bahasa sanskerta “catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini,

kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” (payung) adalah orang yang

sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,

ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun

batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “socious” yang berarti kawan, teman,

dan kerja sama. Orang yang sosial adalah orang dapat berelasi dengan orang lain

(34)

suatu kondisi di mana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi

dengan lingkunganya secara baik.45

Banyak pengertian kesejahteraan sosial yang dirumuskan, baik oleh para

pakar pekerjaan sosial maupun PBB dan badan-badan di bawahnya, di antaranya:

1. Friedlander (1980), mengatakan kesejahteraan sosial adalah sistem yang

terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang

dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna

mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi

personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan

kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan

kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.

2. Perserikatan Bangsa-Bangsa, kesejahteraan sosial merupakan suatu kegiatan

yang terorganisasi dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara

individu-individu dengan lingkungan sosial mereka.

3. UU No. 6 tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1, kesejahteraan sosial ialah suatu tata

kehidupan dan penghidupan sosial, materiil ataupun spiritual yang diliputi

oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin, yang

memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang

sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi

hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

45

(35)

4. UU No. 11 tahun 2009, UU Nomor 6 tahun 1974 kemudian diganti dengan

UU No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial menyatakan bahwa

kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,

dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan

diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.46

Terdapat perbedaan yang signifikan pengertian kesejahteraan sosial dalam UU

Nomor 6 tahun 1974 dan UU Nomor 11 tahun 2009. Perbedaan yang menyolok

terletak pada cara pemenuhan kesejahteraan sosial di mana dalam UU Nomor 6

tahun 1974 sangat tegas dinyatakan dengan tetap menjunjung hak-hak asasi dan

pancasila, namun dalm UU Nomor. 11 tahun 2009 tidak dijelaskan dalam

pengertian kesejahteraan sosial.

● Tujuan Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan yaitu:

1. untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar

kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan

relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat

di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber,

meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.47

46

Ibid. hal.9-10. 47

(36)

● Indikator kesejahteraan Sosial48

1. Kependudukan. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah

penduduk yang terbesar. Berdasarkan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB), jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat dari tahun ke

tahun,walaupun jika dibanding dengan negaranegara di dunia, jumlah

penduduk Indonesia menempati urutan keempat setelah Cina, India,dan

Amerika Serikat. Menurut PBB, pada tahun2015 jumlah penduduk Indonesia

mencapaisekitar 257,56 juta orang atau sekitar 3,50persen dari keseluruhan

jumlah pendudukdunia ini. Negara dengan jumlah pendudukterbesar yaitu

Tiongkok sebesar 1,38 miliarorang (18,72 persen), India sebesar 1,31

miliar(17,84 persen), dan Amerika Serikat sebesar 321,77 juta orang (4,38

persen). Jumlah penduduk Indonesia mengalahkan negara-negara yang luas

wilayahnya jauh lebih luas daripada luas wilayah Indonesia. Selanjutnya,

berdasarkan data BPS dalam Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035,

jumlah penduduk Indonesia selama kurun waktu 5 tahun terakhir

menunjukkan semakin bertambah. Pada tahun 2011 jumlah penduduk

Indonesia mencapai 241,99 juta orang dan terus mengalami peningkatan

hingga tahun 2015 menjadi 255,46 juta orang. Hal ini juga dapat dilihat dari

laju pertumbuhan pendudukyang menunjukkan angka yang positif meskipun

mengalami kecenderungan laju pertumbuhan yang menurun yaitu dari 1,45

persen pada tahun 2011 menjadi 1,30 persen pada tahun 2015. Meningkatnya

48

(37)

jumlah penduduk tentunya akan berdampak pada munculnya permasalahan

dalam hal kependudukan. Semakin banyak jumlah penduduk, maka dalam

penentuan kebijakan semakin banyak yang perlu dipertimbangkan dalam hal

penyediaan berbagai sarana dan prasarana atau fasilitas-fasilitas umum agar

kesejahteraan pendudukterjamin.

