• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN SENSOR

Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu. Hampir seluruh peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya, pada saat ini sensor tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat kecil. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian dan menghemat energi. Sensor merupakan bagian dari transducer yang berfungsi untuk melakukan sensing atau “merasakan dan

menangkap” adanya perubahan energi eksternal yang akan masuk ke bagian input

transducer, sehingga perubahan kapasitas energi yang ditangkap segera dikirim kepada bagian kovertor dari transducer untuk dirubah menjadi energi listrik. Sistem kontrol saat ini telah berkembang menuju suatu sistem yang terintegrasi dimana setiap subsistem tunggal adalah bagian yang berbeda dari unit yang sama pengukuran dibuat oleh sensor (Toyibu,2003).

2.1.1 Jenis-Jenis Sensor

Sensor Suhu

Gambar 2.1 Sensor Suhu (Sumber: Toyibu, 2003)

(2)

Alat yang digunakan untuk merubah besaran panas menjadi besaran listrik. Ada beberapa metode yang digunakan untuk membuat sensor ini, salah satunya dengan cara menggunakan material yang berubah hambatanya terhadap arus listrik sesuai dengan suhunya.

Sensor Cahaya

Gambar 2.2 Sensor Cahaya (Sumber: Toyibu, 2003)

Alat yang digunakan untuk merubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah energi foton menjadi elektron. Seperti namanya sensor ini digunakan terhadap objek-objek yang memiliki bentuk warna atau cahaya, yang diubah menjadi daya yang berbeda-beda.

Sensor Tekanan

Gambar 2.3 Sensor Tekanan (Sumber: Toyibu, 2003)

Sensor tekanan memiliki transducer yang mengukur ketegangan kawat, dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaanya pada perubahan tahanan pengantar yang berubah akibat perubahan panjang dan luas penampangnya.

(3)

Sensor Proximity

Gambar 2.4 Sensor Proximity (Sumber: Toyibu, 2003)

Sensor proximity atau yang disebut “sensor jarak” adalah sebuah sensor yang mampu

mendeteksi keberadaaan benda yang berada didekatnya tanpa melakukan kontak fisik secara langsung. Biasanya sensor ini terdiri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan.

Sensor Ultrasonik

Gambar 2.5 Sensor Ultrasonik (Sumber: U.M.Zaeny, 2006)

Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu sebagai dasar penginderaanya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Sensor ultrasonik hanya dapat mengukur pada bidang pantul dengan kemiringan maksimal 20 derajat pada rentang 60 sampai 200 cm. Kemiringan maksimal ini berkurang sampai 0 derajat pada tinggi 400 cm. (U.M.Zaeny, 2006).

(4)

Sensor Magnet

Gambar 2.6 Sensor Magnet (Sumber: U.M.Zaeny, 2006)

Sensor magnet atau disebut relay buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap.

Sensor Kecepatan (RPM)

Gambar 2.7 Sensor Kecepatan (Sumber: Toyibu, 2003)

Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros dan object yang berputar pada suatu generator akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran objek. Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi.

(5)

Sensor Penyandi (Encoder)

Gambar 2.8 Sensor Penyandi (Encoder) (Sumber: Toyibu, 2003)

Sensor penyandi (encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi. Yaitu penyandi rotari tambahan yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar dan penyandi absolut mempunyai cara kerja yang sama dengan pengecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga suatu pengkodean dalam susunan tertentu.

Tuntunan untuk memeriksa komposisi gas buang untuk membatasi polusi lalu lintas perkotaan dan untuk mengurangi konsumsi memaksa penerapan sistem kontrol mesin elektronik. Sistem kontrol elektronik termasuk sistem terpisah memeriksa pasokan waktu, pengapian dan resirkulasi gas buang. Sistem kontrol ini telah berkembang menuju suatu sistem yang terintegrasi dimana setiap subsistem tunggal adalah bagian yang berbeda dari unit yang sama, pengukuran dibuat oleh sesnsor mewakili input dari jenis sistem adalah sebagai berikut (Toyibu,2003) :

 Kuantitas aliran udara, kecepatan poros penggerak, posisi sudut poros penggerak

 Konsentrasi oksigen di gas buang, suhu pendingin  Posisi katup throttle

(6)

2.1.2 Alasan Pemilihan Jenis Sensor

Dalam pembuatan sabuk pengaman safety belt safe control system (SSCS) pada truk HINO FM-260TI ini menggunakan berbagai komponen pada bagian alat safety belt safe control system (SSCS) yang dihubungkan kebagian sabuk pengaman tetapi ada pula satu komponen yang dibutuhkan untuk melengkapi sistem kerja dari sabuk pengaman ini pada bagian luar alat safety belt safe control system (SSCS) yakni komponen sensor jenis RE Switch, sensor ini akan bekerja jika ada benda yang menyentuh switch yang ada pada bagian sensor maka sensor tersebut akan terhubung sehingga sensor bekerja sesuai dengan keperluan, dalam pembuatan SSCS ini dimana sensor ini komponen yang sangat penting untuk memberikan informasi bahwa penngemudi atau pengguna kendaraan sudah menggunakan sabuk pengaman atau belum menggunakan sabuk pengaman. Beberapa alasan pemilihan sensor jenis ini, sebagai berikut :

1. Kebutuhan

Pemilihan jenis sensor ini karena kebutuhan, dimana yang dimaksud dalam kebutuhan yaitu sensor ini sesuai dengan rancangan rangkaian komponen yang ada pada alat safety belt safe control system (SSCS), karena alat safety belt safe control system (SSCS) sudah dirangkai sesuai dengan komponen-komponen yang digunakan sehingga sensor ini berguna sebagai pelengkap dan salah satu komponen yang terpenting pada pembuatan safety belt safe control system (SSCS) ini.

