• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTA (1)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ENTERPRENEUR & LEADERSHIP

KEWIRAUSAHAAN DAN KEPEMIMPINAN DARI PERSPEKTIF

ISLAM

(AL-QUR’AN & HADITS)

Dosen : Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto & Tim

OLEH :

Disusun Oleh:

10114559 Mulki Mantasya

Kelas: Kewirausahaan-1

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

(2)

ABSTRAK

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

DAFTAR ISI...ii

1. PENDAHULUAN...1

1.1 MASALAH PENELITIAN...1

1.2 KONSEP KEWIRAUSAHAAN...2

1.3 KONSEP KEPEMIMPINAN...3

2. LANDASAN TEORI...4

2.1 KEPEMIMPINAN DARI PERSPEKTIF ISLAM...6

3. PROSES DAN HASIL...9

3.1 PROSES ANALISIS AYAT AL-QUR’AN...9

3.1.1 TAQWA (TAKUT KEPADA ALLAH) SEBAGAI PRINSIP DASAR...9

3.1.2 TAWAKAL (BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH)...10

3.1.3 HALAL (HAL YANG DITERIMA OLEH ISLAM)...10

3.1.4 MENGUTAMAKAN NILAI MORAL DENGAN KETULUSAN...11

3.1.5 LAYAK DIPERCAYA...11

3.1.6 MENGHARAPKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL...11

3.1.7 AL-ADL (KEADILAN)...13

3.1.8 BERPENGETAHUAN LUAS...13

3.1.9 PERTANGGUNGJAWABAN BAIK...14

3.1.10 PEDULI TERHADAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN...14

3.1.11 AL-SHURA (BERKONSULTASI SEBELUM MEMUTUSKAN)...15

3.1.12 PENANDAAN TENAGA KERJA...15

3.1.13 SEMANGAT TIM...15

3.2 PROSES SECARA PENGKOMBINASIAN QUR’AN DAN HADITS...16

4. KESIMPULAN...20

(4)

1. PENDAHULUAN

Kewirausahaan dan kepemimpinan Islam dapat dikaitkan dengan populasi Muslim yang besar. Sekarang ada sekitar 1,6 miliar Muslim, diperkirakan meningkat 35% dalam 20 tahun ke depan, meningkat menjadi 2,2 miliar pada 2030(Farouk, 2013). Berdasarkan laporan Forum Halal perdagangan makanan dan minuman secara global diperkirakan bernilai 1,4 triliun USD per tahun (Farouk, 2013) setara dengan 16% dari keseluruhan industri makanan secara umum. Hal ini terhitung 20% dari perdagangan produk pangan yang ada di dunia di Eropa, Afrika, dan Asia, masing-masing mencakup 10%, 24% dan 63(Farouk, 2013). Karena umat Islam menjadi lebih sadar akan jenis produk yang dapat mereka konsumsi sesuai dengan ajaran yang diajarkan Islam. Maka para pengusaha berusaha untuk memenuhi permintaan berdasarkan data tersebut.

Sejak perbedaan antara pengusaha dan pemimpin menjadi kurang jelas, prinsip pengusaha sukses yang dipakai adalah pemimpin yang visinya mengarah pada intervensi ekonomi (Lazear, 2005). Menurut Eyal dan Kark (2004), teori kepemimpinan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepemimpinan dan kewirausahaan. Conger dan Kanungo (1998) berpendapat bahwa pemimpin & pengusaha dengan ciri kepemimpinan karismatik (transformasional) "secara alami adalah wirausaha". Memang benar, kepemimpinan transformasional berkaitkan dengan promosi inovasi dalam organisasi (Bass, 1985; Howell dan Avolio, 1993; Howell dan Higgins, 1990). Istilah "kepemimpinan transformasional" itu sendiri telah didefinisikan sebagai hasil transformasi pengikut individu atau organisasi (Yukl, 1998). Oleh karena itu, kepemimpinan karismatik telah dikaitkan dengan inovasi (Bass, 1985; Conger dan Kanungo, 1987, 1988; House, 1977). Selanjutnya, bukti empiris menunjukkan bahwa perilaku proaktif, seperti inisiatif, demonstrasi, pengambilan tindakan dan bertahan pada prinsip sampai tercapai tujuan, dikaitkan dengan kepemimpinan transformasional dan karismatik (Bateman dan Crant, 1993; Crant, 2000; Deluga, 1998). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan sangat berkaitan sekali dengan kewirausahaan sebagaimana telah dijelaskan dalam penelitian kewirausahaan yang dikemukan para analis di atas. Dengan adanya tren ini, sebuah refleksi tentang bagaimana cara implementasi proses usaha dalam Islam menjadi sangat penting.

Oleh karena itu, karya ilmiah ini mencoba untuk menekankan praktik kewirausahaan dan kepemimpinan sesuai dengan dasar penjelasan Al-Qur'an dan Sunnah. Pada bab pendahuluan ini dibagi menjadi beberapa bagian: kesenjangan penelitian, konsep kewirausahaan dan kepemimpinan, asal mula terminologi yang digunakan untuk kewirausahaan dan kepemimpinan yang dipraktekkan dalam penjelasan Al-Qur'an dan Sunnah, tinjauan pustaka, matriks indikatif untuk mempraktikkan kewirausahaan, dan kepemimpinan yang ditinjau dari pandangan Islam. Selain itu, beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis tambahan yang relevan beserta interpretasinya.

1.1 MASALAH PENELITIAN

(5)

keuangan, ekonomi, dan bisnis / kewirausahaan (Gümüsay, 2014). Dengan cara itu, Islam memberi perspektif pada aliran ini. Kerangka kewirausahaan berdasarkan pemahaman Al-Quran yang mendalam masih harus diteliti. Ini akan membantu pesan Al-Quran menjadi bagian dari praktik di bidang kewirausahaan dan kepemimpinan. Pengkombinasian teologi atau studi agama dengan manajemen akan memperkaya pendekatan interdisipliner (Gümüsay, 2014).

Demikian pula, banyak penelitian telah dilakukan mengenai kepemimpinan dan efektivitasnya (Bass, 1999; Fiedler, 1967; Stogdill, 1974; Yukl, 2002); Namun, penelitian ini hanya fokus pada lingkungan bisnis di Barat. Yukl (2002) mencatat bahwa penelitian tentang kepemimpinan sebagian besar telah dilakukan di Eropa Barat selama setengah abad terakhir. Hanya sedikit penelitian yang telah dilakukan pada budaya non-Barat. Selain itu, literatur penelitian kepemimpinannya tidak ada dari perspektif Islam. Berdasarkan kekurangan tersebut, Ali (2005) mengemukakan bahwa sebagian besar penelitian mengenai kepemimpinan dari perspektif Islam saat ini kurang mendalam dan tidak berwujud. Kazmi (2004) mengemukakan pandangan yang sama dengan mengakui kurangnya penelitian tentang perspektif Islam dalam pembelajaran manajemen dan meminta pendekatan Islam untuk menyelidiki masalah manajemen yang dapat bisa ditawarkan menjadi perspektif baru.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membahas beberapa dimensi masalah penelitian, mengeksplorasi dan mengungkapkan konsep kepemimpinan dan kewirausahaan sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber dan dasar utama bagi umat Islam.

