• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Ta Bab 10 Godfrey

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Resume Ta Bab 10 Godfrey"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

E X P E N S E

TEORI AKUNTANSI

Kelompok 3 XD DIV Khusus Akuntansi

Ajar Redindra Islami (02) Devri Radistya (09) Hensty Simorangkir (14) Made Dwika Yasindra (18) St. Bastian S. Pasaribu (26)

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA 2015

BAB X EXPENSE

LO 1 EXPENSE DEFINED

Dalam framework paragraf 7 beban didefinisikan sebagai "penurunan manfaat ekonomis selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau habisnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada peserta ekuitas."

FASB memberikan pengertian yang berbeda antara beban dengan kerugian. Kerugian adalah penurunan aktiva bersih dari transaksi di sekitar dan transaksi tidak disengaja dari peristiwa lain yang sebagian besar di luar kendali perusahaan, sedangkan beban berkaitan dengan operasi besar atau utama yang sedang berlangsung. Namun menurut Henderson, Peirson, dan Brown, perbedaan yang dinyatakan FASB terkait biaya dan kerugian tidaklah begitu tampak berguna. Perbedaan ini menjadikan adanya kebutuhan untuk menilai apakah transaksi yang terjadi adalah bagian dari operasi besar atau utama entitas atau bukan.

Perubahan Dalam Aset dan Kewajiban

(2)

memberikan definisi biaya operasional adalah konsep arus fisik yang melibatkan entitas, sehingga definisi

framework mengacu pada arus keluar atau habisnya aset atau terjadinya kewajiban.

Definisi dari framework tidak menyebutkan hubungan antara biaya dengan pendapatan, meskipun keduanya didefinisikan pada manfaat ekonomi masa depan. Meskipun pendapatan dan beban terjadi karena perusahaan melakukan kegiatan yang akan menghasilkan keuntungan, sebaiknya pendapatan dihubungkan dengan kejadian aktual dari produksi dan penjualan, dan biaya dihubungkan dengan peggunaan barang atau jasa untuk mendukung peristiwa-peristiwa tersebut, bukan dengan peristiwa-peristiwa itu sendiri.

Beban dan “Biaya”

Framework menyatakan bahwa penggunaan aset mengakibatkan biaya pada entitas. Hal ini sesuai dengan argumen sebelumnya bahwa biaya merupakan perubahan nilai. Perubahan nilai mengacu pada pengorbanan yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh layanan tersebut. Jika tidak ada biaya untuk perusahaan, maka tidak ada beban. Kadang-kadang beban disebut sebagai 'expired cost'. Sebagai contoh, sebuah komite khusus dari Asosiasi Akuntansi Amerika (AAA) di 1357 menyajikan definisi "Beban adalah expired cost, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk periode fiskal terkait aliran barang atau jasa ke pasar, dan operasi terkait."

LO 2 PENGAKUAN BEBAN

Dalam laporan keuangan, suatu akun dapat dikatakan sebagai beban jika memenuhi dua kriteria, yaitu jika telah menyebabkan timbulnya kemungkinan arus keluar manfaat ekonomi di masa depan, dan memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur secara memadai (measured with reliability). Penurunan manfaat ekonomis di masa depan memiliki keterkaitan dengan penurunan nilai aset atau peningkatan nilai kewajiban (liability).

Konsep matching cost yang kita kenal dalam pengakuan beban serta pendapatan yang menyatakan bahwa setiap penghasilan berhubungan langsung dengan pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Dengan menggunakan konsep matching cost, maka pendapatan bersih (net accomplishment) diperoleh dari perbandingan usaha atau beban dengan pendapatan yang terjadi pada suatu periode tertentu. Namun, meskipun sudah dibantu dengan penerapan konsep matching cost, pengakuan beban masih sulit untuk dilakukan tanpa adanya kriteria yang lebih spesifik.

Dalam dunia akuntansi, para akuntan menggunakan tiga konsep penyandingan dalam pengakuan beban, yaitu dengan cara:

1. Menghubungkan sebab dan akibat

2. Pengalokasian yang sistematis dan rasional 3. Pengakuan segera (immediate recognition)

(3)

Pada kenyataannya, sebagian besar masalah terkait penentuan keuntungan berhubungan dengan proses penyandingan (matching). Masalah yang berhubungan dengan proses penyandingan adalah akrual dan penangguhan (deferral). Para akuntan harus memutuskan apakah suatu biaya berkaitan dengan pendapatan di masa yang akan datang sehingga perlu ditangguhkan atau apakah suatu biaya berkaitan dengan pendapatan di masa lalu sehingga harus dihapuskan dari keuntungan sebelumnya atau apakah suatu biaya, meskipun belum dibayarkan, berhubungan dengan pendapatan di periode berjalan dan harus diakui/ditambahkan. Dalam membuat keputusan ini, pernyataan resmi dari badan otoritatif, kongres, konservatisme, dan kemanfaatan (expediency) memegang peranan yang penting. Beberapa peraturan sangat jelas, seperti pembebanan biaya penelitian, dan yang lainnya masih belum begitu jelas, seperti pencatatan kerugian jika kemungkinan besar bahwa kewajiban telah terjadi.

