• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJMD Provinsi Gorontalo 2012 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RPJMD Provinsi Gorontalo 2012 2017"

Copied!
429
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

BAB I - 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai upaya mengaktualisasikan fungsi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah merumuskan berbagai kebijakan yang memiliki konteks dan fungsi berbeda. Kebijakan Pemerintah Daerah disusun untuk memberikan peningkatan pelayanan, peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Inti dasar proses penyusunan kebijakan yang ada, diarahkan untuk optimalisasi dan pemanfaatan berbagai sumber daya (resources) yang dimiliki Provinsi Gorontalo sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, kemampuan, dan kebutuhan daerah. Pertimbangan lainnya adalah dengan memperhatikan kekhasan dan keunggulan yang ada.

Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 02 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Gorontalo 2012–2017 menguraikan tentang arah pembangunan yang ingin dicapai Provinsi Gorontalo dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, yang disusun berdasarkan Visi dan Misi Kepala Daerah dan berpedoman pada RPJPD yang dijabarkan ke dalam tujuan, strategi, dan tahapan pembangunan jangka menengah. Namun di tengah proses pelaksanaannya, RPJMD Provinsi Gorontalo 2012 – 2017 perlu dilakukan penyempurnaan dan penyelarasan (revisi) lebih lanjut, terkait konsep dan substansi yang telah termaktub.

Selain itu, yang menjadi pertimbangan pelaksanaan perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Provinsi Gorontalo ini adalah pengaruh dari kebijakan Nasional yang mempunyai dampak pada capaian target indikator serta adanya perubahan Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo. Secara umum tahapan dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan Perubahan RPJMD Provinsi Gorontalo, dijabarkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan RPJMD,

1.2 Dasar Hukum Penyusunan

Dasar hukum penyusunan RPJMD Propinsi Gorontalo, sebagai berikut.

(9)

BAB I - 2

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

9. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517;

13. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Gorontalo 2007 – 2025;

14. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo 2010-2030;

(10)

BAB I - 3

16. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Provinsi Gorontalo 2012 – 2017;

1.3 Hubungan Antar Dokumen

Ada beberapa dokumen yang menjadi acuan, menjadi pedoman dan diperhatikan dalam proses penyusunan RPJMD Provinsi Gorontalo tahun 2012-2017. Terkait dengan sinkoronisasi antara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 dengan RPJMD Provinsi Gorontalo adalah koneksitas antara visi dan misi kedua dokumen ini. RPJMD memperhatikan dan menjabarkan Visi RPJMN 2010 – 2014 yaitu

Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Begitu pula

untuk penjabaran Misi RPJMN, yaitu : 1) Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera, 2) Memperkuat pilar-pilar demokrasi, 3) Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang. Visi, Misi dan Program yang tercantum dalam RPJMN 2010 – 2014 kemudian menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah Provinsi Gorontalo dalam konteks formulasi rencana pembangunan daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan.

Selain memperhatikan RPJPN dan mempedomani RPJMN 2010-2014, dokumen RPJMD juga mengacu dan mempedomani dokumen pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Gorontalo 2007-2025 dengan visi Gorontalo Maju dan Mandiri.

Untuk mewujudkan visi pembangunan jangka panjang tersebut ditempuh melalui 3 (tiga) misi pembangunan yaitu : (1) Mewujudkan Ketahanan Ekonomi Gorontalo yang Handal; (2) Mewujudkan Sumberdaya Manusia Gorontalo yang Handal; dan (3) Mewujudkan Pemerintah Daerah yang Amanah, demikian halnya dengan dokumen RTRW Provinsi Gorontalo 2010-2030 akan menjadi berpedoman pada berbagai pola dan struktur tata ruang yang telah ditetapkan sebagai dasar untuk menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang daerah di Provinsi Gorontalo.

Pemerintah daerah dalam menyusun 3 dokumen rencana pembangunan daerah yang terdiri dari RPJPD, RPJMD dan RKPD serta dua dokumen rencana SKPD terdiri dari Renstra SKPD dan Renja SKPD. Berdasarkan segi waktu dokumen tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu dokumen RPJPD dan RTRWP merupakan dokumen jangka panjang (20 tahun), RPJMD dan Renstra-SKPD merupakan dokumen jangka menengah (5 tahun), sedangkan RKPD dan Renja-SKPD merupakan dokumen jangka pendek (1 tahun).

(11)

BAB I - 4

(RKA) SKPD. Dari RKP Daerah dan RKA SKPD inilah selanjutnya disusun RAPBD. Selanjutnya diperlukan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk diintegrasikan dengan rencana pembangunan daerah, untuk melihat kerangka pemanfaatan ruang daerah dalam 5 (lima) tahun mendatang, dan asumsi-asumsinya. Sinergitas RTRW, RPJPD dan RPJMD harus sinkron dan sinergis meliputi :

a. Visi, misi, arah, tujuan, kebijakan, dan sasaran pokok pembangunan jangka menengah daerah provinsi, selaras arah, kebijakan umum, serta prioritas pembangunan nasional dan prioritas untuk bidang-bidang pembangunan, dan pembangunan kewilayahan sesuai dengan kewenangan, kondisi dan karakteristik daerah;

b. Visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah provinsi selaras dengan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam RTRW;

c. Arah dan kebijakan pembangunan jangka menengah daerah provinsi Gorontalo memperhatikan arah dan kebijakan pembangunan jangka menengah daerah dan pemanfaatan struktur dan pola ruang provinsi lain sekitarnya;

d. Jangka waktu pembangunan jangka menengah daerah Provinsi terhitung sejak Kepala Daerah dilantik sampai dengan berakhirnya masa jabatan, dan;

e. Dilakukan sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan RPJMD Provinsi.

(12)

BAB I - 5

Gambar 1.1

Bagan Hubungan Antar Dokumen Perencanaan

1.4 Sistematika Penulisan

Sistimatika penyusunan Perubahan RPJMD Provinsi Gorontalo 2012-2017 pada dasarnya sama dengan dokumen RPJMD sebelum perubahan dengan disusun berdasarkan tata urut sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Gambaran umum kondisi daerah

Bab III : Gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Bab IV : Analisis isu strategis

Bab V : Visi, misi, tujuan dan sasaran Bab VI : Strategi dan arah kebijakan

Bab VII : Kebijakan umum dan program pembangunan daerah

Bab VIII : Indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan Bab IX : Penetapan indikator kinerja daerah

Bab X : Pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan Bab XI : Penutup

RTRW P. SULAWESI

RTRWP 2010-2030

RTRW NASIONAL

RPJPD GORONTALO

RAD MDGs Gorontalo

2011-2015

MP3EI 2010-2025

Renstra

SKPD

Renja

SKPD

RPJP NASIONAL

RPJMD GORONTALO

RPJM

NASIONAL

RKP

RKPD

DIACU PEDOMAN

PEDOMAN DIJABARKAN

DIJABARKAN

DIPERHATIKAN DIACU/

DISERASIKAN DIACU

PEDOMAN

PEDOMAN DIACU

5 TAHUN 1 TAHUN

(13)

BAB I - 6

1.5 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan upaya serta rencana yang dikemukakan diatas maka disusunlah maksud dan tujuan penyusunan Perubahan RPJMD ini, yaitu untuk :

a. Melakukan penyesuaian terhadap Perda No. 02 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Gorontalo 2012-2017; b. Menjadikan RPJMD sebagai pedoman dan acuan dalam menyusun Rencana Strategis

oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah seterusnya menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Gorontalo kedepan.

Hasil yang diharapkan dengan tersusunnya perubahan RPJMD Provinsi Gorontalo 2012-2017 adalah antara lain sebagai berikut :

a. Menjadi acuan bagi seluruh masyarakat/kelompok masyarakat, karena memuat seluruh kebijakan publik.

b. Menjadi pedoman dalam menyusun APBD, karena memuat arah kebijakan pembangunan daerah satu tahun selang selama 5 tahun ke depan.

c. Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan komitmen Pemerintah. d. Memperkuat koordinasi pelaksanaan pembangunan daerah.

e. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar daerah, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintah.

f. Menjamin konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan.

(14)

BAB II - 1 BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Provinsi Gorontalo merupakan daerah/provinsi pemekaran dari Sulawesi Utara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo dimana pada awal terbentuknya Provinsi Gorontalo baru memiliki 2 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Kota Gorontalo. Seiring dengan perkembangan daerah dan berdasarkan aspirasi masyarakat, maka di Provinsi Gorontalo kemudian terbentuk 2 kabuten baru yakni Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone Bolango berdasarkan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Akhirnya pada tahun 2007 berdasarkan UU RI Nomor 11 Tahun 2007 disahkan pembentukan satu kabupaten lagi yaitu Kabupaten Gorontalo Utara. Dengan demikian hingga saat ini Provinsi Gorontalo terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kota.