1.2 KONSEP KEWIRAUSAHAAN

Kata ‘entrepreneur’ berasal dari kata Prancis “Entreprendre” yang berarti ‘melakukan’ atau ‘enterpriser’. Menurut kamus Webster, seorang pengusaha adalah ‘penyelenggara usaha ekonomi; Terutama yang mengatur, memiliki, mengelola, dan mengasumsikan risiko bisnis’. Ekonom R. Cantillon merupakan pelopor dalam bidang ini, yang mengusulkan “teori pengambil risiko pengusaha”. Hal utama kewirausahaan telah teridentifikasi sebagai acuan pengambilan risiko dan orientasi tindakan yang sejalan dengan gagasan pengusaha “sebagai pemeran karakter yang paling sulit

dipahami.”(Baumol, 1993).

(6)

Kewirausahaan berasal dari berbagai teori ekonomi. Hébert and Link (1989) mengklasifikasikan teori ekonomi kewirausahaan ke dalam tiga tradisi yaitu sekolah Austria, Chicago dan Jerman. Kirzner (1973, 1979) dari sekolah Austria menganjurkan bahwa pengusaha adalah mereka yang memanfaatkan peluang. Knight (1921) dari sekolah Chicago menekankan pentingnya pengambilan risiko dan adanya ketidakpastian. Schumpeter (1934) yang berasal dari sekolah Jerman, berkonsentrasi pada peran kombinasi baru dan penghancuran ide kreatif. Oleh karena itu, dari beberapa pengemuka di atas dapat dedefinisikan seorang pengusaha yaitu seseorang yang memanfaatkan peluang dengan menggabungkan kembali sumber daya yang ada, sambil menanggung ketidakpastian dalam usahanya. (Gambar 1).

1.3 KONSEP KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah salah satu pilar dalam kegiatan sosial kita (Patwary, 2003). Kepemimpinan adalah kemampuan memberikan gambaran cita-cita yang diharapkan oleh orang-orang dalam organisasi (Eddy Soeryanto Soegoto, 2015:356). Hal ini mengacu pada proses mendukung dan mempengaruhi orang lain untuk antusias bekerja mencapai tujuan (Heinz dan Koontz, 2005)). Hal ini, menjadi faktor keberhasilan

(7)

Sumber: Zaccaro, Kemp dan Bader (2004); Parolini, Patterson dan Winston (2009).

Beberapa teori yang menonjol yang diterangkan pada gambar di atas adalah :

(a) Teori kepemimpinan kepribadian: Teori kepemimpinan kepribadian didefinisikan sebagai pola karakteristik pribadi yang terintegrasi yang mencerminkan rentang perbedaan individu dan mendorong efektivitas pemimpin yang konsisten di berbagai situasi kelompok dan organisasi. (Zaccaro, Kemp, dan Bader, 2004).

(b) Kepemimpinan transaksional: Merupakan gaya kepemimpinan yang mengusulkan pertukaran penghargaan dengan bawahan untuk layanan yang diberikan oleh mereka (Parolini, Patterson dan Winston, 2009).

(c) Kepemimpinan transformasional: Pendekatan kepemimpinan transformasional mengarah pada perubahan dalam visi, strategi, dan budaya organisasi. Gaya kepemimpinan ini mengusulkan pemberdayaan orang dalam organisasi dan meningkatkan basis kekuatan dan efektivitas. (Yakobus dan Yusuf, 2001).

(d) Kepemimpinan pelayan: Literatur menunjukkan bahwa kepemimpinan Islam paling dekat dengan gaya kepemimpinan ini (Ahmad dan Fontaine, 2011). Kepemimpinan ini mengharuskan pemimpin untuk melayani mereka yang bekerja, melindungi mereka dan membantu mereka mencapai keefektifan maksimal mereka (Beekun, 2006; Khaliq, 2009). Model kepemimpinan ini telah muncul dari konsep akar kepemimpinan otentik.

(e) Kepemimpinan yang Otentik: Teori yang baru-baru ini berkembang yang menyatakan bahwa seorang pemimpin sejati mengetahui dan bertindak berdasarkan apa yang asli dan nyata di dalam diri, tim dan organisasi pemimpin tersebut dan juga memiliki pengetahuan tentang apa yang benar dan nyata di dunia (Terry, 1993 ).

Teori konsisten di berbagai kelompok dan situasi

organisasi

Mengetahui dan bertindak benar di dalam memimpin, berorganisasi dan bersama tim dengan mengetahui dan bertindak menurut

kebenaran di dunia ini.

Pandangan gabungan: Seorang pemimpin adalah seseorang yang mengetahui dan bertindak atas apa yang benar di dunia ini, dengan mengintegrasikan pola karakteristik pribadinya, dengan memberdayakan orang-orang dalam organisasi, memberi penghargaan kepada mereka atas

(8)

2. LANDASAN TEORI

Pengembangan yang utama dari karya ilmiah ini yaitu kewirausahaan, kepemimpinan, dan perspektif kewirausahaan dan kepemimpinan Islam. Gagasan kewirausahaan konvensional menekankan pada upaya, manfaat dan kontribusi. Namun, kewirausahaan dari perspektif Islam memiliki dua konsep yang digabungkan secara mulus, “Islam” dan “kewirausahaan” (Gümüsay, 2014). Gagasan tentang Islam adalah pernyataan kepercayaan kepada Allah dan mengakui bahwa Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Kewirausahaan dari Perspektif Islam bukan sekadar penggabungan sederhana antara Islam dengan kewirausahaan. Sebenarnya, ini merupakan pembahasan yang didasari oleh tiga pilar yang saling terkait, dan saling membentuk satu sama lain.

i. Pilar pertama, berdasarkan definisi kewirausahaan adalah mengejar peluang. ii. Pilar kedua adalah sosiologi-ekonomi atau etika.

iii. Pilar ketiga adalah religi-spiritual yang menghubungkan manusia dengan Allah yang bertujuan akhir untuk keselamatan manusia itu sendiri.

