• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di Puskesmas Tegalrejo Salatiga T1 462008069 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di Puskesmas Tegalrejo Salatiga T1 462008069 BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Jumlah penduduk Indonesia, menempati posisi keempat terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan

laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Program KB merupakan

upaya untuk mendesak laju pertumbuhan penduduk dan

meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Umur adalah faktor

yang sangat berpengaruh terhadap organ dan proses

reproduksi. Umur yang optimal untuk reproduksi antara

20-35 tahun (Hartanto, 2004).

Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB)

yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban

pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan

kesejahteraan bagi rakyat, dan bangsa Indonesia. UU No.10

Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, mendefinisikan KB yakni

upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan

peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan

(2)

Salah satu indikator keberhasilan di bidang

kependudukan ditunjukan dengan Total Fertility Rate (TFR).

TFR di Indonesia terus mengalami penurunan, data Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan TFR

pada tahun 1997 sebesar 2,8 menurun menjadi 2,6 pada

tahun 2003. Namun demikian tingkat fertilitas tersebut masih

jauh dari kondisi penduduk tumbuh seimbang, yaitu dengan

TFR mencapai 2,1 per wanita. Program KB secara nasional

maupun internasional diakui sebagai salah satu program

yang mampu menurunkan angka fertilitas (BKKBN, 2005).

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah

sebanyak 237.641.326 jiwa, yang mencakup mereka yang

bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak

118.320.256 jiwa (49,79 %) dan di daerah perdesaan

sebanyak 119.321.070 jiwa (50,21 %). Penduduk laki-laki

Indonesia sebanyak 119.630.913 jiwa dan perempuan

sebanyak 118.010.413 jiwa (Sensus Penduduk, 2010).

Di Jawa Tengah terlihat angka kelahiran total

mengalami penurunan total fertility rate (TFR) dari 5,33

(berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1971) menjadi 2,30

(berdasarkan hasil SDKI 2007). Turunnya angka kelahiran

ini tidak dapat dipungkiri merupakan hasil kerja keras dari

(3)

wanitanya untuk mengendalikan jumlah penduduk, melalui

program keluarga berencana.

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah sebanyak

32.382.657 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat

tinggal di daerah perkotaan sebanyak 14.805.038 jiwa

(45,72 %) dan di daerah perdesaan sebanyak 17.577.619

jiwa (54,28 %) (Sensus Penduduk, 2010).

Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil

mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam

membangun keluarga kecil yang makin mandiri.

Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus

ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata.

Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurang

dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP) seperti IUD/AKDR (Intra Uterine Device / Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim), dan Implan, dibandingkan

dengan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non

MKJP) separti pil, suntik, kondom.

Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi

pada tahun 2006 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak

4.778.608 yang terdiri atas peserta AKDR sebanyak

498.366 (10,4%), peserta MOP sebanyak 68.473 (1,4%),

(4)

sebanyak 442.778 (9,3%), peserta suntik sebanyak

2.560.039 (53,6%), peserta pil sebanyak 862.307 (18%),

peserta Kondom sebanyak 55.610 (1,2%). Jadi pemakaian

KB tertinggi adalah KB suntik yaitu 53.6%, sedangkan yang

terendah pada KB Kondom yaitu 1,2 % (BKKBN Jawa

Tengah, 2010).

Berdasarkan prasurvey di Puskesmas Tegalrejo Salatiga

pencapaian peserta KB dengan metode kontrasepsi pada

tahun 2011 peserta KB dengan status baru sebanyak 118

peserta, yang terdiri dari peserta AKDR 33 (28%), peserta

implant 46 (32%), peserta suntik 38 (39%), peserta pil 1

(1%), peserta kondom 0(0%). Sedangkan peserta dengan

status ulang pada tahun 2011 sebanyak 1383 peserta, yang

terdiri dari peserta AKDR 1 (0.1%), peserta implant 19

(1,4%), peserta suntik 620 (45,5%), peserta pil 571 (41%),

peserta kondom 172 (12%).

Sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 109 peserta

dengan status baru, yang terdiri atas peserta AKDR

sebanyak 20 (18%), peserta implant 41 (38%), peserta

suntik 37 (34%), peserta pil 10 (9%), peserta kondom 1

(1%). Sedangkan peserta dengan status ulang pada tahun

2012 mencapai 1.208 peserta, yang terdiri dari peserta

(5)

657 (54%), peserta pil 528 (44%), peserta kondom 3

(0,25%).

Sehingga di Puskesmas Tegalrejo Salatiga tahun

2011-2012 penggunaan alat kontrasepsi yang tertinggi adalah

pemilihan KB suntik 620 (45,5%) dan pada tahun 2012 juga

memilih KB suntik 657 (54%). Sedangkan hasil presentase

penggunaan alat kontrasepsi yang terendah pada adalah

penggunaan KB AKDR 1(0,1%) pada tahun 2011 dan 3

(0,25%) pemilihan KB AKDR pada tahun 2012. Pada

umumnya masyarakat memilih metode NON MKJP ( Non

Metode kontrasepsi Jangka Panjang) seperti kondom, suntik

dan pil, disbanding dengan pemilihan metode KB MKJP

(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) seperti AKDR/IUD,

Implant, MOW, MOP.