2. Kesehatan.Tingkat kualitas kesehatan merupakan indikator penting untuk

menggambarkan mutu pembangunan manusia suatu wilayah. Semakin sehat

kondisi suatu masyarakat, maka akan semakin mendukung proses dan

dinamika pembangunan ekonomi suatu negara/wilayah semakin baik. Pada

akhirnya hasil dari kegiatan perekonomian adalah tingkat produktivitas

penduduk suatu wilayah dapat diwujudkan. Berkaitan dengan pembangunan

kesehatan, pemerintah sudah melakukan berbagai program kesehatan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya memberikan

kemudahan akses pelayanan publik, seperti puskesmas yang sasaran

utamanya menurunkan tingkat angka kesakitan masyarakat, menurunkan

Angka Kematian Ibu dan Bayi, menurunkan Prevalensi Gizi Buruk dan Gizi

Kurang, serta meningkatkan Angka Harapan Hidup. Upaya pemerintah

melalui program-program pembangunan yang telah dilakukan diantaranya

meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan dan

meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas, merata

serta terjangkau, yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi

(38)

mendistribusikan tenaga kesehatan secara merata ke seluruh wilayah,

meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan melalui pembangunan

puskesmas, rumah sakit, polindes dan posyandu serta menyediakan

obat-obatan yang terjangkau oleh masyarakat.

3. Pendidikan. Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan yang

bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan

dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia yang diperlukan

untuk mendukung keberlangsungan pembangunan. Pemerataan, akses dan

peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia

memiliki kecakapan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya.Dalam

beberapa tahun ke depan pembangunan pendidikan nasional masih dihadapkan

pada berbagai tantangan serius, terutama dalam upaya meningkatkan kinerja

yang mencakup :

1. Pemerataan dan perluasan akses,

2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

3. Penataan tata kelola, akuntabilitas, dan citra public,

4. Peningkatan pembiayaan.

Beberapa indikator output yang dapat menunjukkan kualitas pendidikan

SDM antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Tingkat Pendidikan, Angka

Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan

AngkaPartisipasi Murni (APM). Indicator input pendidikan salah satunya

(39)

4. Ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan merupakan salah satu masalah terbesar

yang menjadi perhatian pemerintah, dimana masalah ketenaga kerjaan ini

merupakan masalah yang sangat sensitive yang harus diselesaikan dengan

berbagai pendekatan agar masalah tersebut tidak meluas yang berdampak pada

penurunan kesejahteraan dan keamanan masyarakat. Berbagai masalah bidang

ketenagakerjaan yang dihadapi pemerintah antara lain tingginya tingkat

pengangguran, rendahnya perluasan kesempatan kerja yang terbuka,

rendahnya kompetensi dan produktivitas tenaga kerja, serta masalah pekerja

anak. Data dan informasi ketenagakerjaan sangat penting bagi penyusunan

kebijakan, strategi dan program ketenagakerjaan dalam rangka pembangunan

nasional dan pemecahan masalah ketenagakerjaan. Beberapa indikator yang

menggambarkan ketenagakerjaan antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK), Tingkat Pengagguran Terbuka (TPT), persentase

pengangguran menurut tingkat pendidikan,persentase penduduk yang bekerja

menurut kelompok lapangan usaha, persentase pekerja menurut kelompok

upah/gaji/pendapatan bersih dan persentase pekerja anak.

5. Taraf dan pola konsumsi. Pola konsumsi penduduk juga merupakan salah satu

indikator sosial ekonomi masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan

lingkungan setempat. Budaya dan perilaku lingkungan akan membentuk pola

kebiasaan tertentu pada kelompok masyarakat. Data pengeluaran dapat

mengungkapkan pola konsumsi rumah tangga secara umum menggunakan

(40)

pengeluaran rumah tangga dapat dijadikanukuran untuk menilai tingkat

kesejahteraanekonomi penduduk. Pengeluaran rumah tangga merupakansalah

satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan

penduduk.Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut kelompok makanan

dan non makanan. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan terjadi

pergeseran pola pengeluaran, yaitu dari pengeluaran untuk makanan ke

pengeluaran bukan makanan. Hal ini terjadi karena elastisitas permintaan

terhadap makanan pada umumnya rendah, begitu pula sebaliknya

permintaanakan barang bukan makanan pada umumnya meningkat atau tinggi.

