• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di Puskesmas Tegalrejo Salatiga T1 462008069 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di Puskesmas Tegalrejo Salatiga T1 462008069 BAB IV"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 ANALISIS UNIVARAT

Subyek penelitian akseptor yang memilih alat kontrasepsi

sebanyak 93 responden di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

Penelitian ini terdapat 8 parameter yang ditanyakan kepada

responden yaitu : Umur, pendidikan, jumlah anak, pekerjaan,

penghasilan, dukungan suami, selain itu, tingkat pengetahuan

ibu mengenai pemakaian alat kontasepsi juga ditanyakan

dalam bentuk pertanyaan tertulis melalui kuesioner.

4.1.1 Pemilihan Alat Kontrasepsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden yang memilih menggunakan kontrasepsi

NON MKJP sebanyak 42 (55%) sedangkan responden

yang memilih menggunakan kontrasepsi MKJP 34

responden (45 %) lebih sedikit dibanding responden

yang memilih kontrasepsi Non MKJP 42 responden

(55%). Hasil penelitian dapat ditunjukkan seperti pada

(2)

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemilihan kontrasepsi

Pemilihan Jumlah Persentase

MKJP 34 45 %

Non MKJP 42 55 %

Total 76 100 %

4.1.2 Umur Ibu

Umur responden dibagi menjadi 3 yaitu umur <

23 tahun,umur 23-35 tahun, dan umur 36-48 tahun.

Tabel 4.2. Distribusi Umur Responden.

Umur Jumlah Persentase

< 23 tahun

Tabel 4.2. Menunjukkan mayoritas responden yang

paling tinggi adalah umur 23-35 tahun 35 (46,1 %),

dan paling rendah 36 - 48 tahun 15 (19,7 %).

4.1.3 Pendidikan

Responden memiliki tingkat pendidikan yang

berbeda-beda dan dikategorikan menjadi 4 yaitu SD,

(3)

Tabel 4.3. Distribusi Pendidikan responden.

Pendidikan Jumlah Persentase

SD 21 27,6 %

SMP 49 64,5 %

SMA 6 7,9 %

Total 76 100 %

Pada tabel 4.3. Menunjukkan paling banyak

responden berpendidikan SMP sebanyak 49 (64,5%)

dan paling sedikit berpendidikan SMA dengan 6

(7,9%).

4.1.4 Jumlah anak ibu

Pada penelitian ini jumlah anak responden

dibagi menjadi 3 yaitu menjadi 1 anak, 2 anak, >3

anak. Jumlah dan presentase dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Anak Ibu

Jumlah anak Jumlah Persentase

1 anak 25 32,9 %

2 anak 33 43,4 %

>3 anak 18 23,7 %

Total 76 100 %

Terlihat bahwa mayoritas responden memiliki 2

anak sebanyak 43,4 % dan 1 anak sebanyak 32,9%

(4)

4.1.5 Pekerjaan Ibu

Pada penelitian ini karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan dikategorikan menjadi 2 yaitu

sebagai ibu rumah tangga, dan bekerja jumlah

presentase responden dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.5. Distribusi Pekerjaan Ibu

Pekerjaan Jumlah Persentase

IRT 33 43,4 %

BEKERJA 43 56,6 %

Total 76 100 %

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa

responden yang bekerja lebih banyak 43 (56,6%)

dibanding dengan responden sebagai IRT hanya 33

(43,4%).

4.1.6 Penghasilan Keluarga

Berdasarkan UMR Kota Salatiga maka

penghasilan keluarga dikategorikan menjadi 2 yaitu

<900.000 dan >900.000. Jumlah dan presentase

responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.6. Distribusi Penghasilan Keluarga

Penghasilan Jumlah Persentase

<900.000 34 44,7 %

>900.000 42 55,3 %

(5)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa mayoritas

responden berpenghasilan > 900.000 degan 42 (55,3

%) responden, lebih tinggi dibanding penghasilan <

900.000 dengan 34 (44,7%) responden.

4.1.7 Dukungan Suami

Pada penelitian ini karakteristik responden

berdasarkan dukungan suami dikategorikan menjadi 2

yaitu, iya dan tidak. Jumlah presentase responden

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.7. Distribusi Dukungan Suami

Dukungan Jumlah Persentase

Iya 41 53,9 %

Tidak 35 46,1 %

Total 76 100 %

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan

akseptor yang didukung oleh suaminya dengan 41

(53,9%) responden. Sedangkan akseptor yang tidak

didukung 35 (46,1%) responden.

