• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Perundangan pp no 40 th 1991

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peraturan Perundangan pp no 40 th 1991"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 0 TAHUN 1 9 9 1

TENTANG

PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa penanggulangan wabah penyakit menular merupakan salah sat u upaya unt uk mewuj udkan deraj at kesehat an yang opt imal bagi seluruh masyarakat ;

b. bahwa sehubungan dengan hal t ersebut di at as dan dalam rangka melaksanakan ket ent uan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 t ent ang Wabah Penyakit Menular, perlu menet apkan penanggulangan wabah penyakit menular dengan Perat uran Pemerint ah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 t ent ang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3272);

(2)

MEMUTUSKAN:

Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:

1. Wabah Penyakit Menular yang selanj ut nya disebut wabah adalah pengert ian Wabah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 t ent ang Wabah Penyakit Menular.

2. Daerah Wabah adalah suat u wilayah yang dinyat akan t erj angkit wabah.

3. Wilayah adalah wilayah administ rat if sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan Di Daerah.

4. Dat a Epidemi adalah dat a yang berisikan keadaan wabah penyakit menular pada suat u wilayah.

5. Penyelidikan Epidemiologis adal ah penyelidikan t erhadap seluruh penduduk dan makhluk hidup lainnya, benda dan lingkungan yang diduga ada kait annya dengan t erj adinya wabah.

(3)

7. Kej adian Luar Biasa (KLB) adalah t imbulnya at au meningkat nya kej adian kesakit an/ kemat ian yang bermakna secara epidemiologis pada suat u daerah dalam kurun wakt u t ert ent u, dan merupakan keadaan yang dapat menj urus pada t erj adinya wabah.

8. Kepala Wilayah/ Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I at au Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah Tingkat II at au Camat .

9. Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab di bidang kesehat an.

BAB II

TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN

PENETAPAN DAERAH WABAH

Pasal 2

(1) Ment eri menet apkan dan mencabut penet apan daerah t ert ent u dalam wilayah Indonesia yang t erj angkit wabah sebagai daerah wabah.

(2) Penet apan dan pencabut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan at as pert imbangan epidemiologis dan keadaan masyarakat .

Pasal 3

(4)

Pasal 4

(1) Pert imbangan epidemiologis didasarkan pada dat a epidemiologi ant ara lain angka kesakit an, angka kemat ian dan met ode penanggulangannya.

(2) Dat a epidemiologi, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat oleh Pej abat Kesehat an bekerj asama dengan pej abat inst ansi yang t erkait unt uk dilaporkan kepada Ment eri.

Pasal 5

(1) Pert imbangan keadaan masyarakat didasarkan pada keadaan sosial budaya, ekonomi dan pert imbangan keamanan.

(2) Pert imbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat oleh Kepala Wilayah/ Daerah unt uk dilaporkan kepada Ment eri.

BAB III

UPAYA PENANGGULANGAN

Pasal 6

(1) Ment eri bert anggung j awab at as pelaksanaan t eknis upaya penanggulangan wabah.

(2) Dalam upaya penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Ment eri berkoordinasi dengan Ment eri lain at au Pimpinan Inst ansi lain yang t erkait .

Pasal 7

(5)

wabah pada Daerah Tingkat II adalah Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah Tingkat II.

(2) Dalam melaksanakan penanggulangan wabah, Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah Tingkat II mengikut sert akan inst ansi t erkait di Daerah.

Pasal 8

(1) Dalam upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah Tingkat II bert anggung j awab kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.

(2) Dalam hal t erj adi daerah wabah lebih dari sat u Daerah Tingkat II di sat u Propinsi, upaya penanggulangannya dikoordinasikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.

Pasal 9

(1) Penanggung j awab t eknis pelaksanaan penanggulangan wabah pada Daerah Tingkat II adalah Kepala Kant or Depart emen Kesehat an.

(2) Kepala Kant or Depart emen Kesehat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), bert anggung j awab kepada Kepala Kant or Wilayah Depart emen Kesehat an at as t eknis pelaksanaan penanggulangan wabah.

Pasal 10

(6)

t indakan karant ina, pencegahan dan pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit , penanganan j enazah akibat wabah, penyuluhan kepada masyarakat dan upaya penanggulangan lainnya.