2.1.1.1 Letak dan Batas Wilayah Administrasi

Wilayah Gorontalo terletak di antara 0°19’ – 1°15’ Lintang Utara dan 121°23’ - 125°14’ Bujur Timur. Dari posisi tersebut wilayah ini berbatasan langsung dengan dua Provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi Sulawesi Utara di sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan di sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini. Peta Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Peta Provinsi Gorontalo, 2011

(15)

BAB II - 2 2.1.1.2 Luas wilayah

Luas wilayah Provinsi Gorontalo 12.215,44 km2, jika dibandingkan dengan Wilayah Indonesia luas Provinsi ini hanya sebesar 0,63 persen. Saat ini, Provinsi Gorontalo memiliki 6 (enam) wilayah pemerintahan yakni 5 (lima) Kabupaten dan 1 (satu) Kota yang terdiri dari Kota Gorontalo dengan luas wilayah 66,25 km2, Kabupaten Gorontalo dengan luas wilayah 2.207,58 km2, Kabupaten Boalemo dengan luas wilayah 2.517,36 km2, Kabupaten Pohuwato dengan luas wilayah 4.244,31 km2, Kabupaten Bone Bolango dengan luas wilayah 1.889,04 km2 dan Kabupaten Gorontalo Utara dengan luas wilayah 1.676,15 km2. Dari keenam wilayah ini Kabupaten Pohuwato memiliki luas wilayah terbesar diikuti oleh Kab. Boalemo, sedangkan Kota Gorontalo memiliki luas wilayah terkecil sebesar 0,54% dari total luas wilayah Gorontalo. Didalam pengembangan wilayah sampai dengan tahun 2017 direncanakan Provinsi Gorontalo akan memiliki 8 Kabupaten dan 2 kota.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Provinsi Gorontalo dan Kabupaten/Kota

No. Wilayah

Luas Wilayah

(Km2)

Persentase

(%) Sumber Data

01 Kabupaten

Gorontalo

2.207,58 18,07 UU No. 29 Thn 1959, UU No. 50 Thn 1999 , UU No. 6 Thn 2003

dan UU No. 11 Thn 2007

02 Kabupaten

Boalemo

2.517,36 20,61 UU No. 50 Thn 1999 dan UU No. 6 Thn 2003

03 Kabupaten

Pohuwato

4.244,31 34,75 UU No. 6 Thn 2003

04 Kabupaten Bone

Bolango

1.889,04 15,46 UU No. 6 Thn 2003

05 Kabupaten

Gorontalo Utara

1.676,15 13,72 UU No. 11 Thn 2007

06 Kota Gorontalo 66,25 0,54 UU No. 29 Thn 1959 dan

UU No. 22 Thn 1999

Provinsi Gorontalo 12.215,44 100 UU No. 38 Thn 2000

(16)

BAB II - 3 2.1.1.3 Topografi

Wilayah Provinsi Gorontalo mempunyai topografi yang sebagian besar merupakan daerah dataran, perbukitan dan pegunungan. Wilayah Kota Gorontalo adalah yang terletak pada elevasi yang paling rendah, dari 0 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Gorontalo terdiri dari wilayah dataran dan pegunungan berada pada elevasi bervariasi, dari 0 sampai 2.065 m dari permukaan laut. Kabupaten Boalemo terdiri dari wilayah dengan topografi datar sampai bergunung terletak pada ketinggian dengan variasi dari 0 sampai 2.100 m dari permukaan laut. Kabupaten Pohuwato terletak pada elevasi 0 sampai 1.920 m yang ditemukan di daerah perbatasan dengan Sulawesi Tengah. Kabupaten Bone Bolango mempunyai topografi dengan variasi antara 0 sampai 1.954. Kabupaten Gorontalo Utara mempunyai topografi dengan ketinggian yang berbeda-beda, dengan variasi ketinggian antara 0 sampai 1.970 m dari permukaan laut.

Secara fisiografis, wilayah Gorontalo dikelompokkan menjadi 2 satuan wilayah morfologi,

yaitu:

1) Satuan morfologi pegunungan berlereng terjal, terutama menempati wilayah bagian

tengah dan utara wilayah Gorontalo, yang menjadi pembatas sebelah timur dan sebelah

utara dari Cekungan Air Tanah Limboto yaitu dengan beberapa puncaknya berada di

Pegunungan Tilongkabila, antara lain : G. Gambut (1954 m), G. Tihengo (1310 m), G.

Pombolu (520 m) dan G. Alumolingo (377 m), satuan morfologi ini terutama dibentuk

oleh satuan batuan Gunung api tersier dan batuan Plutonik.

2) Satuan morfologi perbukitan bergelombang, terutama dijumpai di daerah bagian selatan

dan bagian barat dan menjadi batas cekungan di sebelah selatan dan sebelah utara.

Satuan morfologi ini umumnya menunjukkan bentuk puncak membulat dengan lereng

relatif landai dan berjulang kurang dari 200 meter yang terutama ditempati oleh satuan

batuan Gunung api dan batuan sedimen berumur Tersier hingga Kuarter.

Satuan morfologi dataran, merupakan daerah dataran rendah yang berada di bagian tengah wilayah Cekungan Limboto yaitu di sekitar Danau Limboto. Pada umumnya daerah ini ditempati oleh satuan aluvium dan endapan danau. Aliran sungai di wilayah ini umumnya mempunyai pola sub dendritic dan sub parallel.

(17)

BAB II - 4 Tabel 2.2

Kelas Kemiringan Lereng Provinsi Gorontalo

Kelas Lereng

Kemiringan (%)

Luas (ha)

Persentase (%)

A 0 – 2 128.552 10,52

B 2-8 74.112 6,07

C 8-15 66.528 5,45

D 15 – 40 113.997 9,33

E > 40 838.355 68,63

Jumlah 1.221.544 100

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Gorontalo, 2012

Morfologi Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi di Provinsi Gorontalo dengan ketinggian 2.100 m dari permukaan laut. Sedangkan Gunung Litu‐Litu yang terletak

di Kabupaten Gorontalo adalah gunung terendah dengan ketinggian 884 m dari permukaan laut.

2.1.1.4 Geologi

Secara regional, berdasarkan Peta Geologi Lembar Tilamuta (S. Bachri, dkk, 1993) menyatakan bahwa Daerah Provinsi Gorontalo merupakan bagian dari lengan utara Sulawesi yang sebagian besar batuannya ditempati oleh batuan gunung api Tersier. Di wilayah tengah bagian timur dijumpai dataran rendah yang berbentuk memanjang, terbentang dari Danau Limboto ke Lembah Paguyaman yang diduga semula merupakan danau. Batuan yang ada di daerah penyelidikan terdiri dari batuan-batuan yang berumur Tersier hingga Kuarter. Urutan batuan dari yang tertua hingga batuan yang termuda adalah sebagai berikut:

- Formasi Tinombo (Teot): Terdiri dari lava basal, basal sepilitan, lava andesit, breksi gunungapi, batu pasir wake, batu lanau, batu pasir hijau, batu gamping merah, batu gamping kelabu dan batuan termalihkan lemah. Formasi ini berumur Eosen - Pertengahan Oligosen.

- Secara selaras di atas Formasi Tinombo terdapat Formasi Dolokapa (Tmd) yang terdiri dari: batupasir wake, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi gunungapi, lava andesit sampai basalt. Formasi Dolokopa berumur Miosen Tengah - Pertengahan Miosen Atas.

- Kedua formasi batuan tersebut selanjutnya di intrusi oleh Diorit Boliohuto (Tmbo) yang terdiri dari diorit dan granodiorit yang berumur Pertengahan Miosen Tengah - Pertengahan Miosen Atas.

(18)

BAB II - 5 Bawah. Selaras lebih muda bersamaan diendapkan batu gamping klastika (TQl) yang terdiri dari kalkarenit, kalsirudit dan batugamping koral. Selanjutnya pada Plistosen mulai diendapkan endapan Danau yang berumur Plistosen Bawah - Holosen dan di atasnya secara selaras diendapkan batugamping terumbu (Ql) yang dimulai pada Plistosen Atas - Holosen berupa batugamping koral, sedangkan endapan yang paling muda di daerah penyelidikan adalah berupa endapan permukaan/ aluvium (Qpl).

Struktur geologi yang utama yang berkaitan dengan daerah penyelidikan adalah sesar, berupa sesar normal dan sesar geser. Sesar normal yang terdapat di G. Boliohuto menunjukkan pola memancar, sedangkan sesar geser umumnya bersifat menganan tetapi ada pula yang mengiri. Sesar tersebut memotong batuan yang berumur tua (Formasi Tinombo) hingga batuan yang berumur muda (Satuan Batugamping Klastik).