LO 3 PENGUKURAN BEBAN

Dalam mengukur beban dalam periode berjalan, serangkaian keputusan mengenai bagaimana beban harus dialokasikan sepanjang periode di masa mendatang sebagai hasil dari pendapatan harus dibuat. Terdapat beberapa standar akuntansi yang menawarkan pilihan dalam metode pembagian proporsi beban dan pendapatan, salah satu contohnya IAS 16/AASB 116 bagian Property, Plant, and Equipment. Kriteria pengambilan keputusan pilihan yang akan dipakai didukung oleh konsep akuntansi akrual “Matching expenses against revenues” pada periode ketika keduanya saling berhubungan.

Alokasi Beban

Salah satu pendekatan pengukuran beban adalah dengan mengalokasikannya pada periode akuntansi yang terkait. Paragraf 95 IASB/AASB menyatakan “Beban diakui atas basis keterkaitan langsung antara biaya yang terjadi dan pendapatan suatu penghasilan yang spesifik”. Proses pencocokan melibatkan serangkaian pengakuan pendapatan dan beban yang menghasilkan transaksi yang sama secara langsung dan tergabung, atau kejadian lain. Mengaitkan antara pengorbanan (beban) dan keberhasilan (pendapatan) dalam suatu periode tertentu merupakan fungsi utama akuntansi, namun dalam praktiknya, hal ini sulit, dan melibatkan banyak keputusan subyektif para akuntan. Para akuntan harus mengidentifikasi aset mana yang telah habis dipakai dan nilai yang harus dihapus terkait pendapatan pada periode tersebut.

Matching concept merupakan titik kritis dalam historical cost accounting. Hal tersebut memberikan tuntunan bagi akuntan dalam menentukan biaya mana yang harus dibebankan dan dapat dipasangkan dengan

(4)

pendapatan pada periode tersebut, serta biaya mana yang belum habis masa gunanya, untuk dicatat sebagai aset dalam neraca. Untuk mengatasi masalah tersebut terdapat 3 metode dasar pencocokan yaitu:

1.

Menghubungkan sebab dan akibat

Cara yang paling ideal dalam memasangkan beban dengan pendapatan adalah dengan menghubungkan sebab dan akibatnya. Meskipun sulit, berdasarkan observasi akuntan dapat memutuskan barang dan jasa tertentu yang terpakai habis seharusnya membantu dalam proses memperoleh pendapatan pada periode tersebut. Contohnya: komisi penjualan, biaya penjualan, dan penggajian.

Menghubungkan sebab dan akibat sulit diterapkan dalam praktiknya. Salah satu alasannya adalah, dalam praktik, konsep “cost-attach” (keterlekatan biaya) merupakan basis dari pengaturan sebab – akibat. Menurut Paton dan Littleton:

Ideally, all costs should be viewed as ultimately clinging to definite items of goods sold or services rendered. If this conceptioil could be effectively realised in practice, the net accomplishment of the enterprise could be measured in terms of units of output rather than of intervals of time . . . In the more typical situation the degree of continuity of activity tends to prevent the finding of a basis of affinity which will permit convincing assignments, of all classes of costs incurred, to particular operations, departments, and - finally - items of product. Not all costs attach in a discernible manner, and this fact forces the accountant to fall back upon a time-period as the unit for associating certain expenses with certain revenue

Diakui, dalam situasi tipikal, basis dari keterlekatan biaya tidak dapat ditemukan. Sebagai dampaknya, akuntan tidak menghubungkan secara langsung biaya dengan pendapatan, namun memasangkan biaya pada suatu interval waktu tertentu. Asumsinya, biaya yang digunakan dalam periode waktu tertentu sebagai beban pasti membantu untuk menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Kritik lainnya juga menunjukkan bahwa konsep sebab – akibat mengimplikasikan bahwa jumlah pendapatan tertentu dapat dikaitkan pada suatu jumlah beban.

2.

Alokasi secara sistematis dan rasional

Metode sebab akibat tidak dapat digunakan untuk semua biaya. Ketika tidak dapat dilakukan, alternatif adalah dengan menggunakan alokasi yang rasional dan sistematis. Tujuannya adalah untuk mengakui beban dalam periode akuntansi di mana manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan barang-barang yang dikonsumsi atau berakhir.

Alokasi Biaya adalah sebuah konsep pencocokan yang mengarah ke berbagai prosedur. Sebagai contoh, untuk penyusutan dengan metode garis lurus, unit produksi, jumlah angka tahun, saldo berkurang, dan metode

(5)

manfaat yang diberikan oleh aset untuk masa mendatang. Karena kesulitan yang melekat dalam menerapkan prinsip, banyak perusahaan memilih metode alokasi berdasarkan alasan-alasan yang tak ada hubungannya dengan pola manfaat.

Salah satu kelemahan dari alokasi biaya adalah hal tersebut bergantung pada estimasi dan asumsi, yang mungkin sewenang-wenang. Contoh alokasi sewenang-wenang dari biaya berdasarkan waktu adalah amortisasi goodwill.

Di area di mana alokasi yang saat ini digunakan dikaitkan dengan pembayaran berbasis saham. IFRS 2/AASB 2 berbasis setoran saham mewajibkan perusahaan mencatat beban sehubungan dengan penghasilan yang diberikan kepada karyawan, baik dalam bentuk uang tunai, aset lain atau instrumen ekuitas entitas. Tiga bentuk pembayaran berbasis saham:

a. Equity settled shared based payments (entitas menerima barang dan jasa sebagai pertimbangan untuk instrumen ekuitasnya sendiri)

b. Cash settled shared based payments (entitas mengakuisisi barang dan jasa melalui kewajiban yang terjadi berdasarkan jumlahnya untuk instrumen ekuitasnya sendiri)

c. Transaksi lain (entitas menerima atau memperoleh dan pelayanan yang baik dan entitas, atau pemasok, memiliki pilihan apakah transaksi tersebut dengan instrumen ekuitas atau secara tunai). Barang dan jasa yang diterima dalam pembayaran berbasis transaksi-saham harus diakui pada saat diterima (IFRS 2 butir 7). Peningkatan komponen ekuitas dicatat untuk rencana equity settled dan peningkatan kewajiban diakui untuk cash settled.

Equity settled plan adalah hal yang paling sering diamati. Barang dan jasa yang diterima dalam penyelesaian saham berbasis pembayaran transaksi-ekuitas dan peningkatan komponen ekuitas harus diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima, kecuali bahwa nilai tidak dapat diestimasi dengan andal (IFRS 2, para. 10) . Nilai wajar dari barang dan jasa yang diterima biasanya diukur dengan mengacu pada nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan, pada tanggal pemberian kompensasi. Nilai wajar harus didasarkan pada harga pasar (IFRS 2, para. 11) tetapi jika harga tersebut tidak tersedia maka model penetapan harga opsi (seperti Black-Scholes-Merton atau model binomial) harus digunakan.

Dengan demikian, rencana berbasis ekuitas menimbulkan aset atau beban dan peningkatan komponen ekuitas (dalam kaitannya dengan saham yang dikeluarkan). Jika instrumen ekuitas diberikan segera, biaya sehubungan dengan barang dan jasa yang diberikan diakui dengan segera dan ada penyesuaian pada peningkatan ekuitas. Namun, jika instrumen ekuitas tidak diberikan sampai kondisi tertentu terpenuhi (seperti penyelesaian masa pelayanan, atau peningkatan harga entitas saham) maka nilai wajar dari barang dan jasa

(6)

yang diterima dicatat di sepanjang periode. Artinya, proses alokasi digunakan untuk membagi biaya remunerasi (nilai wajar dari barang dan jasa yang akan diterima) selama periode pemberian.

3.

Alokasi secara sistematis dan rasional

Prinsip terakhir ini terkait pengakuan dan pengukuran biaya dapat dilihat sebagai salah satu yang bertanggung jawab atas kemungkinan lain yang tidak tercakup dalam dua prinsip pertama. Sebagai contoh penggunaan pengakuan langsung adalah pencatatan biaya iklan. Pengaruh iklan dapat memiliki manfaat jangka panjang, namun mereka sering sulit untuk ditentukan. Sebagai contoh, pelanggan dapat membeli produk karena mereka dipengaruhi oleh iklan mereka melihat dua tahun sebelumnya. Karena manfaat tidak dapat ditentukan secara kredibel, biaya iklan biasanya diakui langsung sebagai beban sesuai IAS 138 38/AASB tentang Aset Berwujud. Standard setter 9 IASB dalam kasus ini) memiliki pandangan bahwa pengeluaran untuk penelitian tidak memenuhi kriteria pengakuan untuk sebuah aset, yaitu, manfaat ekonomi masa depan yang tidak mungkin, atau tidak dapat diukur dengan andal.

Kritik Atas Teori Alokasi

Matching conceptmenjadi salah satu kunci penting dalam framework ini menurut Paton dan Littleton dimana mereka menghubungkan beban dengan pendapatan dan usaha dengan pencapaian. Mereka memandang proses bisnis layaknya aliran biaya, yang berujung pada laporan laba rugi saat biaya expired. Penentuan seberapa besar biaya yang expired menjadi hal yang penting yang perlu diperhatikan akuntan. Sprouse berpendapat bahwa ini mengakibatkan neraca menjadi kalah penting dibandingkan laporan laba rugi. Pendekatan ini mengakibatkan menurunnya kegunaan neraca dalam pengambilan keputusan.

Kritik lain dari Thomas bahwa laporan akuntan adalah sampah karena informasi keuangna yang disajikan hanya berdasar alokasi semata. Thomas berpendapat bahwa alokasi saat ini secara teoritis tidak tepat, alokasi yang tepat harus memenuhi tiga kriteria berikut:

1. Additivity: Nilai total harus sama dengan total nilai per bagian. Jika alokasi dibuat dari nilai total, pembagian harus nantinya habis sama dengan nilai total. Intinya adalahbila jumlah yang dialokasikan ditotalkan, jumlahnya sama seperti sebelum dialokasikan.

2. Unambiguity: metode alokasi harus menghasilkan alokasi unik. Pemilihan metode dan penerapan harusjelas.

3. Defensibility: Setelah dipilihnya suatu metode alokasi, maka argumen atas pengambilan keputusan tersebut harus dapat dipertahankan.

(7)

Alokasi dalam akuntansi menurut Thomas tidak memenuhi kriteria-kriteria tersebut, terutama kriteria ketiga. Karena walaupun mungkin mempertahankan sebuah teori, namun banyak teori lain yang muncul dan juga tetap dapat dipertahankan.

Alokasi ini dipertahankan akuntan karena dua hal, yaitu pertama mengenai input yang diberikan telah bermanfaat saat ini dan masa depan serta pola alokasi biaya mencerminkan biaya dari jasa yang diterima periode tersebut. Argumen berikutnay adalah data yang dialokasikan memberi banyak manfaatkarena menurut pembaca laporan keuangan menemukan bahwa data tersebut berguna.

Kritik dari Thomas muncul untuk argumen pertama dimana ia menuntut akuntan untuk dapat menunjukkan bahwa jasa yang diberikan berasal dari input yang telah diberikan berkontribusi pada sejumlah kas masuk, pendapatan atau penghematan biaya. Akuntan tidak dapat membuktikannya, karena asersi alokasi memang pada awalmulanya tidak dapat dibenarkan/diperbaiki (incorigible), sehingga tidak dapat diverifikasi dan meragukan. Bahkan Thomas menyatakan bahwa konsep alokasi ini tidak ada di dalam dunia nyata dan hanyalah ada dalam pikiran dan imajinasi akuntan saja. Interaksi antar komponen menjadi dikesampingkan, maksudnya adalah misal pekerja dengan mesin lebih banyak menghasilkan barang ketimbang pekerja tanpa mesin untuk produk yang sama sehingga membagi pendapatan atau kas masuk berdasarkan masing-masing input menjadi tak bernilai.

Argumen kedua ditolak oleh Thomas karena menurut Thomas pengguna laporan keuangan sudah dikondisikan untuk mempercayai bahwa informasi tersebut valid, bukan karena informasi tersebut benar-benar berguna. Saran dari Thomas adalah untuk dibuat laporan current exit price atau laporan net quick asset funds. Terlepas dari kritik tersebut, pembuat kebijakan tetap berpegang pada teori alokasi karena meninggalkan teori alokasi akan membawa perubahan drastis dalam hidup akutan, karena ini merupakan basic yang dipahami oleh akuntan.

Pembelaan Teori Alokasi

Tujuan alokasi di akuntansi konvensional adalah untuk menentukan laba dengan proses matching, atau lebih detailnya dalam hubungan sebab akibat. Efektivitas konsep ini ada pada hubungan sebab-akibat yang unik dan jelas antara beban dan pendapatan walaupun ini tidak dapat didemonstrasikan seperti kritrik Thomas. Namun, tujuan alokasi tersebut dapat juga diubah seperti pada menentukan kembali proses mendapatkan profit yang awalnya hubungan sebab akibat menjadi hubungan istimewa yakni straight line.

