• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Volume 1, No.2, November 2019 (56-77) htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Volume 1, No.2, November 2019 (56-77) htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 1, No.2, November 2019 (56-77)

htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros

IMPLEMENTASI PRINSIP SOTERIOLOGI BAGI PENDIDIKAN KRISTEN

Welmince L. Laning, M. Pd. K STT SOE

mincelangmit@gmail.com

Abstract

The purpose of the research is to understanding the role of Soteriology or the doctrine of Christian education of salvation, that every teacher or students should be more proactive in education which oriented to salvation in Christ. Man was created according to the image of God, but by sin the image of God has been broken. By the Grace of God in Jesus Christ gives eternal salvation to every man and women who believe in Him. The salvation give a sanctification to the broken eternal image to be better according to the image of Christ

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memahami peranan soteriologi atau doktrin mengenai keselamatan dalam PAK, maka setiap pendidik maupun peserta didik dapat lebih dapat ber pro aktif dalam pendidikan yang berorientasi kepada keselamatan individu di dalam Tuhan Yesus Kristus. Manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah, tetapi oleh karena dosa, gambar

(2)

itu telah rusak, yang menyebabkan apa yang dilakukan manusia semata-mata adalah dosa. Tetapi oleh karena anugerah Allah, di dalam Yesus Kristus diberikan keselamatan kekal kepada setiap orang yang mau beriman, percaya kepada-Nya. Keselamatan itu memberikan kepada manusia pengudusan dan diberikan jaminan hidup kekal. Gambar Allah yang pernah rusak digantikan dengan gambar Yesus Kristus.

A. Pendahuluan

Ada hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara doktrin mengenai keselamatan dengan pendidikan agama Kristen. Dalam pengantar buku berjudul “Pendidikan Agama Kristen” yang diterbitkan oleh Bina Media Informasi mengatakan bila, Pendidikan Agama Kristen disajikan kepada dengan tujuan supaya setiap orang mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam pengalaman keseharian, dan dengan demikian dapat mengalami transformasi nilai-nilai kehidupan.

Makna yang masuk akal untuk mensearahkan maksud dari pernyataan di atas adalah, mengalami perjumpaan dengan Tuhan tidak dapat hanya bersandar kepada kekuatan sendiri, melainkan kepada anugerah Tuhan. Anugerah itu hadir secara imanen melalui Yesus Kristus, yaitu Allah yang telah menjelma menjadi manusia, disalibkan, mati, dikuburkan dan bangkit pada hari ketiga, naik ke sorga untuk memberikan keselamatan bagi setiap orang yang dipilih-Nya sejak semula untuk dijadikan milik-Nya sesuai dengan rencana dan kedaulatan-milik-Nya. Sehingga, dengan anugerah keselamatan itu setiap manusia mampu melakukan kehendak Allah dan mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang menjadi tujuan dari PAK.

Terkait dengan visi PAK (Pendidikan Agama Kristen) untuk menjadikan agama sebagai sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan kepribadian kristiani yang menjunjung

(3)

tinggi harkat dan martabat manusia, dan misinya untuk mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam segala aspek kehidupan. Pemahaman mengenai anugerah keselamatan yang benar sangat berperan aktif. Artinya, bila terjadi kesalahan atau bahkan pentimpangan dalam memahami konsep dasar keselamatan atau doktrin keselamatan, maka akan terjadi kegagalan dalam menjadikan dan mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam segala aspek yang dimaksud. Hal ini dimungkinkan karena berita utama dari kekritenan adalah berita anugerah keselamatan yang diberikan oleh Allah melalui Tuhan Yesus Kristus.

Pendidikan Agama Kristen (PAK) juga merupakan tugas gereja, yang kini fungsinya tersebut sudah mulai kurang diperhatikan di dalam lingkungan gereja dimana sebenarnya PAK merupakan suatu fungsi gereja yang amat penting terutama dalam tugas pengajaran dan pendidikannya. PAK itu tak lain dan tak bukan hanyalah suatu pemberian dan amanat Tuhan sendiri kepada jemaat-Nya (Ef. 4:11) dimana tugas tersebut diletakkan dan dipercayakan kepada gereja-Nya di bumi ini. Jadi sudah seharusnyalah PAK di dalam gereja dikembangkan guna memmbimbing jemaat- jemaat supaya mengenal ajaran- ajaran asasi dari agama Kristen dan mempraktekkan dalam keseharian hidup mereka sehingga dapat membina suatu perilaku Kristen yang benar.

Berdasarkan alasan di atas, maka, dalam makalah berjudul “implementasi Soteriologi dalam Pendidikan Agama Kristen”, akan diuraikan semua hal yang terkait mengenai doktrin yang benar mengenai keselamatan sebagai dasar PAK. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi secara obyektif dan Alkitabiah bila setiap peserta didik PAK harus mengakui keselamatan oleh anugerah di dalam Yesus Kristus, kemudian menjadikan berita keselamatan itu sebagai bagian berita penting PAK diantara berita lainnya, dan menjadikan soteriologi sebagai dasar alasan bahwa setiap manusia harus memiliki perubahan hidup yang baik sebagai buah pembenaran yang Allah kerjakan ( Filipi 2:12; Roma 12:2 ).

(4)

B. HAKIKAT SOTERIOLOGI DALAM PAK

Kata ‘soteriologi’ berasal dari kata Yunani ‘soter’ yang artinya ‘penyelamat’ (savior). Kata soter memiliki hubungan dengan kata ‘soterion’ yang berarti keselamatan atau penyelamatan (salvation).

