1 | v i e m a r t i n y
Guillain Barre Syndrome
TOPIK : Penyakit Neuromuskular dan NeuropatiSKDI : 3B
Nama lain : Idiopathic polyneuritis, Acute Febrile Polyneuritis, Infective Polyneuritis, Post Infectious Polyneuritis, Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy, Guillain Barre Strohl Syndrome, Landry Ascending paralysis, dan Landry Guillain Barre Syndrome. GBS adalah polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1-3 minggu setelah infeksi akut.
ETIOLOGI
Belum dapat diketahui dengan pasti
Sering berhubungan dengan infeksi akut non spesifik seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal
Infeksi akut yang berhubungan dengan SGB Keadaan Yang
Mendahului
Nama Penyakit
Infeksi Virus CMV, HIV, Influenza, EBV, Varicella-zoster, Measles, Vaccinia/smallpox, Mumps, Rubella, Hepatitis, Coxsackie, Echo Infeksi Bakteri Campylobacter Jejeni, Typhoid, Borrelia B, Mycoplasma Pneumonia,
Paratyphoid, Brucellosis, Chlamydia, Legionella, Listeria Infeksi Parasit Malaria, Toksoplasmosis
Penyakit Sistemik Peny. Hodgkins, leukimia, hipertiroidisme, peny. Kolagen, sarkoidosis Keadaan lain Kehamilan, operasi, transplantasi organ, imunisasi
DIAGNOSIS
a. Gejala klinis 1. Gejala Motorik
Kelumpuhan yang ascending, bilateral dan simetris
Berawal dari tungkai bagian distal dan secara progresif cepat mengalami perburukan ke arah proksimal.
Kemudian diikuti kelumpuhan lengan bagian distal
Kelumpuhan anggota gerak seperti terikat karet (rubbery legs) atau gesper (buckle legs)
2. Gejala Sensoris
Baal atau terasa geli yang mengalami perburukan dari arah distal ke proksimal dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Gloves and Stocking dysesthesias
Kadang ada distal parestesia, nyeri, kram pada otot
3. Saraf kranial : wajah droop, diplopia, disarthria, disfagia, ophthalmoplegia, gang. Pada pupil biasanya setelah tubuh dan tungkai terkena
2 | v i e m a r t i n y
4. Perubahan otonom : takikardi, bradikardi, facial flushing, hipertensi paroksimal, hipotensi ortostatik, anhidrosis, retensi urin.
5. Sesak saat aktivitas, sesak napas, kesulitan menelan. b. Pemeriksaan fisik
Pem. Neurologis : kelemahan otot, refleks tendon ↓ atau (-), tanda rangsang meningeal kaku kuduk dan kernig mungkin ditemukan.
c. Pem. Penunjang
Pem. LCS : kenaikan kadar protein (1-1,5 g/dl) tanpa diikuti kenaikan jumlah sel pada minggu pertama dan kedua atau dilakukan >48 jam setelah timbulnya gejala
EMG : awal → normal, kelumpuhan pada minggu 1 dan puncaknya
pada akhir minggu 2, akhir minggu 3 menunjukkan adanya perbaikan
MRI : bermakna jika dilakukan pada hari ke 13 setelah timbulnya gejala. Gambaran → cauda equina bertambah besar
Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah kriteria dari National Institute of Neurological and
Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu:
Gejala Utama
Terjadinya kelemahan yang progresif Hiporefleksi
Gejala Tambahan
Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4 minggu Relatif simetris
Gejala gangguan sensibilitas ringan
Gejala saraf kranial terjadi parese N VII dan sering bilateral.
Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat memanjang sampai
beberapa bulan.
Disfungsi otonom : Takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dangejala vasomotor.
Tidak ada demam saat onset gejala neurologis Pemeriksaan LCS
Protein LCS : Meningkat setekah gejala 1 minggu atau terjadi peningkatan pada LP serial Jumlah sel LCS < 10 MN/mm3
Gambaran elektrodiagnostik
Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus.
