1 PENGARUH HYPNOTHERAPI TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI IBU
PASCA OPERASI SECTIO SECAREA
Adil Candra1, Artia Diarina2, Romalina3
1,2,3Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang email: [email protected]
Ibu-ibu pasca operasi sectiocaesarea di RSUD Kota Tanjungpinang mengeluh nyeri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tingkat nyeri pada ibupasca-operasi sectiocaesarea. Desain penelitian ini adalah quasi experiment dengan rancangan non randomized control group pretest and posttest design dengan jumlah sampel sebanyak 86 ibu-ibupasca-operasi section caesarea (43 orang kelompok perlakuandan 43 orang kelompok control). Perlakuan dalam penelitian ini adalah hipnoterapi terhadap ibu-ibu pasca-operasi sectiocaesarea selama 15 menit. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan tes wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tingkat nyeri pada ibu-ibu pasca-operasi sectiocaesarea setelah dilakukan hipnoterapi.
Keywords: Hipnoterapi, nyeri, ibu pasca-operasi, sectiocaesarea
HYPNOTHERAPYEFFECT AGAINST DECREASED THE PAIN LEVELS FOR THE MOTHERPOSTOPERATIVE CESAREAN SECTIO
The mothers postoperative cesarean section at Tanjungpinang Regional Public Hospital complaint about pain. The purpose of research to find out the effect of hypnotherapy against decreased the pain levels for the mother postoperative cesarean sectio. The research design is quasi-experimental methods with Non randomized pretest and posttest design with total sampleis 86 mothers postoperative cesarean sectio (43 people treated groupand 43 people controled group). The Treatment inthis researchis hypnotherapy against them others postoperative cesareansectio for 15 minutes. Obtained data were analyzed usewil coxon test. The results howed there is decreased the pain levels for the mothers postoperative cesarean sectio after hypnotherapy treatment.
2 LATAR BELAKANG
Menurut data Word Health Organitation (WHO)1 tahun 2010, rata-rata sectio caesarea di setiap negara sekitar 5-15%. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)2 tahun 2013 menunjukkan angka kelahiran dengan operasi sectio caesarea di Indonesia 9,8% dengan proporsi tertinggi di daerah khusus ibukota Jakarta (DKI) 19,9% dan terendah di Sulawesi Tenggara 3,3%, sedangkan Kepulauan Riau menempati urutan kedua.
Persalinan sectio caesarea merupakan lahirnya janin melalui insisi dinding abdomen, dilakukan apabila terdapat indikasi medis, ibu dan janin. Proses persalinan operasi sectio caesarea akan menimbulkan gejala seperti nyeri merupakan ekspresi afektif tertentu akibat suatu penderitaan. Perubahan afektif meliputi peningkatan cemas disertai lapang persepsi yang menyempit, mengerang, menangis, gerakan tangan dan ketegangan otot diseluruh tubuh. Untuk mengurangi nyeri ada beberapa cara diantaranya farmokologi dan non farmakologi. ( Bobak, 2004 )3
Tenaga perawat sering menggunakan pemberian analgesic dalam menurunkan tingkat nyeri. Pemakaian Teknik hipnoterapi (non-farmakologi) pada suatu persalinan dapat menghambat sinyal nyeri mencapai otak. Hipnoterapi merupakan suatu metode untuk melakukan salah satu relaksasi mendalam, yang bertujuan untuk proses
kenyamanan dan rasa sakit yang minimum (Bobak,, 2004)4. Fenomena hipnoterapi merupakan tren baru dibidang kesehatan dalam menurunkan tingkat nyeri. Hipnoterapi merupakan suatu metode untuk melakukan salah satu relaksasi mendalam, yang bertujuan untuk proses kenyamanan dan rasa sakit yang minimum (Bobak, 2004; carpenito, 2000)5.
Menurut Risqi (2010)6 terdapat pengaruh pemberian hipnoterapi terhadap penurunan nyeri klien pasca operasi fraktur femur di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta. Sejalan dengan penelitian oleh Ginandes dalam Farida (2008)7 bahwa hipnoterapi digunakan untuk meredakan nyeri, melancarkan pernapasan, serta mengatasi gangguan pencernaan. Survei pendahuluan di RSUD Kota Tanjungpinang bulan September tahun 2014 terhadap ibu pasca-operasi sectio caesarea mengeluhkan nyeri saat batuk, bergerak dan cemas terhadap luka operasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahi pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tingkat nyeri pada ibu pasca-operasi sectio caesarea ( RSUD Kota Tanjungpinang, 2014)8.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hipnoterapi terhadap Penurunan Tingkat Nyeri pada Ibu Pasca-operasi Sectio Caesarea.