Dari segi budaya, pergeseran ini dikhawatirkan menjadi pertanda bahwa

masyarakat semakin menyukai hal-hal yang bersifat instan dan praktis. Selain

itu, dari segi keamanan pangan, ada beberapa isu yang harus menjadi

perhatian. Makanan jadi banyak digemari karena kepraktisannya. Namun

disisi lain teknologi pangan akan menyebabkan semakin tumbuhnya

kekhawatiran akan tingginya resiko tidak aman bagi makanan yang

dikonsumsi. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat tingkat

kesejahteraan rakyat adalah jumlah dan persentase penduduk miskin.

Berkurangnya jumlah penduduk miskin mencerminkan pendapatan penduduk

yangmeningkat, sedangkan meningkatnya jumlahpenduduk miskin memberi

indikasi menurunnyapendapatan penduduk.

6. Perumahan dan Lingkungan. Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer,

(41)

manusia sekaligus merupakan faktor penentu indicator kesejahteraan rakyat.

Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga dapat menunjukkan status sosial

seseorang, yang berhubungan positif dengan kualitas/kondisi rumah.Selain itu

rumahjuga merupakan sarana pengamanan dan pemberian ketentraman hidup

bagi manusia dan menyatu dengan lingkungannya. Kualitas lingkungan rumah

tinggal mempengaruhi status kesehatan penghuninya. Undang-Undang No. 1

Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman mencantumkan bahwa salah

satu tujuan diselenggarakannya perumahan dan kawasan permukiman yaitu

untuk menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam

lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan

berkelanjutan. Definisi perumahan itu sendiri merupakan kumpulan rumah

sebagai bagiandari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang

dilengkapi dengan prasarana,sarana, dan fasilitas umum sebagai hasil upaya

pemenuhan rumah yang layak huni. Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga

dapat menunjukkan status sosial seseorang. Status sosial seseorang

berhubungan positif dengan kualitas/kondisi rumah. Semakin tinggi status

sosial seseorang semakin besar peluang untuk memenuhi kebutuhan akan

tempat tinggal dengan kualitas yang lebih baik.

7. Sosial lainnya. Globalisasi telah mendorong perubahan pola hidup masyarakat.

Teknologi yang semakin canggih seolah membuat akses dunia tanpa batas.

Tingkat kebutuhan mulai mengalami pergeseran, dari kebutuhan sekunder atau

(42)

tengah masyarakat, dan mengakses teknologi informasi dan komunikasi.

Pertukaran informasiyang cepat antar daerah dan negara menjadi kebutuhan

utama yang tidak terhindarkan dalam menunjang keberlangsungan hidup orang

banyak. Semakin derasnya arus globalisasi antar negara tentu semakin

membuka kesempatan bagi setiap negara untuk mengembangkan

perekonomiannya. Namun dalam lima tahun terakhir, perekonomian dunia

cenderung melambat, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2014, ekonomi

Indonesia tumbuh 5,02 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar

5,58 persen. Kondisi ini terus berlangsung hingga triwulan II 2015.

Perlambatan ekonomi terjadi seiring dengan peningkatan persentase penduduk

miskin. Persentase penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2015 sebesar11,

22 persen atau mencapai 28,59 juta orang. Ekonomi yang melambat dan

kemiskinan yang meningkat berdampak pada beberapa indikator sosial budaya

seperti persentase penduduk yang melakukan perjalanan wisata, memiliki akses

teknologi informasi dan komunikasi, menerima kredit usaha, jaminan

pelayanan kesehatan, dan persentase penduduk yang menjadi korban tindak

kejahatan.