4.1.8 Pengetahuan Akseptor Tentang KB

Pengetahuan akseptor tentang KB dibagi

menjadi 3 yaitu : baik jika (84%-100%), cukup jika

(6)

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan

kepada para responden diperoleh kategori seperti

tertera pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Akseptor KB

Pengetahuan Jumlah Persentase

Baik 31

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan

pengetahuan akseptor tentang KB ini memiliki

pengetahuan baik 31 (40,8%), cukup 37 (48,7%) dan

8 (10,5%) pengetahuaannya kurang.

4.2. ANALISIS RESPONDEN

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan

untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Hasil analisis beberapa variabel bebas

dengan variabel terikat dapat dirinci pada tabel hasil uji chi square. Delapan parameter yang ditanyakan pada

responden yaitu umur ibu,lama menjadi akseptor,

pendidikan, jumlah anak, pekerjaan ibu, penghasilan

(7)

tersebut dihubungkan dengan pemilihan alat kontrasepsi di

Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

4.2.1 Hubungan Umur Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Tabel 4.9 Analisis hubungan umur ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

Umur Respond

en

Pemilihan Alat

Kontrasepsi Total

p

Berdasarkan tabel diatas responden yang

berumur < 23 tahun terdapat 24 responden,

sedangkan 10 responden berumur 23-35 tahun dan

8 responden berumur 36-48 tahun. Analisis bivarat

hubungan umur dengan pemilihan kontrasepsi

didapat nilai p sebesar 0,007 (p < 0,05), maka secara statistik terdapat hubungan yang signifikan

(8)

4.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan pemilihan Alat Kontrasepsi.

Tabel 4.11 Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

banyak responden berpendidikan SMP sebanyak 31

(41%), dan paling sedikit berpendidikan SMA 5 (6%)

responden. Analisis bivarat hubungan tingkat

pendidikan dengan pemilihan KB Non MKJP didapat

nilai p sebesar 0,01 (p < 0,05), maka secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara faktor

tingkat pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi

(9)

4.2.3 Hubungan Jumlah Anak dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Tabel 4.12 Analisis Hubungan Jumlah Anak dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

Pada hasil penelitian menunjukkan akseptor

mempunyai anak mayoritas 1 anak sebanyak 22

(29%), 2 anak 15 (20%) dan 3 anak 5 (6%).

Penelitian ini merujuk pada jumlah anak yang

memiliki responden pada saat wawancara dilakukan.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji

chi-square diperoleh hasil yang signifikan nilai p sebesar 0,001 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara jumlah anak

(10)

4.2.4 Hubungan Pekerjaan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Tabel 4.13 Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

V

B

e

Berdasarkan analisis diskriptif ini

menunjukkan bahwa mayoritas 26 responden

bekerja diluar pekerjaan sebagai IRT.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji

chi-square diperoleh hasil yang signifikan nilai p sebesar 0,298 (p > 0,05), maka secara statistik Ho

diterima sehingga tidak ada hubungan yang

signifikan antara pekerjaan dengan pemilihan alat

(11)

4.2.5 Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Tabel 4.14 Analisis Hubungan penghasilan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

penghasila n keluarga

Pemilihan Alat

Kontrasepsi Total

p-Berdasarkan analisis diskriptif penelitian ini

menunjukkan bahwa 15 (20%) responden memiliki

penghasilan < 900.000, sedangkan 27 (35%) responden

memiliki penghasilan > 900.000. Berdasarkan hasil analisis

statistik dengan uji chi-square diperoleh hasil yang signifikan

nilai p sebesar 0,079 (p > 0,05) maka secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengasilan

dengan pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo

(12)

4.2.6 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Tabel 4.15 Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

Berdasarkan analisis deskriptif, mayoritas

mendapat dukungkan suami 34 (41%) responden

dan yang tidak mendapat dukungan 8 (19%)

responden. Berdasarkan hasil analisis statistik

dengan uji chi-square diperoleh hasil yang signifikan

nilai p sebesar 0,001 (p < 0,05), maka secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara

dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi

(13)

4.2.7 Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Tabel 4.16 Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

Berdasarkan analisis diskriptif, menunjukkan

pengetahuan akseptor tentang pemilihan alat

kontrasepsi ini memiliki pengetahuan baik 18(24%),

cukup sebanyak 21 (28%) sedangkan 3 responden

(4%) pengetahuaannya kurang. Analisis bivarat

didapat nilai p sebesar 0,562 (p > 0,05) maka secara statistik tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan pemilihan alat

(14)

4.3. ANALISIS KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.3.1 Karakteristik Umur Ibu Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

Dari tabel 4.9 variabel umur dapat ditentukan

fase-fase penggunaan alat kontrasepsi yang ideal.