Kegiatan tektonik di daerah ini diduga telah berlangsung sejak Eosen hingga Oligosen yang diawali dengan kegiatan magmatik yang menghasilkan satuan gabro. Masih pada Eosen terjadi pemekaran dasar samudera yang berlangsung hingga Miosen Awal dan ini menghasilkan lava bantal yang cukup luas. Kegiatan tersebut diikuti juga oleh terjadinya retas - retas yang umumnya bersusunan basa dan banyak menerobos Formasi Tinombo.

Pada Miosen selain terjadi pengendapan Formasi Randangan dan Formasi Dolokapa terjadi juga kegiatan magma yang menghasilkan Diorit Bone. Diduga pada waktu itu terjadi juga penunjaman dari arah utara ke arah selatan di laut Sulawesi, yang disebut sebagai Jalur Tunjaman Sulawesi Utara (Simanjuntak, 1986).

Kegiatan magmatik Diorit Bone yang berlangsung sampai Miosen Tengah dilanjutkan oleh kegiatan magmatik Diorit Boliohuto yang berlangsung hingga Miosen Akhir. Bersamaan dengan kegiatan magmatik tersebut terjadilah pengangkatan pada akhir Miosen Akhir.

Pada akhir kegiatan magmatik Diorit Boliohuto terjadilah kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan Gunungapi Pani dan Breksi Wobudu. Pada waktu itu Jalur Tunjaman Sulawesi Utara diduga masih aktif dan menghasilkan sejumlah sesar geser di bagian barat daerah penyelidikan.

Pada Kala Pliosen terjadi juga kegiatan magmatik yang menghasilkan batuan terobosan Granodiorit Bumbulan yang kemudian diikuti oleh kegiatan gunungapi. Kegiatan gunungapi ini berlangsung hingga Plistosen Awal dan menghasilkan batuan Gunungapi Pinogu. Sementara itu retas-retas yang bersusunan basal, andesit dan dasit masih terbentuk.

Pada akhir Pliosen hingga Plistosen di daerah ini terdapat pengendapan yang membentuk satuan Batugamping Klastik pada laut dangkal. Sedangkan pada Plistosen Awal terbentuk endapan danau dan endapan sungai tua. Ketiga satuan tersebut telah mengalami pengangkatan pada sekitar akhir Plistosen.

(19)

BAB II - 6 2.1.1.5 Hidrologi

2.1.1.5.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Provinsi Gorontalo dilintasi oleh beberapa sungai. Sungai Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo adalah sungai terpanjang dengan panjang aliran 99,3 km. Sedangkan sungai yang terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak di Kabupaten Gorontalo Utara. Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun.

(20)

BAB II - 7 2.1.1.5.2 Danau

Di Provinsi Gorontalo terdapat 2 (dua) danau yang secara potensial mempunyai nilai ekonomi bagi pengembangan bidang-bidang kepariwisataan, pengairan, dan energi antara lain :

1. Danau Limboto merupakan sebuah danau yang terletak di 2 (dua) wilayah yaitu wilayah Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo dimana pada tahun 1932 rata-rata kedalaman danau mencapai 30 m dengan luas 7.000 ha tetapi mulai tahun 1990 sampai sekarang kedalaman danau rata-rata hanya tinggal 2.5 m pada musim kemarau dan bisa mencapai 5 m pada musim hujan dengan luas kurang lebih 3.000 ha. Pendangkalan danau diakibatkan oleh adanya erosi dan sedimentasi dan masalah lain yang tidak kalah pentingnya yaitu adanya gulma air seperti enceng gondok yang menutupi permukaan mencapai 30% sampai 35 % dari luas danau.

2. Danau Perintis yang terdapat di Desa Huluduotamo Kec. Suwawa ± 11 Km dari pusat kota Gorontalo dapat ditempuh ± 12 menit dengan kendaraan darat. Danau perintis merupakan obyek wisata seluas ± 6 Ha yang memiliki nilai sejarah dibuat oleh Alm. Bapak Nani Wartabone (Pahlawan Nasional asal Gorontalo) untuk kepentingan pengairan sawah. Air yang mengalir ke Danau Perintis berasal dari mata air pegunungan yaitu mata air Lulahu dan mata air Poso. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu berperahu, memancing, renang dan rekreasi/perkemahan.

2.1.1.5.3. Cekungan Air Tanah

Secara umum berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah, kondisi hidrologi berdasarkan wilayah cekungan air tanah di Provinsi Gorontalo ditetapkan sebanyak 9 (sembilan) wilayah cekungan air tanah yang terdiri atas :

1. Cekungan Air Tanah (CAT) Bone

Daerah ini terletak di sebagian wilayah Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo, dan sebagian wilayah Kab. Bolaang Mongondow Propinsi Sulawesi Utara (cekungan air tanah lintas propinsi), dengan luas daerah sekitar 326 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1230 30’8.53‖ - 1230 44’6.89‖ Bujur Timur dan 0024’06.01‖ – 0036’50.34‖ Lintang Utara.

2. Cekungan Air Tanah (CAT) Pinogu

Daerah ini terletak di Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo (cekungan air tanah dalam kab/kota), dengan luas daerah sekitar 112 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 123019’40.13‖ - 123030’59.01‖ Bujur Timur dan 0025’59.34‖ – 0032’05.13‖ Lintang Utara.

3. Cekungan Air Tanah (CAT) Tombulilato

(21)

BAB II - 8 terletak di sekitar 1230 14’24.94‖ - 1230 22’35.01‖ Bujur Timur dan 0018’31.27‖– 0021’31.01‖ Lintang Utara.

4. Cekungan Air Tanah (CAT) Gorontalo

Daerah ini terletak di Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, dan Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo (cekungan air tanah lintas kab/kota), dengan luas daerah sekitar 481 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1220 41’5.44‖ - 1230 20’27.85‖ Bujur Timur dan 0026’17.97‖– 0041’10.08‖ Lintang Utara.

5. Cekungan Air Tanah (CAT) Molambulahe

Daerah ini terletak di sebagian wilayah Kabupaten Gorontalo dan sebagian Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo (cekungan air tanah lintas kab/kota), dengan luas daerah sekitar 433 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1220 21’27.24‖ - 1220 45’20.84‖ Bujur Timur dan 0034’21.85‖– 0046’30.52‖ Lintang Utara.

6. Cekungan Air Tanah (CAT) Mahinoto

Daerah ini terletak di wilayah Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo (cekungan air tanah dalam kab/kota), dengan luas daerah sekitar 75 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1220 13’52.84‖ - 1220 26’39.50‖ Bujur Timur dan 0044’46.55‖ 0048’10.63‖ Lintang Utara.

7. Cekungan Air Tanah (CAT) Soginti

Daerah ini terletak di Kabupaten Boalemo dan sebagian wilayah Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo (cekungan air tanah lintas kab/kota), dengan luas daerah sekitar 59 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1210 59’7.08‖ - 1220 10’17.66‖ Bujur Timur dan 0027’17.64‖– 0035’38.66‖ Lintang Utara.

8. Cekungan Air Tanah (CAT) Marisa

Daerah ini terletak di Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo (cekungan air tanah dalam kab/kota), dengan luas daerah sekitar 234 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1210 42’51.25‖ - 1210 58’52.96‖ Bujur Timur dan 0024’46.77‖ – 0033’33.34‖ Lintang Utara.

9. Cekungan Air Tanah (CAT) Popayato

Daerah ini terletak di Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo dan sebagian wilayah Kabupaten Parigi Moutong Propinsi Sulawesi Tengah (cekungan air tanah lintas propinsi), dengan luas daerah sekitar 92 km2. Secara geografis daerah ini terletak di sekitar 1210 19’13.92‖ - 1210 32’12.69‖ Bujur Timur dan 0028’01.77‖ 0035’01.03‖ Lintang Utara.

2.1.1.6 Klimatologi

(22)

BAB II - 9 Tabel 2.3

Data Klimatologi Provinsi Gorontalo 2007 - 2011

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Prov. Gorontalo, 2012

Dari Tabel 2.3, dapat kita lihat kecenderungan suhu maksimum selama 5 (lima) tahun terakhir di Provinsi Gorontalo terjadi di bulan Oktober dengan temperatur rata-rata adalah 33,58⁰C. Sedangkan suhu minimum cenderung terjadi di bulan September dengan temperatur minimum rata-rata per tahun adalah 22,46 ⁰C. Untuk jumlah curah hujan

maksimum cenderung terjadi di bulan Mei dengan rata-rata curah hujan maksimum 335 mm per tahun. Curah hujan minimum cenderung terjadi di bulan Mei dengan rata-rata curah hujan per tahun adalah 29,6 mm. Rata-rata tekanan udara sebesar 1.009,6 mb, rata-rata kelembaban udara 81,74% dan kecepatan rata-rata angin sebesar 1,84 m/det.