3 METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain penelitian menggunakan metode eksprimen semu (quasi experiment)
dengan rancangan Non Randomized Control Group Pretest and Posttest Design, Non
Equivalent Control Group (Natoatmodjo,
2010)9. Desain ini melibatkan dua subjek, satu diberikan perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2015 di RSUD Kota Tanjungpinang sebagai kelompok perlakuan dan di RSUD Provinsi Kepri sebagai kontrol.
PENGUMPULAN DATA 1. Kelompok Perlakuan
Pengukuran pertama (pre test) tingkat nyeri ibu pasca operasi seksio secaria dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner oleh peneliti. Kemudian peneliti melakukan Hipnotherapi, selanjutnya dilakukan pengukuran ke dua (post test) dengan menggunakan instrument yang sama
2. Kelompok Kontrol
Pengukuran pertama (pre test) tingkat nyeri ibu pasca operasi seksio secaria dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner oleh peneliti. Kemudian peneliti tidak melakukan Hipnotherapi, selanjutnya dilakukan pengukuran ke dua (post test) dengan menggunakan instrument yang sama
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat nyeri awal kelompok perlakuan dan kontrol yang dominan adalah nyeri sedang, selengkapnya sebagian besar adalah nyeri sedang 51,16% begitu juga dengan kelompok kontrol 37,20%. Tingkat nyeri akhir pada kelompok perlakuan yang dominan adalah nyeri ringan 53,49% sedangkan pada kelompok control yang dominan adalah nyeri sedang 37,20%.
Tabel 1.1 Nyeri Awal Kelompok Perlakuan dan Kontrol Kategori Perlakuan Kontrol f % f % Nyeri ringan 15 34,88 13 30,23 Nyeri sedang 22 51,16 16 37,20 Nyeri berat 5 11,62 13 30,23 Nyeri hebat 1 2,33 1 2,33 Jumlah 43 100,00 43 100,00
Tabel 1.2 Nyeri Akhir Kelompok Perlakuan dan Kontrol Kategori Perlakuan Kontrol f % f % Tidak nyeri 19 44,19 0 0 Nyeri ringan 23 53,49 13 30,23 Nyeri sedang 0 0 16 37,20 Nyeri berat 1 2,33 13 30,23 Nyeri hebat 0 0 1 2,33
Dari tes uji normalitas nyeri awal dan akhir dimana skala nyeri adalah nyeri ringan, sedang, berat, hebat dengan nilai >0,05 maka berdistribusi tidak normal. Mengingat tingkat nyeri awal dan akhir berdistribusi tidak normal maka digunakan tes wilxocon. Hasil tes wilcoxon menunjukkan ada pengaruh penurunan tingkat nyeri dengan p value 0,000.
4 Dari hasil tes wilcoxon pada kelompok
perrlakuan dan kelompok kontrol didapatkan nilai selisih tingkat nyeri kelompok perlakuan dan kelompok control nilai significancy nya 0.000 (p <0,05), maka ada penurunan tingkat nyeri
Table 5 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank selisih tingkat nyeri kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol
Kelompok N Z p-value Kelompok
perlakuan 43 -5.984 0.000 Kelompok control 43
Pembahasan hasil penelitian berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh pengaruh pengaruh Hypnotherapi terhadap penurunan tingkat nyeri pada Ibu pasca sectiocesarea. Pelaksanakan penelitian dengan Hipnoterapi dilakukan kepada responden yang berjumlah 43 orang, dipnoterapi 43 orang. Penelitian dilakukan pada 20 agustus sampai dengan 25 september 2015. Data demografi berdasarkan table 4.1 dalam penelitian dengan hipnoterapi meliputi data tentang umur, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 43 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden berusia < 20 tahun yaitu sebanyak 4 responden (9,30%), 20-30 tahun sebanyak 30 responden (69,77%) berusia lebih dari 30 tahun, dan sebanyak 9 responden (20,93%), Suku jawa 13 responden (30,23 %), melayu 15 responden ( 34,88 %), Minang 6 responden ( 13,95 % ),
batak 8 responden ( 18,60 % ), Tionghoa 1 responden (2,32 % ), tingkat pendidikan SD 4 responden (9,30), berpendidikan SMP, sebanyak 8 responden (18,60%) berpendidikan SMA 25 responden (58,13 %) , dan perguruan tinggi sebanyak 6 responden (13,95%). Pekerjaan IRT sebanyak 32 responden (74,11 %), PNS sebanyak 5 responden ( 11,62 % ), Swasta sebanyak 6 responden ( 13,95 %)