Manusia menginginkan “penyelamatan dari” (deliverance from) dan “penyelamatan untuk” (salvation for) dan dalam perkara hidup bermasyarakat manusia ingin “terbebaskan dari” (liberation from) sesuatu. Secara spiritual setiap manusia pada umumnya merindukan “keselamatan kekal” pada kehidupan selanjutnya. Dalam ranah fisikal konsep keselamatan pada umumnya berarti “terbebaskan dari” suatu mala petaka, kemalangan, nasib buruk, dan sejenisnya. Bila dibawa ke ranah spiritual masalahnya menjadi berbeda. Dalam ranah spiritual ini keselamatan adalah kondisi seseorang yang terus berada dalam relasi intim dengan Pemberi Keselamatan.

Beberapa pendapat lain, mengartikan bila di dalam teologi sistematik, istilah soteriologi digunakan untuk mengacu pada doktrin Alkitabiah tentang keselamatan. Hal tersebut mengenai pertobatan sebagai sebuah proses secara menyeluruh. Totalitas proses ini dipahami sebagai bagian dari rencana Allah untuk menolong ‘yang hilang’ dan yang berbuat dosa atau pelanggaran dan membawa mereka kepada hubungan yang abadi dengan Tuhan. Artinya, keselamatan Kristiani seperti yang telah dikemukakan, menghadirkan Yesus Kristus sebagai Penyelamat.

Lepas dari berbagai pendapat mengenai definisi soteriologi, jika dikaitkan dengan pendidikan agama Kristen maka, prinsip hidup orang percaya harus tetap berlawanan dengan prinsip yang dimiliki oleh orang tidak percaya. Vantil seorang pakar pendidikan dari golongan reformed menyebutnya sebagai antithesis pendidikan. Menurutnya, orang non-kristen percaya bila alam semesta menciptakan allah, atau dengan kata lain mereka memiliki allah yang terbatas. Perbandingan ini terjadi karena orang Kristen percaya bila Allah menciptakan alam semesta. Akibatnya pendidikan non-kristen disebut sebagai pendidikan tanpa Allah. Maksudnya, pendidikan tanpa Allah

(5)

berarti mengabaikan atau menolak bahwa manusia bertanggungjawab kepada Allah. Hal ini mengasumsikan keselamatan itu bukanlah hal yang harus terjadi karena manusia tidak memiliki tanggungjawab moral kepada Allah, sehingga pendidikan non-kristen adalah pendidikan yang tidak tepat dan tidak sejalan dengan prinsip kebenaran.

Hakikat soterologi dalam PAK selain sebagai inti dari berita pendidikan Kristen seperti telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, adalah sebuah kesadaran tanggungjawab moral manusia yang telah rusak karena dosa, kepada kasih karunia Allah yang melampaui segala keberadaan. Pengertian ini harus dimaknai sebagai sebuah ketataan pada kedaulatan Allah dalam karya penyelamatan Allah yang sempurna melalui pengorbanan Yesus Kristus.

1. Soteriologi Sebagai Tujuan Allah

Dalam kedaulatan-Nya, Allah mengetahui lebih dahulu hal-hal yang akan terjadi, maka sebelum Allah menciptakan manusia, Ia menyadari sepenuhnya bahwa manusia akan jatuh ke dalam dosa. Namun demikian, dalam pengetahuan-Nya Ia tetap menciptakan manusia untuk kemuliaan dan tujuan-Nya yaitu dengan menyediakan jalan penebusan melalui pribadi Yesus Kristus. Dalam hal ini tepat sekali pernyataan yang mengatakan bila Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, yaitu supaya kita kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya (Efesus 1:4). Menurut Henry C. Thiessen, tujuan tersebut dinyatakan dalam sifat manusia dan dalam Alkitab.

Dalam PAK, arti “dalam sifat manusia” seperti yang disampaikan oleh Thiessen di atas berarti, kejatuhan manusia dalam dosa telah menyebabkan ia kehilangan kekudusan dan keadaan tidak bersalah yang dimilikinya. Tetapi menurut Thiessen hal ini tidak berarti telah merampas seluruh pengetahuan rohani dari manusia. Pengertian ini berarti PAK atau Pendidikan Agama Kristen bertanggungjawab untuk mengarahkan peserta didik kembali maraih pengetahuan akan Allah dan pengetahuan akan dosa. Maksudnya, PAK berfungsi

(6)

sebagai sarana untuk mengenalkan manusia dan menuntun kembali kejalan Allah dan juga menyadarkan manusia kepada keberadaan dosa yang dapat berakibat fatal kepada manusia bila tidak bertobat.

Dalam Alkitab dikatakan bila manusia memiliki pengetahuan akan Allah ini berdasarkan kesaksian suara alam ciptaan-Nya (Rm. 1:20; Kis. 14:15-17; 17:22-23). Dengan demikian, tujuan Allah untuk menyediakan keselamatan bagi umat manusia ditunjukan melalui sisa-sisa pengetahuan akan Allah yang Ia biarkan tetap dimiliki oleh manusia. Sedangkan dalam hal pengetahuan akan dosa, pengetahuan ini sama universialnya dengan pengetahuan akan Allah (Roma 1:32).

Pemahaman “dalam Alkitab” yang dimaksudkan oleh Thiessen dari sudut pandang PAK, soteriologi sebagai tujuan Allah, berarti PAK harus menjadikan Alkitab baik PL maupun PB sebagai dasar pengajaran, dan satu-satunya sumber informasi berita keselamatan. Paulus mengatakan bila Allah “menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang disorga maupun yang di bumi” (Efesus 1:9,10). Hal ini mengimplikasikan makna bila PAK harus menyampaikan berita soteriologi dalam Alkitab sesuai dengan hikmat yang Tuhan telah berikan kepada masing-masing kita untuk menjadi alat kemuliaan Tuhan.

