• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAF STANDAR KAMAR BERSALIN.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAF STANDAR KAMAR BERSALIN.doc"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

DI KAMAR BERSALIN DI RUMAH SAKIT

SUBDIT KEBIDANAN DAN PERINATAL

DIREKTORAT KEPERAWATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIK

DEPARTEMEN KESEHATAN RI

2005

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah yang Maha Kuasa dan atas ijin dan perkenan-Nya buku ini dapat diselesaikan dan diterbitkan. Buku ini berisikan tentang standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin, khususnya di rumah sakit.

Penyusunan buku ini dilatar belakangi tuntutan akan adanya standar pelayanan kebidanan yang mengacu pada kebutuhan akreditasi. Pelayanan kebidanan yang bermutu memerlukan standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin sebagai acuan bagi tenaga kebidanan di kamar bersalin. Kami berharap buku ini akan bermanfaat dan dapat menjawab permasalahan yang selama ini ada di kamar bersalin.

Walaupun buku pedoman ini disusun berdasarkan hasil kesepakatan bersama, kami menyadari masih ada kekurangan dan masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat menghargai masukan dan saran untuk penyempurnaan buku ini.

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktur Keperawatan  Keteknisian Medik

Dra. Herawani, M.Kep, M.Kes NIP : 140 130 893

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK DAFTAR ISI DAFTAR ISTILAH BAB. I PENDAHULUAN A. Latar belakang...1 B. Tujuan... 3 C. Kegunaan Standar... 3 D. Dasar Hukum... 4 E. Sasaran... 4

BAB. II KONSEP DASAR PENYUSUNAN PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI KAMAR BERSALIN A. Pengertian : 1. Standar Pelayanan... 5

2. Kamar Bersalin... 5

3. Standar Pelayanan Kebidanan di Kamar Bersalin... 5

B. Ruang Lingkup... 5

BAB. III STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI KAMAR BERSALIN A. Standar I : Falsafah, Visi, Misi, dan Tujuan... 6

B. Standar II : Administrasi dan Pengelolaan... 8

C. Standar III : Sumber Daya Manusia SDM... 10

D. Standar IV : Fasilitas dan Peralatan... 12

E. Standar V :Kebijakan dan Prosedur... 14

F. Standar VI : Pengembangan Staf... 19

G. Standar VII : Evaluasi & Pengendalian Mutu... 21

BAB. IV PENUTUP... 23

DAFTAR PUSTAKA... 24 LAMPIRAN

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB merupakan indikator derajat kesehatan. Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. AKI yang menurut SKRT 1995 adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami penurunan yang sangat lambat, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup SDKI 2002/2003. Angka ini 3 – 6 kali lebih besar dari negara di wilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali dari angka di negara maju. Sedangkan AKB di Indonesia, berdasarkan SDKI 1997 adalah 52 per 1000 kelahiran hidup, menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup SDKI 2002/2003. Dibanding negara ASEAN lainnya, AKB Indonesia masih 2 – 5 kali lebih tinggi.

Dalam berbagai studi ditemukan keadaan yang melatar belakangi kematian ibu, yang dikategorikan dalam tiga jenis keterlambatan, yaitu :

1. Terlambat mengenali tanda bahaya dan pengambilan keputusan di tingkat keluarga untuk mencari pertolongan tenaga profesional.

2. Terlambat dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan

Ketiga keterlambatan tersebut sebenarnya masih dapat dicegah dengan berbagai upaya sektor kesehatan. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk penanganan keterlambatan pertama dan kedua. Sedangkan untuk keterlambatan ketiga menuntut terlaksananya standar prosedur pelayanan yang bermutu di setiap fasilitas pelayanan kesehatan sehingga setiap pasien diharapkan dapat memperoleh pelayanan yang cepat dan tepat.

Untuk mengatasi masalah diatas telah dilakukan upaya-upaya mendekatkan jangkauan pelayanan kebidanan kepada masyarakat dengan pengadaan Polindes disetiap desa, pemberian kewenangan tambahan pada Puskesmas untuk penanganan kegawatdaruratan pada kasus obstetri dan neonatal (PONED), pemberdayaan rumah sakit sebagai sarana rujukan dalam penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal (PONEK), dan upaya-upaya standarisasi pelayanan kebidanan.

Upaya-upaya diatas belum memperlihatkan hasil yang optimal. Dari hasil evaluasi penerapan standar asuhan kebidanan pada pasien di 7 (tujuh) RS yang ada di Jakarta, didapatkan hasil sebagai berikut : Sebagian besar bidan tidak melakukan cuci tangan sebelum dan setelah bekerja, antara lain 66,67% pada saat pemeriksaan ANC, 92,86% pada saat pemeriksaan ibu nifas dan 50% bidan dalam menolong bayi baru lahir.

(5)

Dalam penerapan standar asuhan kebidanan pada pasien nifas, sebagian besar bidan (78,57%) dalam pemeriksaan vulva & perineum tidak melakukannya dengan baik dan 80,95% bidan melakukan pemeriksaan pada ibu nifas tidak sesuai dengan standar.

Berdasarkan studi di Cirebon, asfiksia merupakan penyebab kematian bayi yang cukup besar 44%, sedangkan penyebab lainnya adalah infeksi, kelainan kongenital (13%), hipotermi (8%) dan 17% karena sebab lainnya. Hal ini menunjukkan ketidaksiapan rumah sakit sebagai sarana rujukan dalam penanganan asfiksia.

Permasalahan diatas sangat terkait dengan kuantitas dan kualitas SDM, didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan bersama WHO didapatkan bahwa lebih dari 3 tahun tenaga perawat & bidan tidak pernah mendapatkan pelatihan (70,9%), perawat & bidan bekerja tidak mempunyai uraian tugas yang jelas (47,4%), perawat & bidan melakukan tugas–tugas kebersihan (39,8%) dan belum dikembangkannya sistem monitoring dan evaluasi klinis bagi perawat dan bidan.

Pelayanan kebidanan yang bermutu ditentukan oleh faktor input dan proses dari pelayanan itu sendiri. Faktor input dari pelayanan di antaranya meliputi kebijakan, tenaga yang melayani, sarana dan prasarana, standar asuhan kebidanan, standar atau pedoman lain yang tersedia serta metode yang disepakati. Sedangkan faktor proses adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan input yang ada, dalam interaksi antara bidan dan pasien, meliputi penampilan kinerja sesuai dengan standar, hubungan interpersonal dan penerapan etika dan kode etik kebidanan. Hal ini dapat digambarkan pada bagan dibawah ini :

Untuk memfasilitasi terwujudnya pelayanan kebidanan yang bermutu, maka Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik telah menyusun standar pelayanan kebidanan di ruang kebidanan di rumah sakit.

INPUT

1. SDM

2. Fasilitas & Sarana Prasarana 3. Kebijakan 4. Standar Asuhan Kebidanan 5. Standar yang tersedia (SOP) PROSES Kinerja pelayanan kebidanan di ruang kebidanan OUTPUT

Ibu & bayi aman, sehat, dengan trauma seminimal mungkin

(6)

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum :

Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di ruang kebidanan di rumah sakit dalam rangka menurunkan mortalitas dan morbiditas maternal dan neonatal.

2. Tujuan Khusus

Sebagai :

a. Acuan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan.

b. Acuan untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi dalam penerapan standar pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

e. Rujukan nasional dalam melaksanakan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

C. KEGUNAAN STANDAR

1. Sebagai ukuran dalam penerapan norma dan tingkatan kinerja untuk mencapai hal yang diharapkan;

2. Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari asuhan-asuhan yang tidak bermutu;

3. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan; 4. Sebagai ukuran yang harus dipatuhi dalam melaksanakan,

mempertahankan dan menilai mutu pelayanan;

5. Sebagai pedoman dalam membuat perencanaan, pengembangan pelatihan dan kurikulum pendidikan bidan, khususnya di ruang kebidanan; 6. Sebagai acuan dalam menentukan kebutuhan operasional ruang

kebidanan;

7. Sebagai pedoman dalam audit pelayanan kebidanan di ruang kebidanan; 8. Untuk melindungi provider sebagai pelaksana dalam memberikan

pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

D. DASAR HUKUM

Standar pelayanan kebidanan di ruang kebidanan ini disusun berdasarkan : 1. Undang Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran

(7)

2. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1996 No. 49, tambahan Lembaran Negara No. 3637);

3. Undang Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara tahun 1999 No. 60, tambahan Lembaran Negara No. 3839);

4. Undang Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara tahun 1999 No. 72, tambahan Lembaran Negara No. 3834);

5. Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;

6. Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2001 tentang Kewenangan Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaran Negara tahun 2001 No. 62, tambahan Lembaran Negara No. 4095);

7. Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara tahun 2001 No. 77, tambahan Lembaran Negara No. 4106);

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1227/Menkes/SK/XI/2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan;

10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota;

11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan;

12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;

13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan praktik dokter dan dokter gigi;

14. Surat Edaran (SE) Menko Wasbang No. 145/1999 yang berisi Rincian Jenis-Jenis Pelayanan Masyarakat Yang Harus Segera Menerapkan Pelayanan Prima di Lingkungan PEMDA.

