• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permintaan Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) Di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Permintaan Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) Di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Agribisnis Bawang Merah (Allium Ascalonicum)

Agribisnis bawang merah (Allium Ascalonicum) mempunyai peluang dalam perekonomian nasional. Dalam penerapannya, agribisnis bawang merah merupakan kegiatan yang mengandung keterkaitan dari setiap antar sub-sistem dari hulu ke hilir yang saling mempengaruhi. Adapun sub-sistem tersebut dalam agribisnis bawang merah adalah terdiri dari tiga subsistem yaitu, subsistem pra produksi (up-stream agribusiness), subsistem produksi, dan subsistem post produksi (down-stream agribusiness) (Krisnamurthi dan Fausia, 2009).

A. Subsistem Pra Produksi (Up-Stream Agribusiness)

Subsistem pra produksi merupakan bagian yang terpenting yang perlu diperhatiakan untuk memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dari usaha agribisnis bawang merah. Subsistem praproduksi agribisnis bawang merah adalah penyediaan dan pengadaan berbagai sarana produksi bawang merah. Adapun kegiatan subsistem praproduksi ini meliputi pemilihan lahan yang akan dijadikan areal penanaman bawang merah, menyiapkan berbagai alat/sarana produksi pertanian, seperti pengadaan bibit bawang merah, pupuk/obat-obatan pestisida yang akan digunakan, alat-alat maupun teknologi dan sumberdaya uang sebagai modal dan tenaga kerja.

(2)

1) Bibit

Dalam melakukan pemilihan jenis varietas bibit bawang merah yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kondisi alam dan lingkungan daerah lahan. Untuk daerah di Sumatera Utara, varietas bibit yang baik untuk ditanam adalah jenis bibit bawang merah Brebes, Probolinggo, dan Thailand.

2) Tenaga Kerja

Penggunanaan tenaga kerja mulai dari kegiatan subsistem praproduksi, subsistem produksi hingga subsistem post produksi perlu diperhatikan. Tenaga kerja yang digunakan sekiranya mempunyai keahlian dan keterampilan yang baik dalam pengelolaannya. Tenaga kerja dapat diupahi sesuai kesepakatan harian maupun borongan (Agromedia, 2011).

B. Subsistem Produksi

Subsistem produksi mencakup kegiatan yang dilakukan dari awal perlakuan terhadap penanaman bibit bawang merah hingga mencapai hasil produksi yaitu panen bawang merah yang merupakan dari kegiatan usahatani yang bertujuan memproduksi bawang merah. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam subsistem produksi ini meliputi:

1) Pengolahan Lahan

(3)

gumpalan tanah dihancurkan dan gulma dibersihkan. Selanjutnya tanah dibiarkan seminggu sampai mengering.

Setelah bongkahan tanah mengering, dapat dibentuk bedeng-bedeng dan diantara bedeng-bedeng dibuat parit-parit kecil. Lebar bedeng 100-120 cm dan lebar parit 40-50 cm. Panjang bedeng dan paritnya disesuaikan dengan luas lahan. Adapun kegiatan dalam pengelolahan ini dikerjakan sekitar 3-4 minggu sebelum penanaman. Dalam hal ini perlu diperhatikan tingkat keasaman tanah pada lahan. Keasaman tanah yang paling baik untuk penanaman bawang merah adalah pada pH 6,0-6,8, namun untuk menurunkan keasaman dapat dilakukan pengapuran.

2) Penanaman

Waktu yang ideal penanaman bibit bawang merah ditanam pada awal musim kemarau yaitu antara bulan April/Mei sampai Oktober. Hal ini diperhitungkan agar tanaman yang berumur 60-90 hari ini dapat dipanen pada musim kemarau itu juga, sehingga ada kemungkinan dapat dilakukan kesempatan menanam dua kali berturut-turut dalam satu musim tanam. Ini akan lebih menguntungkan dengan tetap memperhatikan pengairan yang dilakukan dengan baik. Dengan demikian, menjelang musim hujan bawang merah sudah dapat dipanen.

(4)

3) Pengairan

Pengairan sangat penting bagi tanaman ini untuk pembentukan umbinya. Pengairan sebaiknya dilakukan dengan cara emrat, sprayer atau sprinkle. Dapat juga menggunakan genangan air dalam parit-parut disiramkan ke atas bedeng. Setelah penyiraman, parit dikeringkan kembali. Penyiraman dimulai saat penanaman pertama, selanjutnya pada umur 1-2 minggu dilakukan pengairan pagi dan sore hari atau tergantung pada kondisi cuaca. Selanjutnya ketika berumur 14-50 hari atau sampai umur tanaman 2 bulan dapat dilakukan penyiraman sekali dalam sehari. Penyiraman dihentikan ketika besar umbi telah mencapai ukuran yang maksimal.

