Fikhen Tri Wulandari, 2014
SISTEM PEWARISAN SILAT PERISAI DI RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Sistem Pewarisan Silat Perisai
Proses pewarisan Silat Perisai terjadi pada garis keturunan langsung dan bukan garis keturunan. Garis keturunan langsung adalah pewaris memiliki hubungan darah secara langsung dengan yang mewariskan Silat Perisai. Namun, sekarang Silat Perisai dapat diwariskan kepada siapapun walaupun tidak memiliki hubungan darah dari seniman pesilat. Cara pewarisan silat perisai dilakukan oleh dukungan pendidikan dari keluarga, dan dukungan serta peranan masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada dua generasi yaitu generasi Syafi’i (tahun 1980-an) dan generasi Yus Heri (tahun 2000-an), maka dapat diambil kesimpulan bahwa Sistem Pewarisan Silat Perisai di Riau dipengaruhi oleh tiga hal yakni: 1. cara pewarisan; 2. pelaku yang terlibat dalam pewarisan; 3. peristiwa yang mewadahi keberadaan Silat Perisai. Ketiga hal ini secara tidak langsung telah mempengaruhi bentuk dan struktur penyajian Silat Perisai.
Pada masa Syafi’I (tahun 1980) cara pewarisannya dilakukan dengan cara berlatih (trained action), dan belajar di langgar (absorbed action), serta
penguasaan jejampi dilaksanakan pada bulan ramadhan (absorbed action). Pelaku
yang terlibat dalam pewarisan Silat Perisai yakni keturunan langsung. Peristiwa yang mewadahi Silat Perisai yaitu kegiatan ritual adat yang didukung oleh adat
(ninik mamak), dan masyarakat, misalnya pada pengangkatan Datuok (otok cacao
ninik mamak) ataupun kegiatan pernikahan yang menggunakan adat. Bentuk dan
struktur penyajian Silat Perisai pada masa Syafi’i ditujukan untuk kepentingan ritual adat.
Fikhen Tri Wulandari, 2014
SISTEM PEWARISAN SILAT PERISAI DI RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(trained action) yang dilakukan kapan saja. Pelaku yang terlibat dalam pewarisan
Silat Perisai bukan keturunan langsung dari generasi Silat Perisai. Peristiwa yang mewadahi lebih cenderung pada kegiatan yang bersifat pertunjukan. Bentuk dan struktur penyajian Silat Perisai pada masa Yus Heri ditujukan untuk kebutuhan pertunjukan dan hiburan.
Dua generasi di atas terdapat perubahan konsep pewarisan yang terjadi berdasarkan kebutuhan masyarakat yang hidup pada zaman silat perisai berlangsung. Secara tidak langsung, perubahan zaman ini menyebabkan perubahan fungsi kesenian Silat Perisai.
Pewarisan Silat Perisai tidak hanya dari sisi keterampilan fisik, dan pengetahuan saja, namun terdapat pewarisan nilai-nilai yang tidak kasat mata yaitu keberanian, percaya diri, semangat juang, kedisiplinan didalam mengahadapi segala tantangan. Nilai-nilai tersebut tertanam dan tidak hilang dari generasi Syafi’i ke generasi Yus Heri. Nilai-nilai ini melekat dalam kegiatan silat perisai dan diwariskan secara turun temurun. Hal ini perlu dilestarikan dalam dunia pendidikan, baik formal maupun non formal.
5.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Pewarisan Silat Perisai
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarisan silat perisai ialah keluarga, masyarakat, budaya lain. Keluarga berperan penting dalam mendidik penerus atau generasi yang akan menerima warisan kesenian silat perisai. Keluarga juga dapat memberikan pendidikan informal sesuai aturan atau metode yang orang tua atau keluarga lakukan terhadap pewarisnya.
Lingkungan masyarakat juga memiliki andil yang cukup besar dalam menjaga eksistensi silat perisai. Melalui kegiatan-kegiatan di masyarakat, masyarakat ikut mendukung serta berpasrtisipasi secara langsung maupun memfasilitasi kesenian tersebut. Peran serta masyarakat mempengaruhi perubahan fungsi kesenian yang hidup ditengah-tengah masyarakat tersebut.
Fikhen Tri Wulandari, 2014
SISTEM PEWARISAN SILAT PERISAI DI RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pertunjukan. Budaya lain hadir membuat masyarakat memilih mempertahankan atau menambahkan unsur kesenian dari budaya lain tersebut.
5.2 Rekomendasi
5.2.1 Bagi Subjek penelitian
Silat Perisai adalah salah satu bentuk sebuah kesenian yang dimiliki oleh Kabupaten Kampar, Riau yang harus dilestarikan. Silat Perisai ini merupakan silat yang unik karena gerakan yang terdapat pada silat perisai ini menyerupai gerakan harimau yang menunduk. Berbeda dengan silat lainnya yang terdapat di Kampar silat perisai ini menggunakan propeti dalam membawakannya yaitu pedang dan tameng. Banyak hal yang masih bisa digali dari silat perisai, keunikan yang dimiliki silat perisai ini menjadikan silat perisai sebagai aset yang penting dan harus tetap dilestarikan oleh generasi berikutnya agar kesenian silat perisai ini tidak redup kemudian menghilang begitu saja. Selain itu pelaku seni dapat memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan seni tradisi.
5.2.2 Bagi Instansi Pendidikan
Bagi instansi pendidikan hendaknya bahu-membahu dalam berupaya melestarikan kesenian daerah dengan cara mendekatkan generasi muda kepada kesenian tradisi. Instansi pemerintah antara lain adalah DIKNAS, dan DISPARBUD. Salah satu cara yang efektif untuk melestarikan kesenian tradisi sebagai salah satu upaya menjadikan silat perisai sebagai wadah dalam pelajaran pada pendidikan formal, dengan melakukan implementasi terhadap siswa sekolah melalui pembelajaran. Hal ini merupakan sebuah wadah pewarisan dari kesenian tradisional yang bisa berlangsung secara natural yaitu melalui media pendidikan formal, pengajaran di sekolah umum sangat signifikan dalam mendorong dan mengembangkan kecerdasan kognitif anak. Sedangkan pada pendidikan informal dari keluarga langsung yang mendukung keturunannya agar selalu dekat dengan kesenian daerah, walaupun telah mengenal kesenian modern yang bersifat menjamu bahkan dapat memudarkan atau menghilangkan kesenian tradisi.
Fikhen Tri Wulandari, 2014
SISTEM PEWARISAN SILAT PERISAI DI RIAU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Fikhen Tri Wulandari, 2014
SISTEM PEWARISAN SILAT PERISAI DI RIAU