Sebagaimana terdapat dalam berbagai hadist bahwa Islam memiliki sikap positif terhadap kewirausahaan dan hak kepemilikan. Nabi Muhammad SAW ditanya jenis penghasilan apa yang terbaik, dan dia menjawab: “Pekerjaan seorang pria dengan tangannya sendiri dan setiap transaksi bisnis yang sah.”(Al-Tirmidzi, 1983). Wilson (2006) mengakui keunikan kode etik bisnis Islam dan menilai positif bahwa “kepercayaan” dapat memberikan aktivitas ekonomi dengan biaya yang efektif dan organisasi yang kompeten. Penting untuk dicatat bahwa dalam Islam, etika inilah yang mendominasi ekonomi, bukan sebaliknya.(Naqvi, 1981).

Kewirausahaan menurut Perspektif Islam memasukkan nilai moral dan etika Islam pada ekonomi (Ramadan, 2009). Islam mengajukan kemitraan finansial tertentu (entrepreneurial) seperti mu ārabah dan mushārakah.ḍ

i. Dalam sebuah kemitraan mu ārabah, satu partai, rabb al-māl, menyediakan modal danḍ lain-lainnya. Sedangkan mu ārib menyediakan tenaga kerja kewirausahaan.ḍ

ii. Dalam kemitraan mushārakah, berbagai pihak memberikan modal dan beberapa pihak terlibat dalam sisi manajerialnya. Modal ini bisa dibaur dengan sumber dana lain pada perusahaan. Keuntungan dibagi kepada mitra dengan jumlah dan proporsi yang telah disepakati dan ditentukan sebelumnya, serta kerugian yang ditanggung oleh penyedia modal berbanding dengan kontribusi tenaga kerja mereka; Jika pengusaha tidak memberikan kontribusi terhadap modal, maka dia kehilangan keuntungan, dan hanya waktu dan usaha yang diinvestasikan pada proyeknya.

(9)

sebagainya) dapat diperiksa berdasarkan fungsi kegiatan bisnis pada umumnya (seperti produksi, pemasaran, keuangan dan sumber daya manusia).

Fungsi Bisnis Karakteristik Pengusaha Muslim

Produksi 1. Pengusaha harus memakai jenis produk yang sesuai dengan konsep alalan taīyiba, berdasarkan maslahah;ḥ Mematuhi Maqasid Sharī'ah; Berdasarkan gagasan tentang kebutuhan dan prioritas (al-Aulawīyāt); tidak berbahaya bagi konsumen / lingkungan.

2. Mereka harus menghasilkan produk yang etis, sumber daya menggunakan sumber yang halal (sah), hanya menerapkan gaya kerja yang sah, menghindari melakukan penyuapan, kecurangan dan riba, menjaga kebersihan, terlebih dahulu mendapatkan Sertifikat Halal, dan mematuhi prosedur dan standarisasi yang disyaratkan / direkomendasikan pada Sertifikasi Halal

Pemasaran 1. Pengusaha seharusnya tidak terlibat dalam transaksi apapun yang dilarang oleh Islam; Seperti Bai 'al-Najāsh, riba, monopoli pasar, dan tidak boleh menggunakan manipulasi untuk keuntungan.

2. Iklan promosi bisnis harus benar, jelas dan transparan, tanpa mengorbankan pegawainya, menerapkan sistem penetapan harga yang adil, tidak menggunakan pembekuan pelanggan, menghilangkan semua unsur ketidakpastian atau kecurangan, promosi hanya melalui duta merek yang diizinkan oleh Sharī'ah.

3. Harus ada kebijakan pengembalian produk di tempat. (Sesuai konsep Islam tentang khiyar).

4. Strategi bersaing harus dengan cara meningkatkan kualitas produk, mengekspos kebaikan produk, dan tidak menjelekkan kompetitor. Menjaga etika dan moral dalam skenario persaingan.

5. Pengusaha harus mempraktikkan konsep marketing mix 4Ps atau 5Ps dalam menjalankan bisnis mereka dan harus berusaha memenuhi syarat untuk Sertifikasi Halal.

Keuangan 1. Mereka harus mematuhi prinsip-prinsip dasar keuangan Islam - sah (halal), berniat benar dalam transaksi keuangan, menghindari gharar (ketidakpastian), tidak melibatkan unsur riba, atau maisir (perjudian).

2. Modal tersebut harus berasal dari modal sendiri atau pinjaman dan ekuitas (menerapkan prinsip qar al-hasanḍ (yaitu pinjaman yang berdasarkan ke-ikhlasan).

3. Biaya harus ditanggung sesuai dengan prinsip arurīyat,Ḍ Hajīyat, dan Tahsīnīyat, memprioritaskan biaya yang diperlukan seperti biaya tenaga kerja, biaya pengelolaan, zakat, hutang, dan kemudian pengeluaran lainnya yang telah dinyatakan benar seperti penghargaan dan bonus kepada para karyawan; Harus menghindari pemborosan biaya.

(10)

manusia dengan kualifikasi pasar dan keterampilan mereka.

2. Kembangkan hubungan dengan para pekerja berdasarkan Islam dengan menganggap karyawan sebagai aset bukan sekedar kerja keras. Memiliki keyakinan yang kuat bahwa rezeki dan kesenangan adalah amanat Allah.

Tabel 1 Karakteristik Pengusaha Muslim pada Empat Fungsi Bisnis.

2.1 KEPEMIMPINAN DARI PERSPEKTIF ISLAM

Dalam pandangan islam, seorang pemimpin memimpin sebuah kelompok yang diharapkan dapat mempengaruhi bentuk dalam mencapai tujuan dan sasaran etis. Keberhasilan seorang pemimpin bergantung pada pembangunan tim yang mengarah pada semangatnya tim itu sendiri. Sejalan dengan praktik secara konvensional, kepemimpinan dalam Islam berfungsi sebagai jembatan bagi para pemimpin untuk mempengaruhi sikap dan perilaku pengikut mereka untuk mencapai tujuan organisasi (Ali, 2007). Pemimpin perlu bersikap visioner untuk memimpin sebuah organisasi menuju kesuksesan (Khaliq, 2009). Kepemimpinan adalah kemampuan untuk melihat batasan yang diasumsikan untuk menghasilkan sedikit solusi yang dapat divisualisasikan (Beekun dan Badawi, 1999). Dalam Islam, setiap orang memiliki beberapa tanggung jawab kepemimpinan, berdasarkan pernyataan Nabi (saw), “Setiap orang dari kalian adalah gembala dan setiap penggembala bertanggung jawab atas gembalaannya.” (Muslim, 1993). Artinya, seorang pria adalah wali keluarganya dan bertanggung jawab penuh untuk itu. Seorang wanita adalah penjaga rumah suami dan anak-anaknya, dia bertanggung jawab atas mereka, dan pelayan itu adalah penjaga harta milik pemiliknya dan dia bertanggung jawab untuk itu.