E. SASARAN

1. Rumah Sakit Umum Pemerintah dan Swasta. 2. Rumah Sakit Bersalin Pemerintah dan Swasta.

3. Rumah Sakit Ibu dan Anak Rumah Sakit Anak dan Bersalin Pemerintah dan Swasta.

(8)

4. Rumah Sakit Khusus lainnya, yang memberikan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

BAB II

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP

(9)

A. PENGERTIAN

1. Standar Pelayanan Kebidanan

Standar Pelayanan Kebidanan adalah ukuran pencapaian pelayanan kebidanan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu dan teknologi, pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

2. Ruang kebidanan

Ruang kebidanan adalah suatu unit pelayanan atau suatu ruang tindakan untuk pelayanan persalinan dan tindakan kebidanan lainnya. Aktivitas pelayanan yang dilakukan di ruang kebidanan memungkinkan terjadi interaksi antar manusia, antara manusia dan lingkungan biologi/fisik, dll.

3. Standar Pelayanan Kebidanan di Ruang kebidanan

Standar pelayanan kebidanan di ruang kebidanan adalah ukuran pencapaian pelayanan kebidanan optimal di ruang kebidanan yang telah disepakati bersama, untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan memperhatikan keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup dan perkembangan IPTEK.

B. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari standar pelayanan kebidanan di ruang kebidanan di rumah sakit ini, meliputi:

1. Standar falsafah, visi, misi dan tujuan. 2. Standar administrasi dan pengelolaan.

3. Standar Sumber Daya Manusia (SDM) : Staf dan Pimpinan. 4. Standar fasilitas dan peralatan.

5. Standar kebijakan dan prosedur. 6. Standar pengembangan staf.

7. Standar evaluasi dan pengendalian mutu.

BAB III

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

DI RUANG KEBIDANAN DI RUMAH SAKIT

(10)

Standar pelayanan kebidanan di ruang kebidanan di rumah sakit mengacu kepada akreditasi rumah sakit yang berlaku.

STANDAR I

FALSAFAH, VISI, MISI DAN TUJUAN

PERNYATAAN :

Falsafah, visi, misi dan tujuan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan memberikan arah yang hendak dicapai dengan cara/metode yang dipilih untuk menghasilkan pelayanan kebidanan yang profesional, cepat, tepat, aman, nyaman dan memenuhi kebutuhan pelanggan.

RASIONAL :

Tersedianya panduan kebijakan pelayanan yang jelas, meliputi: falsafah, visi, misi, dan tujuan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan, mendukung pelayanan kebidanan di ruang kebidanan yang efektif dan efisien serta bermutu.

KRITERIA STRUKTUR :

1. Adanya falsafah, visi dan misi pelayanan kebidanan di ruang kebidanan yang ditetapkan tertulis oleh direktur rumah sakit.

2. Adanya tujuan yang mengacu pada visi dan misi dan ditetapkan tertulis oleh direktur rumah sakit.

KRITERIA PROSES

1. Menyusun dan menetapkan falsafah, visi, misi dan tujuan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan dengan melibatkan semua pihak terkait. 2. Melakukan sosialisasi internal tentang falsafah, visi, misi dan tujuan

pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

3. Menerapkan falsafah, visi, misi dan tujuan dalam memberikan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

4. Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan falsafah, visi, misi dan tujuan dalam memberikan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan secara teratur dan berkala.

KRITERIA HASIL

1. Adanya dokumen falsafah, visi, misi dan tujuan yang tertulis dan dapat dilihat oleh semua pihak, khususnya di ruang kebidanan.

2. Adanya budaya kerja yang mengacu kepada falsafah, visi, misi dan tujuan yang tertulis di ruang kebidanan.

STANDAR II

ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN PERNYATAAN :

(11)

Manajemen pelayanan kebidanan di ruang kebidanan harus mampu mengatur dan mengintegrasikan pelayanan kebidanan dengan unit kerja terkait guna memenuhi kebutuhan pasien dalam mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu.

RASIONAL :

Pelaksanaan pelayanan kebidanan dapat terselenggara secara professional, efektif, efisien dan bermutu dengan melibatkan tim/multidisiplin.

KRITERIA STRUKTUR:

1. Adanya struktur organisasi dan tata hubungan kerja struktural dan fungsional pelayanan kebidanan di ruang kebidanan (Lampiran-1)

2. Adanya uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang yang jelas dan tertulis bagi tiap tenaga pelayanan kebidanan di ruang kebidanan (Lampiran-2)

3. Adanya tenaga pelayanan kebidanan yang ditunjuk untuk menduduki jabatan tertentu (Lampiran –3)

4. Adanya dokumen kualifikasi / persyaratan jabatan bagi pimpinan pelayanan kebidanan di Ruang kebidanan (Lampiran-4)

5. Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan dalam administrasi pelayanan kebidanan secara tepat dan memadai (Lampiran –5 tentang rekam medis, RM No.4, 12, 13, 15, 20, 21, 6).

6. Tersedianya sumber daya manusia sesuai dengan struktur organisasi secara struktural dan fungsional.

7. Adanya perencanaan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

8. Tersedianya data dan informasi rumah sakit tentang beban kerja, kapasitas tempat tidur, dan Bed Occupancy Rate (BOR).

9. Adanya pendokumentasian pelayanan kebidanan (Lampiran-6) 10. Adanya sistem rujukan PONEK (Lampiran-7)

KRITERIA PROSES :

1. Menyusun struktur organisasi dan tata hubungan kerja struktural dan fungsional pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

2. Menyusun uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang yang jelas bagi tenaga pelayanan kebidanan (dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dokter spesialis anak, dan bidan serta tenaga lainnya).

3. Menyusun uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang tenaga dalam jabatan tertentu (Penyelia/supervisor, kepala ruangan, clinical instruktur, dan koordinator tim jaga)

4. Menyusun kualifikasi/persyaratan bagi pimpinan. 5. Menyusun kualifikasi SDM di ruang kebidanan. 6. Menyediakan sistem informasi pelayanan kebidanan. 7. Menyusun perencananaan pelayanan kebidanan.

8. Menyediakan format pendokumentasian pelayanan asuhan kebidanan. 9. Membentuk Tim PONEK di RS.

(12)

KRITERIA HASIL:

1. Adanya struktur organisasi & tata hubungan kerja struktural & fungsional pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

2. Adanya uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang tenaga pelayanan kebidanan.

3. Adanya uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang tenaga dalam jabatan struktural.

4. Adanya dokumen kualifikasi/persyaratan pimpinan.

5. Adanya dokumen kualifikasi SDM di ruang kebidanan.

6. Tersedianya informasi pelayanan kebidanan : a. Jumlah pasien dengan identitasnya. b. Rencana tindakan.

c. Distribusi kasus yang ada.

d. Jumlah persalinan (normal & tindakan, kondisi bayi) e. Jumlah tindakan.

f. Jumlah kematian ibu dan bayi. g. Jumlah pasien rujukan.

h. Jumlah pasien darurat.

i. Ketenagaan dokter, bidan dan tenaga lain yang jaga.

7. Terpampang mekanisme dan alur pelayanan (emergensi / PONEK dan biasa / normal)

8. Tersedianya format pendokumentasian, dan digunakan sebagai pencatatan & pelaporan pelayanan kebidanan).

9. Terbentuknya Tim PONEK yang disyahkan oleh Direktur RS.

10.Terbentuknya tim kerja ruang kebidanan emergensi (PONEK).

11.Adanya rencana kerja tahunan berdasarkan kebutuhan dari bawah (bottom up / costumer oriented)

C. STANDAR III

SUMBER DAYA MANUSIA (SDM): STAF DAN PIMPINAN

(13)

Ruang kebidanan dipimpin oleh seorang bidan untuk terlaksananya pelayanan kebidanan secara profesional, yang menjamin tercapainya pelayanan kebidanan di ruang kebidanan yang efektif dan efisien dengan pendayagunaan tenaga pelayanan kebidanan sesuai kompetensi dan potensi pengembangan untuk terlaksananya pelayanan kebidanan yang bermutu. RASIONAL :

Kesesuaian SDM yang mencakup jumlah, jenis dan kualifikasi sesuai dengan uraian tugas yang diperlukan merupakan prasyarat untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang efektif, efisien dan bermutu.