Pasal 11

(1) Tindakan penyelidikan epidemiologis dalam upaya penanggulangan wabah dit uj ukan unt uk:

a. Menget ahui sebab-sebab penyakit wabah;

b. Menent ukan f akt or penyebab t imbulnya wabah;

c. Menget ahui kelompok masyarakat yang t erancam t erkena wabah;

d. Menent ukan cara penanggulangan.

(2) Tindakan penyelidikan epidemiologis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui kegiat an-kegiat an:

a. Pengumpulan dat a kesakit an dan kemat ian penduduk;

b. Pemeriksaan klinis, f isik, laborat orium dan penegakan diagnosis;

c. Pengamat an t erhadap penduduk pemeriksaan t erhadap makhluk hidup lain dan benda-benda yang ada di suat u wilayah yang diduga mengandung penyebab penyakit wabah.

Pasal 12

(7)

Pasal 13

Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan t erhadap masyarakat yang mempunyai risiko t erkena penyakit wabah.

Pasal 14

Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dilakukan dengan at au t anpa perset uj uan dari orang yang bersangkut an.

Pasal 15

(1) Tindakan pemusnahan penyebab penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dilakukan t erhadap:

a. bibit penyakit / kuman;

b. hewan, t umbuh-t umbuhan dan at au benda yang mengandung penyebab penyakit .

(2) Pemusnahan harus dilakukan dengan cara t anpa merusak lingkungan hidup at au t idak menyebabkan t ersebarnya wabah penyakit .

(3) Tat a cara pemusnahan diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16

(8)

(2) Terhadap j enazah akibat penyakit wabah, perlu penanganan secara khusus menurut j enis penyakit nya.

(3) Penanganan secara khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliput i:

a. Pemeriksaan j enazah oleh pej abat kesehat an;

b. Perlakuan t erhadap j enazah dan penghapus hamaan bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam penanganan j enazah diawasi oleh pej abat kesehat an.

(4) Ket ent uan lebih lanj ut penanganan secara khusus maupun ket ent uan izin membawa j enazah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dit et apkan oleh Ment eri.

Pasal 17

(1) Penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah dilakukan oleh pej abat kesehat an dengan mengikut sert akan pej abat inst ansi lain, lembaga swadaya masyarakat , pemuka agama dan pemuka masyarakat .

(2) Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai media komunikasi massa baik Pemerint ah maupun swast a.

Pasal 18

(9)

Pasal 19

(1) Upaya penanggulangan wabah harus dilakukan dengan cara yang aman dan t epat , sehingga t idak mengakibat kan kerusakan t erhadap lingkungan hidup.

(2) Dalam melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan menggunakan t eknologi t epat guna.

Pasal 20

(1) Upaya penanggulangan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dilaksanakan secara dini.

(2) Penanggulangan secara dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliput i upaya penanggulangan seperlunya unt uk mengat asi kej adian luar biasa yang dapat mengarah pada t erj adinya wabah.

(10)

BAB IV

PERANSERTA MASYARAKAT

Pasal 21

Set iap orang berperansert a dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah.

Pasal 22

(1) Peransert a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dilakukan dengan :

a. Memberikan inf ormal adanya penderit a at au t ersangka penderit a penyakit wabah;

b. Membant u kelancaran pelaksanaan upaya penanggulangan wabah;

c. Menggerakkan mot ivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah;

d. Kegiat an lainnya.

(2) Peransert a sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat berupa bant uan t enaga, keahlian, dana at au bent uk lain.

Pasal 23

(11)

Pasal 24

Pelaksanaan bant uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) yang berasal dari luar negeri dikoordinasikan oleh Ment eri.

BAB V

PENGELOLAAN BAHAN-BAHAN YANG MENGANDUNG PENYEBAB PENYAKIT

Pasal 25

(1) Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit meliput i kegiat an Pemasukan, penyimpanan, pengangkut an, penggunaan, penelit ian dan pemusnahan.

(2) Bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berasal dari manusia, hewan, t umbuh-t umbuhan, dan at au benda-benda/ zat -zat yang diperkirakan t ercemar at au mengandung penyebab penyakit .

(3) Bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) waj ib dikelola sesuai dengan j enis dan sif at nya.

Pasal 26

(1) Pengelolaan bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, menj adi t anggung j awab t enaga kesehat an.

