• Tidak ada hasil yang ditemukan

Portofolio cts.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Portofolio cts.docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Portofolio Nama Wahana: puskesmas Punung

Topik: Ilmu Penyakit saraf

Tanggal (Kasus): Presenter: dr. Jehan Fauzi Rakhmandani

Tanggal Presentasi: Pendamping: dr. Soediro

Tempat Presentasi: Obyektif Presentasi:

√ Keilmuan √ Keterampilan √ Penyegaran √ Tinjauan Pustaka √ Diagnostik √ Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: perempuan, 64 tahun

Tujuan: Diagnostik dan tatalaksana pada kasus carpal tunnel syndrome Bahan Bahasan: √ Tinjauan

Pustaka Riset √ Kasus Audit

Cara Membahas: Diskusi √ Presentasi dan

Diskusi Email Pos

Data Pasien: Nama: Ny. S Nomor Registrasi : 00428

Data Klinik: Alamat : Krateng, punung Keikutsertaan ASKES

0000104224487 Data Utama untuk Bahan Diskusi

1. Diagnosis / Gambaran Klinis:

Sejak 3 bulan yang lalu Tiba-tiba saja kram terjadi pada jari kelingking, jari manis, jari tengah dan jari telunjuk kanan , menjalar(-), hanya di jari-jari saja dan tiba-tiba saja muncul. Tidak pernah terbentur di bagian pergelangan tangan dan tidak pernah patah. Biasanya OS terbangun pada malam hari sekitar jam dua karena rasa kram di tangan, os biasanya mengibas ngibaskan tangannya untuk mengurangi rasa kram atau kesemutan. belum pernah memeriksakan ke dokter sebelumnya tentang tangannya. OS tidak pernah pemeriksaan lebih lanjut. Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini

Os bekerja sebagai penjahit yang sehari hari menggunakan jarinya untuk menjahit baju . Pasien menyangkal riwayat bengkak dan panas di pergelangan tangan. Pasien juga menyangkal riwayat jatuh menumpu pada tangan. Pasien juga menyangkal kebiasaan tidur menumpu pada pergelangan tangan. Pasien menyangkal riwayat kelemahan anggota gerak. Pasien menyangkal riwayat kesulitan dalam memegang botol atau benda-benda berbentuk sejenis.

2. Riwayat Pengobatan:

Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan mengonsumsi amlodipin 5mg 1 x 1 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit:

(2)

Riwayat DM (-), riwayat Hipertensi (+), riwayat penyakit dalam keluarga yang seperti ini (-)

4. Riwayat Keluarga:

Riwayat asma, penyakit jantung, dan kencing manis keluarga disangkal. 5. Riwayat Pekerjaan dan Sosial:

Pasien adalah seorang penjahit 6. Lain-lain

Kesadaran: Compos mentis/ tampak sakit sedang GCS : E4M6V5

Tanda vital:

Tekanan darah: 130/80 mmHg. Nadi: 90x/menit. Pernafasan : 18x/menit. Suhu: tidak diukur Pemeriksaan Fisik:

Kepala Leher: mata konjunctiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), sianosis bibir(-) Thoraks: Inspeksi : simetris,

Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), iktus kordis tidak teraba, Perkusi : sonor kiri dan kanan,

Auskultasi Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : suara napas Vesikuler +/+ , Rhonki , Wheezing -/-Abdomen: Inspeksi : datar

Auskultasi: peristaltik (+) menurun Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) Perkusi : timpani (+)

Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-/-) A. Pemeriksaan nyeri

Flick’s sign : (+/-)

Thenar wasting : (-/-)

Wrist extension test : (+/-)

Phalen’s test : (+/-)

Tinels’s sign : (+/-)

Pressure test : (+/-)

B. Koordinasi, gait dan keseimbangan

Cara berjalan : dbn

Tes Romberg : dbn

Ataksia : dbn

Disemetri : dbn

C. Gerakan-gerakan abnormal

Tremor : Tidak ada

Athetose : Tidak ada

Mioklonik : Tidak ada

(3)

Medika mentosa: Fisioterapi

Mengistirahatkan pergelangan tangan Metilprednison 3 x 4 mg

Natriumdiclofenac 3 x 50 mg Edukasi tentang penyakit Daftar Pustaka:

1.