Data demografi dalam tabel 4.2 penelitian tanpa Hipnoterapi meliputi data tentang umur, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 43 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden berusia < 20 tahun yaitu sebanyak 2 responden (4,65%), 20-30 tahun sebanyak 30 responden (69,77%) berusia lebih dari 30 tahun, dan sebanyak 11 responden (25,58%), Suku jawa 17 responden (39,53 %), melayu 13 responden ( 30,23 %), Minang 9 responden ( 20,93 % ), batak 2 responden ( 4,65 % ), Tionghoa 2 responden (4,65 % ), tingkat pendidikan SD 6 responden (13,95 %), berpendidikan SMP sebanyak 9 responden (20,93%) berpendidikan SMA 21 responden (48,83 %) , dan perguruan tinggi sebanyak 6 responden (13,95%). Pekerjaan IRT sebanyak 26 responden (60,46 %), PNS sebanyak 7 responden ( 16,27 % ), Swasta sebanyak 10 responden (23,25 % ).
Menurut Mubarak (2006)14 pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan,
5 pekerjaan dan usia. Semakin meningkatnya
usia akan terjadi perubahan pada asfek fisik dan psikologis (mental). Usia mempengerahui daya tangkap dan pola fikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang daya tangkap dan pola fikir, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Tingkat pendidikan yang terbanyak pada responden adalah SLTP. Menurut Hendra (2008)15 tingkat pendidikan menetukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan dan memehami pengetahuan yang mereka peroleh. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pengetahuannnya. Nilai selisih tingkat nyeri kelompok perlakuan dan kelompok kontrol karena data nyeri mengikuti distribusi tidak normal maka digunakan metode statistika nonparametric dengan pengujian dua sampel dependen (Uji Wilcoxon Sign Rank). Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa p – value 0,000 sesudah hipnoterapi maka ada pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tingkat nyeri pada ibu pasca seksio secaria..Sesuai dengan Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965)16 menjelaskan bahwa impuls nyeri diatur oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut control desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan Cmelepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan.
Selain itu terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanis mepertahanan. Mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mechanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otakyang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen,seperti endorfin dan dinorfin, pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan denganmenghambat pelepasan substansi P. Tehnik distraksi, musik, konselingdan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorphin (Potter dan Perry, 2005)17. Sesuai dengan teori Menurut Smeltzer & Barre (2004)18. Faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri usia, jenis kelamin, budaya. Batasan usia menurut DepKes RI (2009)19 yaitu anak-anak mulai usia0-12 tahun, remaja usia 13-18 tahun, dewasa usia 19-59 tahun, lansia usia lebih dari 60 tahun. Usia mempunyai peranan yang penting dalam mempersepsikan dan
6 mengekspresikan rasa nyeri. Pasien dewasa
memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri dibandingkan pada lansia. Respon nyeri di pengaruhi oleh jenis kelamin. Logan dan Rose (2004)20 melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk mengetahui perbedaan respon nyeri antara laki-laki danperempuan. Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam merespon nyeri yaitu perempuan mempunyai respon nyeri lebih baik dari pada laki-laki. Menurut Suza(2003)21, menemukan bahwa orang Jawa dan Batak mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri. Dia menemukan bahwa pasien Jawa mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan hanya diam, menunjukkan sikap tabah, dan mencoba mengalihkan rasa sakit melalui kegiatan keagamaan. Ini berarti bahwa pasien Jawa memiliki kemampuan untuk mengelola rasa sakitnya. Pasien suku Batak merespon nyeri dengan berteriak, menangis, atau marah dalam rangka untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, sehingga menunjukkan ekspresif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan budaya yang berbeda akan berbeda cara mempersepsikan rasa nyeri. Nyeri untuk menguranginya salah satu dengan cara hypnotherapy, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Priharjo (1993)22 bahwa hypnotherapy adalah suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