Biasanya kecepatan hantar kurang 60% dari normal DIAGNOSIS BANDINGPada stadium awal kadang-kadang harus dibedakan dengan keadaan lain, seperti: 1. Mielitis akuta
2. Poliomyelitis anterior akuta 3. Porphyria intermitten akuta 4. Polineuropati post difteri
3 | v i e m a r t i n y TATALAKSANA
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Terapi Fase Akut :
Terapi Suportif
a. Monitoring fungsi vital (dirawat di ruang intensif) b. Pemasangan intubasi bila :
Kapasitas vital (VC) <20 ML/kg
Tekanan negatif inspirasi (NIF) <-25 cm H2O
Lebih dari 30% penurunan VC dan NIF dalam 24 jam
Terjadi perburukan gejala klinis dengan progresifitas yang cepat Terdapat gejala disotonomia
Terapi Medikamentosa (tidak efektif bila diberikan lebih dari 2 minggu sejak gejala awal)
a. Imunoglobulin IV
Imunoglobulin IV dosis tinggi (IVIg) 400 mg/kg untuk 5 hari atau dosis total pemberian 2 gr/kgBB
b. Plasmaparesis
Bertujuan untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar. Dosis 40 - 50 ml/kg plasma diberikan 4 kali dalam seminggu.
Terapi setelah fase akut
Program rehabilitasi untuk memperbaiki fungsi activities of daily living PROGNOSIS
Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi pada sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengan keadaan antara lain :
pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal
mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset progresifitas penyakit lambat dan pendek
4 | v i e m a r t i n y
MIASTENIA GRAVIS
TOPIK : Penyakit Neuromuskular dan NeuropatiSKDI : 3B
Penyakit Neuromuscular yang ditandai oleh kelemahan/kelumpuhan otot-otot lurik setelah melakukan aktifitas, dan akan pulih setelah beberapa saat (beberapa menit sampai beberapa jam) yang disebabkan adanya penurunan Ach Reseptor pada Neuro-muscular junction.
ETIOLOGI
Autoimun Virus
Obat-obatan :
o Antibiotik (Aminoglycosides, ciprofloxacin, ampicillin, erythromycin) o B-blocker (propranolol) o Lithium o Magnesium o Procainamide o Verapamil o Chloroquine o Prednisone GEJALA KLINIS • Anamnesa :
o Diplopia yang timbul pada sore hari atau pada waktu magrib dan menghilang pada waktu pagi hari
o Strabismus o Ptosis
o Suara basal yang cenderung berfluktuasi dan memburuk bila percakapan berlangsung terus
o Senyuman “myasthenik” (nasal, seolah-olah mengeram) o Afoni temporer
o Kelemahan rahang yang progresif pada waktu mengunyah (penderita sering menunjang rahangnya dengan tangan saat mengunyah)
o Disfagia
o Regurgitasi makananan o Kelemahan menyeluruh
DIAGNOSIS
• Anamnesis gambaran klinis • Tes klinik sederhana
o Memandang objek di atas level bola mata ptosis pd miastenia okuler o Mengangkat lengan Lengan akan jatuh bila otot-otot bahu terkena
o Pada kasus bulbar, penderita disuruh menghitung 1-100 maka volume suara akan menghilang atau timbul disartria
5 | v i e m a r t i n y
• Tes Farmakologik
o Endrofonium injeksi 8 mg IV Gejala akan membaik dalam waktu 30 detik sampai 1 menit dan efek akan menghilang dalam beberapa menit
o Neostigmin injeksi : 1,25 mg IM dapat dikombinasi dengan atropin 0,6 mg untuk mencegah efek samping gejala membaik dalam 30 detik dan akan berakhir dalam 2 atau 3 jam
• Pemeriksaan Laboratorium
– Anti-acetylcholine receptor antibody 85% pada miastenia umum
60% pada pasien dengan miastenia okuler – Anti-striated muscle
Pada 84% pasien dengan timoma dengan usia kurang dari 40 tahun – Interleukin-2 receptors
Meningkat pada MG
Peningkatan berhubungan dengan progresifitas penyakit • Imaging
– Foto polos posisi AP dan lateral dapat mengidentifikasi timoma sebagai massa mediatinum anterior
– CT scan thoraks identifikasi timoma
– MRI menyingkirkan penyebab lain defisit Nn. Craniales, tidak digunakan secara rutin.
TERAPI
Obat Antikolinesterase : neostigmin dan piridostigmin Tindakan bedah : timektomi
KOMPLIKASI
Krisis kolinergik : terjadi bila kolinesterase dihambat secara berlebihan oleh obat antikolinesterase. GK : bingung, pucat, berkeringat, dan pupil miosis menyertai kelemahan otot yang progresif.