KRITERIA STRUKTUR :

1. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pola ketenagaan dan pendayagunaan dalam pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

2. Adanya standar kualifikasi dan kompetensi SDM di ruang kebidanan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan. 3. Adanya perhitungan kebutuhan tenaga sesuai dengan beban kerja

pelayanan (Lampiran-8)

4. Ada mekanisme rekruitmen dan seleksi tenaga.

5. Adanya program orientasi di ruang kebidanan (terlampir) 6. Adanya sistem pembinaan SDM

KRITERIA PROSES:

1. Menyusun dan menetapkan kebijakan rumah sakit tentang pendayagunaan tenaga dalam pelayanan kebidanan di ruang kebidanan. 2. Menyusun dan menetapkan kebijakan pola ketenagaan di ruang

kebidanan

3. Mengidentifikasi dan menyusun standar kualifikasi dan kompetensi SDM sesuai dengan kebutuhan pelayanan kebidanan di ruang kebidanan. 4. Menetapkan jumlah dan jenis tenaga untuk memenuhi kebutuhan sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan di ruang bersalin dan menyusun rencana kebutuhan tenaga kebidanan berdasarkan cara perhitungan yang ditetapkan oleh direktur. (contoh terlampir)

5. Menetapkan mekanisme rekruitmen dan seleksi tenaga.

7. Mewajibkan bagi tenaga pelayanan kebidanan di ruang kebidanan harus teregistrasi (memiliki STR bagi dokter dan STRB bagi bidan)

8. Melaksanakan orientasi bagi tenaga Bidan baru dan mahasiswa 9. Menyusun dan menetapkan sistem pembinaan SDM

KRITERIA HASIL :

1. Adanya dokumen kebijakan tentang pola ketenagaan dan pendayagunaan dalam pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

(14)

3. Adanya dokumen penempatan tenaga yang sesuai dengan standar kualifikasi & kompetensi.

4. Adanya dokumen mekanisme, rekruitmen dan seleksi tenaga kebidanan. 5. Adanya dokumen tanda registrasi bagi tenaga pelayanan kebidanan di

ruang kebidanan (STR bagi dokter dan STRB bagi bidan).

6. Adanya dokumen hasil program orientasi bagi tenaga bidan baru dan mahasiswa.

7. Adanya dokumen pembinaan:

a. Undangan rapat internal (dalam rangka pertemuan rutin / berkala) b. Daftar hadir

c. Pertemuan AMP

d. Seminar, loka karya dan workshop. e. Pertemuan DRK (Diskusi Refleksi Kasus) f. Monitoring dan evaluasi pembinaan teknis g. Hasil uji kompetensi.

h. Daftar yang mendapat penghargaan dan sanksi

i. Daftar urutan kepangkatan (DUK) tenaga pelayanan di ruang kebidanan.

D. STANDAR IV

(15)

PERNYATAAN :

Penetapan kebutuhan fasilitas dan alat pelayanan kebidanan di ruang kebidanan, dari segi jumlah, jenis dan spesifikasi yang menjamin tersedianya fasilitas dan alat pelayanan di ruang kebidanan yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan.

RASIONAL :

Terpenuhinya fasilitas dan alat kebidanan di ruang kebidanan yang memadai merupakan prasyarat untuk mencapai tujuan pelayanan di ruang kebidanan yang efektif, efisien dan bermutu.

KRITERIA STRUKTUR:

1. Adanya kebijakan dan mekanisme rumah sakit tentang perencanaan, pengadaan, pengelolaan (penyimpanan dan distribusi), pemeliharaan serta penghapusan fasilitas dan alat pelayanan di ruang kebidanan. 2. Adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) dan standar pemeliharaan

fasilitas dan alat pelayanan di ruang kebidanan.

3. Adanya pedoman perhitungan kebutuhan fasilitas dan alat pelayanan di ruang kebidanan

4. Adanya tempat penyimpanan alat pelayanan di ruang kebidanan. KRITERIA PROSES:

1. Mengidentifikasi kebutuhan fasilitas dan alat pelayanan kebidanan di ruang kebidanan sesuai dengan desain, jumlah, jenis dan spesifikasi (lampiran 9).

2. Menyusun rencana kebutuhan fasilitas dan alat sesuai dengan disain, jumlah dan spesifikasi.

3. Melaksanakan pemeliharaan dan penyimpanan alat pelayanan kebidanan sesuai prosedur tetap.

4. Melaksanakan koordinasi antara unit pelayanan di ruang kebidanan dengan unit kerja terkait dalam perencanaan, pengadaan, pengelolaan serta penghapusan fasilitas dan alat.

5. Mengoptimalkan fasilitas dan alat menurut fungsi dan masa pakai sesuai dengan SOP

6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penggunaan fasilitas dan alat secara teratur dan berkala.

KRITERIA HASIL:

1. Adanya dokumen kebijakan dan mekanisme perencanaan, pengadaan, pengelolaan (penyimpanan & distribusi), pemeliharaan dan penghapusan fasilitas dan alat pelayanan di ruang kebidanan.

2. Adanya dokumen SOP dan standar pemeliharaan serta kalibrasi fasilitas dan alat kesehatan.

3. Adanya dokumen standar fasilitas dan alat kesehatan pabrikan.

4. Tersedianya fasilitas dan alat pelayanan kebidanan sesuai dengan standar.

(16)

5. Adanya dokumen meliputi: frekuensi penggunaan fasilitas dan alat dengan kondisi tertentu.

6. Adanya daftar inventaris fasilitas dan alat secara teratur dan berkala. 7. Adanya dokumen pemeliharaan dan perbaikan fasilitas dan peralatan. 8. Adanya dokumen kalibrasi alat.

9. Adanya fasilitas dan peralatan dalam kondisi baik, yang siap pakai dan aman.

10. Adanya tenaga terlatih untuk pemeliharaan alat. 11. Adanya tempat penyimpanan alat dan obat.

E. STANDAR V

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

(17)

Sumber pedoman yang memuat tentang peraturan, petunjuk dan langkah– langkah bagi tenaga pelayanan kebidanan yang meliputi: kebijakan dan prosedur tentang pelayanan kebidanan, pengelolaan lingkungan pelayanan kebidanan, serta hubungan antar tenaga kesehatan dan unit terkait.

RASIONAL :

Kebijakan dan prosedur yang dibuat menjadi acuan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu.

KRITERIA STRUKTUR :

1. Adanya kebijakan rumah sakit tentang :

a. Falsafah, visi, misi, dan tujuan pelayanan di ruang kebidanan.

b. Struktur organisasi dan tata hubungan kerja struktural dan fungsional pelayanan di ruang kebidanan.

c. Uraian tugas, tanggung-jawab dan wewenang tenaga pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

d. Pola ketenagaan dan pendayagunaan dalam pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

e. Pola jenjang karir tenaga pelayanan kebidanan di ruang kebidanan. f. Mekanisme perencanaan, pengadaan, pengelolaan (penyimpanan

dan distribusi), pemeliharaan serta penghapusan fasilitas dan alat pelayanan di ruang bersalin.

g. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan standar pemeliharaan fasilitas dan alat pelayanan di ruang kebidanan.

h. Sistem pengembangan staf tenaga pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

i. Program evaluasi dan pengendalian mutu.

2. Adanya kebijakan dan prosedur tentang pelayanan di ruang kebidanan, yang meliputi:

a. Rumah Sakit Sayang Ibu & Bayi :

 Pendampingan keluarga pada persalinan

 Penerapan ASI Ekslusif diruang kebidanan & Perinatologi.

 Rawat gabung (rooming in)

 Pojok ASI (tempat konseling ASI) b. PONEK

Prosedur Tetap & Petunjuk Teknis Tindakan di Ruang Bersalin

a. Asuhan Persalinan Normal

b. Asuhan bayi baru lahir normal

c. Asuhan pasien pre & post operasi di ruang kebidanan d. Penggunaan Partograf

e. Penanganan persalinan letak sungsang f. Tindakan Ekstraksi Vakum

(18)

h. Penanganan Haemorrhagic Ante Partum (HAP) i. Penanganan Haemorrhagic Post Partum (HPP) j. Penanganan Solutio Placenta

k. Penanganan Kehamilan Ektopik (KE) & KET l. Penanganan Ketuban Pecah Dini (KPD)

m. Penggunaan “Oxytocin Drip” untuk Akselerasi Persalinan n. Penanganan Pre-Eklampsia Ringan

o. Penanganan Pre-Eklampsia Berat p. Penanganan Eklampsia

q. Penanganan Mola Hidatidosa r. Penanganan Post Mature

s. Pemberian transfusi darah di ruang kebidanan

Prosedur Tetap Tindakan Umum di Ruang Bersalin

a. Pencegahan Infeksi di ruang bersalin (Universal Precaution)

b. Pemeriksaan Hemoglobin. c. Mengukur tanda-tanda vital.

d. Melakukan pengisapan lendir pada ibu e. Mengukur cairan yang masuk dan keluar f. Memberikan Cairan Infus

g. Pemberian transfusi darah h. Memberikan Oksigen

i. Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur dan pasien diatasnya

Prosedur Tetap Perawatan di Ruang Nifas

a. Asuhan ibu nifas normal b. Asuhan paska abortus

c. Asuhan Kehamilan yang tidak diinginkan d. Manajemen Laktasi

e. Senam Nifas

f. Mengganti Balutan Luka operasi g. Memandikan bayi

h. Merawat tali pusat Bayi i. Menimbang berat badan bayi j. Mengganti pakaian bayi

k. Konseling keluarga berencana post partum

l.Konseling pasien yang akan pulang / discharge planning Prosedur Tetap Poliklinik Kebidanan

a. Asuhan kehamilan normal (Antenatal Care)

b. Asuhan ibu hamil dengan risiko tinggi c. Senam hamil

d. Konseling

e. Pemberian alat kontrasepsi

f. Penatalaksanaan kasus kekerasan terhadap perempuan g. Menyiapkan Bahan untuk Pemeriksaan Patologi – Anatomi

(19)

h. Klinik Laktasi

3. Adanya kebijakan dan prosedur tentang pengelolaan lingkungan pelayanan kebidanan, yang meliputi:

a. Program Pengendalian Infeksi (PI) di rumah sakit. b. Tata letak dan tata ruang pelayanan kebidanan.

c. Pemeliharaan, kebersihan, keamanan, ketertiban dan keindahan di ruang kebidanan.