2. Soteriologi Sebagai Rencana Allah.

Sebagai rencana Allah, soteriologi dalam PAK berusaha untuk menyampaikan bila Tuhan yang berkarya secara teratur di alam semesta tidak membiarkan penyelamatan manusia dilaksanakan menurut cara yang tidak terencana. Alkitab menunjukan bila Allah mempunyai rencana keselamatan yang pasti kepada setiap manusia. Thiessen mengatakan bila rencana ini meliputi sarana yang dipakai untuk menyediakan keselamatan, sasaran-sasaran yang akan diwujudkan, orang-orang yang akan

(7)

menerima keselamatan tersebut, syarat-syarat untuk memperoleh keselamatan, serta perantara dan sarana bagi penerapan keselamatan itu.

Matius 19:17 ada syarat bagi setiap manusia untuk menerima keselamatan yang Tuhan berikan yaitu dengan menuruti segala perintah Allah. Persyaratan yang dimaksudkan di sini ada sebuah penyataan rencana Allah. Pernyataan mengimplikasikan makna bahwa kita harus mempelajari seluruh Alkitab bila kita hendak mengetahui rencana Allah. Thiessen mengatakan bila ada garis besar rencana Allah dalam keselamatan. Keselamatan disiapkan bagi dunia dalam arti yang umum, namun secara khusus bagi orang-orang yang terpilih, yaitu mereka yang mau percaya kepada Kristus serta taat kepada-Nya.

Dalam hal ini pertobatan mutlak diperlukan untuk keselamatan,namun hanya sebagai persiapan hati dan bukan sebagai harga yang harus dibayar untuk memperoleh hidup yang telah dikaruniakan oleh Tuhan. Iman adalah satu-satunya syarat untuk memperoleh keselamatan, dan iman itu juga merupakan karunia Allah. Roh Kudus adalah perantara dalam penerapan keselamatan pada jiwa seseorang. Roh Kudus mamaki Firman Allah untuk menginsafkan, menunjukkan jalan kepada Kristus , dan untuk memperbaharui jiwa. Sehingga dari sini, soteriologi sebagai rencana Allah yang tersusun rapih memberikan tanggungjawab kembali kepada PAK untuk bisa bersikap proporsional dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan apa yang Alkitab katakana tentang keselamatan hanya oleh anugerah Allah dan bukan usaha manusia (Efesus 2:8-9; Titus 3:5).

-. Aspek-Aspek Keselamatan

Jika kita melihat keselamatan dari segi waktu, maka kita dapatkan bahwa keselamatan itu mempunyai fase yang berbeda-beda.

1. Masa lampau (II Tim.1:9 → Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan

(8)

kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman)

Pada saat kita menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, maka kita dilepaskan Allah dari dosa dan akibatnya satu kali untuk selamanya (Rom.5:9, Ef.1:7). Kita menerima pembenaran Allah dan masuk ke dalam hubungan baru serta diberi hak menjadi anak Allah (Rom.8:24, Ef.2:5, Tit.3:5-8).

2. Masa kini/sekarang (Yak.1:21 → Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu).

Sekarang kita dapat mengalami kuasa kelepasan dari kuasa dosa, pencobaan Iblis dan daya tarik dunia (Gal.5:16, Yak.4:7, Yak.1:27). Dan kita secara terus menerus dikuduskan, bertumbuh dalam segala yang baik, bertumbuh semakin serupa dengan Kristus. Bahkan kita sudah boleh merasakan berkat-berkat, karunia-karunia dari sorga (Ibr.6:3-5). Semua itu karena kita telah ada dalam kerajaan sorga.

3. Masa yang akan datang (Rom.13:11 → Hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya)

Pada masa yang akan datang kita menerima penebusan tubuh kita, menerima kesempurnaan dan kemuliaan (Flp.3:20-21), yaitu pada saat Kristus datang kembali (Gal.1:4)

-. Manusia Mutlak Membutuhkan Keselamatan

Kita sudah membicarakan apakah itu soteriologi, pentingnya belajar doktrin ini serta aspek-aspeknya dalam keselamatan. Sekarang kita membicarakan bahwa keselamatan itu merupakan kebutuhan yang mutlak.

Umumnya kita mendengar baik dari mimbar-mimbar gereja maupun dari pembicaraan sehari-hari bahwa setiap manusia membutuhkan keselamatan. Tetapi kenyataan kita lihat

(9)

bahwa manusia cenderung mengabaikan hal-hal rohani dan cenderung lebih memikirkan hal-hal yang materi dan kesenangan daging, lebih sengan mencari duit dari pada Tuhan, lebih suka makan rujak dari pada baca Alkitab.

Dengan kenyataan demikian dapatlah kita katakan bahwa kebutuhan mutlak akan keselamatan itu justru ditandai ketidakperdulian dari manusia. Kenapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus menelusuri dari awal sejarah manusia dari Adam dan Hawa.