6 | v i e m a r t i n y
CARPAL TUNNEL SYNDROME
TOPIK : Penyakit Neuromuskular dan NeuropatiSKDI : 3A
CTS
Lokasi N. Medianus pada pergelangan tangan
Etiologi Penyebab pasti belum diketahui
Aktivitas tangan berlebihan dan berulang (fleksi dan ekstensi)
F. Risiko : gerakan berulang, gerakan kecepatan tinggi, posisi sendi yang tidak nyaman, tekanan langsung pada pergelangan tangan, vibrasi, postur pergelangan tangan yang dipertahankan untuk jangka waktu lama
Gejala Klinis Muncul mendadak atau bertahap
Gejala awal berupa gangguan sensorik saja biasanya berupa : o Parestesia
o kurang merasa (numbness)
o rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari, kadang-kadang mengenai seluruh jari-jari.
o Nyeri
o Pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari yang berkurang setelah penderita mulai mempergunakan tangannya o Gejala lebih terasa pada malam hari dan menyebabkan
terbangun dari tidur, lama kelamaan dirasakan sepanjang hari o Gejala berkurang dengan memijat, menggerak-gerakkan atau
dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi dan banyak mengistirahatkan tangannya.
Pada tahap yang lebih lanjut: o Sulit menggenggam barang o Atrofi otot-otot thenar
Pemeriksaan a. Pem. Sensorik
Defisit sensorik pada area yang dipersarafi n. Medianus, bagian volar manus digiti 1,2,3 dan setelah lateral digiti 4.
Sensibilitas getar menurun Gangguan diskriminasi dua titik b. Tes provokasi
Tanda tinel : perkusi di daerah n. Medianus di sekitar pergelangan tangan. (+) bila timbul kesemutan pada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan setengah bagian medial jari manis
Tanda phalen : fleksi maksimum pada pergelangan tangan selama 60 detik. (+) bila terasa nyeri, kesemutan, atau rasa tebal pada area distribusi n. Medianus.
Tes kompresi karpal : penekanan pada terowongan karpal selama 30 detik. (+) bila timbul rasa nyeri atau kesemutan pada daerah yang dipersarafi n.medianus.
Tes torniket : penekanan dengan tensimeter pada tekanan darah di atas sistolik selama 1 menit. (+) bila timbul parestesi atau baal.
7 | v i e m a r t i n y
c. Tes flick
Penderita mengibaskan tangan, bila berkurang atau menghilang maka dikatakan (+)
d. Kelemahan pada otot tangan e. Atrofi pada otot tenar
Pemeriksaan penunjang a. NCS b. Foto Manus c. USG d. MRI tangan
Diagnosis Nyeri atau parestesi atau anestesi pada distribusi n.medianus dengan salah satu gejala sebagai berikut : tanda tinel (+), tanda phalen (+), abnormalitas pada pem. NCS
DD a. Cervical radiculopathy
b. De quervain’s syndrome c. Inoracic outlet syndrome d. Pronator teres syndrome Penatalaksanaan a. Tindakan konservatif
Modifikasi aktifitas : tangan diistirahatkan dari tindakan fleksi dan ekstensi yang berulang selama 2-6 minggu
Penggunaan Bidai Fisioterapi
Diuretik, Vit B6
NSAID : Ibuprofen dan piroksikam
Steroid : prednisone dosis 20 mg/hari selama 2 minggu dilajutkan dengan dosis 10 mg/hari untuk 2 minggu
b. Tindakan Operatif : bila telah ada atrofi otot dengan cara limited open carpal tunnel release
8 | v i e m a r t i n y
TARSAL TUNNEL SYNDROME
TOPIK : Penyakit Neuromuskular dan NeuropatiSKDI : 3A
TTS
Lokasi N. Tibialis pada pergelangan kaki
Etiologi Orang yang mempunyai kaki yang datar
Kompresi yang diakibatkan oleh : Lipoma, Tendon sheath ganglia, Neoplasma pada tarsal canal, Nerve sheath, Nerve tumor, Vena varicose
Trauma : ankle sprain Overweight
DM atau artritis Gejala Klinis Tingling
Burning
Numbness
Pain
Dirasakan pada bagian medial dari ankle atau bagian bawah kaki Timbul bila berdiri lama, berjalan, olahraga, dan pada awal
program olahraga.
