Lagu yang berjudul "Sangat besar anugerahNya" diterjemahkan dari judul aslinya "Amazing Grace, How Sweet The Sound" merupakan salah satu lagu yang disenangi gereja-gereja di seluruh dunia terutama gereja-gereja Injili. Syair dan melodi lagu ini sungguh indah, sehingga ketika seseorang menyanyikannya dengan sepenuh hati, segenap akal dan pemikirannya maka melaluinya seseorang akan merasa betapa agung dan mulianya Tuhan.
Lagu yang indah ini, tidak bisa dipisahkan dari nama Joh Newton sebagai penciptanya. Lagu ini merupakan hasil pengalamannya yang dalam bersama Tuhan. Secara pribadi John Newton mengalami kasih dan kemurahanNya yang besar. Untuk lebih mengakrabkan kita dengan pencipta lagu ini, ikutilah uraian berikut:
John Newton dan Masa Kecilnya
John Newton dilahirkan di Inggris pada tahun 1725. Ibunya seorang Kristen yang saleh. Sedangkan ayahnya seorang nakhoda kapal laut. Sebagai Kristen yang saleh ibunya selalu mengajarkan kepada anaknya tentang Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat. Ibunya selalu bercerita tentang Yesus yang baik dan mengasihi manusia berdosa yang datang kepadaNya dengan pertobatan.
Tetapi sayang sekali, sang ibu yang mencitainya meninggal dunia ketika John memasuki usia tujuh tahun.
Dengan mempertimbangkan masa depan John, ayahnya memasukkan dia ke sebuah sekolah. Sekolah yang baru tersebut ternyata tidak disenanginya. Ini berarti sekolah itu bukanlah sekolah yang tepat baginya. Kondisi seperti ini menyebabkan ayahnya mengambil keputusan untuk memperbolehkan John mengikuti ayahnya berlayar untuk mencari nafkah. Saat itu John memasuki usia 11 tahun.
Anak yang masih remaja ini, mengalami dampak pergaulan yang tidak sehat di antara teman-temannya, terutama para kelasi kapal yang terkenal kasar dan amoral. Hidupnya semakin rusak ketika John tidak sekapal lagi dengan ayahnya. Sekarang John bebas melakukan apa saja, termasuk kejahatan tanpa orang yang
memberitahunya dan menegur dengan kasih. Nilai-nilai Kristiani yang pernah diajarkan ibunya sejak kecil ditinggalkan. Kasih, kelembutan dan saling menghargai tidak dihiraukannya lagi. John bertumbuh menjadi seorang anak bandel yang sulit diatur.
Dengan bertambahnya usia. John juga bertambah dalam segala tindak
kejahatan. Bahkan kejatahan yang paling menjijikan pun dijalaninya. Demi memperoleh uang banyak, John rela memperjualbelikan maunsia menjadi budak. Profesi ini terus dijalaninya dan memang berhasil. Banyak orang menjadi korban dari profesinya itu. Tidak segan-segan dia melakukan apa saja asal uang didapatnya. John membawa orang-orang Afrika ke Amerika untuk diperjualbelikan sebagai budak. Hal ini
memungkinkan John memperoleh banyak uang.
Di Afrikan John menuai apa yang pernah ditaburnya. Di sana dia menjadi korban para penjahat yang memperlakukan sesamanya dengan sangat kejam. Bahkan
ketika sakit, orang-orang Afrika yang berada disekitarnya menghendaki supaya John meninggal saja.
Tetapi puji Tuhan! KebaikanNya senantiasa nyata dalam hidup John sekalipun dia begitu jahat, Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup. Akhirnya John dapat meloloskan diri dari perhambaan tersebut. Namun, dia tetap berprofesi sebagai
pedagang manusia. John masih belum mau bertobat juga. John terus mengeraskan hatinya. Bahkan dengan semakin bertambah kejahatannya, John sekarang naik pangkat sebagai nakhoda kapal angkutan budak.
John Newton Bertemu Dengan Anugrah Allah
Suatu kali kapal yang ditumpangi John Newton ditimpa badai yang amat dahsyat ditengah perjalanan. Dari jam 03.00 pagi hingga tengah hari John bertugas untuk menimba air yang masuk memenuhi kapalnya. John begitu panik menghadapi kondisi yang mengerikan itu. Mulailah muncul dalam pemikirannya, seandainya aku mati hari ini bagaimana nasibku kelak. Pertanyaan itu terus menerus menggangu pikirannya.
John mulai memikirkan masa lalunya penuh kebahagiaan karena percaya Tuhan. Dalam waktu yang sama telrintas juga dalam pemikirannya masa depannya. Singkatnya, John merasa bingung mengadapi hidup ini. Allah itu ajaib. Allah
menggunakan sebuah buku yang ada di atas kapal itu. Buku tersebut berisi
ajaran-ajaran Kekristenan. Dia membaca buku itu. Lalu mulailah timbul dalam hatinya kerinduan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Timbul keinginan yang dalam untuk menyerahkan diri kepada kehendak dan pimpinan Tuhan.
Setelah membaca seluruh isi buku itu, dengan tanpa ragu-ragu John
menyerahkan diri kepada Yesus Kristus. John menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi.
Dengan pimpinan Tuhan, pada usia 25 tahun John dipertemukan Tuhan dengan gadis pujaannya dan mereka melangsungkan pernikahan. Pernikahan itu berlangsung dengan baik dan John sungguh menyadari hal itu sebagai berkat Tuhan.
Memasuki usia 29 tahun dia menderita sakit keras. Bagi John, penyakit itu sebagai kesempatan baginya untuk mengundurkan diri dari karier di kapal laut. Tetapi setelah mengundurkan diri, John memperoleh jabatan baru sebagai pegawai douane di sebuah pelabuhan besar. Tiap malam hari dia terus menerus belajar dan
mempersiapkan diri mengejar pendirikan dan ketertinggalannya selama ini.
Hal itu dapat dimaklumi sebab John tidak mengecap pendidikan formal di bangku pendidikan. Tidak ketinggalan juga dia terus mempelajari Kitab Suci yang disadarinya sebagai dasar kehidupan Kristen yang sejati.
Ketika terus menerus mempelajari Kitab Suci, sadarlah John tentang panggilan Tuhan di dalam dirinya untuk menyerahkan diri sebgai hamba Tuhan. John inign
pemikirannya mungkinkah pihak gereja Inggris menerimanya sebagai pendeta. Hal itu sangat disadarinya mengingat latar belakangnya sebagai seorang penjahat.
Kekhawatiran John terbukti. Ketika mendaftar pada pihak gereja Inggirs, ternyata lamarannya ditolak berulang kali. Namun, oleh anugerah Allah pada usia 39 tahun ditahbiskan sebagai pendeta Jemaat dan ditempatkan sebagai pendeta di sebuah jemaat kecil di sebuah desa.
Setelah ditahbiskan sebagai pendeta, John terus berkobar melayani Tuhan dengan segenap hati dan kekuatannya. Survei membuktikan, jikalau dibandingkan dengan para pendeta Inggris saat itu Rev. John Newton yang sangat gigih melayani Tuhan. Tidak kenal lelah, Rev. John memperbaiki nasib para jemaat Tuhan yang
dilayani di desa kecil itu. Berbagai usaha ditempuhnya untuk meningkatkan taraf hidup jemaat.
Sungguh! Tuhan memakainya luar biasa. Masyarakat kecil yang diabaikan kebanyakan orang menjadi pusat perhatian dan pelayanannya. Dia rela melayani kaum termaginal asal mereka mau percaya kepada Tuhan.
Pernah suatu saat, Rev. John Newton menemani sebuah keluarga yang sedang merawat seorang anggota keluarganya yang sakit jiwa. Rev. John Newton hadir
memberi penghiburan, kekuatan dan menguatkan iman yang sakit dan anggota keluarganya. Firman Tuhan terus didengungkannya agar hati jemaat dikuatkan. Pendampingan terus-menerus diberikan terhadap jemaat yang membutuhkan kehadirannya. Jemaat yang didampinginya itu bernama William Cowper.
Puji Tuhan. Willian Cowper Tuhan tolong sehingga sembuh dari sakit jiwa yang dideritanya.
Sekarang, bersama Willian Cowper mengarang lagu pujian bagi Tuhan. Willian Cowper hanya sempat mengerjakan 68 syair lagu pujian, lalu tidak diteruskan karena sakit jiwa yang dideritanya kambuh lagi. Untuk meneruskannya Rev. John Newton dengan gigih bekerja merampungkan lagu-lagu pujian tersebut.
Dengan bertambahnya aktifitas Rev. John Newton kadang-kadang hanya sempat menulis sebuah lagu pujian dalam satu minggu, Puji Tuhan. Dalam perjalanan hidupnya, John Newton menghasilkan 280 lagu Kristen yang digemari gereja-gereja di seluruh dunia, 280 lagu karangannya ditambah 60 lagu karangan Willian Cowper diterbitkan pada tahun 1779 dan merupakan lagu-lagu agung yang menjadi berkat bagi umat Kristen di seluruh dunia.
Di antara ratusan lagu yang telah dikarangnya, lagu dengan judul "Amazing Grace! How Sweet The Sound" merupakan lagu favorit yang dihasilkan dari kesaksian hidupnya bersama Tuhan
Puji Tuhan! Karya agung yang dihasilkan dari kesaksian hidup seseorang ternyata membawa dampak yang sangat besar bagi kebangunan rohani di seluruh dunia.
"Amazing Grace" merupakan lagu pilihan umat Kristen di seluruh dunia. Banyak kesaksian yang mengatakan ketika seseorang menyanyikan lagu ini, mereka dilawat dan disentuh oleh kasih Allah. Mereka berbalik dari dosa kepada kehidupan yang penuh anugerah di dalam Yesus Kristus.
Di Amerika Serikat, lagu ini sering dinyanyikan sebelum kebaktian kebangunan rohani dimulai, untuk mengingatkan para pengunjung baru dalam kebaktian tersebut. Lagu ini begitu luar biasa dan hendak mengatakan bahwa Allah mengasihi manusia berdosa yang bertobat dan ingin kembali ke jalanNya. Lagu ini juga memiliki melodi yang sangat bagus. Seringkali tanpa disadari, linangan air mata menetes di pipi pertanda seseorang menyadari betapa hinanya dirinya di hadapan Allah yang suci.
Dalam perkembangan selanjutnya, Penginjil Amerika yang bernama Edwin O. Excell (1851-1921) adalah orang yang pertama-tama mencatat kata-kata dan musik lagu ini, seperti yang dinyanyikan di gereja-gereja masa kini.
Pada tahun 1970, lagu ini sangat popular di Amerika dan Skotlandia. Bahkan sebuah group musik sekuler di Skotlandia merekam lagu ini serta memadukannya dengan nuansa dan alat- alat musik kebangsaan mereka yang khas.
John Newton dan Pelayanan Berikutnya
Hamba Tuhan yang setia adalah mereka yang melayani Tuhan sampai detik terakhir dari seluruh kehidupannya. Rev. John Newton setelah melayani Tuhan dengan setia di desa kecil tersebut, dan oleh anugerah Tuhan dia dipanggil menjadi gembala Jemaat gereja besar di kota London. Rev. John Newton sangat memahami getirnya kehidupan ini, karena itu dia selalu menentang perbudakan manusia dengan mengambil contoh dari kehidupannya di masa masa lampau.
Mengenai cara berpakaian, Rev. John Newton sangat menyenangi pakaian nakhoda kapal sehingga sangat menarik perhatian para pendengarnya ketika sedang berkhotbah. Khotbahnya sangat menggairahkan hidup dan bersemangat apalagi ketika sedang menyampaikan kesaksian tentang masa mudanya yang bejat.
Ketika memasuki usia 80-an tahun, Rev. John Newton menjadi seorang yang pikun. Namun demikian dia gemar bersaksi. Dia mengatakan demikian: "Ingatanku hampir habis, tetapi aku masing ingat bahwa akulah penjahat yang besar dan Yesuslah penyelamat yang besar."
Ketika penglihatannya mulai kabur, sehingga tidak dapat membaca lagi nats khotbahnya. Melihat kondisi seperti itu, dia disarankan untuk berhenti saja berkhotbah. Lalu jawabnya tegas: "Apakah bekas penghujat dari Afrika ini akan berhenti selama ia masih dapat berbicara?" Ini suatu pernyataan yang hebat! Mengapa? Dia
merasa bahwa selama masih bisa bicara, seseorang tidak boleh "cuti" tidak boleh berhenti memberitakan Injil yang menyelamatkan itu.
Sebelum menghadap Bapa di surga, Rev. John Newton merangkai kata-kata berikut ini "JOHN NEWTON, Pendeta, dulu seorang yang tak beragama dan tak bersusila, seorang hamba budak belian dari Afrika, oleh anugerah Tuhan dan
Juruselamat kita YESUS KRISTUS telah dilindungi, dipulihkan kembali, diampuni dan ditunjuk untuk mengabarkan kepercayaan yang sudah lama dimusnahkannya."
Akhirnya rangkaian kata-kata ini diukir pada batu peringatan. Puji Tuhan!
Bahan Pembanding : H.L. Cermat. Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian (Jilid 1-4) Bandung: Lembaca Literatur Baptis, 1987
Sejarah Musik - 2, Jakarta: Yayasan Musik Gerejawi (YAMUGER)
Solo, 18 Juli 2002 Manati I Zega