2.1.1.7 Penggunaan Lahan a. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sumber daya alam hutan dapat dibedakan berdasarkan fungsinya yaitu ; hutan konservasi (HSA/KPA), hutan lindung (HL), hutan produksi tetap (HP), hutan produksi terbatas (HPT). Adapun luas arealnya adalah sebagai berikut : HSA/KPA seluas 196.345 Ha, HL seluas 203.026 Ha, HP seluas 90.518 Ha, HPT seluas 254.988 Ha, HK seluas 79.791 Ha, sehingga total luas sumber daya alam hutan adalah 824.668 Ha, dengan luasan APL (areal penggunaan lain) sebesar 391.304 Ha dan Tubuh Air sebesar 5.573 Ha. Hal ini dapat dlihat pada tabel 2.4.

RATA-RATA RATA-RATA KECEPATAN TEKANAN KELEMBABAN RATA-RATA

UDARA (%) ANGIN

TEMP ⁰C BULANTEMP ⁰C BULAN JUMLAH BULAN JUMLAH BULAN (mb) (m/det)

2007 26,8 33,5 OKT 22,6 AGT & SEPT 400 DES 38 AGT 1009,5 80,3 1,9

2008 26,5 32,6 OKT 23,2 SEPT 389 MAR 66 SEPT 1009,9 83,7 1,5

2009 27,3 34,4 OKT 21,4 SEPT 228 MEI 0 SEPT 1009,6 78,9 1,9

2010 27,0 33,9 MAR 23,0 FEB 336 MEI 37 MAR 1009,7 83,3 1,8

2011 26,9 33,5 OKT 22,1 AGT & DES 322 FEB 7 AGT 1009,3 82,5 2,1

RATA-RATA PER TAHUN 33,58 22,46 335 29,6 1009,6 81,74 1,84

Tahun

TEMPERATUR RATA-RATA (⁰C) JUMLAH CURAH HUJAN (mm)

(23)

BAB II - 10 Tabel 2.4

Luas Kawasan Hutan dan APL

No. Kabupaten/Kota

Fungsi Kawasan (Ha) Luasan

Total (Ha)

HSA/KPA HL HP HPT HK APL Tubuh

Air

1. Kab. Gorontalo 24.191 13.127 17.783 41.045 2.377 118.892 2.912 220.326

2. Kab. Boalemo 11.532 29.785 14.783 46.251 4.800 83.042 957 191.149

3. Kab. Pohuwato 39.705 136.024 41.572 82.883 67.038 67.657 1009 435.887

4. Kab. Bone Bolango 104.744 15.710 824 19.086 - 48.332 392 189.087

5. Kab. Gorontalo Utara

16.173 7.953 15.556 65.724 5.576 63.765 213 174.959

6. Kota Gorontalo - 427 - - - 9.619 90 10.136

Total 196.345 203.026 90.518 254.988 79.791 391.304 5.573 1.221.545

Sumber : BPKH Wilayah XV Gorontalo, Diolah

b. Kawasan Budidaya

Penetapan kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumber daya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya. Adapun kawasan budidaya yang telah dikembangkan di Provinsi Gorontalo sesuai dengan potensi yang ada adalah sebagai berikut :

(1) Kawasan Budidaya Pertanian, mencakup:

 Kawasan Pertanian Lahan Basah;

Sesuai angka tetap BPS, Luas panen padi sawah di Provinsi Gorontalo tahun 2011 adalah 52.811 hektar yang terbagi dalam 2 kali musim tanam, dengan total produksi 273.921 ton. Luas panen terbesar di dominasi oleh wilayah di Kabupaten Gorontalo seluas 23.277 hektar, hal ini sesuai dengan luasan wilayah fungsi pertanian lahan basah pada wilayah ini terbesar di bandingkan wilayah kabupaten lain.

 Kawasan Pertanian Lahan Kering;

Komoditi yang dibudidayakan dan mendominasi pertanian lahan kering untuk wilayah Provinsi Gorontalo adalah komoditi jagung. Luas panen jagung di Provinsi Gorontalo berdasarkan angka tetap BPS tahun 2011 adalah 135.754 hektar dengan total produksi 605.781 ton. Luas panen terbesar berada di Kabupaten Pohuwato seluas 63.806 hektar.

 Kawasan Perkebunan;

(24)

BAB II - 11

 Kawasan Hutan Produksi;

Luas hutan produksi Provinsi Gorontalo adalah 423.408 hektar yang terdiri dari hutan produksi terbatas 251.097 hektar, hutan produksi tetap 89.879 hektar dan hutan produksi konversi 82.431 hektar. Produksi hasil hutan masih memberikan andil yang cukup signifikan terhadap PDRB Provinsi Gorontalo dengan kontribusi rata-rata sebesar 3,76 % pertahun. Pada tahun 2011 jumlah produksi Kayu Gergajian mencapai 2.077,14 m3, dan Non kayu dengan produksi 3.785,59 ton.

Produksi hasil hutan baik kayu dan non kayu sampai saat ini masih dihasilkan lebih besar dari hutan alam dan diharapkan kedepan partisipasi masyarakat dalam penanaman kayu-kayuan terus ditingkatkan pada lahan milik masyarakat maupun perizinan yang diberikan kepada masyarakat antara lain berupa IUPHHK HTR, Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan. Produksi kayu bulat (kayu log) saat ini adalah 5.523.58 m3 dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2012 hingga 2017 hal ini disebabkan adanya Izin pemanfaatan kawasan hutan (IPKH) untuk perkebunan kelapa sawit secara bertahap khususnya di Kabupaten Pohuwato yang mengakibatkan adanya pemanfaatan hasil hutan baik kayu maupun non kayu pada areal tersebut yang perlu diselamatkan sebagai asset Negara berupa penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) berupa PSDH-DR dan GR.

(2) Kawasan Budidaya Bukan Pertanian, mencakup :

 Kawasan Permukiman;

Kawasan permukiman adalah kawasan di luar kawasan lindung yang diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau tempat tinggal yang berada di daerah perkotaan dan perdesaan.

Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk menyediakan tempat permukiman yang sehat dan aman dari bencana alam serta memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat, dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Pengembangan permukiman sedapat mungkin tidak terlalu jauh dari tempat usaha dan pusat pertumbuhan selama tidak mengakibatkan degradasi lingkungan. Pengembangan kawasan permukiman sejauh mungkin tidak menggunakan daerah pertanian lahan basah atau lahan yang beririgasi.

 Kawasan Industri;

Kawasan industri di Provinsi Gorontalo merupakan kawasan budidaya peruntukan industri yang terletak di Kecamatan Anggrek Kab. Gorontalo Utara untuk skala besar, untuk skala menengah terdapat di Kecamatan Marisa Kab. Pohuwato dan untuk skala kecil tersebar di kabupaten/kota lainnya, sebagaimana penetapan dalam dokumen RTRW Provinsi Gorontalo.

 Kawasan Pertambangan;

(25)

BAB II - 12 Perbandingan antara luas wilayah Provinsi Gorontalo (12.215,45 km2) dengan jumlah luas wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebanyak 260.793,373 Ha.

 Kawasan Pariwisata.

Dilihat dari sebaran potensi pariwisata, terdapat beberapa kawasan wisata di Provinsi Gorontalo yang telah dikembangkan oleh pemerintah kabupaten/kota. Beberapa kawasan wisata tersebut dapat dilihat pada tabel 2.5.

Tabel 2.5 Kawasan Pariwisata

No. Kawasan Lokasi Kab/Kota

1. Wisata budaya Benteng Otanaha Kota Gorontalo

Benteng Orange Kab. Gorontalo Utara 2. Wisata Bahari Taman Laut Olele,

Pantai Botutonuo

Kab. Bone Bolango

Pulau Saronde Kab. Gorontalo Utara Pantai Lahilote Kota Gorontalo Pulau Bitila, Pantai

Bolihutuo

Kabupaten

Boalemo/Pohuwato 3. Wisata Rekreasi

Keluarga

Pentadio Resort Kab. Gorontalo

Air Terjun/Pemandian Air Panas Lombongo

Kab. Bone Bolango

Sumber : Dinas Perhubungan dan Pariwisata, 2012

 Kawasan Perikanan;

(26)

BAB II - 13 Tabel 2.6

Potensi Perikanan Budidaya Di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Komoditi Per Kab/Kota

No. Kab/Kota

Potensi Budidaya (Ha)

Air Tawar

Air Payau

Air Laut

Ikan Rumput

Laut Total

1. Kota Gorontalo 210 - - 50 50

2. Kab. Gorontalo 310 - 850 350 1.200

3. Kab. Boalemo 35 200 2.700 2.300 5.000

4. Kab. Pohuwato 70 10.124 4.840 6.600 11.440

5. Kab. Bone Bolango 375 - 10 100 110

6. Kab. Gorontalo Utara - 576 2.350 4.900 7.250

Total 1.000 10.900 10.750 14.300 25.050

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan, 2012

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah Provinsi Gorontalo sebagaimana mengacu pada perda No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) terbagi dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya memiliki sumberdaya alam yang cukup potensial untuk dikembangkan, terutama pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan, pertambangan dan pariwisata. Potensi pertanian dan perikanan merupakan sektor yang menjadi prioritas pengembangan yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Apalagi sebagian besar mata pencaharian penduduk bertumpu pada sektor pertanian dan perikanan.