Pemeriksaan Tanda tinel : rasa geli pada tungkai yang dihantarkan oleh n. Tibialis setelah perkusi
Rasa perih pada saat fleksor retinakulum di palpasi
Kehilangan sensasi yang terbatas pada aspek medial dari kaki disekitar tumit
Pemeriksaan penunjang
EMG MRI
Diagnosis Memanipulasi kaki yang terkena selama pemeriksaan fisik, seperti mengetuk atau menekan daerah yang seringkali menyebabkan kesemutan
DD
Penatalaksanaan a. Tindakan konservatif Rest
Ice : kompres dingin selama 20 menit NSAID : ibuprofen
Imobilisasi
Fisioterapi : ultrasound terapi, latihan b. Tindakan Operatif : retinakulum flexor release
9 | v i e m a r t i n y
NEUROPATI
TOPIK : Penyakit Neuromuskular dan NeuropatiSKDI : 3A
Nyeri yang timbul akibat adanya kerusakan atau lesi di sistem saraf pusat di otak atau medula spinalis (nyeri sentral) atau saraf perifer (nyeri neuropatik perifer).
Kondisi klinis terkait nyeri neuropatik antara lain :
Nyeri Neuropatik Perifer Nyeri Sentral
1. Neuropati kompresi : CTS/TTS, radikulopati, meralgia parestetika
1 . Nyeri sentral paska stroke
2. Sindroma cedera saraf 2. Nyeri Sklerosis multipel
3. Nyeri Neuropati Diabetika, Neuropati Vaskulitis
3. Siringomieli
4. GBS 4. Nyeri cedera medula spinalis
5. Neuralgia post herpetika
6. Complex regional pain syndrome
7. Neuralgia Trigeminal dan Neuralgia kranial lainnya
8. Painfull polyneuropathies : small atau mixed small and large diameter fiber polyneuropathies
GEJALA KLINIS
Sensasi positif : rasa terbakar, rasa tertusuk, rasa tertikam, rasa teriris, rasa tersetrum, rasa dingin, dan kesemutan.
Sensasi negatif : rasa baal atau hipestesi bahkan anestesi
Nyeri spontan tanpa stimulus dapat menetap dengan intensitas nyeri yang berfluktuasi
Gejala penyerta : gangguan tidur, ansietas, depresi
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan menggunakan Visual Analog Scale TATA LAKSANA
Medikamentosa : a. Antidepresan
Antidepresan trisiklik : untuk neuropati diabetik
Amitriptilin 10 mg/hari dosis tunggal dapat dinaikkan sampai 50 mg-150 mg sesuai respon pengobatan.
Imipramin 25-75 mg/hari Nortriptilin 10-50 mg/hari Antidepresan SNRI Duloksetin 60-120 mg/hari b. Antikonvulsan Karbamasepin 200-600 mg/hari Fenitoin 100-300 mg/hari Lamotrigin 200-400 mg/hari
10 | v i e m a r t i n y
Gabapentin 300-3600 mg/hari Pregabalin 150-600 mg/hari c. Antiaritmia
Meksiletin 10 mg/kgbb/hari
Lidokain 2-5 mg/kgbb/hari perinfusdalam 30-50 menit Non-medikamentosa :
a. Pemasangan splint (belat) pada neuropati kompresi b. Pemakaian Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation c. Terapi kognitif-perilaku
d. Biofeedback
e. Terapi invasif : blok saraf f. Tindakan bedah
11 | v i e m a r t i n y
PERONEAL PALSY
TOPIK : Penyakit Neuromuskular dan NeuropatiSKDI : 3A
Suatu mono neuropati N.Peroneal communis ataupun percabangannya ETIOLOGI
Tekanan dari luar : penekanan pada saraf selama jongkok atau duduk bersilang kaki, bersujud, bertani, penambang, trauma pada pergelanga kaki dan lutut, DM, dan lepra GEJALA KLINIS
Gejala klinis peroneal neuropati dapat dibedakan menurut level lesinya antara lain: 1. Lesi pada kaput fibula
Sebagian besar kelumpuhan saraf peroneus terjadii pada daerah kaput fibula, dimana saraf tersebut terletak superfisial dan rentan terhadap cedera
Cabang profunda lebih sering terkena dari pada saraf yang lain
Jika ke 2 cabang terkena (superfisial dan profunda) menimbulkan parese/paralise jari kaki, dorso fleksi kaki dan jari kaki, serta bagian lateral distal dari tungkai bawah
Jika hanya cabang profunda yang terkena, menimbulkan deep peroneal nerve syndrome
2. Anterior tibial (deep peroneal) nerve syndrome
Saraf ini bisa terkena cedera pada kaput fibula atau lebih distal
