1
TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KELUARGA
BERENCANA TENTANG ALAT KONTRASEPSI IMPLANT
Ni Wayan Ari Adiputri Ni Putu Kharisma Delia Pradnyani
Akademi Kebidanan Kartini Bali E-mail :pradnyani_ajj@yahoo.com
Abstract : Level of knowledge about family planning acceptors Contraceptive Implant. The general objectiveof this study was to determine the level of knowledge of family planning acceptors of contraceptive implants at the Health Center 1 West Denpasar 2012. The specific objectiveof this study was to identify the knowledge of family planning acceptors of contraceptive implants by age, education and parity in the Health Center 1 West Denpasar in 2012. Research methodology used in this research is descriptive, witha crosssectional. Level of knowledge about family planning acceptors by contraceptive implant education, 13 respondents who have asecondary education school / vocational school entirely(100%) had a good level of knowledge. Level of knowledge about family planning acceptors implant contraceptives based on parity, the 10 respondent swho had a number of children from two to four people in total(100%) had a level of knowledge in both categories.
Abstrak : Tingkat Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana tentang Alat Konstrasepsi Implant.Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi implant di Puskesmas 1 Denpasar Barat tahun 2012. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi implant berdasarkan umur, pendidikan dan paritas di Puskesmas 1 Denpasar Barat tahun 2012.Metode penelitian yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan crosssectional. Sampel berjumlah 30 orang dengan teknik sampling consekutif sampling dan teknik analisa data dengan analisa deskriptif. Hasil penelitian didapat bahwa dari hasil analisa penelitian tingkat akseptor tentang alat kontrasepsi implant berdasarkan umur, 12 orang responden yang berumur 20-35 tahun seluruhnya (100%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi implant berdasarkan pendidikan, 13 orang responden yang memiliki berpendidikan menengah SMU/SMK seluruhnya (100%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi implant berdasarkan paritas, 10 orang responden yang memiliki jumlah anak dua sampai empat orang seluruhnya (100%) memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik.
Kata Kunci :Pengetahuan, Akseptor KB, Implant
Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan guna menghasilkan sumber daya manusia berkualitas. Meskipun masyarakat telah mengalami perubahan bersamaan dengan proses modernisasi, namun aspek sosial, kultural masih melekat dalam kehidupan
sehari – hari, sehingga mempengaruhi penerimaan dan pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia.
Berbagai potensi, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidakdiinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan (Saifuddin, BA, 2003).
Tujuan mengenai keluarga berencana mungkin adalah melindungi diri dari kehamilan dengan suatu cara yang tidak menggangu kesuburannya dimasa mendatang. Ada beberapa alat kontrasepsi yang bisa digunakan di masyarakat, diantaranya kondom, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), pil KB, suntikan, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), MOP, MOW (Glasier Anna, 2006).
Salah kontrasepsi pilihan yaitu alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau
Implant yang merupakansalah satu metode modern kontrasepsi hormonal, dan kontrasepsi jangka panjang yaitu 1-5 tahun. Kontrasepsi implant baik digunakan karena pemasangan pada tangan dibagian lengan sehingga tidak mengganggu aktivitas ibu dan ibu dapat mengontrol sendiri dengan cara meraba untuk memastikan KB tetap pada posisi pemasangan.
Tetapi kenyataannya masyarakat kita masih sedikit yang mengetahui kontrasepsi implant dan ibu-ibu masih sedikit yang menggunakannya.
Berikut data jumlah akseptor menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, Tahun 2011)
Tabel 1. Jumlah Akseptor Diperinci Menurut Metode Kontrasepsi
No. KB Jumlah Akseptor Presentase
1 Suntik 34.595 (46,78%)
Sumber : Laporan BKKBN Tahun 2011 Dengan adanya bermacam-macam jenis alat kontrasepsi yang ada,sehingga seorang ibu harus menentukan pilihan kontrasepsi yang dianggap sesuai (Wulansari, 2006)
Berdasarkan data diatas dan fakta yang terjadi di masyarakat, kontrasepsi Susuk (implant) selalu menduduki tingkat terendah, oleh karena itu peneliti
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskritif dengan pendekatan yang digunakan cross sectional Semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).
Dalam penelitian ini populasinya adalah semua akseptor KB yang datang periksa di Puskesmas 1 Denpasar Barat tahun 2012. Jumlahtotal populasi akseptor KB di Puskesmas 1 Denpasar Barat tiga bulan terakhir yaitu 1625 orang dan jumlah Sampel berjumlah 30 orang dengan teknik sampling consekutif sampling dan teknik analisa data dengan analisa deskriptif.