2. Ukuran

Selain kebutuhan, penggunaan sensor ini juga karena memiliki ukuran yang tepat untuk digunakan atau dipasangkan pada bagian sabuk pengaman sehingga fungsi dari sensor ini dapat bekerja dengan baik tanpa menggangu sistem kerja dari komponen-komponen yang ada pada kendaraan tersebut.

3. Biaya

Pemilihan jenis sensor ini juga dikarenakan biaya. Dimana biaya merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan sabuk pengaman asisten sistem ini. Karena jenis sensor ini merupakan salah satu jenis sensor yang mempunyai biaya atau harga yang terjangkau sehingga tidak memberatkan dalam pembuatan safety belt safe control system (SSCS).

(7)

2.1.3 Tranducer

Tranducer adalah alat yang berfungsi untuk mengubah suatu bentuk energi tertentu ke dalam bentuk energi lain, dalam hal ini biasanya selalu diubah ke dalam bentuk energi listrik. Alasan mengapa energi listrik yang berupa arus atau tegangan listrik ini merupakan pilihan yang paling banyak digunakan antara lain:

1. Energi listrik paling mudah untuk dimanipulasi, artinya mudah diatur dan dirubah baik dari segi bentuknya, frekuensinya maupun kegunaanya.

2. Energi listrik mudah disimpan atau jika dalam bentuk analog akan di simpan dalam baterai dan jika bentuknya adalah digital akan disimpan dalam memori.

Peningkatan otomatisasi jalan kendaraan adalah melalui penerapan sistem sensor untuk pengendalian komponen kendaraan dan subsistem. Sensor cocok untuk mengontrol dan melakukan diagnostik sistem, Pengembangan sensor baru murah, handal dan direncanakan digunakan dalam bidang mobil telah dibuat dan diperlukan untuk kemajuan dalam teknologi (Toyibu, 2003).

2.2 PENGERTIAN SABUK PENGAMAN

Sabuk pengaman atau seat belt adalah piranti keselamatan yang dirancang untuk melindungi penumpang kendaraan dari gerakan berbahaya akibat tabrakan atau gerakan berhenti tiba-tiba dari kendaraan. Sabuk pengaman termasuk salah satu fitur keselamatan yang paling penting. Pada dasarnya sabuk pengaman sudah dibuat agar kuat, efektif serta tahan lama, tapi karena sifat alami kekuatan itu akan berkurang di sebabkan faktor usia, peamakaian, serta panas sinar matahari secara langsung atau tidak. Untuk kinerja agar tetap baik maka harus diperiksa secara teratur mungkin juga perlu diganti dengan yang baru. Sabuk pengaman yang terdapat dalam kendaraan dipakai oleh pengemudi dan orang lain yang ada di kendaraan. Sebetulnya sabuk pengaman sudah ada terpasang pada kendaraan, tetapi sering diabaikan oleh penggunaanya dengan berbagai alasan antara lain kurang nyaman, tujuan berpergian dekat atau tidak mengendarai kendaraan dengan cepat dan sebagainya. Alasan itu hanya akan memperparah keadaan bila benar-benar terjadi kecelakaan (Yulianti, 2007).

(8)

2.3 FUNGSI SABUK PENGAMAN

Sabuk pengaman sangat banyak manfaat dan kegunaanya, seperti, saat terjadi kecelakaan dapat mengurangi resiko benturan serta sabuk pengaman menjaga anda dan bukan untuk membatasi, berikut merupakan beberapa fungsi sabuk pengaman : 1. Mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan.

2. Mencegah pengemudi membentur kaca depan pada saat terjadi kecelakaan. 3. Mencegah pengemudi untuk membentur ke stir atau roda kemudi.

4. Mencegah dan mengurangi resiko pengemudi serta penumpang terlempar dan mencegah agar tidak membentur dash board pada kendaraan.

2.4 KOMPONEN SABUK PENGAMAN

Dalam menjalankan fungsinya sabuk pengaman tidaklah bekerja dengan satu komponen saja melainkan terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :

Anchor Plate

Komponen yang dipasang di bodi mobil, bagian ujung keluar sabuk retractor dipasang ke bodi.

(9)

Buckle

Bagian dari sabuk pengaman yang berfungsi sebagai penyambung dan pengunci sabuk dengan komponen lainya.

Gambar 2.10 Buckle

Height Adjuster

Dikarenakan tinggi orang berbeda-beda, maka sabuk pengaman harus disetel menyesuaikan postur pemakainya agar lebih nyaman dan aman. Karena itulah height adjuster berperan dalam menyesuaikan posisi slip guide ke atas dan ke bawah.

Gambar 2.11 Height Adjuster

Mounting Bracket

Komponen yang dipasang dibawah retractor

(10)

Retractor

Alat yang dipasang untuk mengatur dan menggulung sabuk pengaman. Namun di dalam retractor masih terdapat beberapa komponen selain penggulung, yaitu:

Gambar 2.13 Retractor a. Webbing Lock

Komponen yang berfungsi untuk mengunci sabuk pengaman bila terjadi kecelakaan atau pengereman mendadak.

b. Tension Reducer

Komponen yang berfungsi mengurangi tekanan pada bahu penumpang. c. Pretensioner

Komponen yang berfungsi mencegah sabuk untuk kendur dan mengurangi gerakan kedepan pengguna.

d. Force Limiter

Komponen yang berfungi mengurangi tekanan sabuk pengaman pada bahu pengguna.

Slip Guide (D-Ring

Komponen bagian dari sabuk pengaman yang berfungsi mengarahkan perubahan pergerakan sabuk pengaman.

(11)

Stay Bracket

Suatu komponen yang dipasang dibagian bawah rectractor untuk menempatkan posisi retractor di bodi kendaraan, mudah dipasang dan anti guncangan.

Gambar 2.15 Stay Bracket

Tongue

Komponen sabuk pengaman yang berfungsi sebagai tempat dipasangnya sabuk pengaman pada kendaraan roda empat maupun lebih.

