Mata Kuliah Evaluasi Proses dan Hasil belajar Fisika
PAPER
Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Bidang Kognitif, Sikap dan
Psikomotorik
Dosen Pengampu :
Dr. Wawan Bunawan, M.PD.,M.SI.
Oleh :
Mika Febriani Siahaan
4153121041
Mila Rahmi Rangkuti
4152121028
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
BAB II PEMBAHASAN A. Kisi-kisi
2.1 Pengertian Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau menjadi tes. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes, dengan demikian dapat diperoleh berbagai macam kisi-kisi. Kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk menyususn soal diagnosis kesukaran belajar peserta didik berbeda dengan kisi-kisi tes yang dimaksukan untuk tes soal penempatan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak ada satupun kisi-kisi yang dapat digunakan untuk semua tujuan tes.
Contoh format kisi-kisi penulisan soal :
FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL
Jenis Sekolah :... Alokasi Waktu :... Mata Pelajaran :... Jumlah Soal :... Kurikulum :...
No .
Kompetensi Dasar
Kelas / Sem
Materi Indikato r Soal
Bentuk Tes (Tertulis/prak)
No Soal
2.2 Fungsi Kisi-kisi
mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik maka penulis soal yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soalnya yang relatif sama, baik dari tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.
Berikut perbandingan fungsi tes: 1. Fungsi untuk Kelas
a. Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa. b. Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian. c. Menaikkan tingkat prestasi.
d. Mengelompokkan siswa di kelas pada waktu metode kelompok. e. Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara
perseorangan.
f. Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus. g. Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
2. Fungsi untuk Bimbingan
a. Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak. b. Membantu siswa dalam menentukan pilihan.
c. Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
d. Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru dan oarang tua dalam memahami kesulitan anak.
3. Fungsi untuk Administrasi
a. Membei petunjuk dalam mengelompokkan siswa. b. Penempatan siswa baru.
c. Membantu siswa memilih kelompok. d. Menilai kurikulum.
e. Memperluas hubungan masyrakat.
f. Menyediakan informasi untuk badan-badan lain diluar sekolah.
2.3 Syarat Kisi-kisi yang Baik
Dengan adanya berbagai variasi kisi-kisi yang disajikan dapat disimpulkan bahwa kisi-kisi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
1. Mewakili isu kurikulum yang akan diujikan.
3. Soal-soal harus dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
2.4 Komponen Kisi-kisi
Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi sangat ditentukan oleh tujuan tes yang hendak disusun. Komponen-komponen ini dapat dihimpun menjadi dua kelompok, yaitu kelompok identitas dan kelompok matriks dicantumkan dalam kolom-kolom yang sesuai dengan tujuan tes. Komponen-komponen yang biasa digunakan dalam penyusunan kisi-kisi tes prestasi belajar adalah sebagai berikut :
1. Jenis sekolah/jenjang sekolah 2. Mata pelajaran
3. Tahun ajaran 4. Kurikulum 5. Alokasi waktu 6. Jumlah soal 7. Bentuk soal
8. Standar kompetensi 9. Kompetensi dasar 10. Indikator 11. Bahan kelas 12. Jumlah soal 13. Nomor urut soal 14. Bentuk soal
Idealnya semua kompetensi dasar dan indikator yang ada dalam kurikulum, yang tentunya telah dilakukan proses pembelajaran, diujikan di kelas.Namun demikian, dari berbagai komponen tersebut diatas, khusus untuk tes ulangan umum, tes kenaikan kelas, ujian sekolah dasar ataupun ujian akhir nasional. Kompetensi dasar dan indikator merupakan salah satu komponen yang perlu dipilih secara mendalam. Pemilihan kompetensi dasar ini dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut,
2. Kontinuitas, yaitu kmpetensi dasar atau indikator lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih kompetensi dasar atau indikator yang sudah dipelajari sebelumnya, baik dalam jenjang yang sama maupun antar jenjang.
3. Relevansi, maksudnya kompetensi dasar atau indikator terpilih harus merupakan kompetensi dasar atau indikator yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami bidang studi lain.