2.1.2.1 Pertanian

Lahan pertanian yang ada sebagian besar diusahakan oleh masyarakat untuk menanam sejumlah komoditi utama seperti padi sawah dan jagung. Dalam rangka pengembangan Program Agropolitan, jagung dijadikan komoditi unggulan.

Dari luas wilayah Provinsi Gorontalo 12.215,44 Km2, dimana untuk potensi lahan sawah yang ditanami padi seluas ± 29.720 ha yang terdiri dari sawah irigasi ± 23.432 ha dan sawah non irigasi seluas 6.288 ha. Juga terdapat potensi luasan lahan kering seluas 337.639 ha yang terdiri dari ladang/huma 71.316 ha, tegal/kebun 157.685, pekarangan/bangunan/halaman sekitarnya 36.978 ha, lahan kering yang sementara tidak diusahakan 51.682 ha, dan lainnya seluas 19.978 ha. Disamping itu pada lahan perkebunan kelapa dapat dimanfaatkan untuk pengembangan komoditi tanaman pangan seperti jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian.

(27)

BAB II - 14

Tiga kali Dua kali Satu kali

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 BOALEMO 1.353 3.009 135 70 7 4.574 2 GORONTALO - 12.593 405 - 116 13.114 3 POHUWATO 134 2.979 434 26 1.678 5.251 4 BONE BOLANGO - 2.020 - - - 2.020 5 GORONTALO UTARA - 4.873 715 39 - 5.627 6 GORONTALO 809 107 - - - 916 J U M L A H 2.296 25.581 1.689 135 1.801 31.502 Persentase (% ) 7 81 5 0 6 100

Kabupaten/Kota Sementara

Tidak Diusahakan Jumlah

Jumlah Ditanami Padi Tidak

Ditanami Padi *)

Dari total luas lahan sawah 31.502 ha dengan Indeks Pertanaman (IP) >200 persen (2-3 kali tanam) seluas 27.877 ha (88 %) seperti disajikan pada tabel 9. Ihkwal ini menjelaskan bahwa performance pemanfaatan lahan sawah di Provinsi Gorontalo dikategorikan sangat baik, tetapi dari aspek kualitatif (produktivitas per satuan luas) masih perlu digenjot, olehnya itu masih terdapat peluang untuk menaikkan produktivitas dengan adanya dukungan regulasi Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan dalam rangka peningkatan ekonomi kerakyatan. Sebagaimana ditampilkan pada tabel 2.7 berikut :

Tabel 2.7

Luas Lahan Sawah Menurut Indeks Pertanaman (IP) Di Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo,2011

2.1.2.2. Perikanan dan Kelautan

Salah satu penggerak perekonomian Gorontalo adalah sektor perikanan. Potensi perikanan dan kelautan yang ada menjadi modal dasar pembangunan Provinsi Gorontalo. Sektor perikanan dan kelautan Provinsi Gorontalo mempunyai potensi yang cukup besar yang akan menjadi modal dasar pembangunan Provinsi Gorontalo. Dimana Luas perairan Gorontalo mencapai 50.500 km2 yang terdiri dari luas wilayah laut Teluk Tomini 7.400 km2 , laut Sulawesi 3.100 km2 dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) laut Sulawesi 40.000 km2 serta panjang garis pantai 655,8 km yang meliputi wilayah pantai utara (laut Sulawesi) 217,7 km dan wilayah pantai selatan (Teluk Tomini) 438,1 km. Potensi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembangan usaha perikanan tangkap, budidaya maupun pengembangan potensi perikanan dan kelautan lainnya.

(28)

BAB II - 15 sampai Samudra Pasifik potensinya mencapai 630.470 Ton/Tahun, potensi ini sudah termasuk potensi yang berada pada Zona Ekonomi Eksklusif (khusus ZEE potensinya 487.600 ton/tahun) sedangkan khusus untuk perairan umum daratan (danau, sungai dan rawa) potensi perikanan tangkap diperkirakan 900 ton per tahun. Sedangkan untuk potensi perikanan budidaya mencakup budidaya perikanan laut, perikanan payau dan perikanan air tawar, potensinya sebesar 339.268 ton per tahun. Ini berarti berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa potensi perikanan dan kelautan masih perlu dimanfaatkan secara optimal. Oleh sebab itu diperlukan pengembangan investasi/penguatan modal, penerapan teknologi, pemberdayaan masyarakat melalui suatu program terpadu yang bisa meningkat kesejateraan dan pendapatan bagi pelaku utama usaha perikanan dan kelautan. Sektor perikanan dan kelautan telah memberikan kontribusi penting dan strategis bagi perekonomian daerah dan nasional, sehingga perlu adanya pengembangan secara optimal dan berkelanjutan.

2.1.2.3. Kehutanan

Untuk bidang Kehutanan isu yang masih dihadapi saat ini adalah masih luasnya lahan kritis dalam kawasan, pemanfaatan/penggunaan lahan untuk kepentingan non kehutanan secara illegal dalam kawasan hutan, perambahan dan pencurian kayu (illegal logging), alih fungsi kawasan hutan terkait tata ruang serta isu perubahan iklim terkait hutan. Luas lahan kritis Provinsi Gorontalo saat ini adalah 257.816 Ha, dapat dilihat pada tabel 2.8 dibawah ini. Berkaitan dengan hal tersebut dilakukan upaya-upaya pelestarian dan pemanfaatan hutan secara lestari diantaranya melalui penyadartahuan masyarakat yang berada disekitar hutan untuk terus menjaga kelestarian hutan sebagai penyangga ekonomi dan kehidupan mereka serta generasi dimasa yang akan datang. Juga dilakukan upaya penegakan hukum bagi para perusak atau pelaku pelanggaran kehutanan, pemberian akses masyarakat untuk mengelola hutan secara lestari, melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan dengan melibatkan masyarakat serta mendorong upaya-upaya mengantisipasi perubahan iklim global dengan kerjasama di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.

Tabel 2.8

Lahan Kritis Per Kabupaten/Kota sampai dengan 2011

No. Kabupaten/Kota Luas Lahan Kritis

(Ha)

1. Kab. Gorontalo 70.076

2. Kab. Boalemo 41.147

3. Kab. Pohuwato 26.005

4. Kab. Bone Bolango 40.798

5. Kab. Gorontalo Utara 75.358

6. Kota Gorontalo 4.432

Total 257.816

(29)

BAB II - 16 2.1.2.4. Perkebunan

Potensi luas areal perkebunan diwilayah Provinsi Gorontalo ± 360.376 Ha, yang sudah dimanfaatkan ± 118.063 Ha dan belum dimanfaatkan seluas ± 242.313 Ha, hal ini dapat dilihat pada tabel 2.9.

Tabel 2.9

Data Potensi Lahan Perkebunan 2007 - 2011

NO KABUPATEN

Sumber : Dinas Peternakan dan Perkebunan Prov. Gorontalo

Adapun kecenderungan peningkatan luas areal perkebunan Provinsi Gorontalo sesuai komoditi, lihat tabel 2.10.

Tabel 2.10

Peningkatan Luas Areal Sesuai Komoditi Unggulan Tahun 2007-2011

NO PERIODE Sumber : Dinas Peternakan dan Perkebunan Prov. Gorontalo

(30)

BAB II - 17 Tabel 2.11

Peningkatan Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan Tahun 2007-2011

NO PERIODE Sumber : Dinas Peternakan dan Perkebunan Prov. Gorontalo

Tabel 2.12

Peningkatan Produktivitas/Ha Komoditi Unggulan Perkebunan Tahun 2007-2011

NO PERIODE Sumber : Dinas Peternakan dan Perkebunan Prov. Gorontalo

Produktivitas tanaman kelapa yang merupakan komoditi unggulan masyarakat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan, baik dari segi luas tanam maupun produksi. Terjadinya peningkatan produksi tanaman kelapa dari tahun 2007 sampai tahun 2011 sebesar 62.338 Ton. Produksi cengkeh juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2007 sebesar 554 Ton menjadi 901 Ton pada tahun 2011.