Pemimpin konvensional seharusnya bisa menyoroti pentingnya hubungan manusia, nilai-nilai agama, dan spiritualitas. Pada kenyataannya, kepemimpinan adalah tentang menawarkan diri dan semangat seseorang (Beekun dan Badawi, 1999). Hal ini dimengerti bahwa kepemimpinan tidak dikatakan berhasil jika orang-orang terlalu menekankan otoritas psikologis, birokratis, dan teknis-rasional dan telah mengabaikan otoritas moral, profesional maupun spiritual. Islam menuntut agar para pemimpin memperhatikan kebutuhan bawahannya. Ini adalah perwalian Allah, tanggung jawab yang diberikan dari Dia sebagai bentuk pelayanan kepada umat manusia (Toor, 2007). Rost (seperti yang dinyatakan dalam Beekun, 2006) memandang kepemimpinan sebagai hubungan dinamis berdasarkan pengaruh timbal balik dan tujuan bersama antara pemimpin dengan bawahannya dimana keduanya dipindahkan ke tingkat perkembangan moral dan motivasi yang lebih tinggi.

(11)

“Semoga Allah mengasihani siapapun yang menunjukkan kesalahanku kepadaku.” (Al-Ghazālī , 1993). Dalam Islam, seorang pemimpin tidak bebas bertindak sesuai dengan keinginannya, juga tidak harus tunduk pada keinginan kelompok manapun. Sebaliknya dia harus bertindak hanya untuk melaksanakan perintah Allah di bumi. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

“Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah.” (Al-Qur’an, 21:73).

Muslim percaya bahwa nilai-nilai Islam itu universal (menyeluruh). Dengan demikian, kepemimpinan di Islam berpusat pada kepercayaan. Ini merupakan kontrak religius dan psikologis antara pemimpin dan pengikut mereka sehingga mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk melindungi, membimbing dan memperlakukan pengikut mereka dengan adil (Khaliq, 2007). Ini berkisah tentang melakukan perbuatan baik untuk kepentingan Allah, komunitas Muslim, dan kemanusiaan. Al-Buraey (seperti dikutip Ali, 2007) menyatakan bahwa kepemimpinan Islam membantu individu dalam mencapai kebahagiaan di dunia kedua (akhirat).

Eddy Soeryanto Soegoto, (2015:349) menyatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin yakni kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri didalamnya. Pada prinsip kepemimpinan Islam yang disusun oleh para ilmuwan sangat banyak. Misalnya, Kassem dan Al-Buraey (seperti dikutip Ismail, 2007) memberi contoh prinsip kepemimpinan Islam; Mereka menunjukkan bahwa teknik pembentukan tim bisa dilihat dalam do’a kongregasi, khotbah Jum'at, dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya.

Beberapa karakteristik pemimpin Islam diberikan di sini. Nabi Muhammad SAW mengatakan tentang pemimpin jamā'ah (organisasi / komunitas / negara) “Barangsiapa yang mematuhinya maka dia pun mematuhiku, dan barangsiapa yang tidak menaati pimpinannya maka ia tidak menaati saya.” (Al-Bukhārī, 1980; Muslim, 1993). Al-Thalib (1991) mengidentifikasi beberapa karakteristik penting kepemimpinan Islam, yang juga berlaku bagi para pemimpin manajerial dalam sebuah organisasi.

(a) Kesetiaan: manajer / pemimpin Islam terikat dalam kesetiaan kepada Allah.

(b) Tujuan Global Islam: Pemimpin memahami tujuan sebuah organisasi tidak hanya dalam hal kepentingan organisasi, tetapi juga dalam hal tujuan Islam yang lebih luas. (c) Kepatuhan terhadap Shari’ah dan Tata Cara Islam: Pemimpin harus mengikuti

perintah Islam. Dia hanya bisa melanjutkan perusahaannya selama dia mengamati prinsip-prinsip Shari’ah. Perilakunya harus sesuai dengan tata krama Islam.

Terdapat lima dasar kekuatan yang biasanya dijelaskan dalam literatur kepemimpinan, begitu pula Perspektif Kepemimpinan Islam mencakup kelima hal tersebut namun dipandang secara berbeda (Beekun dan Badawi, 1999).

(12)

terpikat dengan posisi untuk kemajuan seseorang atau alasan lain untuk melayani sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jangan meminta posisi yang berwenang, karena jika Anda diberi posisi ini sebagai hasil permintaan Anda, Anda akan ditinggalkan sendiri (tanpa pertolongan Allah untuk membebaskan tanggung jawab yang ada Di dalamnya), dan jika Anda diberi itu tanpa permintaan apapun, Anda akan terbantu (oleh Allah dalam melaksanakan tugas Anda).”(Muslim, 1993). Pengecualian dapat dilakukan terhadap perintah ini, bila seseorang mengidentifikasi suatu situasi sebagai potensi krisis atau bencana. Dia harus memiliki keahlian yang diperlukan untuk membantu orang lain dalam situasi ini; Dia mungkin mencari posisi tertentu untuk memberikan bantuan. Misalnya, Nabi Yusuf (saw) meminta Raja Mesir untuk memberinya posisi. Perihal seperti itu (yaitu, untuk ditempatkan dan bertanggung jawab atas lumbung) merupakan sebuah perbuatan yang dilakukan dengan niat benar dan murni berada dalam parameter Islam.

ii. Kekuatan penghargaan: Seorang pemimpin yang memiliki kekuatan dalam posisi juga dapat mengendalikan penghargaan organisasi, termasuk kenaikan gaji, tugas kerja yang diinginkan, atau promosi. Perlu dicatat bahwa Umar ibn al-Khattab (semoga Allah berkenan dengan dia) biasa membayar gaji pejabat negara bagian dengan tinggi. Dia bermaksud memastikan bahwa mereka tidak akan tergoda oleh sogokan. Dengan memperlakukan orang yang ditunjuknya secara adil, Umar (semoga Allah berkenan dengan dia) menjadi salah satu pemimpin Islam yang paling terkemuka.

iii. Kekuatan koersif: Selain mengendalikan penghargaan organisasi, pemimpin yang mendominasi posisi juga mengendalikan sanksi kelompok. Islam mengidentifikasi legitimasi kekuatan pemaksaan namun menyarankan agar tidak digunakan untuk memaksa pengikut menuju kejahatan. Sebenarnya, Nabi (saw) pernah berkata, “ketaatan (kepada pemimpin) hanya diperlukan untuk hal yang baik,” menekankan peran pemimpin sebagai pelayan. Umar ra mengatakan kepadanya: “Saya menunjuk Anda gubernur dan agen untuk tidak memukul tubuh Anda atau mengambil uang Anda, melainkan untuk melatih Anda dan melayani Anda.” (Abdul-Hadi, 1970) iv. Rujukan atau kekuatan karismatik: Orang memiliki karisma saat orang lain ingin

mengikutinya karena mereka terpukau oleh kepribadian mereka. Pemimpin yang sudah lahir biasanya karismatik. Pemimpin kharismatik, seperti Nabi Muhammad SAW dan semua Nabi lainnya, menggunakan kekuatan untuk kepentingan umat manusia, belajar dari kritik, bekerja untuk mengembangkan pengikut mereka menjadi pemimpin, dan bergantung pada standar moral.

v. Kekuatan ahli: Pemimpin yang memiliki informasi dan keahlian berharga dianggap memiliki kekuatan ahli yang bermanfaat bagi pengikut mereka yang membutuhkan informasi untuk melakukan tugas mereka. Misalnya, dalam melakukan ibadah sholat, seseorang dapat dipilih untuk memimpin sholat karena pengetahuannya yang berlebih tentang mengimami sholat dalam Islam. Tidak ada pendeta dalam Islam.