(2) Pengelolaan bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, yang berasal dari hewan dan t umbuh-t umbuhan dikelola sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.

(12)

bahan t ersebut .

Pasal 27

Tat a cara pengelolaan bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dit et apkan oleh Ment eri dan Ment eri lain yang t erkait sesuai dengan bidang t ugasnya.

BAB VI

GANTI RUGI DAN PENGHARGAAN

Pasal 28

(1) Hart a benda yang diduga dapat menyebarkan wabah dapat dimusnahkan.

(2) Kepada mereka yang menderit a kerugian sebagai akibat pemusnahan hart a benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan gant i rugi sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 29

(1) Kepada pet ugas t ert ent u yang t elah melakukan upaya penanggulangan wabah dapat diberikan penghargaan.

(13)

BAB VII

PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN WABAH

Pasal 30

(1) Semua biaya yang t imbul dalam upaya penanggulangan wabah dibebankan pada anggaran inst ansi masing-masing yang t erkait .

(2) Biaya yang t imbul dalam upaya penanggulangan seperlunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dibebankan pada anggaran Pemerint ah Daerah.

BAB VIII

PELAPORAN

Pasal 31

(1) Kegiat an pelaksanaan penanggulangan wabah harus dilaporkan secara berj enj ang kepada Ment eri.

(2) Tat a cara pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 32

(14)

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33

Dengan berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, maka semua ket ent uan yang berhubungan dengan Penanggulangan Wabah Penyakit Menular sepanj ang t idak bert ent angan dengan Perat uran Pemerint ah ini dinyat akan masih t et ap berlaku.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Pemerint ah ini, dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Dit et apkan di Jakart a pada t anggal 3 Juli 1991

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

(15)

Diundangkan di Jakart a pada t anggal 3 Juli 1991

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

t t d

(16)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991

TENTANG

PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

I. UMUM

1. Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang t ent ang Wabah Penyakit Menular yang t elah diundangkan melalui Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984, perlu diat ur lebih lanj ut berbagai ket ent uan pelaksanaannya melalui Perat uran Pemerint ah. Pokok-pokok mat eri yang perlu diat ur menyangkut penet apan dan pencabut an daerah t ert ent u sebagai daerah wabah, t at a cara penanggulangan, upaya-upaya penanggulangan, peran sert a masyarakat , penghargaan bagi pihak-pihak yang membant u penanggulangan wabah maupun hal t eknis lainnya yang secara keseluruhan dicakup dalam sat u Perat uran Pemerint ah t ent ang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.

2. Penanggulangan wabah penyakit menular merupakan bagian dari pelaksanaan pembangunan kesehat an.

Dalam upaya penanggulangan wabah penyakit menular, harus dilakukan secara t erpadu dengan upaya kesehat an lain, yait u upaya pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehat an.

Oleh karena it u penanggulangannya harus dilakukan secara dini. Penanggulangan secara dini dimaksudkan unt uk mencegah t imbulnya kej adian luar biasa dari suat u penyakit wabah yang dapat menj urus t erj adinya wabah yang dapat mengakibat kan malapet aka.

(17)

berlangsung secara cepat , baik melalui perpindahan, maupun kont ak hubungan langsung at au karena j enis dan sif at dari kuman penyebab penyakit wabah it u sendiri. Fakt a lain yang dapat menimbulkan wabah penyakit menul ar, dapat disebabkan karena kondisi masyarakat dari sat u wilayah t ert ent u kurang mendukung ant ara lain kesehat an lingkungan yang kurang baik at au gizi masyarakat yang belum baik.

3. Penanggulangan wabah penyakit menular bukan hanya semat a menj adi wewenang dan t anggung j awab Depart emen Kesehat an, t et api menj adi t anggung j awab bersama. Oleh karena it u dalam pelaksanaan penanggulangannya memerlukan ket erkait an dan kerj asama dari berbagai lint as sekt or Pemerint ah dan masyarakat . Berbagai lint as sekt or Pemerint ah misalnya Depart emen Pert ahanan Keamanan, Depart emen Penerangan, Depart emen Sosial, Depart emen Keuangan dan Depart emen Dalam Negeri. Ket erkait an sekt or-sekt or dalam upaya penanggulangan wabah t ersebut sesuai dengan t ugas, wewenang dan t anggung j awabnya dalam upaya penanggulangan wabah. Selain it u dalam upaya penanggulangan wabah t ersebut , masyarakat j uga dapat diikut sert akan dalam penanggulangannya, yang keseluruhannya harus dilaksanakan secara t erpadu.