Umur kurang dari 23 tahun merupakan fase

menunda kehamilan diperlukan pada wanita yang

menikah dengan umur masih muda, umur antara

23-35 tahun adalah fase menjarangkan kehamilan

dengan cara mengatur jarak kehamilan yang baik

yaitu antara 2-4 tahun, dan umur antara 36 tahun

lebih merupakan fase mengakhiri kehamilan yaitu

fase tidak ingin hamil lagi. Diperlukan jika wanita

sudah tidak menginginkan anak lagi (Julian, 2010).

Hasil dari uji chi-square diperoleh hasil yang signifikan yaitu (p =0,007) bahwa umur mempunyai

hubungan yang bermakna pada pemilihan alat

kontrasepsi Non MKJP. Hasil analisis statistik

deskriptif diketahui bahwa mayoritas wanita yang <

23 tahun dengan 24 (32%) dominan menggunakan

alat kontrasepsi Non MKJP.

Penelitian terdahulu sudah banyak

(15)

umur dengan peggunaan kontrasepsi. Dari penelitian

(Asih dan Oesman, 2010) mengemukakan bahwa

sebagian besar penggunaan KB Non MKJP pada

umumnya digunakan wanita berumur relatif muda

kurang dari 30 tahun. Sedangkan wanita umur di

atas 30 tahun relatif menggunakan KB MKJP.

Jadi dapat disimpulkan bahwa umur

merupakan salah satu faktor dalam pemilihan alat

kontrasepsi.

4.3.2 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pemakaian Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga

Berdasarkan analisis bivarat pada tabel 4.11

menunjukkan bahwahubungan tingkat pendidikan

dengan pemilihan alat kontrasepsi Non MKJP

didapat nilai p sebesar 0,01 (p < 0,05), maka secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara

faktor tingkat pendidikan dengan pemilihan alat

kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

Hasil ini diperkuat dengan adanya penelitian

semakin rendah pendidikan mempunyai peluang

(16)

pendidikan di atasnya. Konsep variabel pendidikan

ini sama dengan penelitian (Anderson, 2003) yang

menjelaskan bahwa pendidikan mempengaruhi

pemilihan alat kontrasepsi. Pendidikan seorang ibu

akan menentukan pola penerimaan terhadap

informasi dan pengambilan keputusan, semakin

berpendidikan seorang ibu maka keputusan yang

akan diambil akan lebih baik.

Hasil ini juga diperkuat dengan adanya

penelitian yang dilakukan (Adisati, 2009) dimana

pada penelitiannya disebutkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara faktor tingkat pendidikan

dengan pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di

wilayah kerja Puskesmas. Sedangkan menurut

(Indira, 2009), yang menyebutkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara faktor tingkat

pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi yang pada

keluarga miskin.

Berbeda lagi dengan penelitian (Sable, 2000)

Dalam analisis multivariate berlawanan, yang

menyatakan hanya kelompok yang berbeda secara

signifikan dengan tingkat pendidikan adalah efek

(17)

samping pernyataan (terkait dengan obat suntik)

menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap obat

suntik, efek samping dan tidak suka untuk tidak

beraturan periode tersebut dianggap sebagai

penghalang lebih besar untuk digunakan oleh yang

lebih berpendidikan tinggi dibanding berpendidikan

rendah.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut

tampak bahwa tidak selalu adanya hubungan yang

signifikan antara tingkat pendidikan dengan

pemilihan metode kontrasepsi. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh karakteristik dan jumlah responden

dari tiap penelitian yang berbeda-beda.

Jadi tingkat pendidikan merupakan salah satu

faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan

persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu

hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB.

Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi

akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah

menerima ide dan tata cara kehidupan baru.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seharusnya

orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih

(18)

4.3.3 Karakteristik Jumlah Anak Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji

chi-square pada tabel 4.12 diperoleh hasil yang

signifikan nilai p sebesar 0,001 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara jumlah anak dengan pemilihan alat

kontrasepsi.