Gambar 2.16 TongueTongue Stopper

Alat untuk menopang tongue agar posisi sabuk pengamannya benar.

(12)

Webbing

Bagian dari sabuk pengaman yang berfungsi untuk menahan posisi pengemudi dan penumpang agar tetap pada tempat duduk semula saat mengalami perubahan kecepatan dan gerakan secara mendadak. Sabuk yang terbuat dari bahan polyester.

Gambar 2.18 Webbing

Webbing Guide

Suatu peralatan induksi agar sabuk pengaman dapat bekerja dengan normal ketika ditarik dan dikendurkan.

Gambar 2.19 Webbing Guide

2.5 JENIS – JENIS SABUK PENGAMAN

Ada beberapa jenis sabuk pengaman yang ada pada setiap kendaraan roda empat maupun lebih, sebagai berikut :

2.5.1 Sabuk Pengaman 2 Titik

(13)

pesawat terbang. Sampai tahun 1980-an untuk penumpang bagian belakang kendaraan umumnya hanya tersedia sabuk pengaman tipe lap belt ini.

Kelemahan sabuk pengaman jenis 2 titik ini jika terjadi kecelakaan hebat bisa menyebabkan patah tulang di bagian lumbar vertebrae yaitu tulang belakang antara rusuk dengan pinggang, yang mengakibatkan kelumpuhan bagi korban, bagi sindrom

ini disebut juga sebagai “seat belt syndrome”. Sejak 2007, semua mobil yang di jual di

amerika serikat wajib menyediakan sabuk pengaman 3 titik untuk semua penumpang bagian tengah dan belakang.

Gambar 2.20 Sabuk Pengaman 2 Titik

2.5.2 Sabuk Pengaman 3 Titik

Sabuk pengaman 3 titik yang umum kita gunakan sekarang, pertama kali dipatenkan pada tahun 1955 oleh Roger W. Griswod dan Hugh De Haven asal amerika serikat dan dikembangkan lebih lanjut oleh Nils Bohlin asal swedia untuk perusahaan mobil volvo dan menjadi perlengkapan standar pada volvo sejak 1959. Volvo membebaskan paten sabuk pengaman 3 titik sehingga dapat digunakan secara luas di dunia.

(14)

Gambar 2.21 Sabuk Pengaman 3 Titik

2.5.3 Sabuk Pengaman 4, 5, 6 Titik

Umumnya sabuk pengaman 4,5,6 titik ini digunakan di arena balap sebagai sabuk pengaman untuk kendaraan-kendaraan roda empat maupun lebih yang telah dirancang untuk kondisi balap dan biasanya sabuk pengaman jenis ini dikombinasikan dengan kursi khusus yang biasanya disebut bucket seat. Tetapi selain digunakan untuk kondisi balap pada jenis sabuk pengaman 5 titik juga digunakan pada kursi khusus untuk bayi dan anak-anak.

(15)

2.6 CARA KERJA SABUK PENGAMAN (SAFETY BELT)

Moment inersia adalah prinsip yang mendasari cara kerja sebuah sabuk pengaman. Dalam suatu kecelakaan, tujuan sabuk pengaman adalah untuk menahan penumpang tetap pada posisi duduknya didalam kendaraan. Tujuanya agar penumpang terhindar dari benturan dengan bagian didepan penumpang pada mobil, yaitu kemudi roda (setir) ataupun dashboard.

Jadi dapat dikatakan bahwa sabuk pengaman akan bekerja bila kendaraan mengerem mendadak, tubrukan ataupun sabuk pengaman ditarik secara tiba-tiba. Bagian retractor berfungsi menggulung sabuk pengaman saat terjadinya hal yang tidak diinginkan, rectractor memanfaatkan pegas spiral yang bila sabuk ditarik maka pegas spiral tersebut akan mengembang, namun karena dibatasi maka pegas spiral seakan akan tertahan jika sabuk tidak ditarik maka pegas spiral yang tadinya tertahan akan kembali keposisi semula dan menyebabkan belt kembali tergulung. Mekanisme pengunci merupakam mekanisme yang terpasang pada rectractor sabuk pengaman yang berfungsi mengunci sabuk agar tidak bergerak dan dapat menahan pengguna sabuk pengaman tersebut saat terjadi hal yang tidak diinginkan (Hidayat,2012).

2.7 BEBERAPA ALASAN TIDAK MENGGUNAKAN SABUK PENGAMAN

Sabuk pengaman merupakan salah satu alat keamanan yang wajib ada pada setiap kendaraan roda empat maupun lebih karena dengan adanya sabuk pengaman maka keamanan para pengguna kendaraan lebih terjamin. Tetapi masih banyak orang yang mengacuhkan penggunaan sabuk pengaman karena berbagai alasan, berikut beberapa alasan orang yang tidak menggunakan sabuk pengaman (Soekanto,1990) :

1. Tidak nyaman, bagi beberapa orang menggunakan sabuk pengaman sangatlah tidak nyaman karena beberapa orang merasa terikat dan merasa ruang geraknya terbatasi dengan penggunaan sabuk pengaman.

2. Potensi kecelakaan rendah (menurut beberapa orang), sebagian orang berpikir kecelakaan yang dialami tidak akan sampai membahayakan dirinya dikarenakan kecelakaan seperti menabrak tidak akan begitu kencang.

(16)

3. Merusak penampilan, sebagian orang yang terbiasa memperhatikan penampilanya dengan menggunakan baju, kemeja maupun gaun rapi akan merasa bahwa dengan menggunakan sabuk pengamaan akan menyebabkan pakaian mereka menjadi tidak halus lagi ataupun tidak rapi lagi (lecek).

4. Situasi di dalam kendaraan, terkadang bila teman-teman atau penumpang kendaraan lainya di dalam mobil tidak menggunakan sabuk pengaman maka biasanya pengemudi atau pengguna kendaraan yang lainya yang melihat hal tersebut membuat enggan untuk menggunakan sabuk pengaman.