4) Pemupukan

Pemupukan dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebelum penanaman dan sesudah penanaman. Pemberian pupuk dasar yaitu seperti pupuk kompos atau pupuk kandang yang digunakan cukup disebarkan diatas bedengan kemudian dicampur dengan tanah dengan penggunaan 10-15 ton/ha. Pemberian pupuk susulan yaitu pemberian pupuk anorganik seperti Rustica Yellow (15-15-15), NPK, Urea/ZA, KCL/ZK yang ditaburkan diatas barisan tanaman. Pemupukan ini kira-kira 5-10 cm dari tanaman atau dapat juga dibenamkan dalam alur yang dibuat di antara barisan tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari tanaman.

5) Pemberantasan hama dan penyakit

(5)

pemeliharaanya agar terhindar dari hama dan penyakit perlu diperhatikan penyiangan dan penyemprotan pestisida agar tanaman bawang merah tidak mudah terserang penyakit dan dapat bertumbuh dengan optimal. Penyemprotan obat-obatan atau penggunaan stimulan juga sangat baik digunakan pada tanaman bawang merah yang berguna untuk meningkatkan hasil yang dimana penggunaanya obat-obatan sampai batas umur tanaman 50 hari.

6) Panen

Umur panen bawang merah memang cukup bervariasi, tergantung jenis varietas, tempat penanaman, tingkat kesuburan, dan tujuan penanaman. Adapun tanda yang dapat dipakai untuk mengetahui waktu panen adalah dari perubahan warna daun jika 60-70% dari seluruh tanaman daun-daun telah menguning atau mengering dan batang leher umbi terkulai maka saat panen pun tiba. Keadaan ini untuk panen bawang merah konsumsi, namun jika digunakan untuk pembibitan maka umut tanaman 80-90 hari.

Cara pemanenan bawang merah dilakukan dengan mencabut tanaman dengan tangan. Dalam pencabutan jangan sampai batang semu terputus dan umbinya jangan sampai tertinggal dalam tanah. Pemanenan ini juga sebaiknya dilakukan pada pagi hari dalam kondisi cerah tidak hujan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan serangan busuk umbi berlendir ketika umbi disimpan di gudang penyimpanan (Singgih, 2009).

C. Subsistem Post Produksi (Down-Stream Agribusiness)

Adapun dua faktor yang dilakukan pada subsistem post produksi agribisnis bawang merah, yaitu :

(6)

Setelah bawang merah dipanen, adapun perlakuan yang harus dilakukan agar umbi bawang merah tetap berkualitas baik, yaitu

a. Pengeringan

Pengeringan ini bertujuan untuk mencegah kerusakan umbi. Pengeringan dapat dilakukan langsung dibawah terik matahari atau pun menggunakan cara mekanis seperti menggunakan sumber panas kompor.

b. Penyimpanan

Bawang merah begitu juga dengan komoditi pertanian lain pada umumnya dihasilkan sebagai bahan mentah dan mudah rusak (perishable), membutuhkan tempat penyimpanan yang besar karena bersifat voluminous sehingga perlu penyimpanan dan pemeliharaan agar kualitas bawang merah tetap baik tidak busuk (Redaksi Agromedia, 2011).

Pada umumnya petani menyimpan bawang merah dengan menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah pada para-para diatas perapian dapur. Dalam jumlah yang besar, penyimpanan bawang merah disimpan di gudang penyimpanan yang sebaiknya bersih, kering, dan tidak lembab. Penyimpanan bawang merah juga menggunakan karung khusus yang berjaring-jaring. Hal ini dimaksudkan agar umbi bawang merah tidak lembab sehingga tidak mudah busuk. Pada peti penyimpanan (box container), sebaiknya menggunakan AC (Air Conditioning) hal ini bertujuan agar umbi bawang merah tetap terjaga mutu dan agar tidak mudah terserang penyakit yang dapat menyebabkan kebusukan (Agromedia, 2011).