3. PROSES DAN HASIL

(13)

diambil dari koleksi Hadits shahih (terpercaya). Analisis isi didasarkan pada komentar yang dibuat oleh para ilmuwan.

Bagian berikut memberikan prinsip untuk mempraktikkan kewirausahaan dan kepemimpinan dari sudut pandang Islam. Hal ini diikuti dengan merincikan tentang ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang relevan.

3.1 PROSES ANALISIS AYAT AL-QUR’AN

3.1.1 TAQWA (TAKUT KEPADA ALLAH) SEBAGAI PRINSIP DASAR

Pengusaha dan pemimpin yang sukses pasti takut kepada Allah (taqwā) di dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu aku menampilkan sebuah perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik untuk kamu jika kamu tahu,” (Al-Qur’an. 61:10-11)

Melalui keputusan ini, pengusaha dan pemimpin harus percaya kepada Allah dan berusaha mencari kekayaan untuk memperbaiki diri dan melakukan segalanya sesuai dengan ajaran Allah dan Nabi. Pengusaha dianggap berhasil ketika mereka memiliki “taqwā” di dalam dirinya saat mengejar keuntungan dari aktivitas kewirausahaannya.

Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat taqwā pemimpin akan mempengaruhi keefektifannya, di mana satu dimensi spiritualitas, yaitu kepercayaan, dan tiga dimensi tanggung jawab, yaitu sadaqah, integritas dan kontrol emosional sebagai penentu Efektifitas Kepemimpinan Bisnis. Sebagaiamana Allah menjelaskan dalam firman-Nya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya...” (Al-Qur’an. 2:282)

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang pezinah tidak akan berzinah saat dia takut kepada Allah (taqwā), dan pencuri tidak akan mencuri saat dia takut kepada Allah (taqwā).”

3.1.2 TAWAKAL (BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH)

(14)

Di negara-negara Muslim (yang disebut sebagai budaya dengan konteks tinggi), orang cenderung fatalis. Fatalisme ditandai dengan ungkapan “Inshā Allah”, yang berarti “Jika Allah menghendakinya” (Rice, 1999). Ini berarti bahwa umat Islam akan melakukan yang terbaik, namun hasil eksternal mungkin tidak berada di bawah kendali mereka. Namun, usaha apapun tanpa ketergantungan kepada Allah tidak akan didukung oleh Islam. Kepemimpinan Islam adalah posisi kepercayaan ilahi. Seorang pemimpin harus menikmati kepercayaan ini dengan tingkat tanggung jawab tertinggi. Allah berfirman:

“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(Al Qur'an, 22:41).

3.1.3 HALAL (HAL YANG DITERIMA OLEH ISLAM)

Konsep “ alal” (diperbolehkan dalam Islam), membuat para pengusahaḤ Muslim tidak berjualan alkohol dan babi yang dianggap “ aram” (tidakḤ diterima dalam Islam) dan menghambat para pemimpin untuk memimpin usaha yang dilarang. Pengusaha Muslim harus menggunakan sarana alal untukḥ menghasilkan produk alal. Seperti yang diperintahkan oleh Allah: ḥ

Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”(Al Qur'an, 5:88).

Menghasilkan penghasilan yang sah ( alal) dapat dibenarkan denganḥ melakukan kegiatan yang bersifat produktif, seperti bekerja sendiri dan mempekerjakan orang lain (melakukan aktivitas kewirausahaan). Para pemimpin harus menyiapkan rencana dan kebijakan manajerial untuk mencapai tujuan rasional ( alal). Tapi seorang pengusaha atau pemimpin harusḥ bergantung kepada Allah untuk kesuksesan dalam hal apapun. Perintah Allah:

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang ada di bumi, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al Qur'an, 2: 168).

(15)

3.1.4 MENGUTAMAKAN NILAI MORAL DENGAN KETULUSAN

Al-Qur'an dan Sunnah dari Nabi Muhammad SAW secara eksplisit merekomendasikan kegiatan wirausaha secara moral, misalnya penghapusan ribā: “..padahal Alloh telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Al-Qur’an 2:275).

Dikisahkan oleh Hudhaifah bahwa Nabi saw. Bersabda: “Pernah seorang pria meninggal dunia dan ditanya: “Apa yang Anda lakukan selama hidup di Dunia?” Dia menjawab, “Saya seorang pengusaha dan biasa memberi waktu kepada orang kaya untuk melunasi hutangnya dan mengurangi sebagian dari hutang orang miskin.” Maka dia diampuni (dosa-dosanya).”(Al-Bukhārī, 1980).

Pemimpin manajerial Islam harus tulus dan cukup adil untuk mencapai sebuah tujuan organisasi. Istilah dalam Al-Qur’an tentang ketulusan adalah khulusīyat. Al-Qur'an mendesak umat Islam untuk tulus dalam berdo’a, merenung dan berbuat baik.

3.1.5 LAYAK DIPERCAYA

Setiap orang yang memimpin harus mempunyai kepercayaan diri dari publik. Ayat Al-Qur’an berikut menjelaskan bahwa sistem Islam mendesak dan memotivasi setiap anggota organisasi secara umum untuk mempercayai pimpinannya. (Alhabshi dan Ghazali, 1994). Allah berfirman:

Sungguh, Alloh menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkan dengan adil. Sungguh, Alloh sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Alloh Maha Mendengar, Maha Melihat.”(Al-Qur’an 4:58)

3.1.6 MENGHARAPKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Sistem kesejahteraan sosial dalam Islam atau zakat, di mana setiap orang wajib memberikan persentase kelebihan barang mereka kepada masyarakat sebagai salah satu contoh belas kasihan di antara anggota masyarakat. Banyak teks dalam Al-Qur'an dan hadis mendorong umat Islam untuk memberikan sedekah dalam bentuk yang berbeda. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung.” (Al-Qur’an 22:77).