Hasil Pembelajaran: 1. Identifikasi etiologi 2. Diagnosis

3. Identifikasi komplikasi dan faktor penyulit

4. Konseling Informasi dan Edukasi tentang terapi nya

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif

Dari anamnesis didapatkan keluhan nyeri sendi pada tangan dan jari kaki terutama jempol.keluhan dirasakan kambuhan hilang timbul.kaku pada pagi hari (-), sudah minum obat(panadol) beli di apotek membaik namun kambuh lagi. bengkak pada sendi (-), merah (-), riwayat jatuh (-), riwayat HT (+), mengonsumsi captopril 25 mg 3 x 1. Os dulu sering mengonsumsi jeroan dan babat.

2. Objektif Tanda vital:

Tekanan darah: 150/80 mmHg. Nadi: 90x/menit. Pernafasan : 18x/menit. Suhu: tidak diukur Status lokalis : regio sendi jari tangan odem(-), nyeri (-),gerakan bebas.

jari jempol kiri terdapat nyeri tekan (+), gerak terbatas, merah (-), deformtas (-),dislokasi (-),krepitasi (-) Pemeriksaan Penunjang: Kolestrol : 181 mg/dl Asam urat : 10,9 mg/dl 3. Assesment Kriteria Diagnosis

Berdasarkan subkomite The American Rheumatism Association, kriteria diagnostik untuk gout artritis adalah:

(4)

1 2. Tofi (timbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia, tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak)terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.

2 3. Sekurang-kurangnya harus memenui 6 gejala di bawah ini: 1 - Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut 2 - Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari 3 - Oligoarthritis (jumlah sendi yang meradang kurang dari 4) 4 - Kemerahan di sekitar sendi yang meradang

5 - Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak 6 - Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal pertama

7 - Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)

8 - Tofi (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi

9 - Hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah pria lebih dari 7,5 mg/dL dan pada wanita lebih dari 6 mg/dL)

10 - Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja) 11 - Serangan arthritis akut berhenti secara menyeluruh.

Diagnosis gout ditetapkan ketika didapatkan kriteria 1 dan/atau kriteria 2 dan/atau 3. Kadar asam urat normal tidak menjamin seorang pasien tidak terkena gout artritis.

Kriteria ACR (1977):

Didapatkan kristal monosodium urat di dalam cairan sendi, atau Didapatkan kristal monosodium urat di dalam tofus, atau Didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut:

1. Inflamasi maksimal pada hari pertama 2. Serangan artritis akut lebih dari 1 kali 3. Artritis monoartikular

(5)

5. Pembengkakan dan sakit pada sendi MTP I 6. Serangan pada sendi MTP unilateral 7. Serangan pada sendi tarsal unilateral 8. Tofus

9. Hiperurisemia

10. Pembengkakan sendi asimetris pada gambaran radiologic 11. Kista subkortikal tanpa erosi pada gambaran radiologic 12. Kultur bakteri cairan sendi negative

Pada pasien ini menurut kriteria ACR terdapat no 1,1,2,4,7,8, sehingga didiagnosis gout arthriitis.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, Diagnosis pasien ini mengarah ke gout arthritis

4. Plan Pengobatan

Allupurinol 1 x 100 mg Nadiclofenac 3 x 50 mg Captopril 3 x 25 mg

Non medika mentosa Memberikan edukasi :

1 Diet makanan tinggi purin

1 Hindari makanan tinggi purin,karena dapat memicu meningkatnya kadar asam urat 2 Mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat

3 Melaksanakan olahraga ringan 4 Perbanyak minum air putih

(6)

Penatalaksan lanjutan : pengobatan gout kronik dengan menggunakan pemberian alopurinol yang berguna untuk menurunkan kadar asam urat,obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim xantin oksidase dan melalui umpan balik menghambat sintesis purin yang merupakan prekusor xantin, dengan turunnya kadar asam urat dapat mengurangi frekuensi serangan dan menghambat pembentukan dan memperkecil tofi.

PERHATIAN : pemberian alopurinol saat fase akut selesai ( tanda-tanda inflamasi sudah tidak ada).

Pengaturan diet

Selain jeroan, makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber purin.

Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak mengandung purin tinggi. Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:

• Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.

• Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.

•Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100 gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.

(7)

TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

Gambar 1. Persarafan motorik Nervus medianus Nervus medianus tersusun oleh belahan fasikulus

lateralis dan belahan fasikulus medialis. N. medianus membawakan serabut-serabut radiks ventralis dan dorsalis C.6, C.7, C.8, dan T.1. Otot-otot yang dipersarafinya ialah otot-otot yang melakukan pronasi lengan bawah (m.pronator teres dan m.pronator kuadratus), fleksi falangs paling ujung jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari (mm.lumbrikales sisi radial), fleksi jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari pada sendi metakarpofalangeal (mm.lumbrikales dan mm.interoseae sisi radial), fleksi jari sisi radial di sendi interfalangeal (mm.fleksor digitorum

(8)

profundus sisi radial), oposisi dan abduksi ibu jari (m.opones polisis dan m.abduktor polisis brevis).

Gambar21. Persarafan

sensoris Nervus medianus

Kawasan sensoriknya mencakup kulit yang menutupi telapak tangan, kecuali daerah ulnar selebar 11/2 jari. Dan pada dorsum manus kawasan sensoriknya adalah kulit yang menutupi falangs kedua dan falangs ujung jari telunjuk, jari tengah, dan separuh jari manis.

N. medianus sering terjepit atau tertekan dalam perjalanannya melalui m.pronator teres, siku dan retinakulum pergelangan tangan. Pada luka di pergelangan tangan, misalnya, n.medianus dapat terpotong bersama dengan n.ulnaris. Hal itu sering terjadi pada kecelakaan di mana tangan menerobos kaca. Kelumpuhan yang menyusulnya melanda ketiga jari sisi radial, sehingga ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah tidak dapat difleksikan, baik di sendi metakarpofalangeal, maupun di sendi interfalangeal. Ibu jari tidak dapat melakukan oposisi dan abduksi. Atrofi otot-otot tenar akan cepat menyusul kelumpuhan tersebut.

(9)

Gambar 3. Jepitan pada

Nervus medianus

B. Carpal Tunnel Syndrome

(CTS)

CTS Atau juga disebut sebagai sindroma terowongan karpal, merupakan suatu neuropati jepitan (entrapment) n.medianus di pergelangan tangan yang menimbulkan parestesia dan kelemahan tangan. Sindroma ini disebabkan oleh tekanan pada saraf medianus sewaktu saraf ini bersama dengan tendo fleksor jari tangan melewati terowongan yang dibentuk oleh tulang karpal dan ligamentum karpal transversus. Penekanan pada n.medianus dapat disebabkan oleh semua proses yang mencapai saluran karpal. Tenosinovitis lokal pada tendo fleksor jari tangan sering merupakan penyebab sindroma saluran karpal, terutama pada perempuan berusia pertengahan. Edema prahaid atau selama kehamilan juga bisa menimbulkan gejala ini. Gejala dapat dicetuskan oleh aktivitas yang memerlukan fleksi, pronasi, dan supinasi berulang pergelangan tangan, seperti menyulam, mengemudi, menjalankan komputer, dan bermain golf. Penyebab sindroma karpal yang lain (sering bilateral) adalah artritis reumatoid, akromegali, hipotiroidisme, dan amiloidosis. Sindroma saluran karpal unilateral cenderung disebabkan oleh trauma, aktivitas jasmani yang menggunakan satu pergelangan tangan, tuberkolosis, gout, atau penyakit endapan kalsium pirofosfat. (Gilliland, 2007)

Pasien merasa baal (mati rasa) atau parestesia pada permukaan palmar ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, dan separuh radial jari manis. Dapat timbul rasa baal atau parestesia di seluruh tangan. Nyeri dapat terasa di lengan bawah dan kadang-kadang ke bahu dan leher. Nyeri atau kesemutan pada jari sering timbul pada malam hari dan akan berkurang apabila penderita menggoyang atau menggerak-gerakkan tangan.

Kelemahan dan atrofi otot tenar biasanya timbul belakangan dan dapat timbul tanpa gangguan sensorik yang bermakna. Kelemahan otot tenar bermanifestasi sebagai penurunan kekuatan abduksi, oposisi dan fleksi jempol.