5. Karena masalah jarak, banyak orang yang selalu mengabaikan keselamatan dirinya dalam berkendara dikarenakan alasan jarak yakni biasanya sebagian orang beralasan jarak yang ditempuh dekat atau tidak jauh jadi tidak perlu menggunakan alat pengaman seperti sabuk pengaman.

6. Dan alasan terakhir yang paling sering dijadikan alasan oleh sebagian orang yang tidak menggunakan sabuk pengaman adalah lupa, biasanya ini terjadi karena penggunaan sabuk pengaman belum menjadi kebiasaan atau sebagian orang dalam kondisi terburu-buru sehingga lupa menggunakan sabuk pengaman.

2.8 HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN SABUK PENGAMAN

Untuk mendapatkan perlindungan yang maksimal dari sabuk pengaman, maka perlu memperhatikan bagaimana pengunaanya dengan benar. Berikut beberapa hal yang perlu diingat saat menggunakan sabuk pengaman (Yulianti, 2007) :

1. Sabuk pengaman harus terbuat dari bahan dan konstruksi yang benar. Bahan untuk sabuk pengaman tidak mudah sobek, mekanismenya dapat ditarik secara perlahan, mengunci pada saat dengan tiba-tiba dan tidak terlepas saat ditarik secara tiba-tiba. Mengganti segera sabuk pengaman yang sesuai dan sudah memenuhi standar pabrik atau standar internasional.

2. Memastikan bagian tongue sudah terpasang pada bagian buckle sabuk pengaman hingga terdengar suara klik. Hal ini untuk memastikan bahwa pengait sudah benar-benar terkunci dan tidak akan terlepas pada saat terjadi hal yang tidak diinginkan.

(17)

3. Sabuk pengaman jangan terpelintir, posisikan sabuk pengaman agar tidak terpelintir atau berputar pada saat mengaitkan sehingga dapat mencegah cidera bila terjadi benturan dari kecelakaan.

4. Pastikan posisi sabuk pengaman pas dan nyaman dengan tubuh. Sesuaikan posisi sandaran kursi tidak terlalu kebelakang, Sabuk pengaman jangan melintang dileher, Tali sabuk pengaman pada bagian pinggul pada lingkar pinggul bukan pada lingkar perut dan tidak menggunakan klip atau penjepit lainya bila sabuk pengaman longgar.

5. Gunakan sabuk pengaman hanya untuk satu orang. Karena sabuk pengaman didesain untuk satu orang disatu tempat duduk. Untuk anak–anak dapat menggunakan bantuan tempat duduk agar dapat menggunakan sabuk pengaman sendiri dan tidak dipangku orang tua.

6. Perhatikan bagian pengait atau buckle pada bagian sabuk pengaman agar tidak ada benda–benda asing yang masuk ke dalam pengait agar mencegah bagian pengait tidak bekerja dengan sempurna.

7. Bila berkendara dengan bayi atau anak dibawah umur 10 tahun sebaiknya menggunakan baby car atau child car seat agar lebih aman.

2.9 BUZZER

Gambar 2.23 Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara, Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir menyerupai dengan load speaker. Jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafgrama dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi electromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya. Karena kumparan di pasang pada diafgrama maka

(18)

setiap gerakan kumparan akan menggerakan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indicator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).

2.10 CATATAN

Sebuah analisa dua tahap pasca tabrakan dilakukan terhadap kecelakaan tunggal yang berakibat fatal, yang melibatkan sebuah kendaraan berawak tunggal (sopir) yang menabrak beton pembatas median dengan arah hampir tegak lurus. Pada tahap pertama kejadian kecelakaan direkonstruksi untuk memperkirakan nilai-nilai parameter fisiknya, seperti kecepatan dan sudut tabrakan, kecepatan berpisah, serta waktu impuls kecelakaan. Pada tahap berikutnya beberapa model dikembangkan untuk mempelajari mekanisme terjadinya luka pada pengemudi dan mensimulasikan dampak penggunaan sabuk pengaman pada tubuh pengemudi pada saat terjadinya benturan. Rekonstruksi kecelakaan diolah menggunakan perangkat lunak VistaFX3, sedangkan permodelan mekanisme kecelakaan dilakukan dengan memanfaatkan perangkat lunak MADYMO. Analisa permodelan menunjukan bahwa pemakaian sabuk pengaman yang benar dapat mereduksi laju percepatan yang dialami oleh kepala dan dadan korban dalam peristiwa benturan secara signifikan. (Pengaruh Penggunaan Sabuk Pengaman Pada Pengemudi (Berlian Kushari dan Pakorn Aniwahakulchai).

Tesis ini berjudul pengaruh penggunaan sabuk keselamatan (safety belt) terhadap tingkat fatalitas kecelakaan dan tingkt keparahan kecelakaan dengan pendekatan studi kasus kecelakaan jalan tol seksi A, B, dan C cabang semarang.(Ahmad Wahidin,2006).

Maraknya kasus kecelakaan lalu lintas yang menimpa remaja di Indonesia menjadi topik yang cukup memprihatinkan. Menyetir mobil dipandang sebagai suatu kebutuhan gaya hidup dan para pengemudi pemula tersebut memang tidak terbiasa untuk mentaati pearturan berlalu lintas. Sudah banyak lembaga dan institusi sosial yang secara khusus mengkampanyekan keselamatan berlalulintas, namun cara penyampaian yang serupa hanya sekedar memperingatkan dan melarang membuat

(19)

belaka. Untuk itu sebuah kampanye dengan eksekusi berbeda yang memanfaatkan media-media baru diyakini dapat mengubah perilaku menyetir para pengemudi pemula, yaitu remaja usia 15-20 tahun menjadi generasi yang memliki kedisiplinan dan memiliki keterampilan mengemudi yang baik, dimulai sejak mereka belum memperoleh SIM (Surat Izin Mengemudi). Dengan bekal itulah diharapkan tingkat kecelakaan lalu lintas yang menimpa remaja akan menurun dan menjadi bibit-bibit pengemudi berkualitas di masa depan. (Kampanye Sosial “Drive Smart” Bagi Pengemudi Mobil Pemula Dalam Upaya Meningkatkan Keselamatan Berlalulintas (Amanda Yuliana Poernomo,2003).