Untuk mendorong orang beriman yang hanya mencintai dan menghabiskan uang, tanah, dan harta benda lainnya yang mereka hargai, Allah berfirman:

Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakan sebagian harta kamu cinta. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu, sungguh Allah Maha mengetahui.”(Al-Qur’an 3:92)

(16)

Nabi Muhammad saw. patut dicontoh sebagai pemimpin dan pengusaha. Wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah tentang pembentukan keadilan sosial yang radikal, di mana toleransi, kesetaraan, dan amalan berada di jantung Islam. Nabi Muhammad SAW menerjemahkan sifat-sifat ini ke dalam tindakan, dan pengaruhnya akan berlanjut ke jenjang yang panjang. Nabi Muhammad saw. menunjukkan toleransi etnik dan agama dan kesejahteraan sosial yang mapan berdasarkan sistem wirausaha sosial Islam. Nabi Muhammad SAW mendorong orang untuk memberi sumbangan pada acara-acara tertentu. Misalnya, dia menganjurkan pergi beramal dengan nasehat berikut:

Ketika putra Adam meninggal, tindakannya atas dirinya terputus kecuali tiga: amal yang terus berlanjut ( adaqah jāriah) dan pengetahuan yang

membawa manfaat dan anak laki-laki yang saleh yang membuat permohonan Untuknya.” (Al-Nawawī, 2013).

Di era Khalifah ‘Umar ibn’ Abdul Aziz ra. kemiskinan dieliminasi dari masyarakat Islam dan kemakmuran telah menjangkau semua individu, Muslim atau non-Muslim. Hal ini dicapai melalui “al-waqf” (suspensi), yang merupakan jenis amal yang melibatkan properti. Ini merupakan landasan sistem kesejahteraan ekonomi Islam dan merupakan elemen penting dalam membangun peradaban Islam. Dengan mengambil bagian dalam al-waqf(suspensi), umat Muslim yang setia menyumbangkan harta benda, termasuk uang, bangunan, tanah, sumur, pohon, dan barang-barang lainnya, mutlak demi Allah, sebagai bentuk pemujaan, berterima kasih kepada Allah atas karunia-Nya dan untuk mengharapakan hasil di akhirat nanti. Sumbangan Al-Waqf memberi keuntungan jangka panjang bagi banyak orang. Anak yatim, orang miskin, sakit, dan siswa diperbolehkan untuk menggunakan amal ini. Sambil memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat, al-waqf menghilangkan keegoisan dan mendorong rasa tanggung jawab terhadap generasi sekarang dan masa depan (Salarzehi, Armesh, dan Davoud, 2010).

3.1.7 AL-ADL (KEADILAN)

Istilah keadilan dalam perspektif organisasi menggambarkan peran keadilan karena justru terkait dengan tempat kerja. Pemimpin dalam keadilan berorganisasi sangat prihatin dengan proses di mana karyawan menentukan apakah mereka diperlakukan secara adil dalam pekerjaan mereka dan proses di mana keputusan tersebut dipaksakan pada kegiatan terkait pekerjaan lainnya (Moorman, 1991). Para pemimpin harus memperlakukan anggota tim dengan adil dan adil tanpa diskriminasi terlepas dari kasta, kepercayaan, dan warna mereka. Islam selalu mendesak untuk melakukan keadilan bagi semua orang. Al-Qur'an memerintahkan umat Islam bersikap adil dalam situasi apapun bahkan jika putusan tersebut bertentangan dengan orang tua mereka atau diri mereka sendiri. Allah berfirman:

(17)

ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha Mengetahui terhadap segala apa yang kamu kerjakan.”(Al-Qur’an 4:135).

Keadilan adalah kunci utama dalam mengelola orang, sebab tugas seorang pemimpin atau pengusaha harus menjamin keadilan seluruh orang dalam organisasi. Rawls (1971) menegaskan bahwa keadilan adalah kebajikan utama untuk mengendalikan keseluruhan organisasi. Begitu keadilan dipastikan, semua anggota organisasi akan merasa nyaman dan percaya diri karena mereka percaya bahwa pemimpin menjaga kepentingan mereka tanpa pamrih. Ini merupakan cara memotivasi organisasi, karena setiap anggota akan bekerja dengan penuh komitmen terhadap tujuan yang disepakati bersama.

3.1.8 BERPENGETAHUAN LUAS

Ayat Al-Qur’an yang pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW memanifestasikan pentingnya pengetahuan dalam Islam. Allah berfirman:

Bacalah! Dengan (menyebut) nama Tuhannmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Qur’an 96:1-5).

Islam adalah agama pengetahuan (Sullivan, 2004). Nabi Muhammad SAW juga berkomitmen pada pendidikan untuk memastikan pentingnya pengetahuan dan menekankan risiko mengabaikannya. Nabi Muhammad SAW sangat mendorong pengikutnya untuk memperoleh pengetahuan tentang agama dan hukum. Islam juga mendorong kebebasan berpikir. Manajer atau eksekutif harus menciptakan lingkungan di dalam organisasi sehingga anggota staf dapat dengan mudah memilih isu apa pun. Empat Khulafa '(Khalifah) Islam menganggap ini sebagai elemen kepemimpinan mereka yang tak terpisahkan (Patwary, 2003).

3.1.9 PERTANGGUNGJAWABAN BAIK

(18)

3.1.10 PEDULI TERHADAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Sesuai ajaran Islam, kita harus peduli terhadap lingkungan dan hewan. Allah berfirman: “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qur’an, 28:77).

Selain itu, Nabi Muhammad SAW peduli terhadap kesehatan masyarakat dan mendorong perempuan untuk merawat yang terluka, sehingga meningkatkan peran perempuan di masyarakat. Dia juga mendesak pengikutnya untuk merawat orang tua mereka yang sudah tua dan orang lanjut usia lainnya di masyarakat. Dia bermain dengan anak-anak dan berinteraksi dengan mereka, yang memberi mereka kepercayaan diri dan mempengaruhi masa depan mereka dengan cara yang positif.

Nabi Muhammad SAW mendidik para pengikutnya untuk bersikap baik kepada semua makhluk hidup dan untuk melindungi lingkungan. Diriwayatkan oleh Sahl ibn al-Hanzaliyyah ra. bahwa Nabi (saw) menemukan seekor unta yang kurus kering dan berkata: “Takutlah akan Allah karena binatang-binatang bodoh ini. Naikilah mereka pada saat mereka berada dalam kondisi baik dan berilah mereka makan saat mereka dalam kondisi baik.” (Daw Dawud, 1983).