4. Adanya kebijakan dan prosedur tentang hubungan antara unit pelayanan kebidanan dengan unit terkait, yang meliputi:

a. Sistem pencatatan dan pelaporan yang berkesinambungan b. Pelayanan masuk rawat inap ruang pelayanan kebidanan

c. Pelayanan jaga 24 jam di ruang operasi

d. Program bimbingan mahasiswa di ruang kebidanan e. Pengelolaan obat atau alat emergensi di ruang kebidanan

f. Penyimpanan obat-obat daftar G

g. Permintaan & pengambilan darah di bank darah

h. Penggunaan kendaraan ambulance dan kendaraan jenazah i. Konsultasi Gizi

j. Pelayanan rujukan

k. Pelayanan Askes, Jamsostek dan Askeskin KRITERIA PROSES:

1. Menyusun kebijakan dan prosedur tentang pelayanan kebidanan, pengelolaan lingkungan pelayanan kebidanan, hubungan antara unit pelayanan kebidanan dengan unit terkait sesuai standar nasional.

2. Mensosialisasikan kebijakan dan prosedur yang telah disusun. 3. Menerapkan kebijakan dan prosedur yang telah disusun.

4. Monitoring dan evaluasi kebijakan dan prosedur yang telah disusun. KRITERIA HASIL:

1. Adanya dokumen kebijakan dan prosedur tentang pelayanan kebidanan, pengelolaan lingkungan pelayanan kebidanan dan hubungan antara unit pelayanan kebidanan dengan unit terkait sesuai standar nasional yang ditetapkan tertulis oleh direktur rumah sakit.

2. Adanya dokumen pelaksanaan kebijakan dan prosedur pelayanan kebidanan, pengelolaan lingkungan pelayanan kebidanan dan hubungan antara unit pelayanan kebidanan dengan unit terkait yang terstandar. 3. Adanya dokumen hasil monitoring dan evaluasi penggunaan standar

pelayanan kebidanan, pengelolaan lingkungan pelayanan kebidanan dan hubungan antara unit pelayanan kebidanan dengan unit terkait.

F. STANDAR VI

(20)

PERNYATAAN :

Pengembangan staf merupakan bagian integral dari pengembangan SDM rumah sakit dalam rangka peningkatan kinerja dan mutu pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

RASIONAL :

Kejelasan sistem pengembangan staf melalui program pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk peningkatan motivasi kerja dan profesionalitas tenaga kebidanan sehingga dapat dicapai produktivitas yang optimal.

KRITERIA STRUKTUR :

1. Adanya kebijakan rumah sakit tentang sistem pengembangan staf tenaga pelayanan kebidanan di ruang kebidanan.

2. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pola jenjang karir tenaga di ruang kebidanan.

3. Adanya program pengembangan tenaga pelayanan di ruang kebidanan (pendidikan formal & informal)

4. Adanya mekanisme program pengembangan staf tenaga pelayanan di ruang kebidanan.

KRITERIA PROSES:

1. Menganalisis hasil penilaian kinerja tenaga pelayanan di ruang kebidanan sebagai bahan penentuan pengembangan staf.

2. Menetapkan jenjang karir sesuai dengan hasil analisis kinerja tenaga pelayanan di ruang kebidanan.

3. Memberi kesempatan kepada semua tenaga pelayanan kebidanan untuk mengikuti program pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

4. Melaksanakan pembinaan tenaga pelayanan kebidanan berdasarkan hasil evaluasi kinerja.

5. Memberikan umpan balik hasil evaluasi kinerja.

6. Melaksanakan tindak lanjut hasil pembinaan (pemberian penghargaan, sanksi, pelatihan/update pengetahuan dan keterampilan).

KRITERIA HASIL :

1. Adanya dokumen hasil analisis penilaian kinerja tenaga pelayanan di ruang kebidanan sebagai bahan penentuan pengembangan staf.

2. Adanya dokumen penetapan jenjang karir sesuai dengan hasil analisis kinerja tenaga pelayanan di ruang kebidanan.

3. Adanya dokumen pelaksanaan pengembangan staf tenaga pelayanan di ruang kebidanan baik formal maupun informal.

4. Adanya dokumen evaluasi peningkatan kemampuan dan ketrampilan tenaga di ruang kebidanan.

5. Adanya dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaan pembinaan dan penilaian kinerja SDM dengan pemberian penghargaan atau sanksi.

(21)

6. Adanya dokumen tahunan mengenai jumlah bidan yang mengikuti pelatihan / pendidikan sesuai kompetensi profesi bidan.

G. STANDAR VII

(22)

PERNYATAAN :

1. Evaluasi dilakukan secara Objektif sebagai upaya perbaikan untuk mencapai tujuan dan menjamin kepuasan pelanggan terhadap pelayanan di ruang kebidanan

2. Upaya pemantauan dan pengendalian mutu secara teratur, berkala dan berkesinambungan diperlukan untuk menilai mutu pelayanan di ruang kebidanan

RASIONAL :

Evaluasi mendorong terjadinya perubahan perkembangan sistem sehingga dapat terlaksana pengendalian mutu pelayanan di ruang kebidanan.

KRITERIA STRUKTUR:

1. Adanya kebijakan rumah sakit tentang evaluasi dan pengendalian mutu. 2. Adanya program pengendalian mutu pelayanan kebidanan.

3. Adanya standar pelayanan kebidanan.

4. Adanya indikator mutu pelayanan kebidanan rumah sakit yang meliputi: angka perdarahan, eklampsia, sepsis, partus lama, perpanjangan hari rawat, asfiksia, infeksi neonatus, dan BBLR < 2000 gram.

5. Adanya mekanisme evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan Kebidanan di ruang kebidanan.

6. Adanya alat evaluasi pencapaian tujuan pelayanan kebidanan (angket pasien dan evaluasi prosedur / SOP).

KRITERIA PROSES:

1. Membentuk tim pengendalian mutu

2. Menyusun program evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan di ruang kebidanan.

3. Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan pedoman.

4. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan di ruang kebidanan, antara lain: audit pelayanan kebidanan, evaluasi prosedur pelayanan kebidanan, survey kepuasan pasien, keluarga dan petugas, serta Diskusi Refleksi Kasus (DRK).

5. Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil evaluasi pengendalian mutu.

6. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayanan kebidanan.

7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil evaluasi dan pengendalian mutu secara teratur dan berkala.

8. Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor dan lintas program dalam evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan di ruang kebidanan.

(23)

1. Adanya dokumen kebijakan rumah sakit tentang evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan di ruang kebidanan.

2. Adanya tim evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang disyahkan oleh Direktur RS.

3. Adanya dokumen pelaksanaan evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan.

4. Adanya dokumen hasil evaluasi terhadap tingkat kepuasan pasien, keluarga dan petugas.

5. Adanya dokumen hasil evaluasi penerapan standar yang mengacu pada standar pelayanan kebidanan yang ada.

6. Adanya dokumen umpan balik terhadap hasil evaluasi.

7. Adanya dokumen upaya tindak lanjut perbaikan pelayanan di ruang kebidanan.

8. Adanya dokumen angka kejadian komplikasi sebagai akibat pemberian asuhan dan pelayanan kebidanan.

9. Adanya dokumen kegiatan tahunan tentang pencapaian tujuan pelayanan di ruang kebidanan.

(24)

BAB IV

PENUTUP

Rumah sakit merupakan sistem pelayanan yang komplek, terdiri dari eberapa profesional pemberi pelayanan, sehingga diperlukan peran, fungsi, dan tugas yang jelas untuk masing masing profesi, namun diperlukan kerjasama yang kohesif antar profesi pemberi pelayanan.

Pelayanan kebidanan adalah salah satu pelayanan di rumah sakit yang diberikan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan tenaga lain di kamar bersalin. Keberhasilan pelayanan kebidanan tergantung pada kesiapan ruangan, alat dan SDM. Untuk pelayanan rujukan kebidanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh keberadaan dan kesiapan tenaga pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang pro aktif dan kompeten dalam penanganan pertama sebelum kedatangan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini diharapkan dapat mendukung keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan di kamar bersalin. Standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang actual dapat dikembangkan di masing-masing rumah sakit dengan kondisi dan kebutuhan masing masing daerah. Disamping itu diperlukan juga dedikasi serta rasa tanggung jawab yang tinggi dari setiap tenaga pelayanan kebidanan di kamar bersalin untuk menyebar-luaskan informasi tentang pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini serta melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang telah diuraiakan dalam buku ini.