4. Dalam Perat uran Pemerint ah ini selain mengat ur hal-hal t ersebut di at as j uga mengat ur t ent ang t eknis upaya penanggulangan wabah, peran sert a masyarakat , pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit , gant i rugi dan penghargaan bagi yang membant u penanggulangan wabah.

(18)

Pasal 1

Cukup j elas

Pasal 2

Ayat (1)

Kewenangan Ment eri unt uk menet apkan dan mencabut daerah t ert ent u sebagai Daerah Wabah merupakan kewenangan pangkal yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984. Ment eri dalam menet apkan daerah t ert ent u sebagai daerah wabah berdasarkan wilayah administ rat if Kabupat en/ Kot a- madya.

Terj angkit nya wabah adalah t erdapat nya penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah berdasarkan hasil penyelidikan, pemeriksaan klinis dan laborat orium.

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 3

Cukup j elas

Pasal 4

Ayat (1)

Pert imbangan epidemiologis selain didasarkan at as banyaknya kemat ian dan penderit a, meliput i j uga cara-cara unt uk mengat asi kej adian wabah guna membat asi penularan penyakit dan memperkecil j umlah korban.

(19)

Ayat (2)

Pej abat kesehat an adalah Kepala Kant or Wilayah Depart emen Kesehat an, Kepala Dinas Kesehat an, Kepala Kant or Depart emen Kesehat an.

Pasal 5

Ayat (1)

Keadaan sosial budaya misalnya kepercayaan dan lain sebagainya yang mempengaruhi keadaan masyarakat set empat . Keadaan ekonomi misalnya keadaan yang berkait an dengan kegiat an perekonomian ant ara lain karena keluar masuknya manusia, hewan dan barang-barang dari dan ke daerah wabah yang dapat at au diduga dapat mengakibat kan penularan at au penyebaran penyakit yang menimbulkan wabah.

Pert imbangan keamanan misalnya keadaan yang berkait an dengan f akt or psikologis ant ara lain kekhawat iran, ket akut an, kepanikan, dan f akt or-f akt or lainnya.

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 6

Ayat (1)

Tanggung j awab Ment eri adalah sepanj ang penanggulangan wabah pada manusia sedangkan penanggulangan wabah pada hewan t et ap menj adi t anggung j awab Ment eri yang bert anggungj awab dalam bidang pet ernakan.

Ayat (2)

(20)

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 9

Ayat (1)

Dalam hal Kant or Depart emen Kesehat an belum ada, maka penanggung j awab t eknis adalah Kepala Dinas Kesehat an Daerah Tingkat II.

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 10

Cukup j elas

Pasal 11

Ayat (1)

Huruf a

Cukup j elas

Huruf b

(21)

Huruf c

Yang dimaksud dengan kelompok masyarakat yang t erancam wabah adalah kelompok masyarakat yang dinilai mempunyai risiko unt uk t erkena penyakit yang dapat menimbulkan wabah.

Fakt or-f akt or yang mempunyai risiko t ersebut ant ara lain kelompok masyarakat yang karena usia, pekerj aan at au f akt or lainnya.

Huruf d

Penent uan cara penanggulangan dalam penyelidikan epidemiologis dimaksudkan unt uk cara penanggulangan wabah secara t epat karena masing-masing penyakit mempunyai cara penanggulangan yang berlainan.

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 12

Tindakan-t indakan sebagaimana dimaksud Pasal ini dilakukan baik t erhadap penderit a penyakit wabah maupun orang sehat .

Tindakan t erhadap penderit a dilakukan t idak hanya dit uj ukan semat a-mat a unt uk menyembuhkan, t et api sekaligus unt uk mencegah agar penderit a t ersebut t idak menj adi sumber penularan penyakit dan meluas pada warga masyarakat . Tindakan t erhadap orang sehat dilakukan agar orang t ersebut t idak menj adi sakit dan pembawa penyakit .