Turunnya jumlah peserta KB IUD dari tahun ke tahun

dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti :

ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB IUD. Dimana

pengetahuan terhadap alat kontarsepsi merupakan

pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang

digunakan. Kualitas pelayanan KB, dilihat dari segi

ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan tenaga yang

(6)

kesehatan, Biaya pelayanan IUD yang mahal (Almann, 2002

& Bruce, 2001).

Mauaba (1998) mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi

diantaranya tingkat ekonomi, pekerjaan, dan tersedianya

layanan kesehatan yang terjangkau. Hasil penelitian Meuita

(1997) menunjukkan bahwa ada pengaruh karakteristik

(pekerjaan, pengambilan keputusan dalam keluarga) dan

pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi

Implant.

Hasil penelitian Sakhan (2001) melaporkan faktor usia,

jumlah anak, nilai anak bagi keluarga, pengetahuan, jarak

lokasi ke pelayanan KB dan perilaku petugas merupakan

faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu

dalam program KB. Menurut Berthrand (1980) mengatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian

kontrasepsi adalah faktor demografi, faktor

sosio-psikologi dan faktor yang berhubungan dengan pelayanan

kesehatan.

Dilihat dari data prasurvey di Puskesmas Tegalrejo

banyak akseptor KB yang memilih alat kontrasepsi dengan

(7)

padahal diketahui Metode Kontrasepsi Jangka Panjang lebih

efektif dan lebih rendah angka kegagalannya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan

penelitian untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilihan penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor KB di

Pukesmas Tegalrejo Salatiga.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada

akseptor KB di Pukesmas Tegalrejo Salatiga 2013”.

1.3 BATASAN PENELITIAN

1.3.1 Lingkup Sasaran

Penelitian ini ditujukan kepada semua peserta KB di

Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

1.3.2 Lingkup Masalah

Masalah dibatasi pada faktor-faktor yang berkaitan

dengan penggunaan atau pemilihan alat kontrasepsi

(8)

1.4 TUJUAN

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan

dengan pemilihan alat kontrasepsi pada akseptor KB

di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.

1.4.2 Tujuan Khusus.

a. Untuk menganalisa apakah tingkat pengetahuan

berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi

b. Untuk menganalisa apakah umur berpengaruh

terhadap pemilihan alat kontrasepsi.

c. Untuk menganalisa apakah jumlah anak

berpengaruh terhadap pemilihan alat

kontrasepsi.

d. Untuk menganalisa apakah pendidikan

berpengaruh terhadap pemilihan alat

kontrasepsi.

e. Untuk menganalisa apakah penghasilan

berpengaruh terhadap pemilihan alat

kontrasepsi.

f. Untuk menganalisa apakah pekerjaan

(9)

g. Untuk menganalisa apakah dukungan pasangan

suami istri berpengaruh terhadap pemilihan alat

kontrasepsi

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Puskesmas Tegalrejo

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi dalam memotivasi masyarakat

menggunakan alat kontrasepsi NON MKJP maupun

MKJP secara efektif, serta guna untuk mengetahui

faktor-faktor pemilihan alat kontrasepsi.

1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

khususnya dalam memperbanyak informasi dalam

bidang maternitas.

1.5.3 Bagi akseptor (Responden)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

motivasi bagi masyarakat setempat untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilihan alat kontrasepsi, sehingga masyarakat

semakin mengenal tentang faktor pemilihan alat

kontrasepsi.

(10)

Penelitian ini sangat berguna untuk menambah

pengalaman dan wawasan dalam penelitian serta

sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah

didapatkan selama kuliah. Bagi peneliti lain agar

dapat dijadikan informasi dalam penelitian

selanjutnya, dan dapat lebih memperdalam

Referensi

Dokumen terkait

Informan Irene, yang berada pada posisi pembacaan dominan hegemonik, melihat bahwa Liga Italia Serie A di TVRI sudah sesuai dengan kebutuhan publik, karena

Kelompok Kerja (Pokja) 1 Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2016 akan melaksanakan Pelelangan Sedehana dengan

B. Kebutuhan Pengadaan Barang / Jasa Satker Rumkit Bhayangkara Denpasar DIPA Tahun Anggaran 2014 sesuai dengan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2014. Kebutuhan Pengadaan

Siswa melakukan presentasi sejarah dan pengertian kearsipan dengan menggunakan etika yang baik dalam presentasi, sesuai dengan rincian tugas kinerja yang ditentukan di LP

Oleh karena itu, untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan listrik ini, maka diperlukan sebuah sumber energi baru yang mampu memenuhi kebutuhan listrik nasional yang semakin besar.

Apabila dalam kurun waktu penerimaan beasiswa, anak saya tersebut melakukan tindakan yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan perguruan tinggi dan peraturan perundangan

laut yang memanfaatkan pasang surut air laut sehingga dapat menggerakan turbin.. dan

Oleh karena itu, suatu sistem pembangkit listrik tenaga angin (splta) menggunakan kincir angin sumbu vertikal dengan memanfaatkan angin untuk menyuplai beban listrik rumah