Tabel 2.1 Perbandingan

NAMA PRODUK KELEBIHAN

Nils Bohlin Sabuk pengaman 3 titik

 Sabuk pengaman dengan 3 titik

lebih kuat di banding dengan yang 2 titik

 Karena kekuatannya sabuk

pengaman ini menjadi alat

keselamatan setandart yang harus ada pada mobil.

Pandu Saputra Pembuatan sabuk pengaman asisten

 Sabuk pengaman ini dilengkapi

dengan sensor.

 Mesin akan langsung mati jika

sabuk pengaman di lepas atau tidak di gunakan

Eri Krisna Safety belt safe control system (SSCS)

 Dilengkapi dengan sensor jarak

tarikan belt

 Saat belt dilepas kecepatan

kendaraan akan menurun secara bertahap

 Terdaftar dalam hak paten dengan

(20)

2.11 SISTEM KERJA ALAT

Gambar 2.24 Gambar Sistem Kerja Speed Limiter

Pada saat kecepatan awal, tegangan yang di dapat pada ECU akan masuk kedalan kontrol lalu terhubung dengan safety belt kemudian masuk pada kcepatan yang kita kehendaki lalu masuk pada sensor, setelah melakukan perhitungan di dapatlah tegangan yang kita inginkan pada kecepatan yang telah kita kehendaki ketika safety belt tidak terpasang dengan baik dan benar, tegangan itulah yang akan di transfer ke ECU sehingga kecepatan dapat kita kendalikan, tegangan didapat dari frequensi yang di konversi menjadi tegangan sehingga dapat memanipulasi ECU.

Sebuah mobil melaju dengan kcepatan 70 km/jam, pada kecepatan ini ecu menerima tegangan sebesar 10.7v, Tegangan tersebut masuk ke dalan kontrol dan terhubung pada safety belt, Ketika safety belt ini di lepas oleh pengemudi maka buzzer akan berbunyi dan maka secara otomatis sensor akan membaca dan mengirim tegangan ke ECU dalam jumlah yang lebih kecil dari tegangan awal sehingga kecepatan bisa turun mnjadi 30 km/jam, selama safety belt tidak terpasang dengan benar, maka kecepatan akan konstan pada 30 km//jam meskipun pedal gas di tekan sampai penuh.

Beberapa hal penting dalam penemuan alat ini adalah:

1. Perubahan nilai frequensi pada speed sensor menjadi nilai voltase

Perubahan yang dilakukan adalah dengan melakukan perhitungan pada input speed sensor yang ada pada transmisi kemudian nilai frequensi tersebut di hubungkan ke komponen Ic, dengan menggunakan rumus :.

(21)

25

Gambar 2.25 Gambar Rangkaian Alat

Setelah input tegangan di peroleh baru di rangkaikan beberapa komponen pendukung sperti Ic compartor, relay, kapasitor dan komponen rasistor, agar tegangan yang di peroleh pada sirkuit ic dapat di tingkatkan menjadi tegangan DC 12 volt

2. Pengaturan kecepatan agar maksimal 30 km/jam akan di peroleh dari kalibrasi setelah nilai input frequensi dan nilai voltase di tentukan dengan melakukan pengaturan pada komponen Ic yang telah di pasang.

3. Setelah penentuan batas kecepatan diperoleh maksimal sesuai dengan yang di inginkan kemudian melakukan penyambungan ke rangkain pada komponen motor yang dihubungan ke mekanisme fuel injection pump di mesin melalui sirkuit Gambar 2.25.

Gambar 2.26 Sirkuit dan Engine Stop Motor Convensional Diesel Engine

An IMPORTANT NOTICE at the end of this data sheet addresses availability, warranty, changes, use in safety-critical applications, intellectual property matters and other important disclaimers. PRODUCTION DATA.

LM2907-N, LM2917-N

SNAS555D – JUNE 2000 – REVISED DECEMBER 2016

LM2907 and LM2917 Frequency to Voltage Converter

1

1 Features

1

• Ground Referenced Tachometer Input Interfaces

Directly With Variable Reluctance Magnetic

Pickups

Op Amp Has Floating Transistor Output

50-mA Sink or Source to Operate Relays,

Solenoids, Meters, or LEDs

Frequency Doubling For Low Ripple

Tachometer Has Built-In Hysteresis With Either

Differential Input or Ground Referenced Input

±0.3% Linearity (Typical)

Ground-Referenced Tachometer is Fully Protected

From Damage Due to Swings Above V

CC

and

Below Ground

Output Swings to Ground For Zero Frequency

Input

Easy to Use; V

OUT

= f

IN

× V

CC

× R1 × C1

Zener Regulator on Chip allows Accurate and

Stable Frequency to Voltage or Current

Conversion (LM2917)

2 Applications

Over- and Under-Speed Sensing

Frequency-to-Voltage Conversion (Tachometer)

Speedometers

Breaker Point Dwell Meters

Hand-Held Tachometers

Speed Governors

Cruise Control

Automotive Door Lock Control

Clutch Control

Horn Control

Touch or Sound Switches

3 Description

The LM2907 and LM2917 devices are monolithic

frequency-to-voltage converters with a high gain op

amp designed to operate a relay, lamp, or other load

when the input frequency reaches or exceeds a

selected rate. The tachometer uses a charge pump

technique and offers frequency doubling for

low-ripple, full-input protection in two versions (8-pin

LM2907 and LM2917), and its output swings to

ground for a zero frequency input.