Penelitian ini sejalan dengan pemelitian

(Yusuf, 2001) menyatakan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara proporsi penggunaan KB

dengan kelompok responden yang memiliki jumlah

anak hidup kecil dengan kelompok responden yang

memiliki jumlah anak yang lebih besar. Responden

yang memiliki anak lebih dari 2 orang mempunyai

kemungkinan 20X lebih besar untuk menggunakan

MKJP dibanding dengan ibu yang mempunyai anak

kurang dari 2 orang anak.

Jumlah anak hidup yang dimiliki seorang

wanita, akan memberikan pengalaman dan

(19)

keputusan yang tepat tentang cara atau alat

kontrasepsi yang akan dipakai.

4.3.4 Karakteristik Pekerjaan Pemakaian Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji

chi-square pada tabel 4,13 diperoleh hasil yang

signifikan nilai p sebesar 0,298 (p > 0,05), maka secara statistik Ho diterima sehingga tidak ada

hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan

pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo

Salatiga.

Hubungan pekerjaan, dapat dijelaskan bahwa

jika seorang wanita bekerja maka tentunya keinginan

untuk menambah anak lebih rendah dibandingkan

dengan wanita yang tidak bekerja. Wanita yang

bekerja mempunyai peluang lebih besar memakai

kontrasepi MKJP karena wanita pekerja ingin

mengatur kehamilannya agar dapat bekerja lebih

baik, tidak hamil dan mempunyai anak dalam waktu

(20)

Penelitian ini berbeda penelitian (Amiranty,

2003) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara status pekerjaan dengan

penggunaan MKJP. Ibu yang bekerja memiliki

peluang sebesar 2 kali untuk memakai MKJP

dibanding dengan ibu yang tidak bekerja.

Perbedaan ini bisa disebabkan karena

sebagaian besar responden yang ikut dalam

penelitian ini adalah ibu yang tidak bekerja, sehingga

tidak dapat dilihat hubungannya. Serta keputusan

seseorang dalam menentukan alat kontrasepsi yang

digunakan tidak selalu dipengaruhi oleh pekerjaan

yang dimiiki, masih banyak faktor yang

mempengaruhi diantara kepribadian, lingkungan

individu, serta pengalaman berhubungan dengan

saran dari petugas kesehatan.

4.3.5 Karakteristik Penghasilan di Puskesmas Tegalrejo Salatiga

Berdasarkan analisis diskriptif penelitian ini

menunjukkan bahwa 15 (20%) responden memiliki

penghasilan < 900.000, sedangkan 27 (35%)

(21)

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji

chi-square diperoleh hasil yang signifikan nilai p

sebesar 0,079 (p > 0,05) maka secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengasilan

dengan pemilihan alat kontrasepsi Non MKJP di

Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian

(Abdul, 2006) yang menyebutkan bahwa status

ekonomi keluarga sangat berpengaruh terhadap

pemilihan kontrasepsi. Disebabkan karena untuk

mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang

diperlukan, peserta harus meyediakan dana yang

diperlukan. Hal ini bisa berbeda disebabkan karena

mereka beranggapan bahwa didalam pemilihan alat

kontrasepsi sebaiknya memang harus dilihat dari

kapasitas kemampuan mereka untuk membeli

kontrasepsi. Sehingga pemakaian kontrasepsi tidak

dirasa memberatkan bagi akseptor. Hal ini sama

dengan penelitian (Trussell, 1995), mengatakan

bahwa perempuan berpenghasilan rendah sangat

berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi

(22)

4.3.6 Karakteristik Dukungan Suami Pemakaian Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga

Berdasarkan analisis deskriptif, mayoritas

mendapat dukungkan suami 34 (41%) responden

dan yang tidak mendapat dukungan 8 (19%)

responden.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji

chi-square diperoleh hasil yang signifikan nilai p sebesar 0,001 (p < 0,05), maka secara statistik

terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan

suami dengan pemilihan alat kontrasepsi di

Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

Hasil penelitian ini didukung penelitian

sebelumnya yang dilakukan (Indira, 2009)

mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara faktor dukungan suami terhadap pemilihan

jenis kontrasepsi pada keluarga miskin yang akan

digunakan istri.