1.8 Metodologi Penelitian

1.8.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk

(43)

berdasarkan fakta dan data-data yang ada. Dengan menggunakan penelitian

deskriptif ini nantinya dapat membantu penulis dalam menjawab sebuah atau

beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau subjek tertentu secara rinci.49

1.8.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif.Pada umumnya, penelitian kualitatif ini tidak mempergunakan angka

atau nomor dalam mengolah data yang diperlukan.Data kualitatif terdiri dari

kutipan – kutipan orang dan deskripsi keadaan, kejadian, interaksi, dan

kegiatan.Dengan menggunakan jenis data kualitatif, memungkinkan peneliti

mendekati data sehingga mampu mengembangkan komponen – komponen

keterangan yang analitis, konseptual, dan katagoris dari data itu sendiri.50

Selain itu, penelitian deskriptif ini meliputi pengumpulan data melalui

pertanyaan.Tipe yang paling umum dari penelitian ini adalah penilaian sikap atau

pendapat individu, organisasi, keadaan ataupun prosedur yang dikumpulkan

melalui daftar pertanyaan dalam wawancara.

1.8.3 Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan informasi dan data – data penelitian ini berfokuskan

di daerah kabupaten Aceh Singkil.

49

Suyanto, Bagong dan Sutinah.2005. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hal.17-18.

50

(44)

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini digunakan sumber data yang terdiri dari data primer

dan data sekunder.

1. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama

di objek penelitian. 51 Dalam penelitian ini yang digunakan adalah

pengumpulan data dengan teknik wawancara. Wawancara merupakan

pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada

informan kunci (key informan) yaitu sekretaris daerah, kepala dinas

perkebunan Kabupaten Aceh Singkil, kepala desa dan juga Tokoh

Masyarakat serta informan tambahan yaitu pengusaha sawit. guna

memperoleh keterangan dalam menyimpulkan data yang akan dikumpul.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber kedua atau

data yang sudah ada. Data tersebut diperoleh melalui buku, jurnal, internet,

ataupun literature lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

1.8.5 Teknik Analisis Data

adapun teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini

melakukan analisis atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang

jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan

kesimpulan serta analisis pada fenomena yang sedang diamati dengan metode

51

(45)

ilmiah. Dalam penelitian kualitatif ini juga penulis tidak mencari kebenaran dan

moralitas, tetapi lebih kepada upaya pemahaman.Prinsip pokok penelitian

kualitatif adalah menemukan teori dan fakta. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah – langkah seperti yang

dikemukankan oleh Burhan Bungin, yaitu sebagai berikut :52

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis

data.Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data ( Data Reduction )

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan –

catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data

dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat

gugus – gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan

data / informasi yang tidak relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

52

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan pelaksanaan penelitian pengembangan instrumen penilaian sikap sosial, sebagai berikut: Tahap awal dalam pelaksanaan penelitian ini adalah melakukan penelitian

Apabila referensi yang digunakan lebih dari satu referensi maka ditulis sebagai berikut [2], [3] masing-masing nomor referensi dipisahkan dengan tanda hubung [1]-[3].. Mengacu pada

Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna

Pembagian Perjanjian Baru atas Ayat-ayat dijumpai pertama kalinya pada Perjanjian Baru dalam bahasa Latin yang dicetak oleh pencetak di Paris, Robert Stephens, yang pada tahun 1555

Skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar pada Pokok Bahasan Jenis Karangan Siswa Kelas XI SMK YP Colomadu

Penulis akan membuat sebuah pembangkit listrik yang bersifat mengubah gerakan menjadi tenaga listrik, seperti kincir air tetapi akan memakai gaya gravitasi sebagai

Memproduksi sistem merupakan tahap dimana iklan yang telah dirancang diwujudkan secara nyata dalam sebuah video. Pada tahap ini pembuatan desain grafis yang mendukung

Fenomena yang paling umum dari ketidak berhasilan program-rogram tersebut adalah dimana sampai sekarang kita masih mengandalkan produk impor dalam pemenuhan