The op amp is fully compatible with the tachometer

and has a floating transistor as its output. This feature

allows either a ground or supply referred load of up to

50 mA. The collector may be taken above V

CC

up to a

maximum V

CE

of 28 V.

The two basic configurations offered include an 8-pin

device with a

ground-referenced tachometer input

and an internal connection between the tachometer

output and the op amp noninverting input. This

version is well suited for single speed or frequency

switching

or

fully

buffered

frequency-to-voltage

conversion applications.

Device Information

(1)

PART NUMBER PACKAGE BODY SIZE (NOM)

LM2907-N, LM2917-N PDIP (8) 6.35 mm × 9.81 mm PDIP (14) 6.35 mm × 19.177 mm SOIC (8) 3.91 mm × 4.90 mm SOIC (14) 3.91 mm × 8.65 mm

(1) For all available packages, see the orderable addendum at the end of the data sheet.

Minimum Component Tachometer Diagram

ELECTRICAL EQUIPMENT

EL01–21

WINDSHIELD WIPER CIRCUIT

1. WIPER MOTOR INSPECTION

(1) Apply 24V to terminals, the motor operates as below. NOTICE

Connect a 10A fuse between the terminal and the 24V power source. If the fuse is burned out or the motor does not operate, replace the motor.

2. WASHER PUMP INSPECTION

(1) Check the continuity between terminals of the motor. If no continuity, replace jar and pump assembly. NOTICE

Do not apply voltage to the pump motor for operational with an empty jar, or the motor will be damaged.

ENGINE STOP CIRCUIT (IF SO EQUIPPED)

1. ENGINE STOP ELECTRIC MOTOR INSPECTION

(1) Wire the engine stop electric motor as shown in the figure. (2) Under normal condition, it should be operated as below.

NOTICE

Connect a 10A fuse between the terminal and the 24V power source. If the fuse is burned out or the motor does not operate, replace the motor.

2. ENGINE STOP RELAY

(1) Refer to "RELAY (TYPE, COLOR, PART No., NAME AND

INSPECTION)" in the section "GENERAL INSTRUCTION".

SHTS12Z160100063 Terminals Switch position OFF LOW HIGH LW LB L LR SHTS12Z160100065 SHTS12Z160100066 Electric current Lever position PULL RETURN

+

-G G W B 2A' . A APQAVTGG HO

MATEC Web of Conferences

Table 1. Main specifications of the present engine

Item Specification Type Bore x Stroke (mm) Max Speed Max Torque (kg/rpm) Max Output (Ps/rpm) Fuel System Displacement

4 Stroke Diesel Engine 6 cyl inline 112 x 130 mm

102 km/h 76/ 1500 260/2500

Fuel Injection Pump Inline 7684 cc ! Gear!Transmisi! Cover!Head!Engine! Pulley!Engine! Speed!Sensor! Fuel!filter! Starter!Motor! V!belt!Engine! Alternator! Fuel!Injection! Pump! Nozle! Intake!Manifold!

Figure 5. Main component of the present investigated engine

4.2. Accelerator Diesel Engine System 4.2.1 Flow Diesel Fuel SystemFUEL SYSTEM

OUTLINE

FUEL FILTER INJECTION PIPE THROUGH FEED VALVE

FEED PUMP

LEAKAGE PIPE NOZZLE THROUGH FEED PIPE

FUEL TANK SUPPLY RETURN FILTR(WIRE NET TYPE) PRIMING PUM P

Figure 7. Main component of the Diesel engine fuel system

The main basic principles SLIFA workings of the tool is to cut flow of the fuel flow will be send to combustion chamber and to the injection pump which in its existing component rack control solenoid.

4.2.2 Engine Stop Motor and Mechanism

Engine stop the motor visible on the front of the cabin on a truck or bus is placed not far away with the position of the engine as seen in Fig 8, which is connected with the mechanism of a shaft intended to pull the cables connected to the injection pump Fig 9, then the mechanism cable will attract rack control lever to the off position.

User Manual

1

ENGINE STOP MOTOR

Posisi Engine stop motor ada di sebelah depan kabin, di bawah kap depan, berdekatan dengan wiper motor

PETUNJUK PEMASANGAN HINO FL DAN FM (1)

www.bengkelinovatif.com

www.bengkelinovatif.com

Figure 8. Engine

Stop Motor and Mechanism

Seperti terlihat pada Fig 9, bahwa pedal accelerator (2) akan tidak berfungsi bila kecepatan di atas 70 km/h karena posisi engine stop aktif dengan mendorong posisi control rack ke posisi off, hal ini terjadi dalam beberapa saat karena saat pedal accelerator di lepas dan kecepatan kurang dari 70km/h kondisi engine stop akan normal kembali dan bahan bakar akan terkirim kembali kedalam injection pump, apabila input dari pedal accelerator electronic control maka engine storp motor di hubungan terhubung dengan ECM modul dan SLIFA berkerja melakukan cut off engine berdasarkan input besarnya perbedaan tahanan pada pedal accelerator

MATEC Web of Conferences

4.1. Engine Specification of the Present work

The main specifications of the engine that was used in the present investigation are listed in table (1).

Figure 5 illustrates the main components of the present investigated engine.

Table 1. Main specifications of the present engine

Item Specification Type Bore x Stroke (mm) Max Speed Max Torque (kg/rpm) Max Output (Ps/rpm) Fuel System Displacement

4 Stroke Diesel Engine 6 cyl inline 112 x 130 mm

102 km/h 76/ 1500 260/2500

Fuel Injection Pump Inline 7684 cc

Figure 5. Main component of the present investigated engine

4.2. Acclerator Diesel Engine System 4.2.1 Flow Diesel Fuel SystemFUEL SYSTEM

OUTLINE

FUEL FILTER INJECTION PIPE THROUGH FEED VALVE

FEED PUMP

LEAKAGE PIPE NOZZLE THROUGH FEED PIPE

FUEL TANK SUPPLY RETURN

FILTR(WIRE NET TYPE) PRIMING PUM P

injection yang di dalam nya ada komponen solenoid rack control.