Harapan dan tujuan penyusunan buku ini dapat terwujud dalam rangka membangun sistem pelayanan kebidanan dan perinatal risiko tinggi melalui penerapan standar dan pembinaan tenaga pelayanan kebidanan.

(25)

Lampiran – I

Struktur Organisasi & Tata Hubungan Kerja Struktural pelayanan Kebidanan di Ruangan Kebidanan

Struktur Struktural

KEPALA RUANGAN Wakil Kepala Ruangan

Clinical Instructur ( CI)

Ka. Tim Shifft I Ka. Tim Shifft II Ka. Tim Shifft III

Logistik : Obat Bahan medis habis pakai, dll Pendokumentasian: Asuhan Kebidanan, Registrasi, Administrasi Penanggung Jawab Inventaris: Alat Kesehatan PENYELIA/PENGAWAS

(26)

Lampiran –2 Uraian tugas di Kamar bersalin

1. Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Uraian Tugas :

1. Bertanggung jawab langsung kepada kepala SMF Kebidanan

2. Bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan di rawat jalan, rawat inap, kamar operasi

3. Bertindak sebagai konsulen bagi SMF lain

4. Berkoordinasi dengan sesama DSOG bila terdapat lebih dari satu DSOG

5. Wajib melapor kepada kepala SMF apabila ada masalah dalam pelayanan

2. Dokter Umum

1. Bertanggung jawab langsung kepada Direktur RS cq Wadir Pelayanan Medis

2. Tugas sebagai dokter jaga, shift, dirawat inap, rawat jalan, UGD

3. Tanggung jawab atas kelancaran pelayanan serta memberikan pelayanan awal sebelum dilakukan pemeriksaan oleh konsulen.

4. Melaporkan dan koordinasi dengan konsulen

5. melaporkan kegiatan pelayanan kepada Direktur RS

3. Penyelia / pengawas

1. Nama Jabatan : Bidan Penyelia (Pengawas)

2. Pengertian : Seorang tenaga bidan yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur serta mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di Instalasi unit kerja

3. Persyaratan :

a. Pendidikan : Ahli Madya Kebidanan

b. Pelatihan : Administrasi/manajemen Kebidanan c. Pengalaman Kerja : Sebagai kepala rungan 3-5 tahun. d. Kondisi Fisik : Sehat Jasmani dan Rohani. 4. Tanggung Jawab :

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Bidan penyelia mempunyai bertanggung jawab terhadap hal-hal sebagai berikut:

i. Kebenaran dan ketepatan rencana kerja bidan penyelia ii. Kelancaran pelaksanaan tugas tenaga kebidanan

iii. Keobjektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga kebidanan iv. Kebenaran dan ketepatan telaah staf

v. Kebenaran dan ketepatan laporan berkala/laporan khusus dalam hal pendayagunaan tenaga.

vi. Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga kebidanan. vii. Kebenaran dalam pendayagunaan tenaga kebidanan

viii. Kebenaran dan ketepatan laporan berkala berkala /laporan khusus dalam hal pendayagunaan dan pemeliharaan alat.

(27)

ix. Kebenaran dan ketepatan laporan berkala/laporan khusus pelaksanaan asuhan kebidanan

x. Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan program bimbingan siswa/mahasiswa Institusi pendidikan kebidanan.

5. Wewenang:

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Bidan penyelia mempunyai wewenang sebagai berikut:

1. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan

2. Memberi petunjuk dan bimbingan dalam pendayagunaan tenaga, alat dan asuhan kebidanan.

3. Mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan dan mutu asuhan kebidanan.

4. Memberikan bimbingan penerapan etika profesi, asuhan kebidanan sesuai SDM.

5. Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi kewenangan bidang penyelia di Rumah Sakit.

6. Menghadiri rapat berkala dengan Kepala Instalasi, kepala bidang Keperawatan dan kepala ruangan untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan keperawatan

6. Uraian Tugas

Melaksankan fungsi perencanaan (P1) meliputi :

1) Menyusun falsafah dan tujuan pelayanan kebidanan di ruang perawatan kebidanan yang menjadi wilayah tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan kepala ruangan dan kepala intalasi (mengacu kepada falsafah & tujuan Bidang Keperawatan)

2) Menyusun rencana kebutuhan tenaga kebidanan dari segi jumlah maupun kualifikasi tenaga untuk di instalasi wilayah tanggung jawabnya, berkoordinasi dengan kepala instalasi & kepala ruangan.

3) Menyusun rencana kebutuhan peralatan kebidanan dari segi jumlah, jenis maupun kualifikasi alat dengan berkoordinasi dengan kepala ruangan.

4) Menyusun program pengembangan staf kebidanan sesuai dengan kebutuhan pelayanan di diwalayah tanggungjawabnya dengan berkoordinasi dengan kepala ruangan dan kepala instalasi

5) Menyusun program orientasi bagi tenaga kebidanan baru yang akan bekerja di ruangkebidanan dan mahasiswa yang menggunakan ruangrawat di Instalasi sebagai lahan praktek. 6) Menyusun jadwal pertemuan berkala dengan para kepala

(28)

7) Membuat usulan mutasi tenaga kebidanan dari ruang yang menjadi tanggung jawabnya berkoordinasi dengan kepala instalasi.

Melaksankan fungsi penggerak pelaksana (P2) meliputi

1) Melaksanakan sebagaian tugas yang dilimpahkan dari kepala bidang.

2) Mewakili tugas & wewenang kepala bidang keperawatan atas persetujuan direktur rumah sakit

3) Menyampaikan dan menjelaskan kebijakan

bidangkeperawatanatas persetujuan direkturrumah sakit.

4) Memberikan bimbingan kepada kepala ruangan & staf kebidanan dalam hal pelaksanaan asuhan kebadanan.

5) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga kebidanan baru yangakan bekerja di unit kebidanan yangmenjadi tanggung jawabnya.

6) Memberikan bimbingan kepada tenaga kebidanan yangberada dibawah tanggungjawabnya untuk melaksanakan program kesehatan terpadu.

7) Memberikan bimbingan dan motivasi kepada kepala ruangan untuk berperan serta dalam penelitian.

8) Mengadakan pertemuaan dengan kepala ruangan rawat/staf kebidanan secara berkala atau sewakty-waktu bilda diperlukan. 9) Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh kepala bidang

keperawatan/direktur rumah sakit.

10)Menerima, menyususn & meneruskan laporan hasil rapat staf serta hasil kegiatan kebidanan diwilayah tanggung jawabnya kepada kepala bidang keperawatan dengan berkoordinasi dengan kepala instalasi

11) Menampung & menanggulangi usul, keluhan-keluhan tentang masalah ketenangaan maupun pelayanan kebidanan serta menyampaiakannya kepada bidangkeperawatan.

12)Membantu menyelesaikan masalah yang timbul diruang rawat wilayah tanggung jawabnya.

13)Melakukan koordinasi dengan institusi pendidikan kebidanan untuk menunjang kelancaran program pendidikan, khususnya yang menggunakan rumah sakit sebagai lahan praktek.

14)Memeliti dan mempertimbangkan syarat kenaikan pangkat, cuti, pindah, berhenti dll dari tenaga kebidanana dan tenaga lainnya diruangan yang menjadi tanggung jawabnya.

15)Menyimpan dokumen kepegawaiana dari tenaga kepeawatan yang berada diwilayah tanggung jawabnya.

Melaksankan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) meliputi:

(29)

2) Mengendalikan pendayagunaan tenaga kebidanan

3) Mengendalikan pendayagunaan peralatan kebidanan secara berkala dan efektif

4) Melaksanakan kunjungan keliling (supervisi) secara berkala/sewaktu-waktu ke ruang rawat agar tujuan pelayanan kebidanan yang ingin dicapai tetapterjamin. Supervisi tersebut dilakukan secara mandiri atau bersama-sama dengan kepala ruangan/kepala intalasi.

5) Menilai mutu pelayanan/asuhan kebidanan dengan berkoordinasi dengan kepal ruangan atau tim pengendali mutu rumah sakit.

6) Menilai kemampuan kinerja staf kebidanan diruang yang menjadi wilayah tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan kepala ruangan atau kepala instalasi.

3. Kepala Kamar Bersalin

Tanggung Jawab :

1. Nama jabatan : Kepala Kamar bersalin.

2. Pengertian : Seorang tenaga bidan yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur serta

mengendalikan kegiatan pelayanan

keperawatan di Instalasi di Kamar bersalin

Persyaratan :

a. Pendidikan :

 Diutamakan D4 Kebidanan + 1 tahun pengalamam klinik  Ahli Madya Kebidanan + 3 tahun pengalaman klinik  D1 Kebidanan + 5tahun pengalaman klinik.

b. Pelatihan : Manajemen kepala ruangan Kebidanan c. Pengalaman Kerja : Sebagai kepala rungan 3-5 tahun.

d. Kondisi Fisik : Sehat Jasmani dan Rohani

b. Pelatihan : Administrasi/manajemen Kebidanan c. Pengalaman Kerja : Sebagai kepala rungan 3-5 tahun. d. Kondisi Fisik : Sehat Jasmani dan Rohani

3. Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Penyelia/pengawas Uraian Tugas :

(30)

a. Mengatur dan mengendalikan tenaga

1) Menempatkan personil sesuai dengan ruang lingkup tugas dan kegiatan yang sudah ditentukan.