Dalam Kejadian 1 dan 2 kita membaca bahwa manusia diciptakan dengan baik oleh Allah. Keadaannya suci, tanpa dosa dan bebas. Namun keberadaan dan kedudukan manusia seperti itu, bukanlah keberadaan dan kedudukan terakhir (ultimate) melainkan suatu keberadaan yang dapat berubah, dan hal itu dapat didasarkan kepada kehendak bebas manusia itu sendiri, taat atau tidak taat. Sampai pada Kejadian 3 kita dapatkan bahwa manusia memilih untuk tidak taat dan melanggar perintah Allah. Akibatnya manusia yang dapat berubah itu, berubah menjadi buruk. Dari suci menjadi najis, dari yang tidak berdosa menjadi pendosa bahkan menjadi budak dosa (Rom. 7:22-23, Rom. 3:9 band. Maz. 14:1-3).

Proses di atas bisa kita simpulkan sebagai berikut :

a. Manusia diciptakan dalam keadaan suci, tetapi dia ada di tengah-tengah antara yang baik dan yang jahat. Kita diagramkan sebagai berikut:

b. Manusia yang suci, tanpa dosa dan bebas memilih yang jahat, dan memilih tidak taat kepada perintah Allah. Berarti manusia meninggalkan kedudukannya yang suci, tanpa dosa dan bebas dan masuk ke dalam kedududkan yang najis dan menjadi pendosa. Kita lihat diagramkan sebagai berikut.

Setelah proses di atas terjadi, maka Adam dan Hawa memiliki keberadaan yang telah berubah dari semula, yaitu dari yang suci menjadi najisn, dari bebas menjadi tawanan dosa. Paulus menyatakan dalam Rom.5:12 → Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa

(10)

itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Alkitab memberikan rincian dengan jelas bagaimana kedudukan manusia atau keberadaan manusia yang sudah berubah itu. Semua orang dilahirkan sebagai pendosa (Rom.5:19 → Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar). Semua orang adalah budak dosa (Yoh.8:34→Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.; Rom.3:9→ Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa,; 6:16-17), setan (Kis.26:18; Kol.1:3; I Yoh 5:19). Hidup manusia sepenuhnya dikuasai oleh penguasa yang jahat (Ef. 2:1-3 → Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.) Semua orang mati secara rohani dihadapan Allah (Ef.2:12:1→ Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.; 4:18; Rom.1:21-23; 3:11; I Kor.2:9,14). Dipihak lain manusia hidup terhadap dosa, setan dan dunia (Ef.2:2-3).

Semua manusia terhilang dari hadapan Allah (Luk.19:10; Rom.3:9-18; II Kor.4:3). Ini berarti manusia tidak lagi seperti sebagaimana ia diciptakan. Semua orang berdosa melalui perbuatannya (Ef.2:3; Rom.1:21-23). Butir ini membutuhkan penjelasan yang lebih terperinci. Seperti yang sudah kita bahas bahwa manusia adalah pendosa adanya, maka dari segi keberadaannya itu (butir 1-5) terlahirlah perbuatan-perbuatan

(11)

dosa. Sama seperti pohon apel membuahkan apel, demikianlah manusia sebagai pohon dosa menghasilkan buah dosa. Manusia dalam keberadaannya sebagai pendosa akan selalu membuahkan dosa.

Semua orang berhutang kepada Allah atas dosa-dosanya (Kej.2:17; Yez.18:4; Rom.6:23). Semua manusia ada di bawah kutuk dan hukuman Allah (Yoh.3:18). Butir 1-7 di atas mengantar manusia pada kondisi bersalah dan dimurkai oleh Allah sehingga manusia harus dihukum di api neraka. Jika kita amati alasan hukuman itu, maka kita temukan (berdasarkan butir 1-7):

a. Manusia harus dihukum harus dihukum karena keberadaan atau kondisinya (butir 1-5; Rom.5:18).

b. Manusia harus dihukum karena perbuatan dosanya sendiri (Rom.3:9-19). Penghakiman yang datang itu berkenaan dengan tanggungjawab manusia akan hidupnya serta berkenaan dengan hukuman apa yang akan diterimanya (Why.20:11:15; Rom.5:18).

Manusia tidak berdaya untuk memperbaiki kondisinya atau memenuhi kebutuhan rohaninya sendiri (Rom.5:6). Manusia membutuhkan penyelamat : Yesus Kristus.

Setelah mengikuti penjelasan yang cukup panjang lebar, maka kita dapat mejawab pertanyaan berikut ini: “mengapa manusia yang membutuhkan keselamatan itu justru tidak merasa kebutuhannya yang sangat pokok?” Semua ini dikarenakan manusia sudah mati rohani, pendosa dan terhilang dari hadapan Allah. Itulah sebabnya pula mengapa seseorang sebelum diselamatkan, ia harus disadarkan dulu (dengan pertolongan Roh Kudus) akan kebutuhan rohaninya di hadapan Allah (band. Yoh.4:15-19; 6:34-36).

Sementara manusia mungkin merasakan kebutuhan lain yang lebih mendesak seperti kebutuhan-kebutuhan materi yang menjadikan manusia itu tidak tertarik memikirkan kebutuhan yang utama yaitu keselamatan. Kebutuhan yang utama yaitu keselamatan hanya dapat diberikan oleh Tuhan Yesus.

(12)

Hanya pada saat manusia diterangi akan dosanya berdasarkan kuasa Allah sendiri, barulah ia dapat melihat Tuhan Yesus sebagai pemenuh kebutuhannya itu. Dan setelah itu barulah ia dapat melihat juga bahwa Tuhan Yesus bukan hanya memenuhi kebutuhan pokoknya akan kelepasan dari dosa, tetapi sebagai pemenuh kebutuhan-kebutuhannya yang lain.

-. Manfaat Keselamatan

Di atas telah dibahas bagaimana kondisi semua manusia yang berada di luar keselamatan. Pembahasan tersebut beserta dengan amanat agung Tuhan Yesus kepada kita, membuat kita seharusnya bukan saja taat tapi berbeban untuk menginjili mereka (Luk.24:47). Sekarang kita coba membahas manfaat yang diperoleh seseorang dari keselamatan.

1. Perubahan kondisi orang berdosa menjadi orang kudus (I

Kor.1:2; 6:9-11).

Ia tidak lagi dikategorikan sebagai pendosa meskipun ia masih berdosa dalam perbuatannya. Ia dikuduskan bagi Kristus dan ia kudus adanya.

2. Ia bukan lagi budak dosa, setan dan dunia, tetapi hamba Yesus Kristus dan kebenaran (Rom.6:16-18). Kewajibannya adalah hidup bagi Kristus dan melakukan kehendaknya.

3. Ia tidak lagi mati rohani terhadap Allah, tetapi ia hidup. Ia sekarang menjadi anggota rumah tangga Allah dan warga kerajaanNya (Yoh.1:12).

4. Ia tidak lagi terhilang dari hadapan Allah karena ia adalah ciptaan baru dalam Kristus (II Kor.5:17; Ef.2:10; Ef.4:24). 5. Ia tidak lagi hidup dengan perbuatan-perbuatan dosa,

tetapi berbuat baik (Ef.2:10; I Yoh.3:9).

6. Ia tidak lagi berhutang kepada Allah tentang dosa-dosanya karena ia telah menerima pengampunan (Ef.1:7; Kol.2:13). Hutangnya sudah terlunasi untuk selamanya.

7. Ia tidak lagi dibawah kutuk dan hukuman Allah, tetapi telah dibenarkan (Rom.5:1,9,18). Ia dibebaskan dari

(13)

hukuman dan dinyatakan benar oleh Allah (Rom.8:1; II Kor.5:21).

8. Ia tidak lagi tidak berdaya, tetapi mempunyai Roh Kudus yang memberinya kekuatan untuk menjadi dan melakukan semua yang Allah tuntut darinya (Yoh.14:16-17; Flp.4:13; II Pet.1:3).

Betapa kita yang telah menerima keselamatan itu harus mengucap syukur kepada Allah karena perubahan yang ajaib yang diperbuatnya pada kita. Perubahan itu dinyatakan oleh semua orang yang berjalan dalam ketaatan kepada Allah.

C. SASARAN SOTERIOLOGI PENDIDIKAN

Untuk menjelaskan point ini, perlu untuk melihat kembali bagaimana posisi manusia sebelum jatuh ke dalam dosa, yaitu, hidup dalam kekal dan diciptakan seturut dengan gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26). DR. Harun Hadi Wijono mengatakan bila, agar supaya tampak jelas perbedaan antara Tuhan Allah dan manusia, maka dalam Kejadian 2:7 disebutkan, bahwa manusia diciptakan dari debu tanah, yang dalamnya dihembuskan nafas Allah. Kata yang diterjemahkan “debu tanah” dalam bahasa Ibrani adalah “adamah” yang memiliki sinonim dengan kata “basar” yang berarti daging untuk menyebut tubuh manusia. Sedangkan “nafas” dalam bahasa Ibrani adalah “nefesy” dan “psyche” dalam bahasa Yunani yang berarti jiwa yang tidak berjasad. Oleh DR. Harun Hadi Wijono, perbedaan antara tubuh dan jiwa disebutkan sebagai perbedaan lahir dan batin.

Dari uraian di atas, dapat diperhatikan bila “gambar Allah” tidak mengacu kepada bentuk Allah secara fisik, karena Allah adalah Roh sedangkan manusia adalah daging. Tetapi gambar dalam pengertian ini mengacu kepada sifat-sifat Allah yang kudus. Sifat-sifat ini telah rusak tatkala manusia tidak lagi taat kepada Allah dengan mereka memakan buah pengetahuan yang Tuhan larang untuk mereka makan. Sehingga sasaran dari soteriologi adalah mengembalikan manusia dalam keadaan semula, yaitu hidup dalam kekekalan dan mengembalikan gambar Allah yang pernah rusak dengan gambar Kristus.

(14)

Terkait dengan PAK (Pendidikan Agama Kristen), sasaran atau tujuan pengajaran soteriologi dalam PAK adalah sebagai berikut:

1. Hakekat Manusia Sebagai Gambar Allah

Dari sudut pandang Allah, keselamatan meliputi segenap karya Allah dalam membawa manusia keluar dari hukuman menuju pembenaran, dari kematian ke kehidupan kekal dan dari musuh menjadi anak. Hal ini dimungkinkan terjadi karena manusia pada hakekatnya diciptakan serupa dalam gambar Allah, yaitu memiliki semua sifat-sifat Allah, dalam kekudusan dan kekalan.

Dalam soteriologi PAK, pengajaran hakekat manusia sebelum kejatuhan adalah sasaran pertama yang harus diberikan. Maksudnya adalah memebrikan sebuah gambaran yang benar tentang hakikat, yang mana tujuan dari keselamatan tidak hanya sekadar masuk dalam sorga, melainkan mengembalikan manusia kepada posisi semula. Ketika manusia diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah, manusia hidup dalam kekelan, karena itu pengajaran keselamatan adalah menuju kepada kekal. Juga sebagai gambar Allah, manusia memiliki sifat-sifat Allah tidak berkuasa seperti Allah. Sehingga, soteriologi dalam PAK harus menyentuh kepada semua sifat manusia sebelum kejatuhan. Hal ini dimungkinkan sebagai “patokan” dari tuntutan Allah yang sempurna seperti Bapa adalah sempurna ( Matius 5:48 ).

2. Vandalisme Dosa Kepada Manusia.

Sasaran yang kedua adalah menyadarkan manusia bila “vandalisme” dosa benar-benar telah berakibat sangat fatal. Apa saja yang dilakukan manusia di bawah kuasa dosa menghasilkan dosa, dan dalam hal ini manusia telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Setelah belajar mengenai hakekat manusia sebelum kejatuhan, soteriologi dalam PAK harus mampu untuk menyadarkan juga para peserta didik bila kondisi manusia setelah kejatuhan sedang menuju upah dosa yaitu maut (Roma 6:23).

(15)

Dengan demikian peserta didik dibawa dengan sungguh-sungguh kepada kesadaran bila mereka membutuhkan keselamatan.

3. Anugerah Keselamatan Dari Allah

Sasaran yang ketiga adalah mengajarkan mengenai berita sukacita, yaitu keselamatan karena iman di dalam Tuhan Yesus Kristus. Charles C. Ryrie memberikan penekanan ajaran ini pada tiga taraf, pertama, pada saat seseorang menjadi percaya, ia diselamatkan dari hukuman dosa (Ef. 2:8; Tit. 3:5), kedua, setelah diselamatkan dari dosa, orang percaya dikuduskan dan dipelihara (Ibr. 7:25, dan yang ketiga, orang percaya mendapat bagian untuk tinggal di sorga selama-lamanya (Rm. 5:9-10).

Sedikitnya ada tiga alasan mengapa Allah berkehendak menyelamatkan orang berdosa. Pertama, keselamatan merupakan perwujudan dan paling nyata dari kasih Allah (Yoh. 3:16; Rm. 5:8). Kedua, keselamatan juga menunjukan karunia atau anugerah Allah yang kekal (Efs. 2:7). Tiap orang yang diselamatkan akan menjadi tanda kemenangan khusus dari anugerah Allah selama-lamnya. Ketiga atau yang terakhir, Allah menghendaki suatu umat yang akan melakukan pekerjaan baik di dalam hidup ini dan dengan demikian memperlihatkan kepada dunia, meskipun tidak sempurna, tentang Allah yang baik (ay. 10).

D. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM GEREJA

Jika kita berbicara mengenai Pendidikan Agama Kristen sudah pasti akan berkaitan dengan dunia pendidikan. Oleh karena itu terlebih dahulu kita harus mengetahui arti dari pendidikan itu sendiri.

PAK juga merupakan salah satu dari tugas- tugas terpenting gereja. Matius 28:19- 20 yaitu amanat agung Tuhan Yesus yang memerintahkan kita sebagai umat tebusan-Nya untuk menjadikan segala bangsa murid- Nya dan mengajar mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Rasul Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat Efesus bahwa Tuhan telah mengambil

(16)

dan mengangkat beberapa anggota gereja untuk menjadi rasul, nabi, pemberita- pemberita Injil, maupun gembala- gembala, dan pengajar. Oleh karena itu PAK merupakan tugas gereja yang penting dan berpengaruh terhadap perkembangan gereja. Sudah selayaknya dan sewajarnya PAK terhisap sebagai tugas gereja yang sah sehingga harus dilaksanakan oleh seluruh anggota jemaat.

Kalau dilihat dari penjelasan Ensiklopedi Pendidikan, secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannyakepada generasi muda sebagai usaha agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah. Penjelasan itu menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha atau upaya sadar tujuan, atau bersengaja. Jadi dengan demikain setiap usaha pendidikan haruslah menuntut perencanaan, strategi, dan pendekatan.

Dari segi istilah, pendidikan dapat dikatakan berasal dari dua kata Latin educatus dengan istilah jabarannya educane dan educene. Yang pertama memberi arti “merawat, memperlengkapi dengan gizi agar sehat dan kuat”. Yang kedua memberi arti “membimbing keluar dari…”. Berdasarkan pengertian ini, pendidikan dapat dikatakan sebagai upaya sadar dan bersengaja untuk memperlengkapi seseorang atau sekelompok orang guna membimbing keluar dari suatu tahapan(keadaan) hidup ke suatu tahapan hidup lainnya yang lebih baik.

Adapun beberapa komponen pendidikan antara lain : Pertama, pelaku pendidikan (SIAPA). Pendidikan akan berlangsung karena adanya pelaku pendidikan, baik pendidk maupun peserta didik.

Kedua, konteks pendidikan (DIMANA). Pendidikan harus memiliki konteks, ruang, dan waktu, di mana setiap konteks memiliki ciri khas sendiri.

Ketiga, sifat atau isi pendidikan (APA). Kegiatan pendidikan berhubungan dengan materi perbincangan yang tentunya berbeda-beda.

(17)

Keempat, metode pendidikan (BAGAIMANA). Dalam mentransfer isi pendidikan, biasanya setiap pendidik memikirkan bagaimana pendekatan yang terbaik dalam berinteraksi.

Kelima, kesiapan atau waktu (KAPAN ATAU BERAPA LAMA). Dalam melakukan tindakan pendidikan, terlebih dahulu harus memiliki kesiapan dan waktu. Suatu fenomena yang tiada tandingnya juga dalam sejarah dunia kita ini, salah satunya adalah pertumbuhan gereja di mana kian lama gereja kian banyak. Sejak gereja muncul hingga abad ini, jumlah jemaat di dalam gereja berkembang begitu pesat. Semua ini menyatakn bahwa mandate Illahi Allah bagi gereja-NYa, yaitu Mandat pemberitaan Injil keselamatan dalam Yesus Kristus telah mengalami banyak perkembangan juga.

Allah Tritunggal sendiri yang telah mendirikan dan menumbuhkan gereja-Nya di mana Ia juga yang mengembangkannya dan tiada suatu kuasa pun yang dapat menghentiknnya (Mat.10:18). Allah juga enetapkan kuasa-kuasa-Nya untuk mencapai kemenangan, yaitu Roh-kuasa-kuasa-Nya yang kudus sebagai dinamika sentral yang bekerja melalui sarana-saranatertentu, yaitu hamba-hamba Allah, gereja Allah, dan abar kesukaan dari Allah.

Gereja yang telah didirikan Yesus, tentunya mempunyai tugas-tugas guna pertumbuhan rohani jemaat-Nya. Dari begitu banyak tugas-tugas yang diembankan kepada gereja, salah satunya adalah mengajar (Mat.28:20) “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Dalam amanat ini dijelaskan supaya kita mengajar kebenran-kebenaran tentang apa yang sudah diajarkan Tuhan Yesus kepada seluruh bangsa dan Tuhan yesus sendiri akan selalu memberikan penyertaan-Nya kepada mereka yang mengajar. Jadi, melalui program PAK di dalam gereja juga telah melakukan amanat agung Tuhan yesus tersebut. Pelaksaan pengajaran ini tentunya mempunyai tujuan antara lain

Pertama, memimpin murid selangkah demi selangkah kepada pengenalan yang lebih sempurna mengenai

(18)

peristiwa-peristiwa yang terdapat di dalam Alkitab dan pengajaran-pengajarannya.

Kedua, membimbing murid dalam cara menggunakan kebenran-kebenaran asasi Akitab itu inutk keselamatan hidupnya. Ketiga, mendorong untuk mempraktikkan asas-asas Alkitab itu supaya membina suatu perangai Kristen yang kukuh.

Keempat, menyakinkan supaya mengakui bahwa kebenran dan asas tersebut menunjukkkan jalan guna pemecahan masaah-masalah kesusilaan, social, dan politik di dunia ini.

Seorang pendeta yang berkhotbah dalam kebaktian, tentu saja juga mengajar jemaat melalui khotbahnya tersebut. Semakin jemaatnya lapar rohani, semakin berusaha pula supaya khotbahnya menyajikan makanan rohani yang baik dan sehat. Khotbah itu bukan tertuju pada perasaan dan kehendak manusia saja, tetapi juga kepada akalnya. Jemaat haru belajar dari padanya tentang firman Tuhan. Pengetahuan dan pengertian mereka akan penyataan Tuhan itu harus diperdalam da diperluas pula. Begitu pula sebaliknya, segala aktivitas PAK itu, juga di luar kebaktian, senantiasa harus bersifat khotbah juga, artinya pengajaran itu tak boleh turun derajatnya menjadi sekedar penyampaian pengetahuan secara teori saja, melainkan harus mempertemukan firman Tuhan sendiri dengan para murid itu, dan PAK itu harus bersuasana ibadat juga.

Untuk itu hendaklah di dalam pengembangan gereja ditambahkan dengan penerapan pengajaran juga guna pertumbuhan rohani jemaatnya di dalam gereja. Selain itu juga, untuk mencapai tujuan yang jelas dan tegas dalam melakukan tugas pengajaran dalam gereja tentunya perlu wujud dari objek-objek PAK itu sendiri. Seperti kita melakukan suatu pekerjaan, tentu harus ada tujuan yang akan kita capai nantinya. Bisa saja menjadi suatu ketidakmungkinan apabila kita bekerja dengan selayaknya selama belum ada objek yang tentu, malah menjadi sesat jalannya.

Sekarang bagaimana persoalannya menentukan objek-objek PAK tersebut. Untuk itu perlu memperhatikan beberapa hal dalam menentukan objek-objek PAK tersebut.

(19)

Pertama, dalam mencari dan menentukan objek itu sudah tentu firman Tuhanlah yang merupakan satu-satunya dasar dan pangkalan bagi usaha itu.

Kedua, Objek itu harus sesuai dengan sifat gereja kita sendiri.

Ketiga, penentapan objek dan pembagian harus dilakukan sesuai dengan unsur murid-muridnya.

Keempat, latar belakang murid-murid yang juga perlu diperhatikan untuk menentukan objek PAK.

Kelima, objek pengajaran kita juga perlu berhubugan dengan macamnya PAK.

Keenam, harus senantiasa sadar akan kebutuhan khusus para pelajar atau pendengar kita.

Dalam PAK, metode merupakan suatu pelayanan, suatu pekerjaan yang aktif yang kita lakuka bagi firman Tuhan dan bagi sesamanya manusia supaya ada pertemuan satu sama lain. Metode senantiasa hanya jalan dan alat saja, bukan tujuan. Kita harus selalu menuju kepada firman Tuhan; tak boleh kita menggunakan metode kita supaya mendapatkan hasil dan sukses secara duniawi sehingga tujuan gereja kurang diperhatikan lagi. Seharusnya dengan rendah hati dan setia kita hatus melayani melalui firman Tuhan saja dengan cara-cara yag kita pakai dalam pekerjaan kita, serta mengharap bahwa metode-metode itu akan menghasilkan iman, pengetahuan dan penuturan, dalam kehidupan para murid. Untuk itu, metode apa yang hrus kita pakai? Ada dua macam metode berbeda mengenai pendidikan. Yang pertama disebut “metode otoriter”, metode ini memakai kuasa(otoritas) dari atasan. Yang kedua dinamakan “metode kreatif’, ialah metode yang hendak menciptakan sesuatu. Metode otoriter mau menyampaikan suatu ajaran yang lengkap kepada orag didikannya. Orang didikan itu harus menerima saja, serta tunduk kepada kuasa gurunya. Kita mengajarkan apa yang kita anggap sebagai kebenaran dan pelajar kita hanya bertugas untuk belajar pada kita dengan tak usah bersoal jawab. Kita tahu apa yang harus dipercaya; sebab itu murid kita harus menyambut dan mengakui apasaja yang diberikan kepada mereka. Lainnya halnya

(20)

metode kreatif. Metode ini menitikberatkan pada kebebasan seseorang untuk berpikir mandiri. Guru bukan penguasa atau pemberi perintah, namun ia seorang yang mampu memberikan pedoman dan juga sebagai seorang fasilitator. Guru berusaha untuk menanamkan bibit kepercayaan terhadap apa yang diajarkan, keyakinan dan pengakuan yang sewajarnya pada apa yang dipercaya dan diajarkan oleh guru. Proses pendidikan seharusnya berjalan dengan spontan dan bukan dengan paksa. Pendidikan semacam ini menggunakan komunikasi dua arah, antara guru dan murid.

E. IMPLEMENTASI DAN KESIMPULAN 1. Implementasi

Dengan memahami peranan soteriologi atau doktrin mengenai keselamatan dalam PAK, maka setiap pendidik maupun peserta didik dapat lebih dapat ber pro aktif dalam pendidikan yang berorientasi kepada keselamatan individu di dalam Tuhan Yesus Kristus. Manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah, tetapi oleh karena dosa, gambar itu telah rusak, yang menyebabkan apa yang dilakukan manusia semata-mata adalah dosa. Tetapi oleh karena anugerah Allah, di dalam Yesus Kristus diberikan keselamatan kekal kepada setiap orang yang mau beriman, percaya kepada-Nya.

Keselamatan itu memberikan kepada manusia pengudusan dan diberikan jaminan hidup kekal. Gambar Allah yang pernah rusak digantikan dengan gambar Yesus Kristus. Inilah makna kekristenan sejati, Kristen bukan agama, tetapi sebuah keputusan untuk hidup dipimpin oleh Allah, dan keputusan untuk menampilkan gambar Yesus Kristus dalam bentuk hidup seturut dengan kehendak Bapa melalui ketaatan kepada Firman Tuhan. Dari sini pemahaman soteriologi dalam PAK dapat benar-benar di implementasikan yaitu ketika kita menempatkan berita keselamatan di dalam Yesus Kristus sebagai inti dari berita PAK, dan perubahan atau pertobatan individu sebagai standar kompetensi utama dalam proses pembelajaran.

(21)

2. Kesimpulan

Dari paper berjudul “Soteriologi Dalam Pendidikan Agama Kristen”, dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Inti dari berita PAK seharusnya memberikan penekanan kepada berita keselamatan di dalam Yesus Kristus sebagai berita utama.

2. Berita soteriologi atau keselamatan dalam Yesus Kristus hendaknya diajarkan kepada anak-anak sejak dini, yaitu ketika seorang anak belum masuk dalam bangku sekolah umum.

3. Berita soteriologi dalam PAK harus berdasar kepada Firman Allah.

4. Berita soteriologi dalam PAK harus dapat membuat peserta didik menyadari keberadaannya yang membutuhkan Sang Juruselamat.

5. Berita soteriologi dalam PAK harus mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki perubahan karakter hingga seperti Yesus, yaitu ada hubungan persekutuan yang baik dengan Kristus.

DAFTAR PUSTAKA

Berkof, Louis dan Van Til, Cornelius, Dasar Pendidikan Kristen : Momentum, Surabaya, 2008.

Boehlke, Robert R., Ph. D., Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2005.

Nuhamara , Daniel, Pdt. DR. dll., Pendidikan Agama Kristen : Bina Media Informasi, Bandung, 2005.

Ryrie, Charles C., Teologi Dasar: Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1992. Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika,Gandum Mas: Gandum

Mas, Malang, 1992.

Wijono, Harun Hadi, DR., Iman Kristen: BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003.

(22)

SUMBER INTERNET

Setyawan, Juswan, Soteriologi Lintas Agama; http://www.kabarindonesia.com;| 09-Apr-2008, 13:28:39 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Volume 09, Nomor 02, Juli 2021, ISSN 2303 016X JURNAL Gambar 6 hal 180 Website http //jurnal fmipa unila ac id/index php/jtaf/ Email jtaf@fmipa unila ac id JURNAL Teori dan Aplikasi

pertanggungjawaban Pemerintah Kota Pagar Alam, yang berisi tentang informasi kinerja baik keberhasilan maupun kegagalan dalam mencapai tujuan dan sasaran

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Pada saat melakukan pengamatan yang diamati adalah sikap peserta didik dalam menerima materi pelajaran

Dari penelitian yang berjudul Penerapan Metode SMART Dalam Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat Pada Bank SUMUT, adapun peneliti memberikan

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Taman Kanak-kanak Menurut Sekolah di Lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Jambi Tahun 2009/Number of School, Teachers, and

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah yang obyektif mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui penggunaan

Dari penjelasan beberapa contoh kalimat tag question tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuk pertanyaan tag question tidak jauh berbeda dengan bentuk kalimat pertanyaan lain yang

Standar dosen telah sesuai, dimana dosen pengampu mata kuliah sesuai dengan bidang ilmunya, jumlah rasio dosen dan mahasiswa, penelitian dosen telah