4.2.2 Engine Stop Motor and Mechanism

User Manual

1

ENGINE STOP MOTOR

Posisi Engine stop motor ada di sebelah depan kabin, di bawah kap depan, berdekatan dengan wiper motor

PETUNJUK PEMASANGAN HINO FL DAN FM (1)

www.bengkelinovatif.com

www.bengkelinovatif.com

Figure 8. Engine Stop Motor and Mechanism

3 Figures and tables

Figures and tables, as originals of good quality and well contrasted, are to be in their final form, ready for reproduction, pasted in the appropriate place in the text. Try to ensure that the size of the text in your figures is approximately the same size as the main text (10 point). Try to ensure that lines are no thinner than 0.25 point.

Figure 1. Caption of the Figure 1. Below the figure.

1"

2

To engine stop motor

Figure 9. Cable connection to Engine Stop Motor fuel cut off

4.2.3 Speed Sensor and Gear Transmisi

Speed sensor speerti terlihat pada Fig.10 di hubungkan dengan output transmisi bertujuan untuk menditeksi kecepatan yang di hubungkan ke speedometer, dengana terpasangnya nyaSLIFA maka speed sensor sebagai input untuk memberikan pulse informasi kecepatan kemudian dibatasi sesuai dengan regulasi yang di perlukan , sperti

Cable Engine Stop Motor Cable link to Injection Pump

1. Pedal acclerator Manual Mechanism 2. Cable engine stop motor 1. Engine Stop Motor Assy

2. Cable engine stop motor

(22)

26

Engine stop motor convensional diesel engine adalah suatu komponen yang menyemprotkan bahan bakar pada ruang bakar, komponen inilah yang sebenarnya kita kendalikan untuk menurunkan kecepatan, karena ketika ECU membaca tegangan 3.6v maka secara otomatis komponen ini akan menyemprotkan bahan bakar sesuai yang di kirim oleh ECU, pada saat itulah kecepatan akan turun menjadi 30 km/jam. Disini penulis harus menggunakan motor yang tepat sehingga penulis perlu mengetahui torsi dari sebuah motor untuk menggerakan pompa diesel yang dihubungkan dengan kabel adapun perhitungan torsi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

=

dimana:

t : Torsi (Torque), Newton meter (N.m) F : Gaya penggerak, Newton (N)

l : Jarak, meter (m)

Gambar 2.27 engine stop motor

2.11.1 Jarak Tarikan Belt

Selain safety belt harus terpasang panjang tarikan safety belt juga harus diperhatikan, karena alat ini juga terintregasi dengan panjang tarikan belt sehingga pengemudi tidak dapat mengelabuhi alat ini, fakta di lapangan adalah belt di pasang namun tidak melingkar pada tubuh pengemudi ini di lakukan agar sistem yang ada pada kendaraan yang keluar dari pabrikan tetap membaca bahwa pengemudi menggunakan safety belt. 4.1. Engine Specification of the Present work

The main specifications of the engine that was used in the present investigation are listed in table (1).

Figure 5 illustrates the main components of the present investigated engine.

Table 1. Main specifications of the present engine

Item Specification Type Bore x Stroke (mm) Max Speed Max Torque (kg/rpm) Max Output (Ps/rpm) Fuel System Displacement

4 Stroke Diesel Engine 6 cyl inline 112 x 130 mm

102 km/h 76/ 1500 260/2500

Fuel Injection Pump Inline 7684 cc

Figure 5. Main component of the present investigated engine

4.2. Acclerator Diesel Engine System 4.2.1 Flow Diesel Fuel SystemFUEL SYSTEM

OUTLINE

FUEL FILTER INJECTION PIPE THROUGH FEED VALVE

FEED PUMP

LEAKAGE PIPE NOZZLE

THROUGH FEED PIPE

FUEL TANK SUPPLY

RETURN

FILTR(WIRE NET TYPE) PRIMING PUM P

Figure 7. Main component of the Diesel engine fuel system

injection yang di dalam nya ada komponen solenoid rack control.

4.2.2 Engine Stop Motor and Mechanism

User Manual

1

ENGINE STOP MOTOR

Posisi Engine stop motor ada di sebelah depan kabin, di bawah kap depan, berdekatan dengan wiper motor

PETUNJUK PEMASANGAN HINO FL DAN FM (1)

www.bengkelinovatif.com

www.bengkelinovatif.com

Figure 8. Engine Stop Motor and Mechanism

3 Figures and tables

Figures and tables, as originals of good quality and well contrasted, are to be in their final form, ready for reproduction, pasted in the appropriate place in the text. Try to ensure that the size of the text in your figures is approximately the same size as the main text (10 point). Try to ensure that lines are no thinner than 0.25 point.

Figure 1. Caption of the Figure 1. Below the figure.

3.1. Captions/numbering

1"

2 To engine stop motor

1 m 5 N

(23)

Tabel 2.2 Vbelt

KETERANGAN PANJANG BELT (cm)

Sebelum di dunakan 135

Digunakan tanpa pengemudi 200

Digunakan dengan pengemudi besar 225

Digunakan dengan pengemudi kecil 210

Dengan tabel diatas dapat dibuat range panjang belt, dengan menggunakan sensor arduino dan sensor yang terpasang pada retractor penulis dapat menentukan batas panjang belt untuk dikoneksikan terhadap engine, ketika batas bawah yang sudah ditentukan oleh penulis dilewati maka kendaraan akan berjalan dengan normal, namun ketika batas atas yang sudah ditentukan oleh penulis terlewati maka maka sensor akan membaca bahwa belt tidak terpasang dengan benar secara otomatis kecepatan kendaraan akan turun secara perlahan dan konstan dikecepatan 30 km/jam, sehingga pengemudi tidak mempunyai pilihan selain menggunakan safety belt.