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., Nabi (saw) berkata: “Sementara seorang pria sedang berjalan di jalan, dia menjadi sangat haus. Kemudian dia menemukan sebuah sumur, turun ke dalamnya, minum (airnya) lalu keluar. Sementara itu, ia melihat seekor anjing terengah-engah dan menjilati lumpur karena kehausan yang berlebihan. Pria itu berkata pada dirinya sendiri, “Anjing ini menderita haus yang sama seperti saya.” Jadi dia turun ke sumur (lagi) dan mengisi sepatunya (dengan air) dan menyimpannya di mulutnya dan menyiram anjing itu. Allah mengucapkan terima kasih atas perbuatan itu dan memaafkannya. Orang-orang bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah ada pahala bagi kita dalam melayani hewan? “Dia berkata, (Ya). Ada hadiah untuk melayani setiap makhluk (makhluk hidup).”(Al-Bukhārī, 1980).

3.1.11 AL-SHURA (BERKONSULTASI SEBELUM MEMUTUSKAN)

(19)

mengenai masalah ini sampai keputusan yang benar dijabarkan dan dijelaskan. Allah berfirman:

dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka,”.(Al-Qur’an 42:38)

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”.(Al-Qur’an 3:159)

Prinsip berkonsultasi (al-shura), kepercayaan jujur (al-sidq) (al-shahah) dan keadilan (al-'adl) adalah elemen utama dari peran kepemimpinan yang sangat baik dalam sebuah organisasi. Dengan bantuan dan pengaruh kualitas dalam sebuah organisasi, maka tujuan dan sasaran akan dicapai dengan melihat kinerja dan komitmen karyawan.

3.1.12 PENANDAAN TENAGA KERJA

Pemimpin Islam harus mengakui martabat persalinan. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Bayarlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya mengering.” (Al-Tirmidzi, 1983). Islam menunjukkan bahwa penghasilan dengan kerja keras adalah yang terbaik. Oleh karena itu, manajer praktik harus mengakui martabat semua kategori usaha terutama kerja fisik para pekerja dan karyawan.

3.1.13 SEMANGAT TIM

Para pemimpin harus berusaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi dengan tim dan bukan melalui usaha individu. Kesatuan ekstrem harus dipraktikkan oleh para eksekutif, staf dan pekerja untuk memotivasi dan memberi semangat kerja tim. Islam mengkhotbahkan esprit de corps (yaitu, usaha tim). Nabi Muhammad SAW bersabda “Tangan Allah beserta jama’ah (tim).” (Al-Tirmidzi, 1983).

3.2 PROSES SECARA PENGKOMBINASIAN QUR’AN DAN HADITS

Bagian ini akan menggabungkan ayat-ayat Al-Qur’an dan ucapan Nabi Muhammad SAW yang sangat relevan dari perspektif kewirausahaan dan kepemimpinan. Terdapat ucapan Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

(20)

adits dapat diartikan sebagai diskriminasi dalam segala bentuk yang dianggap tidak Ḥ

adil dan bertentangan dalam bisnis usaha dan ranah publik. Selain itu, kewirausahaan memberikan kesempatan yang sama untuk semua. Memang, ini memungkinkan praktik menghargai dalam berorganisasi.

Dalam situasi lain, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Mencari ilmu pengetahuan itu wajib bagi setiap Muslim.” (Al-Tirmidzi, 1983).

Situasi ini menyiratkan kepercayaan orang untuk memperoleh dan meningkatkan pengetahuan. Akuisisi ini mengasumsikan risiko dan ketidakpastian, yang merupakan inti semangat kewirausahaan. Ini juga menunjukkan pembelajaran seumur hidup karena pengetahuan semakin meningkat seiring berjalannya waktu.

Banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an dan ucapan Nabi Muhammad saw. yang menjelaskan bahwa sifat, perangkat dan kualitas kewirausahaan dan kepemimpinan harus dijiwai dalam ajaran Islam. Tabel 2 merangkum prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Hadits terkait dengan kewirausahaan dan kepemimpinan.

Al-Qur’an & Hadits Penerapan Sebagai Kewirausahaan & Kepimimpinan

“Tidak ada Arab yang memiliki superioritas atas orang non-Arab dan tidak ada orang non-Arab yang memiliki superioritas melebihi orang Arab; Tidak ada orang gelap yang memiliki keunggulan dibanding orang kulit putih dan tidak ada orang kulit berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (Al-Qur’an 49:13)

Pentingnya menghormati hak individu dan kelompok. Rasa persaudaraan dalam organisasi. Menghormati keragaman budaya, kesempatan kerja yang setara dan usaha kewirausahaan. Hadiah seharusnya bisa menjadi hal yang bisa diharapkan ketika telah melakukan usaha.

(21)

sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai

diwahyukan kepadamu, dan

katakanlah, “Ya Tuhanku,

tambahkanlah ilmu kepadaku.”” (Al-Qur’an 20:114)

“Akuisisi pengetahuan adalah kewajiban bagi setiap Muslim, laki-laki dan perempuan.” Perkataan Muhammad (saw) (Sallam dan Hanafy, 1988).

Penelitian dan Pengembangan, Upaya pengembangan profesional oleh masing-masing dan setiap peserta dalam sebuah organisasi, melakukan program pelatihan eksekutif, pembelajaran seumur hidup.

“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang bertransaksi, Tanggung jawab karyawan untuk melakukan pekerjaan untuk membenarkan gajinya, tanggung jawab Majikan terhadap kompensasi yang adil kepada karyawan, dengan menghormati perjanjian disclosure dan non-Kehati-hatian dan perencanaan keuangan. Menjadi rapi di tempat kerja.

“Katakanlah (Muhammad), “Apakah (patut) aku mencari tuhan selain Allah,

(22)

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah

Dorongan aktivitas ekonomi. Mencegah lobi dan pembentukan kartel, melarang penimbunan, Mendorong pengeluaran, peredaran kekayaan, kesejahteraan karyawan dan praktik sumber daya berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”(QS 2:195)

Mengutuk-takuti konsumsi berlebihan. Tanggung jawab sosial perusahaan.

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”(QS 18:46)

Perolehan kekayaan dan sarana duniawi dikurangi pertimbangan dalam skala nilai-nilai kemanusiaan. Tujuan organisasi yang seimbang mencakup kesejahteraan organisasi, karyawan, dan masyarakat, bukan hanya berfokus pada akumulasi Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS 6:165)

Ketimpangan pendapatan diizinkan. Bayar dan hak istimewa sesuai dengan hierarki organisasi, akuntabilitas, dan tanggung jawab yang lebih tinggi hadir dengan hak istimewa yang lebih baik.

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar,

(23)

Maha Mengetahui.” (QS 9:103) mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. memberitahukan adanya kesalahan pada produk dengan pelanggan, keadilan dalam sudah masuk ke transaksi itu dan jadilah saudara laki-laki satu sama lain." Umpan balik yang adil sebagai bagian dari praktik SDM. Kejujuran dan kepercayaan.