Kelainan ini menimbulkan parese/paralise jari kaki dan dorsofleksi kaki Gangguan sensoris terbatas pada kulit di sela jari-jari antara jari kaki 1 dan 2 Saraf ini dapat juga tertekan pada pergelangan kaki, sehingga menyebabkan
anterior tarsal tunnel syndrome yang menimbulkan gejala parese danatropi pada M.extensor digitorum brevis. Sedangkan gangguan sensoris bisa terdapat atau tidak pada kulit di sela jari-jari antara kaki 1 dan 2
3. Superficial peroneal nerve syndrome
Lesi bisa pada kaput fibula atau lebih distal
Menimbulkan parese dan atropi pada M.Peronei dan gangguan eversi kaki
Gangguan sensoris pada kulit bagian lateral distal tungkai bawah dan dorsum kaki, sedangkan kulit di sela jari-jari antara jari kaki 1 dan 2 masih baik
Selain menurut level lesinya, gejala klinis peroneus neuropati juga dapat dibedakan menurut penyebabnya, yaitu:
1. Anterior tibial sindrom
Sering terlihat pada Volkmann’s ischemic contracture Gejala:
Dimulai dengan nyeri lokal dan tenderness pada muskulus tibialis anterior secara mendadak
Daerah pretibial tampak tegang dan erythematous tetapi tungkai terasa dingin
12 | v i e m a r t i n y
Paralise otot-otot bagian anterior berkembang dengan cepat, terutama M.Tibialis anterior
Muskulus extensor digitorum brevis menjadi lemah
Gangguan sensoris terbatas pada daerah N.peroneal profunda 2. Penyakit Oklusi arteriosklerotik
Disebut juga iskhemik neuritis Gejala:
Klaudikasio
Rest pain, gejala nyeri pada extrimitas bawah berhubungan dengan gangguan pembuluh darah tepi. Rasa nyeri bersifat difus seperti rasa panas, terbakar, geli dan tertusuk, gejala ini terutama waktu malam hari.
Gangguan motoris Gangguan reflek Atropi otot 3. Penyakit lepra
Defisit neurologis berkembang secara progresif sesuai dengan perkembangan penyakitnya
Gangguan sensoris intrakutan berkembang ke telapak kaki, tungkai dan paha Daerah sparing dapat terdeteksi antara jari-jari kaki, fossa poplitea dan setengah
proksimal medial paha
Segmen superfisial N.Peroneal yang berjalan lateral mengelilingi kaput fibula terinfiltrasi dan membesar
Foot drop merupakan gejala kedua yang tersering
Bila mengenai N.Tibialis posterior 1/3 distal tungkai, menimbulkan paralisis otot-otot intrinsik pada permukaan volar kaki dan hilangnya sensibilitas telapak kaki Stretch reflex masih baik. Keadaan ini merupakan gejala yang paling membantu
untuk membedakan lepra dari polineuropati lainnya
Serabut otonom rusak bersama-sama dengan serabut-serabut motoris dan sensoris. Hilangnya keringat didaerah yang kurang sensitiv.
Extrimitas menjadi dingin danagak hitam. Tidak didapatkan hipotensi postural, nocturnal diare, krisis abdominal, gangguan kandung kemih dan impotensi yang biasa terjadi pada neuropati dan radikulopati
4. Diabetes
Biasanya pada usia pertengahan dan tua
Kelemahan danatropi otot-otot proksimal extrimitas bawah yang asimetris
Sering disertai nyeri pada otot-otot paha. Nyeri terasa paling berat pada malam hari
Reflek patella menurun/hilang
Gangguan sensoris sering tidak begitu menyolok
Terutama mengenai otot-otot iliopsoas, quadrisep dan adduktor. Bila kelompok otot anterolateral pada tungkai bawah terkena bersamaan menimbulkan anterior compartement syndrome
13 | v i e m a r t i n y
PEMERIKSAAN PENUNJANG Elektromiografi :
o Yang terpenting yaitu adanya perubahan amplitudo o Adanya blok konduksi dan kegagalan konduksi saraf o Menurunnya kecepatan hantaran saraf
o Meningkatnya distal latency
o Memperlihatkan tanda-tanda denervasi DIAGNOSIS
Diagnosa peroneus neuropati ditegakkan berdasarkan gejala klinis,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
DIAGNOSIS BANDING 1. Radikulopati L5 2. Post operasi pinggul
3. High aciatic mononeuropathy yang mengenai serabut peroneus kommunis TERAPI
Konservatif, menghindari faktor kompresi Operasi