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan

teori yang mengatakan bahwa seorang istri di dalam

pengambilan keputusan untuk memakai atau tidak

(23)

dari suami karena suami dipandang sebagai kepala

keluarga, pelindung keluarga, pencari nafkah dan

seseorang yang dapat membuat keputusan dalam

suatu keluarga. Pengetahuan yang memadai tentang

alat kontrasepsi, dapat memotivasi suami dan untuk

menganjurkan istrinya memakai alat kontrasepsi

tersebut (Mayasari, 2008).

4.3.7 Karakteristik Pengetahuan Pemakaian Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Tegalrejo Salatiga

Berdasarkan analisis diskriptif, menunjukkan

pengetahuan akseptor tentang KB ini memiliki

pengetahuan baik 18 (24%) , cukup 21 (28%)

sedangkan 3 (4%) pengetahuaannya kurang.

Analisis bivarat didapat nilai p sebesar 0,562 (p > 0,05) maka secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas

Tegalrejo Salatiga

Hal ini berbrda dengan penelitian yang

dilakukan (Indira, 2009) yang menyebutkan bahwa

(24)

pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi pada

keluarga miskin. Namun pada penelitian yang

dilakukan (Aidah, 2001) didapatkan hasil yang

signifikan antara faktor tingkat pengetahuan dengan

pemilihan kontrasepsi.

Dalam teori WHO, dijelaskan bahwa

pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman

seseorang, faktor-faktor luar orang tersebut

(lingkungan), baik fisik maupun non fisik dan sosial

budaya yang kemudian pengalaman tersebut

diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga

menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan

pada akhirnya terjadi perwujudan niat berupa

perilaku.

Berdasarkan teori tersebut dapat

dimungkinkan banyak faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang sehingga hasil penelitian ini

(25)

4.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai

keterbatasan penelitian. Beberapa keterbatasan penelitian

yang ada sebagai berikut:

1. Keterbatasan rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan

cross sectional sehingga hubungan yang ditentukan dari variabel independen dan variabel dependen

bukanlah merupakan hubungan sebab akibat,

karena penelitian dilakukan dalam waktu bersamaan

dan tanpa adanya follow up.

2. Keterbatasan waktu dan pengumpulan data

Masih banyak variable independen yang dapat

menjadikan faktor-faktor dalam pemilihan KB yang

dijadikan sebagai variabel bebas dalam penelitian

ini. Namun karena kemampuan penulis terbatas

dalam hal waktu dan tenaga maka variabel bebas

yang digunakan terbatas. Pada penelitian ini

dilakukan dengan wawancara serta memberi

kuesioner terhadap responden di Ruang KIA

Puskesmas Tegalrejo Salatiga. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner mempunyai dampak yang

(26)

maksimal. Karena pada saat peneliti memberi

pertanyaan sebagaian responden tidak maksimal

dalam memberi jawaban dipicu dengan kepentingan

anak yang mendesak.

Gambar

Tabel.
Tabel 4.2. Distribusi Umur Responden.
Tabel 4.3. Distribusi Pendidikan responden.
Tabel 4.6. Distribusi Penghasilan Keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Informan Irene, yang berada pada posisi pembacaan dominan hegemonik, melihat bahwa Liga Italia Serie A di TVRI sudah sesuai dengan kebutuhan publik, karena

Siklus regeneratif menggunakan uap yang diekstraksi dari turbin untuk memanaskan fluida kerja pada tingkat keadaan cair jenuh yang dipompakan menuju boiler,

Siswa melakukan presentasi sejarah dan pengertian kearsipan dengan menggunakan etika yang baik dalam presentasi, sesuai dengan rincian tugas kinerja yang ditentukan di LP

Apabila dalam kurun waktu penerimaan beasiswa, anak saya tersebut melakukan tindakan yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan perguruan tinggi dan peraturan perundangan

laut yang memanfaatkan pasang surut air laut sehingga dapat menggerakan turbin.. dan

Oleh karena itu, suatu sistem pembangkit listrik tenaga angin (splta) menggunakan kincir angin sumbu vertikal dengan memanfaatkan angin untuk menyuplai beban listrik rumah

Banyak pemimpin besar meraih keberhasilan dalam pekerjaan dan kehidupannya melalui seperangkat hukum kepemimpinan yang mendetail. Sedangkan manajer &#34;biasa&#34;,

sekolah tersebut sudah mengatur tata tertib tentang perundungan. Data yang. didapat tersebut sangat berguna untuk menganalisis rumusan masalah