2) Faktor Penunjang a. Kelembagaan

(7)

lembaga/kemitraan turut berperan serta. Diantaranya adalah lembaga dari pemerintahan seperti penyuluh pertanian yang dapat sebagai sumber informasi dalam melakukan usaha agribisnis yang tepat. Lembaga keuangan dan pemasaran seperti KUD, renternir, kelompok tani, bank sebagai penyedia modal, dan lembaga pemasaran dari pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang besar atau perusahaan ekspor-impor atau yang bergerak di bidang agribisnis bawang merah (Singgih, 2009).

b. Transportasi

Dengan adanya transportasi maka mempermudah pengangkutan bawang merah dalam jumlah skala yang besar. Transportasi yang biasa digunakan dalam mengangkut bawang merah adalah truk, kontainer bahkan kapal pengangkutan barang dalam ratusan ton. Dengan adanya sarana transportasi maka memperlancar usaha agribisnis bawang merah antar daerah maupun negara untuk melakukan kegiatan ekspor maupun impor.

c. Telekomunikasi

Telekomunikasi juga berperan sebagai salah satu faktor penunjang agribisnis bawang merah. Dengan adanya handphone, SMS banking dan Internet maka mempermudah hubungan komunikasi dan informasi terhadap pelaku agribisnis

yang juga dapat dimanfaatkan sebagai media bertransaksi keuangan (Tim Bina Karya Tani, 2009).

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Bawang Merah

A. Permintaan Bawang Merah

Prospek agribisnis bawang merah cukup baik. Tidaklah heran jika permintaan

(8)

tinggi, dikarenakan penggunaanya yang begitu banyak dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan bawang merah banyak kita temui baik sebagai bawang goreng, bumbu penyedap masakan seperti soto, sop, ayam gulai, dan sampai penggunaan bawang merah di industri pengolahan makanan seperti mie instan, bumbu olah siap saji, dan sebagainya (Singgih, 2009).

Tingkat kebutuhan bawang merah dan produksi bahan pangan bawang merah yang mendukung ketersediaan pangan di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dapat ditunjukkan sebagai berikut. Pada Tahun 2008 tingkat kebutuhan bawang merah sebesar 69.720 ton dan produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 24.808 ton. Pada tahun 2009 tingkat kebutuhan bawang merah sebesar 73.200 ton dan produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 25.552 ton. Pada tahun 2010 tingkat kebutuhan bawang merah menurun tajam sebesar 9.120 ton dan produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 9.431 ton. Pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 33.754 ton dan produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 12.449 ton. Dan pada tahun 2012 juga meningkat dengan tingkat kebutuhan bawang merah sebesar 33.754 ton dan produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 13.398 ton. Berdasarkan data yang diperoleh ketersediaan bawang merah sampai pada tahun akhir tahun 2012 diatas, Provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan 14.70 (Badan Ketahanan Pangan Provinsi SUMUT 2008-2012).

Keadaan pasokan bawang merah antara tingkat ketersediaan bawang merah dan

tingkat kebutuhan bawang merah di Provinsi Sumatera Utara belum dapat saling

(9)

yang ada di Sumatera Utara, seperti Kabupaten Samosir, Kabupaten Karo,

Kabupaten Dairi, dan sekitarnya. Maka, dalam memenuhi permintaan bawang

merah yang ada, pasokan bawang merah yang didatangkan di Kota Medan adalah

bawang merah impor dari provinsi-provinsi lain seperti Provinsi Jawa Tengah,

Provinsi Jawa Timur, dan bawang merah impor dari luar negeri seperti Thailand,

Filiphina, Malaysia (BPS, 2012).

Untuk kedepannya, maka dapat diramalkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, memungkinkan permintaan bawang merah mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan penggunaan bawang merah dalam penelitian dibidang kedokteran/kesehatan yang bermanfaat sebagai obat tradisional yang baik bagi kesehatan dan mengobati berbagai penyakit seperti, mengobati penyakit diabetes mellitus, menurunkan kadar gula/kolestrol tubuh, menghambat penumpukan trombosit dan sebagainya (Singgih, 2009).

B. Penawaran Bawang Merah

Daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia adalah 24 provinsi dari 33

provinsi. Adapun daerah penghasil utama bawang merah di Indonesia adalah

Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur,

D.I.Yogyakarta, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi

Sulawesi Selatan, Bali, dan NTB. Kesembilan provinsi ini menyumbang 96,5%

dari produksi total bawang merah di Indonesia. Secara nasional daerah penghasil

terbesar bawang merah adalah Pulau Jawa (Departemen Pertanian, 2007).

Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Sumatera Utara, mengungkapkan bahwa

luas tanam dengan produktivitas bawang merah di Sumatera Utara pada Tahun

(10)

2008 luas tanam mencapai 1.352 Ha dan produktivitas sebesar 97,50 Kw/Ha.

Pada Tahun 2009 luas tanam mencapai 1.446 Ha dan produktivitas sebesar 91,77

Kw/Ha. Pada Tahun 2010 luas tanam mencapai 1.379 Ha dan produktivitas

sebesar 69,21 Kw/Ha. Pada Tahun 2011 luas tanam mencapai 1.488 Ha dan

produktivitas sebesar 89,95 Kw/Ha.