klien dengan sugesti yang diberikan sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Hal ini sejalan dengan pendapat Smeltzer dan Bare (2002)23 yang mengatakan bahwa hypnotherapy dapat menurunkan persepsi nyeri pada seseorang dengan menstimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Tekhnik hypnotherapy dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktifitas retikuler menghambat stimulasi nyeri, jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (Tamsuri, 2006)24. Sejalan dengan studi penelitian oleh American Psychological Association (2004)25 pada tahun 2000 dari 18 penelitian yang dilakukan oleh psikolog Guy Montgomery, PhD, Katherine Duhamel, PhD dan William Redd, PhD menunjukan bahwa 75% peserta klinis dan eksperimental dengan berbagai jenis nyeri diperoleh substansial nyeri dari tekhnik hypnotherapy dengan berbagai prosedur bedah misalnya usus buntu, pengangkatan tumor, pengobatan luka bakar, nyeri persalinan dan aspirasi sum-sum tulang dan berbagai bentuk rasa nyeri lainnya telah terbukti efektif dalam intervensi keperawatan. Hal ini menunjukan bahwa tekhnik hypnotherapy setara atau efektif sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi nyeri akut dan kronis serta akan menghemat uang dan waktu bagi klien dan dokter (Petterson dan Jensen, 2003)26. Penelitian yang dilakukan Risqi (2010) tentang
7 pengaruh pemberian hypnotherapy terhadap
penurunan nyeri klien pasca bedah fraktur femur di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Ortopedi Surakarta, dengan jumlah sampel 27 responden dari 93 jumlah populasi yang ada. Hasil uji tingkat nyeri sebelum dilakukan hipoterapi menunjukkan 23 responden dengan nyeri sedang, 4 responden dengan nyeri hebat. Setelah diberi hypnotherapy, menunjukkan 24 responden dengen nyeri ringan dan 3 responden dengan nyeri sedang. Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan p-value = 0,001, sehingga disimpulkan terdapat pengaruh hypnotherapy terhadap penurunan nyeri pada klien pasca bedah fraktur femur di Ruang Rawat Inap bedah Rumah Sakit Orthopedi Surakarta. Penelitian Ginandes dalam (Farida, 2008), membuktikan hypnotherapy juga bisa digunakan untuk meredakan nyeri, melancarkan pernapasan, serta mengatasi gangguan pencernaan. Dengan hypnotherapy, dapat meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh. Endophrin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat rileks atau tenang. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terkait, penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu tekhnik keperawatan non farmakologis yang efektif terhadap penurunan nyeri adalah tekhnik hypnotherapy, khususnya terhadap nyeri klien post appendictomy dan dapat pula
dilakukan untuk mengatasi nyeri. Menurut Fachri,H, (2008)27 ,Hypnotherapy adalah suatu kondisi pikiran saat fungsi analisis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconscious). Dalam keadaan itu, tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup. Individu yang berada pada kondisi hypnotic atau “hypnotic trance” lebih terbuka terhadap segesti dan dapat dinetralkan dari berbagai rasa takut berlebihan (phobia), trauma, atau rasa sakit. Individu yang mengalami hypnosis masih dapat menyadari apa yang terjadi di sekitarnya dan juga berbagai stimulus yang diberikan oleh therapist.
KESIMPULAN
Terdapat pengaruh Hipnoterapi terhadap penurunan tingkat nyeri pada ibu pasca seksio secaria. Dimana selisish tingkat nyeri kelompok perlakuan dan kelompok kontrol didapatkan p – value 0,000.
SARAN
Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk melaksanakan tindakan penurunan tingkat nyeri seperti melaksanakan tindakan hypnotherapy
8 DAFTAR PUSTAKA
Balitbagkes.2013.Riset Kesehatan Dasar. Bobak. Dkk.2004.Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC
Dahlan, Sopiyudin 2008. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, salemba
medika
Fachri,A.Hysam,2008 The Real Art of Hypnosis ; kolaborasi seni Hipnosis
Timu-Barat, Jakarta. Gagas Medika Kartika Wati, 2011. Dasar-dasar
keperawatan gawat darurat, Jakarta Salemba medika
Mubarak, W.I . santoso, B. A. Rozikin, K., dan patonah, S (2006) Buku ajar ilmu keperawatan komunitas 2 : Teori dan aplikasi dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik dan keluarga. Jakarta Sagung Seto.
Notoatmodjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Polit D.F & Beck C.T. (2006). Nursing Research Methods, Appraisal, and Utilizationa (6th Ed.). Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Potter & Pery (2009). Fundamental Keperawatan.Jakarta Salemba Medika Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.