Safety Belt Safe Control System (SSCS) adalah suatu alat untuk memberi peringatan kepada pengemudi atau pengguna kendaraan agar menggunakan sabuk pengaman yang ada pada kendaraan roda empat ataupun lebih. Dengan adanya alat ini diharapkan dapat mengurangi resiko yang disebabkan oleh kecelakaan. Misalnya seperti terbentur dashboard ataupun terpental kebagian depan kendaraan yang dapat mengakibatkan cedera dan dapat pula mengakibatkan kematian jika terjadi kecelakaan yang cukup keras. Selain dapat mengurangi resiko yang diakibatkan kecelakaan dengan adanya alat ini juga dapat meminimalisir terjadinya pencurian pada kendaraan yang belakangan ini banyak terjadi.

Jadi alat ini memiliki fungsi yang berbeda dan dapat saling memberikan rasa aman pada pengguna serta pemilik kendaraan.

(24)

Gambar 2.28 KIT (SSCS)

2.11.2 Spesifikasi KIT Safety Belt Safe Control System (SSCS)

Setelah dibuat alat Safety Belt Safe Control System (SSCS) ini maka telah ditentukan spesifikasi pada alat ini. Berikut adalah tabel spesifikasi alat Safety Belt safe Control System (SSCS):

Tabel 2.2 Spesifikasi Safety Belt Safe Control System (SSCS)

Spesifikasi Safety Belt Safe Control System (SSCS) No Bagian Spesifikasi Keterangan Spesifikasi

1 Tegangan Operating Voltage 12V

2 Input Signal Analog

3 Dimension - 112 x 75 x 50 mm (Box) - 2 m AWG 20 (kabel)

4 Material Rugged Alumunium Case

5 Accesoris - Installation Kit - Intermitten Buzzer

(25)

2.11.3 Instalasi Safety Belt Safe Control System (SSCS)

Agar alat ini dapat bekerja dengan baik, kita harus melakukan pemasangan dengan cara yang benar. Hal – hal yang perlu anda ketahui saat melakukan pemasangan adalah :

1. Yang pertama perlu dilakukan yakni pengambilan power atau pengambilan arus listrik untuk menghidupkan alat safety belt safe control system (SSCS) ini pada kunci kontak kendaraan pada saat kunci kontak diputar kearah bacaan on. Karena pada bagian ini terhubung dengan supply power yang terhubung dengan aki (batteray) yang ada pada kendaraan. Alasan kenapa pemasangan kit safety belt safe control system (SSCS) ini dihubungkan pada kunci kontak kendaraan supaya pengguna atau pengemudi kendaraan dapat memastikan bahwa kit safety belt safe control system (SSCS) ini dapat diaktifkan dan dimatikan bersamaan dengan keseluruhan sistem kelistrikan yang ada pada kendaraan. Karena pada saat pengemudi atau pengguna kendaraan mematikan mesin dan memutar kunci kontak kearah off maka kit safety belt safe control system (SSCS) tidak akan aktif karena arus listrik yang dihasilkan dari aki (batteray) pada kendaraan ikut mati atau tidak aktif.

2. Lalu koneksikan kabel menggunakan skun dan konektor pada kabel sehingga kapanpun pengguna atau pemilik kendaraan menginginkan sistem pada kendaraanya kembali normal atau kembali standar seperti keluaran pabrik maka pengguna atau pemilik kendaraan hanya perlu mencopot atau memutus kabel alat safety belt safe control system (SSCS) ini pada bagian sambungan di kunci kontak kendaraan. Dan sambungkan kabel dari alat safety belt safe control system (SSCS) kebagian rangkaian engine stop motor pada kendaraan.

3. Letakan buzzer pada bagian dashboard kendaraan untuk memudahkan pengguna atau pengemudi kendaraan mengetahui bahwa sabuk pengaman belum terpasang atau sabuk pengaman sudah terpasang tetapi belum benar sehingga sensor yang ada pada buckle sabuk pengaman tidak saling berhubungan dan mengakibatkan mobil hanya dapat melaju dengan kecepatan maksimal 30 km/jam dan buzzer akan berbunyi secara keras dan terus menerus.

Gambar

Gambar 2.2 Sensor Cahaya (Sumber: Toyibu, 2003)
Gambar 2.4 Sensor Proximity (Sumber: Toyibu, 2003)
Gambar 2.7 Sensor Kecepatan (Sumber: Toyibu, 2003)
Gambar 2.8 Sensor Penyandi (Encoder) (Sumber: Toyibu, 2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah saja tanpa melibatkan siswa untuk melakukan satu aktivitas yang melibatkan siswa sehingga dapat meningkatkan pemahaman

Coba ubah semua tanggal pengiriman menjadi tanggal sekarang pada tabel

Oleh karena itu, tidak adil jika hanya menilai pengertian media baru dari aspek newness (kebaruan). Sebab boleh jadi televisi merupakan media komunikasi dan

Dimana pengambilan sempel pada purposive sampling disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan peneliti yang bertujuan sesuai dengan tujuan dari penelitian, yaitu

Sedangkan, kesadaran kritis adalah proses seseorang untuk menyadari kondisi sosial yang akan timbul apabila seseorang atau sekelompok masyarakat mulai menyadari kondisi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. ©

Dalam penentuan nilai ambang pada Tugas Akhir ini, digunakan penjumlahan dua parameter statistik, yaitu rerata dan simpangan baku dari hasil pengujian sebelumnya

pariwisata bukan hanya dapat menurunkan angka kemiskinan namun juga menjadi cara cepat dan mudah dalam menaikan taraf hidup termasuk mengurangi kelaparan, menaikan