2) Mengatur cuti personil

3) Menyiapkan daftar dinas mingguan dan bulanan

4) Membuat buku penilaian personil

5) Membuat DP 3

6) Melakukan pembinaan tenaga kebidanan

7) Merencanakan pengembangan karir tenaga kebidanan

8) Merencanakan kesejahteraan tenaga kebidanan

9) Memberi kesempatan orientasi untuk tenaga baru

10)Monitoring dan mengevaluasi kinerja tenaga kebidanan. b. Mengatur dan mengendalikan asuhan kebidanan

1) Membimbing pelaksanaan asuhan kebidanan pada pasien pre intra dan post partum serta bayi baru lahir normal

2) Mengawasi dan memperhatikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada pasien dengan kasus tertentu (patologis)

c. Mengatur dan mengendalikan kegiatan di Ruangan Kebidanan 1) Mengetahui jumlah pasien di Ruangan Kebidanan

2) Mengetahui jenis kegiatan yang akan dilaksanakan

3) Mengawasi disiplin dan tata tertib sterilitas terhadap semua personil yang masuk kedalam Ruangan Kebidanan

4) Mengawasi dan memperhatikan perlengkapan alat untuk tiap jenis tindakan di Ruangan Kebidanan.

5) Mengawasi dan memperhatikan sterilitas alat-alat di Ruangan Kebidanan

6) Mengawasi pengiriman dan penyimpanan bahan laboratorium d. Mengatur dan mengendalikan kebutuhan logistik

1) Mengajukan kebutuhan obat-obatan dan kebutuhan bahan-bahan untuk keperluan di Ruangan Kebidanan

2) Membuat laporan pertanggung jawaban pemakaian obat di Ruangan Kebidanan

3) Mengawasi pemakaian alat-alat di Ruangan Kebidanan 4) Membuat laporan kerusakan alat

5) Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan alat-alat kelontong pembersih, alat kesehatan utama, alat komunikasi dan sanitasi 6) Mengawasi pemakaian listrik, air, AC, oksigen, alat pengisap, dll 7) Mengajukan kebutuhan linen, barang-barang kelontong dan alat

rumha tangga.

e. Pencatatan dan pelaporan

1) Mencatat kegiatan di buku register

(31)

3) Membuat laporan persalinan dan tindakan khusus. f. Koordinasi :

1) Mengadakan rapat dengan staf minimal 1 kali sebulan

2) Mengikuti rapat/pertemuan di luar Ruangan Kebidanan

3) Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait

4) Melaporkan kegiatan kepada Kasie Keperawatan.

5) Koordinasi kerja dengan kepala rumah tangga untuk kerusakan gudang peralatan rumah tangga dan kebersihan.

4. Clinical Instructur

1. Nama jabatan : Clinikal Instruktur.

2. Ruang Lingkup Tugas :Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran kepada mahasiswa kebidanan di Kamar bersalin

3. Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Kepala kamar bersalin 4. Uraian Tugas :

1) Mengorientasikan bidan baru dan mahasiswa

2) Mengidentifikasi target pencapaian keterampilan dan nilai yang dibutuhkan bidan pelaksana dan mahasiswa

3) Melaksanakan pengajaran praktek dan prosedur bidan kepada bidan pelaksana dan mahasiswa

4) Melaksanakan bimbingan dan pengarahan kepada bidan pelaksana dan mahasiwa baik dari segi asuhan kebidanan maupaun pendokumentasian

5) Mendiskusikan hasil prosedur bidan yang telah dilakukan oleh bidan pelaksan maupiun mahasiswa baik secra individu maupun kelompok

6) Memperkenalkan dan menjelaskan hal-hal yang baru (ilmu,alat, prosedur,dll) sesuai dengan kemajuan teknologi di lapangan kepada bidan dan mahasiswa

7) Mengatur penempatan mahasiswa dan membuat laporan kemajuan mahasiswa kepada institusi pendidikan

8) Menggantikan fungsi Kepala Ruangan bila berhalangan/cuti

5. Bidan Pelaksana

1. Nama jabatan : Bidan Pelaksana .

2. Ruang Lingkup Tugas :Melaksanakan asuhan kebidanan dengan profesional di kamar bersalin.

3. Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Kepala kamar bersalin 4. Uraian Tugas :

1. Mengikuti serah terima pelanggan dan pelayanan kebidanan dari sift sebelumnya

2. Bertanggung jawab terhadap mutu asuhan kebidanan 3. Merencanakan asuhan kebidanan individual

(32)

5. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan individual 6. Inventarisasi alat-alat kesehatan

7. Koordinasi dengan bagian terkait 8. Pencatatan dan pelaporan

8. 6. Petugas PKE

Membantu pekerjaan bidan dalam batas normal kecuali tugas spesifik yang hanya boleh dikerjakan oleh bidan pelaksana.

9. 7. Petugas Pekarya / POS

Membantu pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan pasien dan keluarga maupun pengelolaan unit/ruangan secara umum antara lain: memandikan pasien dan tugas lain di luar tugas spesifik yang hanya boleh dilakukan oleh bidan pelaksana.

Lampiran –4

Kualifikasi / persyaratan jabatan bagi pimpinan pelayanan kebidanan di Ruangan Kebidanan:

1. Kualifikasi Kepala Ruangan Ruangan Kebidanan / Nifas a. Pendidikan D III Kebidanan / D IV Kebidanan

b. Pengalaman : Minimal Lima tahun dipelayanan Kebidanan dan pernah menjadi CI

c. Pelatihan : Mendapatkan sertifikat CI untuk Aid Living Skill (ALS), Resusitasi, Marketing Public Relation (MPR), Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK), Pencegahan Infeksi (PI), dan Manajemen Bangsal

d. Keterampilan: Dapat berkomunikasi efektif & menguasai teknik keterampilan kebidanan

e. Kepribadian : Jujur, kreatif, inovatif, tanggung jawab, energik, tanggap terhadap lingkungan, loyal dan memiliki figure pemimpin.

f. Memiliki pengetahuan leadership

2. Kualifikasi Clinical Instruktur :

a. Pendidikan D III Kebidanan / D IV Kebidanan. b. Pengalaman: Tiga tahun di pelayanan kebidanan

c. Pelatihan: Mendapatkan sertifikat CI , palatihan ALS, Resusitasi dan Pencegahan Infeksi.

d. Keterampilan: Dapat berkomunikasi efektif dan menguasai teknik keterampilan kebidanan.

e. Kepribadian: Jujur, kreatif, dan inovatif f. Tanggung jawab dan energik

(33)

3. Kualifikasi Bidan Jaga Utama a. Pendidikan : D III Kebidanan b. Pengalaman : Minimal Tiga tahun

c. Pelatihan : Pernah mengikuti BLSS, Resusitasi, CTG, PI 4. Kualifikasi Bidan Pelaksana

a. Pendidikan : D III Kebidanan b. Pengalaman : Minimal 1 tahun

(34)

Lampiran –5

(35)

Lampiran –6

Pendokumentasian pelayanan kebidanan

Pencatatan dan pelaporan yang harus ada di Ruangan Kebidanan, adalah: Pencatatan dan Pelaporan Umum :

1. Alat Medis dan Non Medis. 2. Alat Rumah Tangga.

3. Obat-Obatan.

4. Kegiatan Manajemen.

Pencatatan dan Pelaporan Khusus : a. Register poliklinik

b. Register kamar bersalin c. Register ruang nifas d. Buku Kunjungan e. Kartu / Status f. Kartu rujukan

g. Format-format asuhan kebidanan (RM No. 4, 12, 13, 15, 20, 21, 6) h. Partograf

i. Formulir permintaan darah ke PMI

j. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium k. Persetujuan tindakan kebidanan (informed consent)

l. Ringkasan riwayat pulang obstetric dan gynekologi m. Catatan kematian ibu dan bayi

n. Catatan kasus-kasus penyebab kematian/risiko tinggi ibu dan bayi

o. Pelaporan hasil pelayanan serta koordinasi denga beberapa SMF/Unit lain p. Catatan-catatan penyuluhan serta anjuran-anjuran yang telah di arahkan

kepada pasien.

Catatan Rekam Medis sebaiknya dibuat sejak awal dirawat sampai pulang serta dibuat satu persatu orang.