Banyaknya hasil produksi bawang merah yang berasal dari sentra produksi dalam

negeri memang berfluktuasi tergantung pada musimnya. Pada saat musim panen

ketersediaan bawang merah berlimpah dan sebaliknya. Bawang merah yang

berasal dari dalam negeri ini telah beradaptasi dengan pasar sejak lama dan dirasa

belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan pasar sehingga perlu ditambah

dengan mengimpor dari negara lain.

Jumlah ketersediaan bawang merah yang berasal dari dalam negeri dan impor

inilah yang membentuk keseimbangan harga sebelum ada perubahan. Ketika

terjadi perubahan harga, kita tidak merasakan adanya lonjakan permintaan yang

besar yang disebabkan adanya perubahan perilaku konsumen atau pun masyarakat

pada umumnya. Berkurangnya penawaran ini dapat disebabkan oleh beberapa hal,

antara lain, produksi dalam negeri yang mengalami penurunan, berkurangnya,

volume impor, dan distribusi yang terhambat (dihambat).

Berkurangnya penawaran karena penyebab yang pertama ditengah kenaikan harga

bawang merah saat ini, diyakini tidak terjadi karena kita tidak mendengar adanya

berita kegagalan panen. Namun yang kedua dan ketiga dapat menjadi penyebab

dalam kenaikan harga di sisi penawaran belakang waktu ini. Hal ini terlihat dalam

penutupan impor bawang merah yang dilakukan Kementrian Pertanian kepada

(11)

meningkatkankan harga petani dalam negeri dan distribusi yang terhambat

ataupun dihambat oleh sebagian pengusaha untuk mendapatkan keuntungan yang

tinggi dengan menyimpan sebagian besar bawang merah di gudang penyimpanan

(Satelit Post, 2013).

2.2. Landasan Teori

Permintaan dalam pengertian ekonomi diartikan yaitu suatu fungsi yang menunjukkan berbagai jumlah suatu barang yang konsumen ingin dan mampu membelikan dengan tingkat harga tertentu pada periode tertentu. Dalam permintaan terdapat variabel yaitu jumlah barang yang diminta dan harga barang itu sendiri dengan asumsi variabel-variabel lainnya konstan (ceteris paribus). Dalam hal ini yang dianggap sebagai variabel konstan misalnya selera konsumen dan jumlah penduduk (Haryono Tulus, 2001).

Hukum permintaan menyatakan semakin rendah harga suatu barang, maka semakin tinggi pula permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit pula permintaan terhadap barang tersebut. Hal ini dapat terlihat pada kenaikan harga bawang merah yang sempat dalam waktu sedekat lalu dimana harga bawang sempat melambung tinggi yang mencapai kenaikan 300% dari harga sebelumnya, membuat sebagian para konsumen juga mengurangi mengkonsumsinya (Sukirno, 2012).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah adalah :

1. Pendapatan Konsumen

(12)

Pengaruh pendapatan terhadap permintaan agak sedikit komplek karena efeknya mempunyai dua kemungkinan.

Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap permintaan akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang normal. Efek selera dan efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus lain barang inferior maka kenaikan pendapatan justu menurunkan pendapatannya.

Pendapatan konsumen (rumah tangga) akan mengalokasikan segala sumberdayanya terhadap berbagai macam kebutuhan. Pendapatan konsumen menjadi terasa lebih rendah ketika harga bawang merah naik tajam. Begitu pula sebaliknya, rendahnya harga bawang merah membuat sebagian pendapatan konsumen menjadi lebih tinggi. Dalam arti secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang, hal ini juga terjadi sebaliknya ketika harga menurun maka seolah-olah pendapatan konsumen tinggi.

2. Harga Barang

Faktor harga merupakan faktor yang penting. Tinggi atau rendahnya tingkat harga bawang merah akan mempengaruhi besarnya jumlah barang yang dibeli oleh konsumen. Jumlah barang yang diminta akan menurun ketika suatu barang harganya meningkat dan jumlah yang diminta akan meningkat apabila harganya menurun.

3. Banyaknya Kebutuhan

(13)

bawang merah sangat tinggi di kalangan rumah tangga maupun industri pengolah makanan yang melebihi dari kebutuhan biasanya (Simbolon Sahat, 2007).

4. Jumlah Tanggungan

Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan. Semakin banyak tanggungan maka meningkat pula kebutuhan. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat. Banyaknya jumlah tanggungan akan menyebabkan kenaikan permintaan yang menggeser kurvanya ke kanan. Demikian pula rendahnya jumlah tanggungan maka akan menyebabkan penurunan permintaan (Sukirno, 2003).