4. Keterpakaian, kompetensi dasar dan indikator harus merupakan kompetensi dasar dan indikator yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
B. Instrumen
2.1 Pengertian Instrumen
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Instrumen dapat dibagi dua yaitu:
1. Tes, yang termasuk dalam kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemempuan akademik. Tes sebagai alat penilaian pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
a. Observasi, Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengamatan. Ada tiga jenis observasi, yakni:
Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan menggunakan alat seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati b. Wawancara, wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan Tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, walaupun dengan arah serta tujuan yang telah dilakukan. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawanncara bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah di siapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternative jawaban yang telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah di olah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerjakeras dalam menganalisisnya sebab jawabanya bias beraneka ragam.
c. Angket (Kuesioner), data yang dihimpun melalui angket biasanya data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran.
memuat informasi mengenai kapan siswa itu diterima di sekolah tersebut, darimana sekolah asalnya.
2.2 Pengembangan Instrumen Afektif
Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan isi program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langsung mengikuti definisi konseptual.
Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi, atau keduanya. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseeorang ditentukan watak dirinya dan kondisi lingkungan.
Instrumen afektif yang dibahas pada buku ini adalah sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ada beberapa langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrumen afektif, yaitu:
a. Menentukan spesifikasi instrumen. b. Menulis instrumen.
c. Menentukan skala instrumen d. Menentukan sistem penskoran e. Mentelaah instrumen
f. Merakit instrumen.
1. Spesifikasi Instrumen
dihimpun. Instrumen nontes mencakup afektif dan psikomotorik. Ditinjau dari tujuannya, instrumen ranah afektif dibedakan menjadi lima yaitu, instrumen sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan ketika menyusun spesifikasi instrumen, yaitu : tujuan pengukuran, kisi-kisi instrumen, bentuk dan format instrumen dan panjang instrumen.
Setelah tujuan pengukuran afektif ditetapkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi juga disebut blueprint. Kisi-kisi tabel matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis. Langkah pertama menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi konseptual yang berasal dari teori-teori yang diambil dari referensi. Selanjutnya mengembangkan definisi operasional berdasarkan definisi konseptual. Aspek atau dimensi ini kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator yang digunakan sebagai pedoman dalam menulis instrumen. Tiap indikator dapat terdiri atas du atau lebih butir instrumen. Salah satu contoh format kisi-kisi instrumen minat dapat dilihat pada tabel berikut.
KISI-KISI INSTRUMEN
MINAT MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN Aspek/Dimensi Indikator Nomor
3. Memilikki buku referensi 6,7,12 3
Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Instrumen dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Kaidah yang perluu diperhatikan ketika menulis butir instrumen adalah :
1. Hindari kalimat yang mengandung banyak interpretasi. 2. Rumusan pernyataan/pertanyaan singkat
3. Satu pernyataan/pertanyaan mengandung satu pikiran yang lengkap 4. Pernyataan dirumuskan dengan kalimat sederhana
5. Hindari penggunaan kata-kata selalu, semua, tidak pernah dan sejenisnya. 6. Hindari pernyataan tentang fakta atau dapat diinterpretasikan sebagai
fakta.
Hal yang perlu diingat ketika menyusun instrumen afektif adalah penentuan kalimat pernyataan. Ada dua macam pernyataan, favorable dan unfavorable.
Kedua pernyataan ini berhubungan dengan penetapan skala. Skala untuk pernyataan favorable dan unfavorable. Jika salah dalam menentukan skala, maka kesimpulan yang dihasilkan juga akan salah.
3. Menentukan Skala Instrumen
Ada skala yang biasa digunakan dalam mengukur ranah afektif, diantaranya adalah skala Likert, Thrustone dan Beda Semantik. Langkah-langkah pengembangan skala:
1. Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya. 2. Menyusun kisi-kisi instrumen (skala sikap).
3. Menulis butir pernyataan.
4. Melengkapi butir pernyataan dengan skala sikap.
Contoh skala Likert : Sikap terhadap Pelajaran IPA
1) Pelajaran IPA bermanfaat 2) Pelajaran IPA sulit
3) Tidak semua orang harus belajar IPA 4) Pelajaran IPA harus dibuat mudah 5) Pelajaran IPA menyenangkan
SS
S = Setuju, skor 3 N = Netral, skor 2 TS = Tidak Setuju, skor 1
Contoh skala Thurstone :
No .