Lampiran –7

(36)
(37)

Lampiran – 8

Penghitungan kebutuhan tenaga sesuai dengan beban kerja di Kamar bersalin :

A. Untuk partus normal menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

6 jam adalah konstanta : Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan normal mencakup kala I s/d kala IV

Contoh soal :

 Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s/d kala IV = 6 jam / pasien

 Jam efektif kerja bidan = 7 jam / hari  Rata – rata pasien per hari = 5 pasien

Berapa jumlah bidan yang diperlukan :

5 pasien X 6 = 30 = 4,3 ( 5 0rang + loss day ) 7

Loss Day : 78 X 5 = 1,4 ( 2 ) 286

25 % x 7 = 2

jadi jumlah bidan yang dibutuhkan : 9 orang

B. kebutuhan tenaga bidan untuk pasien kegawatan :

- Rata – rata pasien / hari : 3

- Jumlah jam perawatan 6,5 jam / hari - Jumlah jam perawatan : 3x6,5 = 19,5 - Jadi jumlah bidan : 19,5 = 2, 78 ( 3 ) 7

Loss day : 78 x 3 = 1 286

6 jam X rata-rata pasien /hari jam kerja dalam satu hari

(38)

25 % x 4 = 1

jadi jumlah bidan yang dibutuhkan : 5

(39)

Lampiran –9

Fasilitas & peralatan pelayanan kebidanan di kamar bersalin :

A. SARANA

1. KEBUTUHAN RUANG

Program Ruang Fasilitas Pelayanan Kebidanan merupakan suatu pemenuhan kebutuhan ruang dari Fungsi yang ada di fasilitas tersebut atas aktivitas pelayanan kesehatan yang dilakukan dengan kualitas yang memadai.

Ruangan-ruangan di Fasilitas Pelayanan Kebidanan : a. Ruang Tunggu

Tempat keluarga atau pengantar pasien menunggu. Tempat ini perlu

disediakan tempat duduk dengan jumlah sesuai dengan aktivitas pelayanan pasien yang dilaksanakan di rumah sakit.

Bila rumah sakit mampu sebaiknya disediakan pesawat televisi. b. Ruang Kantor/Administrasi

Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pasien di Fasilitas Pelayanan Kebidanan. Ruang ini berada pada bagian depan Fasilitas Pelayanan Kebidanan dengan dilengkapi loket, meja kerja, lemari berkas/arsip dan telepon/intercom.

Kegiatan administrasi meliputi :  Pendataan pasien

 Penandatanganan surat pernyataan keluarga pasien (apabila diperlukan tindakan operasi).

 Pembayaran (Kasir)

c. Ruang Pemeriksaan/Observasi/Konseling Ruang untuk pemeriksaan pasien

d. Ruang Persiapan

Ruang sebagai tempat untuk melakukan persiapan melahirkan.

e. Ruang Melahirkan

Ruang sebagai tempat dimana pasien melahirkan bayinya termasuk kegiatan – kegiatan untuk tindakan saat persalinan.

f. Ruang Pemulihan

Ruang untuk tempat pemulihan kondisi pasien melahirkan g. Ruang Bayi

(40)

Ruang tempat bayi yang telah dilahirkan h. Ruang Dokter

Ruang dokter / kepala ruangan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :  Ruang Kerja

 Ruang istirahat/ruang jaga

Pada ruang kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan dan furniture, sedangkan pada ruang istirahat hanya diperlukan sofa dan tempat tidur. Ruang dokter perlu dilengkapi dengan washtafel dan toilet.

i. Ruang Perawat/Bidan

Ruang untuk istirahat perawat/bidan /petugas lainnya setelah melaksanakan kegiatan pelayanan pasien atau tugas jaga. Kamar jaga harus di bagian depan sehingga mempermudah semua pihak yang memerlukan pelayanan pasien. j. Kamar ganti/locker

Tempat ganti pakaian, sepatu/alat kaki sebelum masuk ke ruang perawatan kebidanan, dan sebaliknya setelah keluar dari ruang perawatan, atau suatu ruangan yang diperuntukan bagi para pengunjung, staf medis maupun non medis untuk berganti pakaian atau alas kaki sebelum masuk ke ruang Perawatan Kebidanan.

k. Ruang Isolasi/Infeksi/Abnormal

Ruang untuk merawat pasien yang mengalami gangguan/kelainan dalam penanganan pelayanan kebidanan dan membutuhkan perhatian khusus. l. Ruang Pensucihamaan/Sterilisasi

Tempat pelaksanaan pensucihamaan/Sterilisasi instrumen dan barang lain yang diperlukan untuk kegiatan di Fasilitas Pelayanan Kebidanan.

 Ruang Sterilisasi

 TSU (Terminal Sterilisasi Unit)

Pada beberapa rumah sakit klas A dan B, kegiatan pensucihamaan/sterilisasi dilaksanakan di CSSD, untuk seluruh keperluan sterilisasi rumah sakit yang lebih kecil kegiatan sterilisasi dilaksanakan di ruang sterilisasi atau TSU yang berada di Fasilitas Pelayanan kebidanan dan melaksanakan sterilisasi hanya untuk keperluan di unit tersebut.

Di ruang pensucihamaan/sterilisasi harus terdapat :

 Workbench, 1sink/2 sink lengkap dengan instalasi air bersih dan air buangan

 Lemari instrumen sebagai penyimpanan instrumen yang belum disterilkan tetapi sudah di desinfeksi dan berada dalam tromol/pak

m. Gudang dan Ruang penyimpanan Alat

(41)

Ruang penyimpanan alat adalah ruangan yang berfungsi sebagai penyimpanan peralatan medik yang setiap saat diperlukan . peralatan yang disimpan

diruangan ini harus dalam kondisi siap pakai dan dalam kondisi yang sudah disterilisasi.

n. Ruang diskusi/kuliah/pendidikan/ruang pertemuan kecil.

Ruang yang diperlukan untuk kuliah mahasiswa atau diskusi dokter bila terdapat kasus selama kegiatan pelayanan pasien dan harus didiskusikan bersama. Ruang ini juga dapat digunakan sebagai ruang rapat.

Ruangan ini memerlukan peralatan berupa audio visual. Penggunaan ruang ini hanya terbatas untuk kegiatan kuliah/pendidikan/diskusi yang berhubungan dengan kegiatan pelayanan pasien di Fasilitas Pelayanan Kebidanan.

Fasilitas ruangan ini disediakan terutama untuk rumah sakit yang digunakan sebagai tempat pendidikan.

o. Ruang Linen

Tempat penyimpanan bahan-bahan linen. p. Kamar mandi/WC/Toilet

Fasilitas diatur sesuai dengan kebutuhan dan harus dijaga kebersihannya karena dengan kamar mandi/WC/toilet yang bersih maka citra rumah sakit khususnya Fasilitas Pelayanan Kebidanan akan baik, terdiri dari toilet pasien dan toilet staf.

q. Spoelhok

Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan.

Spoelhok dalam bentuk bak atau kloset dengan leher angsa (water seal). Pada ruang spoelhok juga harus disediakan kran air bersih untuk mencuci tempat cairan atau cuci tangan. Ruang tempat spoelhok ini harus menghadap keluar/berada di luar area perawatan Fasilitas Pelayanan Kebidanan ke arah koridor kotor.

r. Parkir Trolley

Tempat untuk parkir trolley selama tidak ada kegiatan pelayanan pasien. s. Koridor/lorong

Ruang/lorong yang menghubungkan antara ruang satu dengan yang lainnya. t. Ruang Petugas Kebersihan

Ruang untuk para petugas kebersihan di fasilitas pelayanan kebidanan rumah sakit.

(42)

2. PERSYARATAN SARANA (BANGUNAN)

a. Perencanaan

Dalam merencanakan bangunan untuk Fasilitas Pelayanan Kebidanan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Pengelompokkan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis hingga tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai bangunan.

2. Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persayaratan minimal yang telah ditentukan.

3. Memenuhi persayaratan-persayaratan ruang yang ada seperti penghawaan, pencahayaan, sirkulasi dll.

4. Dapat menciptakan kenyamanan dan keamanan yang optimal bagi para pemakai bangunan dalam melaksanakan aktivitas.

5. Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar instalasi dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan (misalnya IGD, ICU, COT, dst)

6. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang)

b. Persyaratan Dasar Bangunan :

Konsep dasar dalam membuat design bangunan rumah sakit adalah sebagai berikut :

1. Dalam konsep perawatan di Fasilitas Pelayanan Kebidanan yang sebaiknya dianut adalah “Perawatan Terpadu (Integrated Care”) untuk meningkatkan efesiensi pemanfatan ruang.

2. Bangunannya harus terdapat pada tempat yang strategis dengan bagian-bagian yang ada hubungannya satu dengan lainnya, jauh dari kebisingan.

3. Jauh dari tempat-tempat pembuangan kotoran dan mesin/genset, electromotor.

4. Penerangan di dalam harus cukup terang, sehingga setiap orang dapat bekerja sebaik-baiknya.

(43)

c. Persyaratan Fasilitas Pelayanan Kebidanan

Ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan untuk merencanakan Fasilitas Pelayanan Kebidanan di suatu rumah sakit antara lain :

1. Ruang bersalin harus mengelompokkan pasien sesuai dengan jenis persalinan yaitu persalinan normal dan persalinan abnormal sehingga mebutuhkan ruang pasien sesuai dengan kondisinya. 2. Ruang bayi dan ruang pemulihan harus diusahakan digabung agar

dapat dengan mudah melihat keadaan bayinya.