Keempat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah diatas, dapat dituliskan dalam bentuk konsep permintaan sebagai berikut :

D = f (Y, Pn, T)

Dimana D adalah permintaan bawang merah yang merupakan fungsi dari Y yaitu pendapatan, Pn adalah harga bawang merah dan T adalah jumlah tanggungan konsumen (rumah tangga).

(14)

Gambar 1. Kurva Permintaan

Dimana pada saat harga P1 jumlah permintaan barang sebesar Q1, namun pada saat kenaikan harga pada P2 jumlah permintaan berkurang pada saat Q2. Dalam ilmu ekonomi dikenal teori elastisitas. Elastisitas adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur besar kecilnya perubahan jumlah yang diminta konsumen (pembeli/penjual) terhadap perubahan harga, sampai seberapa jauh si pembeli atau si penjual bereaksi terhadap adanya perubahan harga.

Dalam konsep elastisitas, maka kita dapat mengetahui seberapa jauh reaksi pembeli/penjual terhadap perubahan jumlah barang yang diminta atau dijual karena adanya perubahan harga dapat dinyatakan dengan angka yang dikenal dengan angka elastisitas (coeficient of elasticity), yaitu persentase perubahan dalam variabel yang tidak bebas (dependent) dibagi dengan persentase perubahan dalam variabel bebas (independent) (Sukirno, 2012).

(15)

Secara teoritis, bila suatu barang memiliki substitusi permintaanya cenderung elastis (Ep>1).

2) Persentase pendapatan yang digunakan atau jenis barang

Seorang konsumen akan memberikan porsi yang besar dari pendapatannya untuk membeli barang yang biasa dibutuhkan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan besar pendapatan dipergunakan untuk barang yang sudah menjadi kebutuhan, makin elastislah permintaannya.

3) Jangka waktu analisis/perkirakan atau pengetahuan konsumen

4) Dalam jangka pendek apabila terjadi perubahan suatu harga barang meningkat, maka dapat menyebabkan perubahan jumlah permintaan. Dengan demikian dalam jangka pendek permintaan cenderung tidak elastis.

5) Tersedianya sarana kredit

Meskipun harga barang telah diketahui naik, sedangkan pendapatan tidak mencukupi, permintaan barang tersebut relatif akan tetap bila ada fasilitas kredit dari penjual. Sebaliknya, apabila harga barang tersebut turun, permintaan atas barang tersebut tidak akan naik bila ada fasilitas kredit untuk barang substitusi (Tulus, 2011).

2.3. Kerangka Pemikiran

(16)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bawang merah di Kota Medan adalah pendapatan (rumah tangga) konsumen, harga bawang merah dan jumlah tanggungan (rumah tangga konsumen).

Pendapatan konsumen (rumah tangga) akan mengalokasikan segala sumberdayanya terhadap berbagai macam kebutuhan. Pendapatan konsumen menjadi terasa lebih rendah ketika harga bawang merah naik tajam. Begitu pula sebaliknya, rendahnya harga bawang merah membuat sebagian pendapatan konsumen menjadi lebih tinggi.

Naik atau turunnya harga pada bawang merah akan mempengaruhi banyak atau sedikitnya terhadap jumlah barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas akan meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif dengan harga. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan.

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan bawang merah adalah jumlah tanggungan. Besarnya atau kecilnya jumlah tanggungan yang ada di keluarga (rumah tangga konsumen) akan mempengaruhi besar atau kecilnya jumlah konsumsi bawang merah. Hal ini menunjukkan sejalan dengan jumlah anngota keluarga yang ada.

(17)

Gambar

Gambar 1. Kurva Permintaan

Referensi

Dokumen terkait

This processing of writing scientific, uses explains the making Website Of Indonesian National Park Information Online System uses PHP, MySQL, and AJAX. This website is used by

[r]

Faktor bakteri kontaminan dapat disingkirkan jika dilakukan pemeriksaan kultur darah pada waktu yang bersamaan dengan dua lokasi yang berbeda.. Pengaruh riwayat pemberian

Rekomendasi umum ini bermaksud memberikan kontribusi bagi pemenuhan kewajiban Negara Peserta untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak asasi manusia perempuan pekerja

[r]

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Nilai rata-rata siswa kelas

Berdasarkan hasil uji Chi-Square , didapatkan nilai bermakna untuk kepatuhan ibu hamil terhadap saran yang diberikan dengan terjadinya preeklampsia (p) sebesar 0,000 dengan α

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa implementasi kebijakan adalah melaksanakan undang-undang dalam bentuk program kerja yang lebih operasional oleh aktor/implementor