(24)

52:21)

Daftar pada Tabel 2 bersifat indikatif. Ada banyak ayat Quran dan hadits lainnya, yang memberi panduan bagi wirausahawan dan pemimpin.

4. KESIMPULAN

Konsep dasar yang mendasari kepemimpinan dan kewiraswastaan Islam dinyatakan dalam Al-Qur'an lebih dari 1400 tahun yang lalu. Ayat-ayat Alquran secara umum memiliki karakteristik seorang pengusaha / pemimpin yang efektif dari sudut pandang Islam. Nabi Muhammad SAW bertindak sebagai panutan bagi umat Islam dan menunjukkan kepada mereka bagaimana menerapkan konsep dasar ini dalam kehidupan nyata. Kewirausahaan berada di bawah sistem ekonomi seperti yang sudah dijelaskan oleh Islam. Kewirausahaan dari Perspektif Islam (KPI) berbeda dengan kewirausahaan etis, sosial atau budaya, karena mencakup implementasi yang khusus, sumber dan dasar tertulis dari kesucian Al-Kitab serta tujuan dan hubungannya terus dengan Allah. Seorang pengusaha yang mempraktikkan Islam di perusahaannya harus menunjukkan karakteristik spesifik dalam semua fungsi bisnis, berhadapan dengan produksi, pemasaran, keuangan dan sumber daya manusia.

Sebuah tinjauan terhadap literatur Islam tentang kepemimpinan menunjukkan bahwa kepemimpinan dianggap sebagai sebuah konstruk sentral dalam masyarakat Islam. Ini adalah tugas kolektif anggota masyarakat dan tanggung jawab yang dipercayakan kepada orang-orang yang dipilih untuk menjalankannya. Saat ini, kepemimpinan dianggap sebagai faktor kunci keberhasilan organisasi. Untuk tujuan debat informasi, analis harus lebih mampu membedakan antara prinsip-prinsip pendiri kepemimpinan Islam, dan kasus kepemimpinan yang buruk atau beracun merupakan kepemimpinan yang religius. Kepemimpinan dan kewirausahaan dalam Islam layak dipelajari lebih lanjut karena Islam adalah sebuah agama, ini adalah cara hidup yang melibatkan interaksi holistik antara sistem politik, sosial, pendidikan, ekonomi dan budaya yang didasarkan pada ketaatan kepada Allah.

(25)

Karya Ilmiah ini memberikan landasan untuk memikirkan lebih lanjut mengenai cara kerja kepemimpinan dan kewirausahaan di dunia Islam. Sementara pemahaman konseptual telah dinyatakan sebagai bagian dari karya ilmiah ini, kita perlu mengeksplorasi penerapan konsep ini dalam hukum yang ada di negara yang diatur oleh Shari’ah dan negara-negara lain yang diatur oleh undang-undang yang berbeda. Selain itu, studi masa depan dapat dilakukan dengan membandingkan gaya kewirausahaan dan kepemimpinan Barat / Timur / Asia dengan gaya yang direkomendasikan dalam Islam.

REFERENSI

(26)

Sunan Abu Dawud, International Islamic Publisher, 1983, Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Ash‘ath Al-Sijistanī,

Sahīh Al-Bukharī, Dar Al-Arabia, 1980, Muhammad ibn Isma‘īl,

Revival of Religion Sciences, Darul-Ishaat, 1993, Abu Hamid Muhammad,

Bagian 12 Book of Knowledge, hadith no. 1383, www.IslamicLine.com, 2013, Mu hy A

l - D ī n Y a h y a i bn S h a r a f ,

Leadership and Performance Beyond Expectation, New York: The Free Press, 1985, Bass, Barnard,

Entrepreneurship from an Islamic Perspective, Journal of Business Ethics 130, no. 1, 2014,Ali Aslan,

Leadership in Organizations Yukl, G.A.. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1981.

Advances in the Industrial Production of Halal and Kosher Red Meat, Meat Science 95, no. 4 (2013): 805-20, Farouk, Mustafa M,

Leaders and Entrepreneurs: Where They Produce the Most Value, Paper presented at the Allied Social Science Associations Annual General Meeting, Philadelphia, 2005, Lazear, Edward P,

Halal Assurance in Food Supply Chains: Verification of Halal Certificates Using Audits and Laboratory Analysis, Trends in Food Science & Technology 27 (2012): 109-19, van der Spiegel, M., H.J. van der Fels-Klerx, P. Sterrenburg, S.M. van Ruth, I.M.J. Scholtens-Toma, and E.J. Kok,

Islamic Ethics and Liberation, Oxford: Oxford University Press, 2009, Ramadan, Tariq,

The Characteristics of Muslimpreneurs from the View of Muslim Scholars and Academician, International Journal of Teaching and Education 2, no. 2 (2014): 47-59, Rameli, Mohd. Faizal P., Muhammad Ridhwan Ab. Aziz, Kalsom Ab,

Theory of Justice. Cambridge, Belknap Press of Harvard University Press, 1971, Rawls, J. A, Massachusetts,

Islamic Ethics and the Implications for Business,.Journal of Business Ethics 18, no. 4 (1999): 345-58, Rice, R,

Employee and Employer: Islamic Perception, Proceedings of the Seminar on Islamic Principles of Organizational Behavior. Herndon, Virginia: International Institute of Islamic Thought (1988), Sallam, H., and A.A. Hanafy,

Gambar

Gambar 2 Pemikiran sekolah kepemimpinan
Tabel 1 Karakteristik Pengusaha Muslim pada Empat Fungsi Bisnis.

Referensi

Dokumen terkait

Konsep rantai pasok (supply chain) adalah salah satu pendekatan yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah permintaan konsumen akan komoditas kedelai. Adapun tujuan

Penelitian pada penderita Diabetes Mel- litus yang tidak terkontrol dapat mengaki- batkan terjadinya penyakit jaringan perio- dontal yang lebih parah.. Kontrol diabetes

Gambar 2 di atas menunjukan bahwa proporsi produk cacat berada dalam batas pengendalian, hal ini menunjukan bahwa peta kendali p untuk hasil produksi telur ayam periode

Sementara itu, untuk menjaga kestabilan komunitas vegetasi terutama pada tumbuhan bawah di dalam kawasan maupun hutan sekitarnya, maka perlu membatasi pertumbuhan jenis

Basic course pada gambar 9 menunjukkan jika pengunjung setelah berhasil login maka bisa mengisi keterangan masuk laboratorium dan menekan tombol simpan data, maka

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji: (1) Apakah environmental performance dan environmental disclosure secara bersama-sama berpengaruh terhadap financial

Dari gambar dapat dijelaskan bahwa jenis bahan bakar berpengaruh terhadap temperatur pembakaran yang dihasilkan temperatur dimana temperatur pembakaran yang

Surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali ( reverse repo ).. Valuta asing