(10)

Gambar 4. Atrofi m. thenaris

Patogenesis

Terdapat beberapa hipotesis mengenai

patogenesis CTS. Pada umumnya adalah

faktor mekanik dan faktor vaskular sangat berperan dalam timbulnya CTS. Sebagian besar CTS terjadi secara perlahan-lahan (kronis) akibat gerakan pada pergelangan tangan yang terus menerus sehingga terjadi penebalan atau tenosinovitits pada fleksor retinakulum. Hal ini merupakan penyebab tersering. Pada keadaan kronis terdapat penebalan fleksor retinakulum yang menekan saraf medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada saraf medianus akan menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena intrafasikuler. Bendungan/kongesti ini lama-kelamaan akan mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan merusak endotel dan menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesis ini dapat menerangkan keluhan yang sering terjadi pada CTS yaitu berupa rasa nyeri dan bengkak terutama pada malam/pagi hati yang akan menghilang atau berkurang setelah tangan yang bersangkutan digerak-gerakkan atau diurut, mungkin karena terjadi perbaikan dari gangguan vaskuler ini. Bila keadaan ini berlanjut, akan terjadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf. Lama kelamaan saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi saraf medianus terganggu.

Pada CTS yang akut, biasanya terjadi penekanan/kompresi yang melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf dan saraf menjadi iskemik, selain itu juga terjadi peninggin tekanan fasikuler yang akan memperberat keadaan iskemik ini. Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang akan menyebabkan edema dan menimbulkan gangguan aliran darah pada saraf dan merusak saraf tersebut (sama dengan yang kronis). Pengaruh mekanik/tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi nodus Ranvier dan demielinisasi setempat sehingga konduksi saraf terganggu. Selain dari faktor mekanik dan vaskuler ini mungkin ada keadaan lain yang membuat saraf medianus menderita dalam terowongan karpal.

Etiologi

Etiologi dari CTS bisa bermacam-macam. Hal ini bisa salah satunya merupakan pekerjaan atau aktivitas yang menggunakan tangan secara berulang, hal ini merupakan faktor predisposisi

(11)

dan dapat meningkatkan risiko terjadinya CTS. Namun setiap keadaan yang menyebabkan tekanan/kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal merupakan etiologi CTS, misalnya: - Semua keadaan yang mengurangi luas/ukuran terowongan karpal, misalnya kelainan anatomis bawaan, patah tulang. Akromegali osteofit, eksostosis tulang, perkapuran, dll, yang dapat mempengaruhi struktur pergelangan tangan. Dapat pula terjadi penebalan fleksor retinakulum (ini yang tersering) misalnya karena proses radang pada artritis reumatoid.

- Keadaan yang menyebabkan isi terowongan karpal berlebihan, misalnya terdapat otot abberant dalam terowongan, atau terjadi trombosis pada arteri. Yang paling sering menyebabkan isi terowongan karpal berlebihan adalah proses radang seperti tenosinovitis nonspesifik yang dapat menyebabkan penebalan dan fibrosis sinovium, radang tuberkulosis, histoplasmosis. Tofi gout, neoplasma/neurinoma atau ganglion juga pernah dilaporkan.

- Penyakit sistemik yang berhubungan dengan neuropati seperti diabetes melitus, uremi, dll yang ternyata menyebabkan saraf medianus di terowongan karpal menjadi sensitif terhadap jebakan. - CTS akut biasanya disebabkan oleh trauma (fraktur atau dislokasi) pergelangan tangan. Dapat juga karena infeksi pergelangan tangan atau lengan bawah. Perdarahan spontan, trombosis, dll yang kesemuanya dapat menyebabkan peninggian tekanan dalam terowongan karpal dan menekan saraf medianus.

- Keadaan sisitemik lainnya seperti kegemukan, kehamilan, menopause, miksedema, gagal jantung ataupun gangguan keseimbangan hormon yang mengakibatkan penimbunan lemak atau cairan yang juga menimbulkan edema dalam terowongan.

- Defisiensi vitamin B6 (piridoksin) memegang peranan sebagai penyebab CTS. - Idiopatik

Gejala

Gambaran klinik dari CTS umumnya menimbulkan keluhan yang berangsur-angsur. Rasa nyeri di tangan yang biasanya timbul malam atau pagi hari. Penderita sering terbangun karena nyeri dan berusaha mengatasi keluhannya dengan menggerak-gerakkan tangan atau mengurutnya, ternyata rasa nyeri ini dapat hilang atau dikurangi. Keluhan juga berkurang bila tangan atau pergelangan istirahat dan sebaliknya keluhan bertambah pada pergelangan tangan yang menyebabkan tekanan dalam terowongan bertambah. Lama kelamaan keluhan ini makin sering dan makin berat bahkan dapat menetap pada siang maupun malam hari. Rasa baal, kesemutan, atau rasa seperti terkena strum listrik pada jari-jari. Biasanya jari ke-1, 2, 3, dan 4 (sisi radial). Kadang-kadang tidak dapat dibedakan jari mana terkena atau dirasakan gangguan pada semua jari. Dapat pula terasa gangguan pada beberapa jari saja, misalnya jari ke-3 dan ke-4, tetapi tidak pernah keluhan pada jari ke-5 (kelingking saja). Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai lengan atas dan leher,tetapi rasa baal, kesemutan hanya terbatas pada distal

(12)

terutama pagi hari dan menghilang setelah mengerjakan sesuatu. Gerakan jari-jari kurang terampil, misalnya sewaktu menyulam atau memungut benda kecil. Bila terjadi pada anak-anak, sering dilaporkan bahwa dia bermain hanya dengan jari ke-4 dan ke-5 saja. Dan juga bisa terjadi otot telapak tangan mengecil dan makin lama makin mengecil.

Penegakan diagnosis

Pada pemeriksan, gejala parestesia atau nyeri pada jari dapat dicetuskan dengan perkusi di permukaan voler pergelangan tangan (tanda Tinel) atau dengan fleksi penuh pergelangan tangan selama 1 menit (tes Phalen). Tes diagnostik yang lebih peka dan spesifik untuk menimbulkan gejala sindroma saluran karpal adalah dengan menekan saluran karpal dengan sfignomanometer modifikasi yang diatur pada 150 mmHg selama 60 detik. Pada distribusi saraf medianus mungkin dapat dibuktikan adanya penurunan rasa sentuh atau hiperpatia terhadap tusukan jarum dan pelebaran diskriminasi 2 titik. Penelitian tentang hantaran n.medianus memperlihatkan perlambatan latensi melintasi pergelangan tangan yang memastikan diagnosis. Terapi pasien dengan hanya gejala sensorik dan kelainan minor hantaran saraf adalah bidai pergelangan tangan yang terutama dipakai malam hari, obat antiradang, dan suntikan lokal dengan steroid. Bila gejala menetap atau timbul kelainan motorik, diindikasikan dekompresi saluran karpal secara bedah disertai pembebasan ligamentum karpal transvesus. (Gilliland, 2007)

Gambar 5. Pemeriksaan

CTS : Wrist extension test (kiri)

dan Phalen’s test (kanan)

Diagnosis bisa

ditegakkan melalui pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan motorik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa otot-otot yang diinervasi saraf medianus sisi distal dari terowongan karpal, misalnya m.abduktor polisis brevis, m.fleksor polisis brevis, dan m.lumbrikalis kesatu dan kedua, serta m.oponens polisis. Dilakukan juga pemeriksaan sensorik. Pada CTS hampir selalu terdapat parestesia, maka pemeriksaan ini perlu dilakukan. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksan hipoaesteisa, pemeriksaan membedakan 2 titik, pemeriksaan hiperestesia, dan pemeriksaan

(13)

persepsi vibrasi. Pemeriksaan fungsi ototnom, bisa dilihat apakah terdapat perbedaan keringat, kulit kering dan licin yang berbatas tegas pada distribusi saraf medianus.

Untuk diagnosis mungkin juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, misalnya EMG dan pemeriksaan laboratorium (meliputi pemeriksaan kadar gula darah, kadar hormon tiroid, dan pemeriksaan darah lengkap). Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah foto polos, tomografi komputer, resonansi magnetik, dan ultrasonografi (USG).

Diagnosis banding

Diagnosis banding dalam kasus dalam skenario yang juga merupakan kemungkinan penyakit yang ada bersama CTS adalah neuropati ulnar. Neuropati ulnar juga hampir sama dengan CTS, dapat menyebabkan keluhan kesemutan atau kelemahan pada tangan atau nyeri pada lengan. Untuk membedakannya dari CTS, pada neuropati ulnar, gangguan sensorik biasanya terbatas pada jari ke-5 dan setengah sisi ulnar jari ke-4. Gangguan motorik akan berpengaruh pada otot-otot intrinsik tangan kecuali oponen polisis, fleksor polisis brevis, abduktor polisis brevis, lumbrikalis kesatu dan kedua.

CTS juga sering memiliki gejala mirip dengan fraktur radius distal, sindrom pronator teres, dan sindrom de Quarvain’s. Kita juga harus dapat membedakannya dengan hipestesi pada radikulopati servikal dimana penurunan fungsi sensori yang berjalan sesuai dermatomnya. Tata laksana

Terapi yang bisa diberikan adalah terapi konservatif dan terapi operatif (diindikasikan apabila kasus tidak mengalami perbaikan setelah terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar).

Terapi konservatif bisa dilakukan dengan: - Mengistirahatkan pergelangan tangan.

- Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid. Pemberian obat ini diindikasikan karena penebalan fleksor retinakulum (ini etiologi yang tersering) misalnya karena proses radang pada artritis reumatoid.

- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.

- Injeksi steroid, misalnya deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg/40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau no.25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon m.palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi bisa dilakukan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.

- Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.

(14)

selama 3 bulan. Tetapi ada beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan pada dosis besar.

- Fisioterapi, ditujukan pada perbaikan Vaskularisasi pergelangan tangan. Prognosis

Prognosis dari terapi yang diberikan pada CTS ringan umumnya baik. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot-otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan CTS setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah distribusi n.medianus. Komplikasi yang berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia, dan gangguan trofik.

Pencegahan

Pencegahan untuk CTS bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: - Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisis netral.

- Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.

- Batasi gerakan tangan yang repetitif. - Istirahatkan tangan secara periodik.

- Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk beristirahat.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Burns, D. K., V. Kumar. 2007. Sistem Saraf. Dalam: Kumar, V., R. S. Cortran, dan S. L. Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Terjemahan B. U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 903-948.

Dorland, W. A. N. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Terjemahan H. Hartanto, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gilliland, B. C. 2007. Polikondritis Berulang dan Berbagai Artritis Lain. Dalam: Isselbacher, K. J., E. Braunwald, J. D. Wilson, J. B. Martin, A. S. Fauci, D. L. Kasper. 2007.

Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Edisi 13. Terjemahan Asdie, A. H., et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 1902-1903

Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gambar

Gambar 1. Persarafan motorik Nervus medianus Nervus medianus tersusun   oleh belahan fasikulus
Gambar 3. Jepitan pada
Gambar 4. Atrofi m. thenaris
Gambar 5. Pemeriksaan

Referensi

Dokumen terkait

glede vseh poslov, ki jih opravlja banka, razen postavk trgovalne knjige: kapitalske zahteve za kreditno tveganje in tveganje zmanjšanja vrednosti odkupljenih denarnih terjatev,

Terkait dengan hal tersebut, orang tua memerlukan informasi yang tepat terkait dengan aktivitas akademik mahasiswa yang bisa didapatkan dari..

Oleh karena itu informasi tentang kesehatan gigi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan yang tidak bisa dipisahkan dan penting dalam menunjang kualitas

Sistem yang saat ini digunakan dalam penyampaian informasi dan penyimpanan data-data administrasi pada pekon Banjarejo sudah menggunakan media elektronik seperti

Pertama-tama, orang harus mengeluarkan uang yang banyak, termasuk pajak yang tinggi, untuk membeli mobil, memiliki surat ijin, membayar bensin, oli dan biaya perawatan pun

Dari hasil temuan di atas menunjukkan bahwa upaya guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan motivasi belajar anak nelayan di kelas VIII C SMP Negeri 1

yan ang g ak akan an se seiim mba bang ng de deng ngan an ar arus us k kas as m mas asuk uk y yan ang g dihasilkan dari in!estasi" rus kas yang mengambil

kredibilitas ( credibility ) yaitu uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif, keteralihan ( transferability ) yaitu jika orang lain dapat memahami