Pernyataan Skor
7 6 5 4 3 2 1 1. Saya senang belajar IPA
2. Pelajaran IPA bermanfaat
3. Saya berusaha hadir pada pelajaran IPA 4. Saya berusaha memiliki buku-buku IPA 5. Pelajaran IPA membosankan
Contoh skala beda Semantik
Pelajaran IPA 7 6 5 4 3 2 1
Menyenangkan Membosankan
Sulit Mudah
Bermanfaat Sia-sia
Menantang Biasa-biasa saja
Banyak Sedikit
Rumit sederhana
4.Sistem Penskoran
Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran. Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir adalah 7 dan yang terkecil adalah 1. Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk skala Likert, skor tertinggi tiap butir adalah 5 dan yang terendah adalah 1.
Untuk mengatasi hal tersebut skala Likert hanya menggunakan 4 (empat ) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden, yaitu:
Sangat setuju – setuju - tidak setuju - sangat tidak setuju
4 3 2 1
Selanjutnya dilakukan analisis untuk tingkat peserta didik dan tingkat klas, yaitu dengan mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor. Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui minat masing-masing peserta didik dan minat klas terhadap suatu mata pelajaran.
5.Telaah Instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah meniliti tentang:
a. apakah butir pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan indikator,
b. bahasa yang digunakan apa sudah komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, dan
c. apakah butir peranyaaan atau pernyataan tidak bias, d. apakah format instrumen menarik untuk dibaca,
e. apakah pedoman menjawab atau mengisi instrumen jealas, dan
f. apakah jumlah butir sudah tepat sehinggga tidak menjemukan menjawabnya.
Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila ada pakar penilaian. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai dengan tingkat pendidikan responden. Hasil telaah ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki instrumen.
6.Merakit Instrumen
dipisahkan dengan cara memberi spasi yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang. Urutkan pertanyaan atau pernyataan instrumen sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawabnya atau mengisinya .
2.3 Pengembangan Instrumen Psikomotorik
Instrumen psenilain psikomotorik terdiri atas soal dan perintah dan pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja siswa dalam melakukan perintah/soal tersebut.
1.Penyusunan Soal
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotorik adalah mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pembelajaran. Soal ranah psikomotorik untuk ulangan tengah semester dan akhir semester yang biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor manipulasi yang mencakup beberapa indikator.
2.Pedoman Penskoran
Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau skala penilaian yang harus mengacu pada soal. Soal atau tugas selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan yang dimati. Cara menuliskan daftar periksa observasi atau skala penilaiannya sebagai berikut.
a. Mencermati soal
b. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci
c. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan dari setiap aspek keteraampilan kunci.
d. Menentukan jenis instrumen untuk mengamati kemampuan peserta didik, apakah daftar periksa observasi atau skala penilaian
f. Membaca kembali skala penilaian atau daftar periksa observasi untuk meyakinkan bahwa instrumen yang ditulisnya sudah tepat
DIMENSI INDIKATOR
1. Terdapat sebuah pegas, mula- mula pegas itu memiliki panjang 20cm . kemudian pada salah satu ujung pegas digantungkan beban 2 kg. dan ternyata panjang pegas menjadi 25 cm, jika grafitasi 10m/s2 . berapakah konstanta
yang dimiliki oleh pegas tersebut ?
a. 400 N/m
b. 300 N/m
c. 250 N/m
d. 150 N/m
e. 100 N/m
2. Tiga pegas masing masing dengan konstanta diusun secara seri . konstanta pegas
Dari tabel diatas perikasalah manakah yang memiliki nilai modulus young yang benar ?
a. 2 dan 4 adalah benda-benda yang menggunakan bahan yang elastic
dari benda benda yang sering kita jumpai di atas
A
C
C
C
DAFTAR PUSTAKA
Kunandar, 2013. Penilaian Authentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013)., RajaGrafindo Persada : Jakarta.
Yusuf Farida,Tayibnapis. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta,.