2.1.2.5. Peternakan

Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional, khususnya dalam hal ketahanan pangan, oleh sebab itu kebijakan umum pembangunan peternakan dan kesehatan hewan adalah : 1) Menjamin ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak, 2) Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, 3) Meningkatkan produksi pakan ternak, 4) Meningkatkan status kesehatan ternak, 5) Menjamin produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) dan berdaya saing dan 6) Meningkatkan pelayanan prima pada masyarakat.

(31)

BAB II - 18 usaha tani dan investasi perbibitan. Dalam aspek populasi dan produktivitas ternak diarahkan untuk meningkatkanpopulasi dan optimalisasi produksi ternak ruminansia dan non ruminansia, restrukturisasi perunggasan, dan pengembangan kelembagaan usaha. Aspek penting lainnya yang tidak bisa lepas dari pembangunan peternakan adalah kesehatan hewan yang difokuskan peningkatan perlindungan hewan, pengendalian dan pemberantasan penyakit menular, pelayanan kesehatan hewan dan meningkatkan kualitas tenaga dokter hewan dan paramedic. Untuk keamanan produk hewan antara lain dengan meningkatkan jaminan produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH), meningkatkan penerapan kesrawan dan mengoptimalkan pengaturan dan pemasaran daging sapi.

Strategi dalam melaksanakan pembangunan peternakan baik nasional,regional maupun di daerah diarahkan untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan, yaitu Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) Tahun 2014 dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

Dalam rangka mendukung Percepatan Pencapaian PSDSK Tahun 2014, berbagai program dan kegiatanyang dilaksanakan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah anatar lain peningkatan populasi ternak, terutama ternak sapi potong, kambing dan ayam buras yang merupakan 3 (tiga) komoditi unggulan bidang peternakan Provinsi Gorontalo. Komoditi ternak sapi misalnya, merupakan jenis ternak yang sudah familier dengan masyarakat Gorontalo, terutama masyarakat petani, karena komoditi ini secara ekonomis dapat memberikan nilai tambah pendapatan yang sangat signifikan, mudah dipelihara bahkan menjadi tabungan bagi para petani. Oleh sebab itu, Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan program Pendistribusian bibit ternak kepada masyarakat akan terus berupaya mengembangkan ternak sapi ini menjadi prioritas program.

(32)

BAB II - 19 Tabel 2.13

Populasi Ternak (Ekor) Menurut Kab/Kota Di Provinsi Gorontalo Tahun 2011

Sumber : Dinas Peternakan dan Perkebunan Provinsi Gorontalo

Dari sisi produksi daging sapi tahun 2011, berada pada posisi 3.984.995 kg dan diharapkan setiap tahun dapat meningkat kurang lebih 4%, sehingga dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan produksi daging dapat mencapai kurang lebih 4.921.081 kg, sementara untuk konsumsi daging pada tahun 2011 dari posisi 2 kg/kapita/tahun ditargetkan meningkat menjadi 4 kg/kapita/tahun pada tahun 2017.

(33)

BAB II - 20 Utara. Potensi pendukung yang kita miliki cukup besar, yaitu ketersediaan sumber pakan ternak yang sangat besar, kelembagaan kelompok peternak, sumber air dan iklim yang cocok dengan budidaya ternak.

Selain target peningkatan produksi populasi ternak sub sektor peternakan juga fokus pada program pengendalian penyakit hewan menular strategis dan penjaminan produk-produk peternakan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Untuk penyakit hewan menular strategis Dinas Perkebunan Dan Peternakan mempunyai target capaian bebas penyakit hewan menular strategis 0 % yang berarti bahwa pada tahun 2017 tidak ada lagi penyakit hewan menular strategis di Provinsi Gorontalo seperti penyakit hewan rabies dan Avian Influensa (AI) demikian pula halnya dengan penjaminan produk – produk peternakan yang ASUH ditargetkan pada tahun 2017 semua produk peternakan yang beredar di Propinsi Gorontalo sudah bisa 98 % terjamin ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal).

2.1.2.6. Pertambangan dan Energi

Di bidang pertambangan, wilayah Provinsi Gorontalo memiliki kandungan bahan tambang, mineral dan batu-batuan yang cukup besar serta memiliki nilai ekonomi tinggi seperti emas dengan potensi sebesar 218.133.132.151 ton, perak dengan potensi 217.463.591.226 ton, tembaga dengan potensi 217.976.091.225, batu andesit dengan potensi 2.506.000.000 ton, batu granit dengan potensi 888.500.000 ton, batu dasit dengan potensi 1.776.125.000 ton, Batu basal dengan potensi 1.000.000.000 ton, Batugamping dengan potensi 19.948.748.500, feldspar dengan potensi 2.500.000 ton, lempung dengan potensi 750.000.000 ton, pasir, batu & sirtu dengan potensi 282.250.000 ton, marmer dengan potensi 18.869,96 ton, dan toseki dengan potensi 51.247.569 ton. Potensi ini mempunyai nilai ekonomis penting dalam peningkatan kemakmuran masyarakat Gorontalo. Secara geologis, potensi bahan tambang Provinsi Gorontalo tersebar di seluruh Kabupaten/Kota.

(34)

BAB II - 21 Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KVA 237 Kms dan jumlah Gardu sebanyak 1.555 buah dan Gardu induk sebanyak 4 buah.

Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang ada saat ini maka upaya penyediaan energi listrik terus dilakukan melalui interkoneksi jaringan transmisi 150 Kva wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah serta percepatan pelaksanaan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara Anggrek dan PLTU Molotabu. Pemanfaatan potensi energi terbarukan yang ada sesuai dengan arah kebijakan energi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral yaitu meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan (diversifikasi energi) yang sesuai visi 25/25 yaitu Tahun 2025 penggunaan energi baru terbarukan menjadi 25% dengan memaksimalkan penyediaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan untuk menghindari biaya penggunaan bahan bakar fosil (avoided fosil energy cost).

2.1.2.7. Pariwisata

Di sektor pariwisata, Gorontalo mempunyai 86 potensi obyek wisata yang tersebar di enam kabupaten/kota dengan karakter, keindahan alam yang masih asli serta keanekaragaman adat dan budaya. Potensi obyek wisata Gorontalo dapat dilihat pada tabel 2.14.

Tabel 2.14

Daftar Obyek Daya Tarik Wisata Di Provinsi Gorontalo

NO NAMA OBYEK JENIS OBYEK LOKASI

KOTA GORONTALO

1 Benteng Otanaha Wisata sejarah

± 8 km dari pusat kota, Kel. Dembe Kec. Kota Barat

2 Telapak Lahilote Wisata sejarah

± 2 km dari pusat kot, Kel. Pohe Kec. Kota Selatan

3 Pantai Indah Pohe Wisata bahari

± 2 km dari pusat kot, Kel. Pohe Kec. Kota Selatan

4 Tangga Dua Ribu Wisata buatan

± 2.5 km dari pusat kota, Kel. Dembe Kec. Kota Barat

5 Kolam Renang Lahilote Wisata buatan

± 2.5 km dari pusat kota, Kel. Limba U2 Kec. Kota Selatan

6 Rumah Adat Dulohupa Wisata budaya

± 2.5 km dari pusat kota, Kel. Limba U2 Kec. Kota Selatan

7 Pemandian Bak Potanga Wisata buatan

± 4km dari pusat kota, Kel. Pilolodaa Kec. Kota Barat

8 Makam Keramat Ju Panggola Wisata sejarah

± 8km dari pusat kota, Kel. Dembe I Kec. Kota Barat

9 Makam Keramat Ta'Jailoyibuo Wisata sejarah

± 2km dari pusat kota, Kel. Donggala Kec. Kota Barat

10 Makam Keramat Ta'Ilayabe Wisata sejarah Kompleks Pelabuhan Gorontalo

11 Makam Keramat Haji Buulu Wisata sejarah Jl. Teuku Umar Kota Gorontalo

12 Makam Keramat Pulubunga Wisata sejarah

± 4km dari pusat kota, Kel. Tanjung Kramat Kec. Kota Selatan

13 Pantai Karang Citra Wisata bahari ± 4km dari pusat kota, Kec. Kota Selatan

14 Goa Baya Lo Milate Wisata alam

± 4km dari pusat kota, Kel. Tanjung Kramat Kec. Kota Selatan

15 Masjid Hunto (Sultan Amai) Wisata sejarah ± 2km dari pusat kota, Kel. Siendeng

(35)

BAB II - 22

NO NAMA OBYEK JENIS OBYEK LOKASI

KABUPATEN GORONTALO

1 Danau Limboto Wisata alam

± 10km dari pusat kota, Kel. Limboto dan Kec. Batudaa

2 Museum Pendaratan Soekarno Wisata sejarah

± 10km dari pusat kota, Desa Iluta Kec. Batudaa

3 Pemandian Taluhu Barakati Wisata alam

± 12km dari pusat kota, Desa Barakati Kec. Batudaa

4 Goa Ular Wisata alam ± 15km dari pusat kota, Kec. Batudaa

5

Sirkuit Pacuan Kuda dan Lap

Golf Wisata buatan Desa Yosonegoro Kec. Limboto Barat

6 Pentadio Resort Wisata buatan Desa Pentadio Kec. Telaga Biru

7 Rumah Adat Bantayo Poboide Wisata budaya Pusat Kota Limboto

8 Menara Keagungan Limboto Wisata buatan Pusat Kota Limboto

9 Bukit PPN Limboto Wisata buatan Desa Bongohulawa Kec. Limboto

10 Batu Buaya dan Batu Babi Wisata alam Kec. Batudaa

KABUPATEN BOALEMO

1 Pantai Bolihutuo Wisata bahari Desa Bolihutuo Kec. Botumoito

2 Taman Laut Pulau Limba Wisata bahari Desa Paguyaman Pantai

4 Pulau Pasir Putih Wisata bahari Desa Mohutomba

5 Pulau Mohupomba Wisata bahari

6 Pulau Asiangi Wisata bahari

7 Pemandian Air Panas Dulanga Wisata alam Desa Dulango

8 Pulau Dulupi Wisata bahari Kec. Dulupi

9 Pulau Poheita Wisata bahari Desa Tenilo

10 Teluk Bu'baa Wisata alam Paguyaman Pantai

11 Perkampungan Etnis Bali Wisata budaya Kec. Wonosari

12 Taman Nasional Nantu Wisata alam Kel. Libuo Kec. Paguat

KABUPATEN POHUWATO

1 Pantai Libuo Wisata bahari

± 13 km dari Pusat Kota Marisa, Kec. Paguat

2 Tanjung Maleo Wisata bahari Desa Maleo Kec. Paguat

3 Tanjung Bajo Wisata bahari

± 20 km dari Pusat Kota Marisa, Desa Bumbulan Kec. Paguat

4 Pohon Cinta Wisata bahari

Pusat Kota Marisa, Desa Pohuwato Timur

5 Pantai Bulili Wisata alam Desa Bulili, Kec. Duhiadaa

6 Pantai Lalape Wisata alam

± 70 km dari Pusat Kota Marisa, Desa Trikora Kec. Popayato

7 Danau Delo Wisata alam

± 15 km dari Pusat Kota Marisa, Desa Trikora Kec. Popayato

8 Danau Embung Wisata alam

± 30 km dari Pusat Kota Marisa, Kec. Patilanggio

9 Danau Telaga Wisata alam Desa Telaga Kec. Popayato

10 Masjid Keramat Wanggarasi Wisata buatan Kec. Wanggarasi

11 Desa Wisata Torosiaje Wsata Budaya Desa Torosiaje Kec. Popayato

12 Air Terjun Kelapa Lima Wisata alam Kec. Popayato Timur

13 Air Terjun Makarti Jaya Wisata alam Kec. Taluditi

14 Air Terjun Lomuli Wisata alam Desa Lomuli Kec. Lemito

15 Air Terjun Wanggarasi Wisata alam Kec. Wanggarasi

(36)

BAB II - 23

NO NAMA OBYEK JENIS OBYEK LOKASI

KABUPATEN BONE BOLANGO

1 Air Terjun Taludaa Wisata alam Desa Taludaa Kec. Bone Pantai

2 Taman Laut Olele Wisata bahari Desa Olele Kec. Kabila Bone

3

Taman Nasional Bogani Nani

Wartabone Wisata alam Kec. Suwawa Timur

4 Air Terjun Lombongo I dan II Wisata alam Desa Lombongo, Kec. Suwawa Timur

5 Danau Perintis Wisata alam Kec. Suwawa

6 Makam Raja-raja Atinggola Wisata sejarah Desa Dunggala Kec. Tapa

7 Kebun Binatang Mana Suka Wisata buatan Kec. Kabila

8 Pantai Botutonuo Wisata Bahari Kec. Kabila Bone

KABUPATEN GORONTALO UTARA

1 Pulau Saronde Wisata alam Desa Ponelo

2 Benteng Oranye Wisata sejarah Desa Dambalo

3 Kota Jin Wisata sejarah Desa Kota Jin Kec. Atinggola

4 Pantai Minanga Wisata bahari Desa Kota Jin Kec. Atinggola

5 Pontolo Indah Wisata buatan Desa Pontolo Kec. Kwandang

6 Pantai Monano Wisata bahari Desa Monano Kec. Anggrek

7 Pantai Tolitohuyu Wisata bahari Desa Dunu Kec. Anggrek

8 Taman Laut Raja Wisata bahari Desa Dunu Kec. Anggrek

9 Pulau Raja Wisata bahari Desa Dunu Kec. Anggrek

10 Pulau Mas Wisata bahari Desa Buladu

11 Pulau Popaya Wisata bahari Desa Deme II

13 Pantai Limu Wisata bahari Desa Bulontio Timur Kec. Sumalata

14 Bulonggo Daa Wisata sejarah Desa Buladu

15 Kuburan Belanda Wisata sejarah Desa Buladu

16 Pantai Tolinggula Wisata bahari Desa Tolinggula Tengah

17 Perkampungan Polahi Wisata budaya Desa Bulontio Timur Kec. Sumalata

18 Desa Wisata Ponelo Wisata buatan Desa Ponelo

19 Pulau Seribu Wisata alam Desa Dudepo

20 Pulau Katialada Wisata alam Desa Moluo Kec. Kwandang

21 Pulau Mohinggito Wisata alam Desa Ponelo

22 Air Terjun Pontolo Wisata alam Desa Pontolo Kec. Kwandang

23 Air Terjun Bontula Wisata alam Desa Boalemo

25 Pemandian Batu Licin Wisata alam Desa Molingkapoto Kec. Kwandang

Sumber : Dinas Perhubungan dan Pariwisata Prov. Gorontalo, 2012

Dalam perencanaan pengembangan potensi pariwisata untuk 5 tahun ke depan, maka pengembangan obyek akan lebih difokuskan pada pengembangan 8 obyek wisata unggulan yakni Taman Laut Olele, Air terjun Lombongo, Benteng Otanaha, Pentadio Resort, Museum pendaratan Soekarno, Hutan Nantu, Desa Torosiaje dan pulau Saronde.

(37)

BAB II - 24 pariwisata, pengembangan IKM/UKM untuk produksi souvenier, pengembangan infrastuktur jalan dan transportasi ke dan dari obyek wisata.

Adapun kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara di obyek wisata yang tersebar di provinsi Gorontalo dapat dilihat pada tabel 2.15.

Tabel 2.15

Data Kunjungan Wisatawan Di Provinsi Gorontalo

WISMAN WISNUS WISMAN WISNUS WISMAN WISNUS WISMAN WISNUS WISMAN WISNUS 1 KOTA GORONTALO 1.277 55.043 1.492 5.568 7.238 1.315 39.857 2 KAB. GORONTALO 58 31.232 15 18.066 119 65.684 63 45.000 11 31.217 3 KAB. BOALEMO 5 9.094 8.069 94 14.400 6 48.580 - 2.321 4 KAB. POHUWATO 62 21.000 11 23.000 3 17.000 24.759 99 10.900 5 KAB. BONE BOLANGO 29.337 6.407 20 21.270 99 15.765 422 1.149 6 KAB. GORONTALO UTARA 80 2.800 117 3.467 89 5.711 87 8.651 142 4.232

205

93.463 1.420 114.052 1.817 129.633 255 149.993 1.989 89.676 JUMLAH

93.668 115.472 131.450 91.665

2007 2008 2009 2010 2011

150.248 NO DAERAH KAB/KOTA

Sumber : Dinas Perhubungan dan Pariwisata Prov. Gorontalo, 2012

Untuk rata-rata lama tinggal wisatawan di Provinsi Gorontalo dalam kurun 4 (empat) tahun terakhir berkisar antara 2 hari – 3 hari seperti terlihat pada tabel 2.16.