3. Perencanaan ruang steril, semi steril dan non steril harus benar-benar diperhatikan dan sesuai kebutuhan serta tata letak yang menunjang kegiatan yang ada.

4. Kebutuhan tempat tidur untuk :

- Persalinan normal : 4 tempat tidur - Persalinan abnormal : 2 tempat tidur

- Ginekologi : 1 tempat tidur

5. Terdapat ruangan untuk penempatan ultra sonografi d. Kebutuhan Minimal Luas Ruangan

Kebutuhan ruangan di Fasilitas Pelayanan Kebidanan adalah berkisar antara 1,5 x dari bed (tt)

Untuk total beds, contoh :

- Dengan 10 beds membutuhkan luas 15 m2 untuk beds saja.

- Untuk menjadi 1 unit yang lengkap membutuhkan 150 – 200 m2

atau 1 bed = 15 – 20 m2

Kebutuhan minimal ruangan :

1. Ruang Melahirkan 54 m2 2. Ruang Bayi 15 m2 3. Ruang Pemulihan 60 m2 4. Ruang Persiapan 25 m2 5. Ruang Observasi 24 m2 6. Ruang Dokter 12 m2 7. Ruang Perawat 20 m2 8. Ruang Tunggu 24 m2 9. Ruang Pensucihamaan/Sterilisasi 40 m2 10. Kantor/Administrasi 20 m2

11. Gudang dan Ruang Penyimpanan Alat 20 m2

12. Ruang Kuliah/pendidikan/pertemuan kecil 20 m2

13. Linen

(44)

14. Kamar ganti/locker 21 m2 15. Kamar mandi/WC/Toilet 20 m2 16. Spoelhok 12 m2 17. Parkir Trolley 12 m2

Seluruh ukuran ruang tergantung dari kebutuhan dan menurut skala prioritas ruang di suatu rumah sakit.

e. Tata Letak Fasilitas Pelayanan Kebidanan Terhadap Site

B. PRASARANA

1. PERSYARATAN LISTRIK

Persayaratan listrik yang diperlukan di Fasilitas Pelayanan Kebidanan a. Kotak Kontak/Stop Kontak

Di dalam Fasilitas Pelayanan Kebidanan perlu dipasang beberapa kotak kontak, hal ini disebabkan karena pada saat yang bersamaan akan difungsikan beberapa alat sekaligus. Pemasangan kotak kontak pada sisi samping kiri kepala pasien (power collum)

Jumlah kotak kontak mengikuti ketentuan yang berlaku (PUIL).

Titik pembumian yang akan digunakan pada Fasilitas Pelayanan Kebidanan harus dibuat khsusus dan tidak menggunakan titik pembumian yang ada pada panel listrik PLN, hal ini disebabkan karena peralatan medik memerlukan nilai tahanan tertentu yaitu tidak lebih dari 5 ohm.

b. Terminal Pembumian

Setiap kelompok kotak kontak dilengkapi dengan terminal pembumian sebanyak 1 (satu) titik.

Fungsi dari terminal pembumian adalah untuk menghubungkan alat-alat kesehatan dengan titik pembumian, sebab ada beberapa alat medik yang mensyaratkan adanya hubungan langsung dari alat ke titik pembumian (tidak melalui kabel daya/power cord).

Tujuan dari pemasangan kabel pembumian alat ke terminal pembumian adalah

DAPUR LAUNDRY BENGKEL SENTRAL GAS MEDIK PERA-WATAN KEBIDANAN BEDAH Emergency ICU CSSD LABORA -TORIUM RADIOLO GI FARMASI ADIMINST RASI POLIKLINIK FISIO-TERAPI

(45)

Terminal pembumian harus dihubungkan langsung dengan titik pembumian yang dibuat khusus untuk Fasilitas Pelayanan Kebidanan. Nilai tahanan kabel pembumian alat, (Impedansi pembumian alat) maksimum 0,20 Ohm.

c. Kotak Kontak Daya

Di dalam Fasilitas Pelayanan kebidanan harus disediakan 1 (satu) titik kotak kontak daya, yang diperlukan untuk supply daya X-Ray Mobile. Kapasitas kotak kontak daya adalah 25 Amp, menggunakan kabel 3x6 mm.

Kotak kontak daya juga harus dihubungkan dengan titik pembumian khusus.

d. Emergency Power

Sumber daya listrik rumah sakit umumnya berasal dari PLN. Ada beberapa instalasi/UPF yang kegiatannya tidak boleh terhenti meskipun aliran listrik dari PLN putus termasuk Fasilitas Pelayanan Kebidanan sehingga diperlukan suatu Emergency Power.

Fasilitas Pelayanan Kebidanan memerlukan Emergency Power yang berasal dari :

- Genset yang bekerja secara otomotis

- UPS

2. PERSYARATAN PENCAHAYAAN DAN KEBISINGAN

a. Pencahayaan

Pencahayaan mengkonsumsi energi dan memberikan pengaruh besar pada fungsi penggunaan ruang suatu bangunan. Sistem pencahayaan harus dipilih yang mudah penggunaannya, efektif, nyaman untuk penglihatan, tidak menghambat kelancaran kegiatan, tidak menganggu kesehatan terutama dalam ruang-ruang tertentu dan menggunakan energi yang seminimal mungkin. Untuk menghitung keperluan pencahayaan yang baik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- Keselamatan pasien dan tenaga medis/paramedis - Peningkatan kecermatan

- Kesehatan yang lebih baik

- Suasana yang lebih nyaman (menggunakan cover acrylic) atau sinar lampu yang tidak langsung.

Faktor-faktor yang menentukan sistem pencahayaan : - Intensitas penerangan di bidang kerja

- Intensitas penerangan umum dalam ruangan. - Biaya instalasi

- Biaya pemakaian energi

(46)

b. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran), maupun kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu. Sumber kebisingan di rumah sakit antara lain : Power House/Generator, ruang AHU (Air Handling Unit), ruang cuci piring, mesin cuci piring, jet pump, mesin potong, mesin gerinda dan mesin potong rumput.

Kebisingan yang tinggi dapat mengakibatkan dampak negatif : - Bersifat auditorial

Antara lain menganggu komunikasi, gangguan tidur, gangguan perilaku, gangguan fisiologis antara lain ditandai dengan sakit kepala, mual dan berdebar.

- Bersifat non auditorial

Dikenal dengan ‘occupational hearing loss’ termasuk trauma akustik dan Noise Induce Hearing Loss (NIHL).

Gangguan yang umum terjadi di rumah sakit adalah Noise Induce Hearing Loss (NIHL) yang terjadi karena bising dengan intersitas 85 dB atau lebih dalam jangka waktu yang lama.

Secara spesifik persyaratan tingkat kebisingan pada Fasilitas Pelayanan Kebidanan tidak ditentukan, tetapi mengacu kepada syarat-syarat sumber kebisingan menurut peraturan Menteri Kesehatan RI NO.718/Menkes/Per/XI/1987 dengan kategori tingkat kebisingan Zona A, Zona B, Zona C dan Zona D yang memenuhi syarat.

- Zona A : Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial dan sejenisnya.

- Zona B : Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.

- Zona C : Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar atau sejenisnya.

- Zona D : Zona yang diperuntukkan baik industri pabrik, station kereta api, terminal bus, dan sejenisnya.

Sehingga nilai ambang batas intesitas bising untuk keperluan Fasilitas Pelayanan Kebidanan dapat diterapkan sesuai Zona A yaitu dengan Nilai 35 s/d 45 DB

(47)

3. PENDOKUMENTASIAN UDARA

Pengaturan kondisi udara di Fasilitas Pelayanan Kebidanan harus memenuhi beberapa ketentuan, yaitu :

- Pengaturan temperatur udara + 24 0 C

- Kelembaban ruangan - Terjadi sirkulasi udara

Jenis AC yang sebaiknya digunakan pada Fasilitas Pelayanan Kebidanan adalah :

- AC Semi Ducting

- AC Split

- AC Central dengan Return Difucer

Penggunaan AC di Fasilitas Pelayanan Kebidanan harus dilengkapi dengan filter untuk menyaring mikro-organisme. Adapun jenis filter yang digunakan antara lain :

- Pre filter - Medium Filter

- Absolut Filter (khusus untuk AC Central)

Pada kurun waktu tertentu, filter harus dibersihkan/diganti, karena pada filter tersebut akan terdapat kotoran yang akan menghambat keluarnya udara dingin dan hal ini akan memperberat kerja mesin AC.

4. FREKUENSI LIAR.

Area Fasilitas Pelayanan Kebidanan harus terbebas dari gangguan frekuensi liar (harmonik) yang akan mengganggu kinerja alat-alat monitor. Dengan demikian lokasi Fasilitas Pelayanan Kebidanan harus jauh dari keramaian lalu lintas dan mesin-mesin.

Apabila Fasilitas Pelayanan Kebidanan sudah dibangun dan berada diarea dekat sumber frequency liar (harmonik), maka di Fasilitas Pelayanan Kebidanan dipasang sangkar FARADAY. Selain hal tersebut, alat monitor harus sudah dilengkapi dengan FILTER FREQUENCY.

Referensi

Dokumen terkait