Pasal 13

(22)

Yang dimaksud dengan risiko t erkena penyakit wabah adalah orang-orang yang berada di dalam daerah t erkena wabah dan j uga orang-orang yang karena usia t ert ent u lebih mudah t erserang penyakit wabah, misalnya anak-anak dan orang yang karena usianya t elah t ua.

Pasal 14

Tuj uan Pasal ini adalah agar masyarakat t urut bert anggung j awab dalam penanggulangan wabah.

Pasal 15

Ayat (1)

Tindakan pemusnahan t erhadap hewan dan t anaman menj adi t ugas dan t anggung j awab Ment eri yang bert anggung j awab di bidang pet ernakan dan t anaman.

Ayat (2)

Pemusnahan dilakukan harus sedemikian dan rupa sehingga t idak menimbulkan gangguan at au kerusakan lingkungan hidup. Misalnya dalam memusnahkan t empat at au sarang berkembang biak nyamuk penular malaria, t idak menggunakan bahan at au insekt isida yang dapat menimbulkan musnahnya kehidupan ikan at au biot a lain yang bermanf aat bagi kehidupan manusia.

Ayat (3)

(23)

Pasal 16

Ayat (1)

Disamping perat uran perundang-undangan, harus t et ap dihormat i t radisi, agama, at au kepercayaan yang ada dalam penanganan j enazah.

Ayat (2)

Penanganan secara khusus pent ing dilakukan unt uk menghindarkan penularan pada orang lain.

Ayat (3)

Cukup j elas

Ayat (4)

Cukup j elas

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 18

Upaya penanggulangan lainnya misalnya penut upan daerah t ert ent u yang dilakukan oleh Kepala Wilayah/ Daerah at as permint aan Ment eri.

Pasal 19

Ayat (1)

Cukup j elas

(24)

Cukup j elas

Pasal 20

Penanggulangan Wabah dilakukan t idak perlu menunggu dit et apkannya suat u wilayah menj adi Daerah Wabah. Begit u ada gej ala at au t anda t erj angkit nya suat u penyakit wabah segera dilaksanakan upaya penanggulangan seperlunya. Tindakan yang harus dilakukan dalam upaya penanggulangan seperlunya adalah sama dengan upaya penanggulangan wabah pada umumnya dan bilamana perlu unt uk penanggulangan seperlunya dapat dibent uk Tim Gerak Cepat .

Pasal 21

Pengert ian set iap orang dalam Pasal ini dapat meliput i orang perorangan t ermasuk badan hukum, badan lainnya dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah.

Pasal 22

(25)

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

Cukup j elas

Pasal 26

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Ayat (3)

Tanggung j awab sekt or lain t erut ama dalam hal pengiriman membant u kelancaran, ket epat an wakt u dan keamanannya.

Pasal 27

Cukup j elas

Pasal 28

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 29

Ayat (1)

(26)

bent uk lain.

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 30

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 31

Ayat (1)

Cukup j elas

Ayat (2)

Cukup j elas

Pasal 32

Cukup j elas

Pasal 33

Cukup j elas

Pasal 34

Referensi

Dokumen terkait

Diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku, Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa dilingkungan Sekretariat Daerah Kota Kotamobagu (Bagian

Hence, the goal of this research is to identify the relation between the cage temperature and the width of beak opening of gelatik jawa ( Padda oryzivora ), and their body

Obligasi (utang) – Pembayaran bunga kepada pemegang saham merupakan beban yang dapat mengurangi besarnya pajak penghasilan.. Saham (modal) – Pembayaran deviden berasal

Berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi maka dengan ini Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi I pada Bagian Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Gunung Mas

Faktor- faktor yang meningkatkan kecemasan pada ibu hamil diantaranya pendidikan, pendapatan, dukungan sosial, kekerasan selama kehamilan, kekhawatiran yang

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek potensiasi ekstrak etanol 96% daun tiken ( Fraxinus griffithii Clarke) hasil perkolasi terhadap Tiopental Na pada mencit putih

ilmu perilaku dan mahzab ilmu manajemen, keduanya merupakan pendekatan yang penting dan penuh.. semangat terhadap penelitian, analisis, dan pemecahan permasalahan

Pengguna data mengakui bahwa BPS tidak bertanggung jawab atas penggunaan data atau interpretasi atau kesimpulan berdasarkan penggunaan data apabila tidak diketahui atau