3
Ni Wayan Ari Adiputri, dkk, Tingkat Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana tentang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Tentang Alat Kontrasepsi Implant Berdasarkan Umur
No Tingkat pengetahuan
Umur
<20 tahun 20-35 tahun >35 tahun
f % f % f %
1 Baik 8 80 12 100 7 87,5
2 Cukup 2 20 0 0 1 12,5
3 Kurang 0 0 0 0 0 0
Jumlah 10 100 12 100 8 100
Sumber: Data primer penelitian, November Berdasarkan Tabel 1 dari 30 responden, 10 orang responden yang berumur <20 tahun hampir seluruhnya yaitu delapan orang (80%) memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik dan sebagian kecil dua orang (20%) memiliki tingkat pengetahuan cukup . Berdasarkan data dari 12 orang responden yang berumur 20-35 tahun seluruhnya (100%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Dan berdasarkan data dari delapan orang responden yang berumur >35 hampir seluruhnya yaitu tujuh orang (87,5%) memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik dan sebagian kecil satu orang (12,5%) memiliki tingkat pengetahuan cukup. Dan tidak ada
responden yang memiliki pengetahuan kurang.
Dalam penelitian ini didapat bahwa 12 orang responden yang berumur 20-35 tahun seluruhnya (100%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Hasil penelitian ini diperkuat dengan teori yg membahas tentang semakin berumur seseorang, maka semakin banyak informasi yang diperoleh melalui komunikasi. Dengan memperoleh komunikasi akan menguatkan keyakinan untuk mencapai tujuan. Isi komunikasi yang relevan dengan sikap akan mungkin diterima individu apabila tercakup dalam batasan penerimaan yang berada disekitar sikap seseorang (Notoatmodjo,2010).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Tentang Alat Kontrasepsi Implant Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat
Sumber: Data primer penelitian, November
Berdasarkan Tabel 2 dari 30 responden, tujuh orang responden yang berpendidikan dasar SD,SMP sebagian besar yaitu empat orang (57,14%) memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik dan hampir setengahnya tiga orang (42,85%) memiliki tingkat pengetahuan cukup. Berdasarkan data 13 orang responden yang
Jurnal Genta Kebidanan, Volume 7,No. 1, Juni 2017, hlm 1 - 4
ada responden yang memiliki pengetahuan kurang.
Dalam penelitian ini didapat bahwa 13 orang responden yang berpendidikan menengah SMU/SMK seluruhnya (100%) memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik. Hasil penelitian ini diperkuat
dengan teori yang membahas dimana tingkat pendidikan seseorang memepengaruhi pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo,2010).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Tentang Alat Kontrasepsi Implant Berdasarkan Paritas
Sumber: Data primer penelitian, November
Berdasarkan Tabel 3 dari 30 responden, 11 orang responden yang primipara hampir seluruhnya yaitu sembilan orang (81,82%) memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik dan sebagian kecil yaitu dua orang (18,18%) memiliki tingkat pengetahuan cukup. Berdasarkan data dari 10 orang responden yang multipara seluruhnya (100%) memiliki pengetahuan yang baik.Bedasarkan data dari sembilan orang responden yang grande multipara hampir seluruhnya yaitu delapan orang (88,9%) memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik dan sebagian kecil yaitu satu orang (11,1%) memiliki tingkat pengetahuan cukup.
Dalam penelitian ini didapat bahwa 10 orang responden yang memiliki jumlah anak dua sampai empat orang seluruhnya (100%) memiliki pengetahuan dalam kategori baik. Hasil penelitian ini diperkuat dengan teori yang membahas bahwaparitas dapat memepengaruhi pengetahuan dimana wanita yang beberapa kali pernah melahirkan cenderung memiliki pengalaman yang lebih dalam merawat anak dibandingkan dengan wanita yang pertama kali melahirkan dan mempunyai anak (Nursalam,2008).
SIMPULAN
Dari hasil analisa dan pembahasan penelitian tentang tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi implant di Puskesmas 1 Denpasar Barat Tahun 2012, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1)Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi implant di Puskesmas 1 Denpasar Barat hampir seluruhnya memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik; 2)Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi implant berdasarkan umur, hampir seluruhnya termasuk kategori baik ; 3) Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi implant berdasarkan pendidikan, hampir seluruhnya termasuk kategori baik; 4) Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi implant berdasarkan paritas, hampir seluruhnya termasuk kategori baik.
DAFTAR RUJUKAN
BKKBN. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta: YBSP
Glasier, A Dan Gebbie, A. (2006). Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. Jilid Pertama, Edisi Kedua. Jakarta : EGC.
Notoadmodjo. (2005). Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta No Tingkat pengetahuan
Paritas
Primipara Multipara Grande Multipara
f % F % f %
1 Baik 9 81,82 10 100 8 88,9
2 Cukup 2 18,18 0 0 1 11,1
3 Kurang 0 0 0 0 0 0
5
Nursalam. (2008). Pendekatan Praktis Metodelogi Riset Keperawatan. Edisi II. Jakarta : Salemba Medika. Saifuddin, A. (2003). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto.