• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Kefarmasian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah Kefarmasian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Kefarmasian

Journal homepage : http://e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jp

EKTRAK PELEPAH PISANG KEPOK SEBAGAI BAHAN BAKU

SEDIAAN KRIM ANTISEPTIK

EXTRACT OF KEPOK BANANA STALKS AS A RAW

MATERIAL FOR ANTISEPTIC CREAM

Faoziyah AR, Nurfatimah W, Issusilingtyas E

Prodi D3 Farmasi, STIKES AL-Irsyad Al-Islamiyah Cilacap

e-mail : Anitahendrayatno@gmail.com

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Kata kunci :

Pelepah pisang kapok, flavonoid, tannin dan uji stabilitas

Pelepah pisang kapok (Musaacuminate x balbisiana Group ABB) mengandung flavonoid dan tannin yang dapat digunakan sebagai senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif memiliki efek fisiologi dalam tubuh yang berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia. Salah satu manfaat senyawa flavonoid dan tannin adalah sebagai antiseptik penyembuh luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh emulgator variasi asam stearat dan trietanolamin terhadap stabilitas fisik sediaan krim ekstrak pelepah pisang kapok. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen murni berbasis laboratorium. Formulasi sediaan krim dibuat dengan 3 konsentrasi emulgator sebagai berikut. Formulasi 1 (1,5% : 0,1%), Formulasi 2 (3% : 0,3%) dan formulasi 3 (6% : 0,6%), kemudian ketiga formula di uji sifat fisiknya meliputi organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, proteksi, tipe krim, viskositas dan uji hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi pertama merupakan formulasi yang paling baik dalam pembuatan krim ektrak daun pisang kapok dengan variasi emulgator asam stearate dan trietanolamin perbandingan (1,5% : 0,1%), dengan hasil uji stabilitas pH 6, daya sebar 6,1 cm , dan viskositas 10000 cPs.

(2)

INFO ARTIKEL

ABSTRAK/ABSTRACT

Keywords :

Kapok banana stalks, flavonoid, tannin and stability

Kapok banana stalks (Musa acuminate x balbisiana Group ABB) contain flavonoids and tannins which can be used as bioactive compounds. Bioactive compounds have physiological effects in the body that have a positive impact on human health. One of the benefits of flavonoid compounds and tannins is as a wound healer and antiseptic. This study aims to determine the effect of variations of stearic acid emulgator and triethanolamine on the stability of the physical properties of kapok banana stem extract cream. The research method used was pure laboratory-based experiment. The cream formulation was made with 3 emulgator concentrations as follows. Formulation 1 (1.5%: 0.1%), Formulation 2 (3%: 0.3%) and formulation 3 (6%: 0.6%), then the three formulations were tested for their physical properties, namely organoleptic, homogeneity, pH, dispersibility, adhesion, protection, type of cream, viscosity and hedonic test. The results showed that the first formulation was the best formulation in making kapok banana stem extract cream with variations in the ratio of emulgator stearic acid and triethanolamine (1.5%: 0.1%), with the results of the pH 6 stability test, the spreadability of 6.1 cm, and a viscosity of 10000 cPs.

A. PENDAHULUAN

Pelepah tanaman pisang adalah bagian dari tanaman pisang yang dapat dimanfatkan. Selain dapat dimanfaatkan sebagai pupuk rumah tangga dan makanan tradisional, pelepah daun pisang memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang dapat memeberikan efek fisiologis untuk tubuh kita.

Salah satu jenis pelepah daun pisang yang dapat dimanfaatkan dibidang kesehatan adalah jenis pisang kapok (Musa acuminate x balbisiana Group ABB). Pelepah pisang kapok memiliki kandungan senyawa metobolit sekunder yang dapat berfungsi sebagai zat bioaktif, kandungan zat bioaktif dalam ektrak pelepah pisang kapok terdiri dari saponin, flavonoid, dan asam askorbat[1],

selain itu pelepah pisang kapok juga memiliki kandungan polifenol turunan dari senyawa flavonoid sehingga dapat digunakan untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka[2]. Selain flavonoid, saponin dan

asam askorbat kandungan zat aktif lain yang terdapat dalam ektrak pelepah daun pisang adalah tannin. Pelepah pisang mengandung tannin, flavonoid dan

saponin yang berfungsi sebagai antiseptic [3].

Tannin yang terdapat dalam pelepah pisang kapok dapat berfungsi sebagai antiseptic, dimana senyawa tannin adalah senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim.

Getah pelepah pisang mengandung saponin, antarkuinon dan kuinon yang berfungsi sebagai antibiotic dan penghilang rasa nyeri. Selain itu terdapat kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulansi pertumbuhan sel kulit. Kandungan tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak masuk pada bagian tubuh yang sedang terluka[4]. Senyawa flavonoid

dan tannin merupakan senyawa yang bersifat polar sehingga diperlukan pelarut polar dalam proses ekstraksi flavonoid dan tannin dari pelepah pisang kapok. Salah satu sedian ekstrak pelepah pisang kapok yang dapat mengaplikasi manfaat pelepah pisang kapok sebagai penyembuh luka dan antiseptic adalah sediaan krim.

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, cairan kental atau

(3)

emulsi setengah padat dengan kandungan air tidak kurang dari 60%. Tujuan dari pembuatan sedian krim adalah sebagai obat luar yang digunakan dikulit. Formulasi krim dibuat dengan memvariasikan konsentrasi asam stearate dan trietanolamin. Campuran Asam stearat dan trietanolamin (TEA) membentuk sabun anionik yang disebut trietanolamin stearat berfungsi sebagai emulgator yang dapat digunakan untuk pembuatan sediaan krim antioksidan tipe M/A.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ni adalah eksperimen murni berbasis laboratorium dengan alat dan bahan sebagai berikut:

Alat yang digunakan meliputi seperangkat alat maserasi, timbangan, cawan porselin, beker glass (pyrex), batang pengaduk, waterbath, mortir, stamper, blender (miyako) dan seperangkat alat uji krim sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: etanol 70%, ekstrak pelepah daun pisang kepok, asam stearat, cera alba, vaselin album, trietanolamin, propilenglikol, nipagin dan aquadest.

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: Pemilihan sempel pelepah pisang kapok, determinasi sempel, pembuatan ektrak pelepah pisang kapok dengan metode ektraksi maserasi, skrining fitokimia zak aktif yang terdapat dalam ektrak pelepah pisang kapok, proses pembuatan krim dengan 3 formulasi dan uji stabilitas sediaan. Formulasi sediaan krim ektraks pelepah pisang kapok dibuat dengan perbedaan konsentrasi emulgator yaitu asam stearate dan trietanolamin. Adapun formulasi pembuatan krim ektraks pelepah pisang kapok sebagai berikut:

Tabel 1. Formulasi Krim Ektrak Pelepah Pohon Pisang kapok

Prosedur selanjutnya setelah pembuatan krim ektrak pelepah daun pisang adalah uji stabilitas sedian, uji stabilitas atau uji fisik dilakukan dengan menguji masing-masing formulasi dengan uji organoleptis, uji pH, daya lekat, viskositas, uji type krim dan uji proteksi sehingga diperoleh data hasil uji stabilitas masing-masing formulasi.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian pembuatan krim ektrak pelepah pohon pisang untuk antiseptic dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pertama persiapan sempel, ektraksi dan skrining fitokimia dan tahap kedua dalah pembuatan krim dengan variasi formula dan uji stabilitas kirm ektaks pelepah pohon pisang kapok. Tahap pertama dilakukan dengan menyiapkan sempel. Sempel berupa pelepah daun pisang kepok yang berasal dari desa Sidamulya, Kecamatan Karang Pucung, Kabupaten Cilacap. Sebelum dilakukan ekstraksi pada pelepah pohon kapok dilakukan determinasi terlebih dahulu. Determinasi bertujuan untuk memastikan sempel yang digunakan sesuai dengan literatur apa tidak. Determinasi dilakukan di jurusan biologi Fakustas Biologi UNSOED dengan hasil determinasi sempel berupa pelepah pisang kapok dengan spesies Musa acuminate x balbisiana

Group ABB dengan family Musaceae. Setelah proses determinasi sempel

Komponen Formula Formula Formula I (%) II (%) III (%) Ekstrak 5 5 5 Asam stearat 1,5 3 6 Trietanolamin 0,1 0,3 0,5 Cera Alba 0,6 0,6 0,6 Vaselin Album 1,4 1,4 1,4 Propilenglikol 1,6 1,6 1,6 Nipagin 0,036 0,036 0,036 Essensial oil Qs qs Qs Aquadest ad 20 ad 20 ad 20

(4)

dilakukan pengumpulan sempel, sempel yang sudah dikumpulkan disortasi basah dan dicuci menggunakan air mengalir. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan pengotor yang melekat pada sempel, kemudian pelepah dipotong dan dikeringkan selama 3 hari dengan cara sempel ditutup kain hitam, hal ini bertujuan untuk melindungi zat aktif dari radiasi UV. Proses pengeringan bertujuan untuk menjaga simplisia pelepah pohon pisang kapok dari pembusukan sehinga tidak mudah rusak karena enzim dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Selain itu proses pengeringan juga bertujuan untuk mengurangi kadar air pada sempel sehingga meminimalisir adanya pertumbuhan mikroba yang dapat mengakibatkan terjadinya penguraian zat bioaktif dan menimbulkan kerusakan[5]. Setelah dilakukan

pengeringan kemudian simplisia kering diblender. Proses ini bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel dan memperluas permukaannya, sehingga penyerapan pelarut pada proses ekstraksi akan lebih mudah menembus dinding sel untuk menarik zat aktif saat proses ekstraksi. Hasil proses pengerigan sempel pelepah pohon pisang yang terkumpul 3 kg diperoleh 366,14 gram serbuk dengan berwarna cokelat dan berbau khas tanah

Proses selanjutnya adalah ekstraksi pelepah pisang kapok. Ekstraksi yang dipilih adalah jenis ektraksi maserasi. Ektraksi ini merupakan jenis ekstraksi yang aman, mudah dilakukan dan tidak mengunakan panas sehingga sempel akan terjaga. Proses ektraksi berlangsung selama 3 hari dengan perbandingan sempel dan pelarut sebesar 1:10 pelarut yang digunakan adalah etanol.hal ini dikarenakan zak aktif yang akan diambil bersifat polar dan pelarut bersifat polar sehingga ekstraksi akan berlangsung optimal. Hasil maserasi dari 200 gram sempel dan etanol 70% sebanyak 2000 ml diperoleh rendemen sebesar 32,56 gram atau 16,28%

Setelah proses ektraksi pelepah pohon pisang tahap selanjutnya adalah skring fitokimia hasil ektrak pelepah pohon pisang kapok. Proses ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan zat aktif yang terdapat di pelepah pohong pisang kapok sebelum dilakukan pembuatan sedian krim. Hasil skrining fitokimia ekstrak

pelepah daun pisang kapok dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Hasil skrining fitokimia ektrak pelepah pohon pisang kapok.

Uji Fitokimia

Hasil Pengujian

Indikator

Saponim + Terbentuk buih stabil selama 10 menit

Tanin +_ Terjadi perubahan

warna menjadi hitam

Flavonoid + Terjadi perubahan

warna menjadi orange

Catatan : + menunjukan positif

Berdasarkan tabel.2 diatas diperoleh indicator yang menunjukan bahwa ektrak pelepah pohon pisang mengandung senyawa metabolit sekunder berupa senyawa saponim, tannin dan flavonoid. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyasari[6] yang

menyatakan bahwa busa yang timbul pada sempel hasil ektraksi pelepah pohon pisang kapok disebabkan adanya senyawa saponin. Dimana saponim mengandung senyawa yang sebagian larut dalam air (hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut non polar (hidrofobik) sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Sedangkan uji senyawa tannin dilakukan dengan penambahan reagen FeCl3. hasil uji

skrining ekstrak sempel dengan penambahan FeCl3 terbentuknya warna biru tua atau hitam. Terbentuknya warna disebabkan karena tannin akan membentuk senyawa kompleks dengan FeCl3.

Senyawa kompleks terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion atau atom logam dengan atom non logam. Sedangkan skrining fitokima sempel untuk senyawa flavonoid dilakukan dengan penambahan HCL pekat. Terbentuknya warna merah menandakan senyawa tersebut mengandung flavonoid. Penambahan HCL pekat dalam uji flavonoid digunakan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya. Flavonoid merupakan

(5)

senyawa yang mengandung dua cincin aromatic dengan gugus hidroksil lebih dari satu. Reduksi dengan HCl pekat menghasilkan warna merah, kuning atau jingga pada flavonoid[7].

Tahapan selanjutnya adalah pembuatan krim ektrak pelepah pohon pisang sebagai antiseptic.

Pada tahap ini pembuatan krim dilakukan dengan cara membuat 3 formulasi krim ekstrak pepepah Masing-masing formulasi dibedakan dengan perbedaan konsentrasi emalgator. Pembuatan formulasi krim berdasarkan Tabel 1 diatas. Proses pembuatan krim ektrak pelepah pohon pisang kapok dilakukan pada suhu ±45-70ºC. pengaturan suhu tersebut bertujuan untuk menjaga sifat fisik bahan-ban krim dimana suhu tersebut merupakan titik leleh bahan pembuat krim seperti asam stearat, cera alba dan vaselin album, kemudian setelah diatur suhunya bahan-bahan dicampur dalam mortar panas dan ditambah fase air dan ekstrak pelepah pisang kapok. Semua bahan dicampur dan digerus sampai terbentuk fase homogen. Hasil pembuatan krim ekstrak pelepah pisang kapok sebagai anteseptik dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 1. Hasil pembuatan krim pelepah pohon pisang kapok sebagai antiseptic.

Setelah proses pembuatan krim selesai, tahap selanjutnya adalah evaluasi krim dengan melakukan uji stabilitas atau uji sifat fisik krim ekstrak pelepah pohon pisang kapok. Uji stabilitas dilakukan dengan melakukan beberapa parameter uji diantaranya uji organoleptis, uji type krim, uji daya sebar, daya lekat, uji pH, uji homogenitas dan uji viskositas.

1. Uji organoleptis

Hasil uji organoleptis ekstrak pelepah pohon pisang kapok sebagai aktiseptik dapat dilihat pada tabel.3 dibawah ini.

Tabel 3. Hasil uji organoleptis ekstrak pelepah pohon pisang kapok sebagai

antiseptik

Pengamatan F1 F2 F3

Warna Putih

kecoklatan Putih kecoklatan Putih kecoklatan Bentuk Setengah

padat Setengah padat Setengah padat

Bau Aroma

melati Aroma melati Aroma melati

Berdasarkah tabel diatas menunjukan uji organoleptis yang sama atara F1,F2,F3 ketiga formulasi menghasilkan bentuk, warna dan bau yang relatif sama. hal ini dikarenakan ketiga formulasi menggunakan bahan yang sama dengan konsentrasi asam stearat dan trietanolamin yang berbeda. Artinya perbedaan konsentrasi asam stearat dan trietanolamin tidak berpengaruh terhadap organoleptis dari sediaan krim.

2. Uji pH.

Hasil uji pH krim ekstrak pelepah pohon pisang sebagai antiseptic diperoleh bahwa pH formula 1, formula 2 dan formula 3 adalah 6. Hasil ini masuk direntang pH yang disarankan SNI No. 16-4399-1996 terkait pH kulit. pH kulit berkisar antara 4,5-8. Hal ini dikarenakan pH sediaan mempunyai kaitannya dengan kenyamanan kulit sewaktu digunakan, apabila melebihi pH kulit dapat ; kulit menjadi kering serta bersisik dan apabila kurang dari pH kulit dapat menimbulkan iritasi.

3. Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas menunjukkan ketiga formulasi adalah homogen. Perbedaan konsentrasi asam stearat pada setiap formulasi tidak merubah homogenitas sediaan krim

(6)

4. Uji daya sebar

Hasil uji daya sebar dapat dilihat pada gambar grafik dibawah.

Gambar2. Grafik uji daya sebar krim ekstrak pelepah pohon pisang kapok.

Berdasarkan gambar 2 grafik uji daya sebar menunjukkan bahwa setiap formulasi memiliki nilai daya sebar yang berbeda-beda yang disebabkan oleh pengaruh variasi konsentrasi asam stearat dan trietanolamin. Sediaan yang mempunyai daya sebar tertinggi yaitu formulasi 1 dan daya sebar terendah yaitu formulasi 3. Semakin banyak jumlah asam stearat yang ditambahkan ke dalam formulasi maka daya sebar yang dihasilkan semakin rendah begitupun sebaliknya. Dari hasil grafik diatas diperoleh formulasi 1 yang memenuhi syarat daya sebar yang masih sesuai dengan rentang daya sebar yang baik. 5. Uji daya lekat

Berdasarkan hasil uji daya lekat, krim ke 3 formulasi diperoleh hasil sedian krim ekstrak pelepah daun pisang formulasi 3 mimiliki daya lekat lebih lambat dibandingkan formulasi 1 dan 2, sehingga dapat disimpulkan daya lekat krim formulasi 3 memeliki daya lekat yang paling baik, hal ini sesuai dengan teori daya lekat sedian krim dimana semakin lama krim melekat semakin baik pula dalam memberikan efek terapi zat aktif yang terkandung dalam bahan[8].

6. Uji type krim

Hasil pemeriksaan menggunakan metode pewarnaan dengan metylen blue

menunjukan bahwa formulasi 1, II dan III merupakan type krim minyak dalam air (M/A).

7. Uji proteksi krim

Hasil uji daya proteksi menunjukan bahwa dari ketiga formula yang dibuat memiliki daya proteksi yang baik karena belum menimbulkan noda merah setelah penambahan KOH selama 5 menit.

8. Uji viskositas krim

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh uji viskositas krim ekstrak pelepah pisang kapok seperti pada gambar berikut.

Gam bar 3. Grafik hasil uji viskositas krim

Berdasarkah Gambar.3 grafik diatas menunjukkan bahwa setiap formulasi memiliki nilai viskositas yang berbeda-beda antara F1, F2 dan F3. Salah satu perbedaan viskositas ini dipengaruhi oleh variasi konsentrasi asam stearat. Grafik hasil uji viskositas diatas menunjukan bahwa sedian krim ekstrak pelepah pohon pisang kapok formulasi 3 mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan formulasi 1 dan 2. Hal ini disebabkan jumlah konsentrasi asam stearate di F3 lebih besar dari pada F1 dan F2. Berdasarkan uji viskositas yang dilakukan, ketiga formulasi telah memenuhi persyaratan SNI No. 16-4399-1996 dengan nilai viskositas 10.000-12.200 cp.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uji stabilitas pH, viskositas dan daya sebar sedian krim ekstrak pelepah pisang kapong formulasi 1 konsentrasi emulgator asam stearat 1.5 gram dan trietanolamin 0,3 gram merupakan formulasi yang paling baik gram dengan uji sifat fisik pH 6, viskositas 10000 cPs, dan uji daya sebar 6,1 cm. perbedaan jumlah konsentrasi asam stearate dan trietanolamin dapat memperngaruhi uji fisik sedia krim

(7)

dimana semakin besar konsentrasi asam stearate yang digunakan dapat meningkatkan daya lekat dan viskositas serta menurunkan daya sebar, namun perbandingan konsentrasi emulgator tidak mempengaruhi homogenitas sediaan dan pH.

SARAN

Perlu adanya penelitian lanjutan terkait uji praklinis dan klinis sediaan krim ekstrak pelepah daun pisang kepok dalam uji sehingga sedian krim ektrak pelepah pohon pisang dapat dikembangkan untuk usaha kampus.

PUSTAKA

1. Ariningsih, U, Aziz, HMA, Islamudin, RA, Tyas, KFC, Hikmah, L 2015, Produksi Handsang “Hand sanitizer Berbahan Utama Pelepah Pisang” Sebagai Program Percontohan UMKM, PKM – K: 29

2. Prasetyo, BF, Wientarsih, I, Priosoeryanto, BP 2010, „Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon dalam Proses Penyembuhan Luka pada Mencit‟, Jurnal Veteriner : Vol. 11 (2) : 70-73 3. Wijayakusuma, H 1998, Pisang

Berkhasiat Obat Indonesia, Manfaat dan Penggunaannya Rempah, Rimpang dan Umbi, Jakarta : Milenia Populer. Hal. 13

4. Priosoeryanto Bambang Pomtjo, H, Huminto, I, Wientarsih & S. Estuningsih 2006, Aktivitas Getah Batang Pohon Pisang Dalam Proses Persembuhan Luka dan Efek Kosmetiknya pada hewan. Bogor : IPB

5. Koensoemardiyah 2000, Kontrol Kualitas dan Pengolahan Paska Panen, Dalam Risalah Seminar Upaya Peningkatan Kesehatan dan Ekonomi Melalui Budidaya Tanaman Obat Serta Pencegahan Penyalahgunaan Naerkotik dan Bahan Berbahaya, 77-81, PUSLITBANG, Tanaman Obat Indonesia, Yogyakarta.

6. Widyasari, A, R. 2008, Karakterisasi dan Uji Antibakteri Senyawa Kimia Fraksi n-Heksana dari Kulit Batang Pohon Angsret (Spathoda campanulata Beauv), Skripsi tidak Diterbitkan, Malang: Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya 7. Rowe, R.C, Sheskey, P.J and Quinn,

M.E 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, Pharmaceutical Press, 506-509

8. Herdiana, Y 2007, Formulasi Gel Undesilenil Fenilalanin Dalam Aktivitas Sebagai Pencerah Kulit, Karya Ilmiah, Bandung: UNPAD

(8)

Gambar

Tabel 1. Formulasi Krim Ektrak Pelepah  Pohon Pisang kapok
Gambar 1. Hasil pembuatan krim pelepah  pohon pisang kapok sebagai antiseptic.
Grafik  hasil  uji  viskositas  diatas  menunjukan  bahwa  sedian  krim  ekstrak  pelepah  pohon  pisang  kapok  formulasi 3 mempunyai viskositas yang  lebih  tinggi  dibandingkan  formulasi  1  dan  2

Referensi

Dokumen terkait

Daya Dukung Pondasi dengan Perkuatan Dari hasil uji pembebanan model tanah pasir dengan perkuatan dengan penerapan variasi panjang pondasi dan jarak antar lapis

Seperti yang kita ketahui masyarakat kini telah didedahkan dengan polisterina sejak dahulu lagi lalu menyebabkan kesukaran untuk mengubah mentaliti dan

kerjakan... Pada dasarn"a organisasi adala$ in%eraksi an%ar manusia un%uk men,apai %ujuan Pada dasarn"a organisasi adala$ in%eraksi an%ar manusia un%uk men,apai %ujuan

Perbedaan yang sangat nyata terdapat pada peubah panjang, diameter, bobot buah, bobot kulit buah, bobot daging buah, bobot biji, bobot 100 biji, jumlah biji,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa komposit laminate serat rami epoksi berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif. Penelitian dengan metode yuridis normatif,

dikonversi menjadi peta digital melalui penyekenan dan digitasi. Ekstraksi data luasan setiap fase pertumbuhan padi di masing-masing sampel segmen diperoleh dari peta

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besar total biaya produksi, produktivitas tenaga kerja, produktivitas lahan, total penerimaan dan pendapatan