Tabel 2.16

Lama Tinggal Wisatawan di Provinsi Gorontalo

Tamu Asing

Tamu Domestik

Tamu Asing

Dan Domestik

2008

2,57

1,61

2,09

2009

3,62

2,15

2,89

2010

2,24

3,00

2,62

2011

2,28

2,99

2,64

Tahun

Rata-rata Lama Tinggal (Hari)

Sumber : Badan Pusat Statistik Prov. Gorontalo, 2012 (diolah)

Selain ditunjang dengan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara, sektor pariwisata daerah turut memberikan kontribusi dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang di topang dari sektor perdagangan, hotel, restoran dan jasa lainnya. Pada tahun 2011 jumlah kontribusi sektor pariwisata terhadap pariwisata Provinsi Gorontalo adalah sebesar 14,13% yang merupakan persentase dari jumlah kontribusi PDRB sektor pariwisata yang berjumlah Rp. 412.087.000 dibagi jumlah

(38)

BAB II - 25 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Gorontalo termasuk dalam wilayah yang rawan bencana, adapun bencana yang sering melanda Provinsi Gorontalo adalah banjir, tanah longsor dan tsunami (Gelombang pasang). Selain itu Gorontalo juga menjadi wilayah yang sering dilanda gempa bumi.

a. Kawasan Rawan Gempa

Gempa bumi adalah peristiwa alam karena proses tektonik maupun vulkanik. Gempa bumi tektonik disebabkan dari pergerakan tektonik lempeng. Wilayah Provinsi Gorontalo dan sekitarnya terletak pada jalur subdaksi lempeng, yaitu Lempeng Indo – Australia yang menyusup di bawah Lempeng Eurasia. Dengan demikian wilayah Gorontalo merupakan wilayah yang rawan gempabumi tektonik.

Potensi bahaya gempa di Provinsi Gorontalo berada dalam kriteria potensi sedang. Hampir seluruh wilayah di Provinsi Gorontalo merupakan kawasan rawan gempa karena kondisi Geologi Gorontalo yang merupakan jenis batuan tua yang memiliki banyak patahan. Namun secara umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :

 Wilayah sebelah Utara merupakan kawasan rawan gempa yang bersifat merusak.  Wilayah sebelah selatan merupakan kawasan rawan gempa yang tidak terlalu

merusak.

Gambar 2.2

Peta Rawan Bencana Gempa Bumi

(39)

BAB II - 26 Kawasan rawan bencana di Provinsi Gorontalo diantaranya adalah kawasan rawan gempa. Kawasan yang rawan bencana gempa bumi di Provinsi Gorontalo terdapat pada dua kawasan, yaitu kawasan laut pantai Utara dan kawasan laut pantai Selatan. Pusat gempa yang berada di bagian laut utara bersifat merusak, sedangkan yang ada di laut selatan merupakan sebaran gempa yang tidak merusak. Berdasarkan analisis peta geologi lembar Gorontalo, sesar/patahan Gorontalo merupakan bagian zona pertemuan antara zona eurasia dan zona pasifik. Sesar Gorontalo tersebut menyerupai garis diagonal tunggal mulai dari Leato sampai Kwandang, yang berpotensi terjadinya gempa tektonik endogen yang menyebabkan patahan. Di daerah patahan ini terdapat potensi terjadinya tektonik endogen dalam bentuk bergesernya kerak/lapisan bumi secara vertikal.

b. Kawasan Rawan Tanah Longsor

Gerakan tanah atau tanah longsor akibat kondisi tanah yang tidak stabil yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karena tekanan atau beban tanah menahan benda/bangunan di atasnya, kemiringan tanah yang curam hingga sangat curam sehingga mendukung longsoran tanah dan curah hujan yang tinggi serta tidak ada vegetasi yang menahan luncuran air sehingga air mengalir membawa material tanah dapat terjadi longsoran dan banjir bandang.

(40)

BAB II - 27 Gambar 2.3

Peta Kawasan Rawan Longsor

Sumber : Peta RTRWP Gorontalo 2010-2030

c. Kawasan Rawan Gelombang Pasang (Tsunami)

(41)

BAB II - 28 Gambar 2.4

Peta Kawasan Rawan Tsunami

Sumber : Peta RTRWP Gorontalo 2010-2030

d. Kawasan Rawan Banjir

Banjir terjadi di samping karena faktor alam juga disebabkan faktor manusia seperti pembuangan sampah yang sembarangan ke dalam saluran air (selokan) dan badan air sungai, sehingga menyebabkan selokan dan sungai menjadi dangkal akibatnya aliran air terhambat dan menjadi meluap dan menggenang. Selain itu, kurangnya daya serap tanah terhadap air karena tanah telah tertutup oleh aspal jalan raya dan bangunan-bangunan yang jelas tidak tembus air, sehingga air tidak mengalir dan hanya menggenang. Penebang-penebang pohon di hutan yang tidak menerapkan sistem reboisasi (penanaman pohon kembali) pada lahan yang gundul, sehingga daerah resapan air sudah sangat sedikit. Faktor alam lainnya adalah karena curah hujan yang tinggi dan tanah tidak mampu meresap air, sehingga luncuran air sangat deras.

(42)

BAB II - 29 Kecamatan Randangan, Marisa, Lemito dan Popayato. Untuk Kabupaten Bone Bolango terdapat di Kecamatan Suwawa, Kabila, Botupingge dan Tilongkabila sedangkan di Kabupaten Gorontalo Utara terdapat di Kecamatan Kwandang, Anggrek dan Sumalata seperti terlihat dalam peta rawan banjir, gambar 2.5.

Gambar 2.5

Peta Kawasan Rawan Banjir

Sumber :Peta RTRWP Gorontalo 2010-2030

2.1.4 Demografi a. Jumlah Penduduk

(43)

BAB II - 30 Tabel 2.17

Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo, 2007-2012

No Nama

Kabupaten/Kota

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012

01 Kab. Gorontalo 338.381 339.620 340.730 355.988 363.763 368.053

02 Kab. Boalemo 123.243 127.639 128.540 129.253 132.076 136.269

03 Kab. Pohuwato 112.532 114.572 116.203 128.748 131.560 135.338

04 Kab. Bone Bolango 129.025 130.025 131.781 141.915 145.015 147.692

05 Kab. Gorontalo

Utara

94.829 95.177 96.489 104.133 106.407 108.079

06 Kota Gorontalo 162.325 165.175 170.209 180.127 184.062 188.761

Provinsi Gorontalo 948.300 960.335 972.208 983.952 1.062.883 1.084.192

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, 2013.

Dan jika dibandingkan dengan luas wilayah yang ada, maka Kota Gorontalo yang hanya punya wilayah seluas 66,25 Km2 namun memiliki penduduk yang cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa Kota Gorontalo adalah wilayah terpadat penduduknya di Provinsi Gorontalo. Kepadatan penduduk rata-rata yaitu 188.761/66,25 atau sama dengan 2.862 jiwa/Km2. Untuk rata-rata kepadatan penduduk Provinsi Gorontalo yaitu 87 jiwa/km2.

Tabel 2.18

Jumlah Penduduk Gorontalo Berdasarkan Sex Ratio, 2012

No Kabupaten/Kota Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

1. Kabupaten Gorontalo 185.196 182.857 368.053 101,28

2. Kabupaten Boalemo 68.569 67.700 136.269 101,28

3. Kabupaten Pohuwato 68.216 67.122 135.338 101,63 4. Kabupaten Bone Bolango 73.826 73.866 147.692 99,95 5. Kabupaten Gorontalo Utara 55.178 52.901 108.079 104,30

6. Kota Gorontalo 92.101 96.660 188.761 95,28

Provinsi Gorontalo 543.086 541.106 1.084.192 100,37

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, 2013.

Gambar

Gambar 1.1
Gambar 2.1 Gambar 2.1 Peta Provinsi Gorontalo, 2011
Tabel 2.5 Kawasan Pariwisata
Tabel 2.13
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari Badan Keluarga Berencana dan Perlindungan Ibu dan Anak, pada tahun 2015 terdapat 192 kelompok Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan

Temuan penelitian tentang beberapa kelemahan dalam pembelajaran bahasa Inggris yang disebutkan di atas akhirnya berimplikasi pada penyadaran semua pihak yang terkait

pendidik dan orang tua dapat menciptakan karakter jujur pada diri anak. sifat kedua yang dimiliki oleh seorang Rasul

Sistem yang akan dibangun pada penelitian ini adalah sistem kriptografi citra digital , dimana pengirim mengirimkan gambar yang telah di enkripsi sebelumnya menggunakan

Hasil pada Tabel 1 menunjukkan bobot potong FH mampu mencapai 439.75 kg, hal ini membuktikan bahwa kondisi sedang pada sapi FH lebih tinggi dibandingkan dengan bobot

Dengan ini Menetapkan/Mengumumkan Daftar Pendek (Short List) Daftar Pendek (Short List) Daftar Pendek (Short List) Daftar Pendek (Short List) hasil kualifikasi untuk pekerjaan.

Berdasarkan hasil tersebut maka Sistem Informasi Persuratan dan Disposisi Elektronik Universitas Jambi yang dikembangkan dinyatakan layak dan dinilai baik menurut

 Memberi Lembar Evaluasi Siswa sebagai pemantapan teori  Meminta siswa untuk mempelajari materi yang sudah diberikan.  PERTEMUAN KE :