Zimmerman menunjukkan alokasi biaya untuk tujuan internal berguna sebagai alat kontrol dan motivasi manajer, dan itu dianggap tepat. Dengan alokasi beban dan skema insentif akan membuat manajer memperhatikan beban yang dilaporkan dan berupaya untuk mengontrolnya sehingga menurunkan pengawasan

(8)

terhadap menajer dan mengatasi masalah koordinasi yang dihadapi manajer saat mengambil keputusan. Dia menyimpulkan bahwa selama keuntungan teori alokasi melebihi biaya untuk mengalokasikannya seperti pencatatan, maka penggunaannya masuk akal dapat diterima. Zimmerman berpendapat bahwa alokasi biaya tetap dapat membantu mengukur opportunity cost yang selama ini sulit dihitung.

LO 4 TANTANGAN UNTUK PEMBUAT STANDAR AKUNTANSI

Kesesuaian

Kerangka teoritis untuk laporan keuangan mempunyai makna bahwa baik neraca (laporan posisi keuangan) dan laporan laba rugi menyajikan informasi dengan karakteristik relevansi dan kedapatdipercayaan (faithfulness) yang representasional (IASB, 2008).

Standar IASB telah ditulis dan direvisi selama lebih dari 30 tahun. Framework kini bertujuan untuk memberikan definisi umum dan kriteria pengakuan, untuk meningkatkan konsistensi antara standar.

Framework secara khusus juga menyatakan bahwa konsep pencocokan tidak boleh diterapkan sedemikian rupa untuk memungkinkan pengakuan item dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban (paragraf 95).

Konservatisme

Konsep kesesuaian (matching concept) membutuhkan banyak pertimbangan dalam menentukan apakah suatu jumlah biaya yang ditentukan berlaku untuk masa depan atau periode berjalan. Salah satu alasan untuk kebutuhan yang lebih sedikit atas bukti obyektif dalam pengakuan beban dibandingkan dengan pendapatan adalah konvensi konservatisme. Konvensi ini menyatakan agar pencatatan atsa beban, kerugian dan kewajiban sesegera mungkin, meskipun bukti mungkin lemah; namun, dalam hal pendapatan, keuntungan dan aset harus didukung dengan bukti yang lebih substansial sebelum dicatat. Menurut IAS 11/AASB 111, Construction Contract (para. 22), pendapatan kontrak dan kontrak biaya yang berkaitan dengan kontrak konstruksi harus diakui sebagai pendapatan dan beban dengan mengacu pada tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal pelaporan. Kerugian yang diharapkan pada kontrak konstruksi harus diakui sebagai beban dengan segera.

Beberapa berpendapat bahwa konservatisme mendasari kriteria probabilitas dan keandalan yang dianut dalam framework. Istilah probable berarti bahwa peristiwa di masa depan kemungkinan akan terjadi untuk mengonfirmasi kerugian atau biaya. Dengan demikian, beban piutang tak tertagih dicatat karena kemungkinan pada tanggal laporan keuangan bahwa entitas akan dapat mengumpulkan jumlah tertentu untuk yang berhak.

(9)

Berdasarkan australian guidelines (SAC 4), konservatisme dianggap bias yang harus dihindari.

Framework saat ini tidak begitu eksplisit, meskipun menominasikan netralitas sebagai karakteristik kualitatif informasi keuangan. Informasi dengan bias konservatif bukanlah erupakan informasi netral. Sejauh mana konservatisme dipraktekkan melalui pengakuan provisi telah dibatasi dalam introduction IAS 37/AASB 137

Provision, Contingent Liabilities, and Contingent Assets. Sebagai tambahan atas kriteria pengakuan dalam

framework yang berkaitan dengan 'probibality' dan 'reliability', standar ini mensyaratkan sebuah entitas agar memiliki present obligation (legal atau konstruktif) sebelum mengakui penyisihan (para. 95).

Dengan demikian, proviv tidak dapat diakui kecuali entitas tidak dapat menghindari adanya kewajiban; yaitu, tidak memiliki alternatif realistis untuk menyelesaikan kewajiban (pasal. 17).

Masalah Bagi Auditor

Auditor menghadapi isu seputar perbedaan antara beban dan aset, dalam periode di mana beban diakui, dan pengukuran beban yang tepat. Definisi beban dalam Framework paragraf 70, sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar atau deplesi aset, memfokuskan perhatian pada pilihan antara pendebetan beban atau aset pada saat mencata arus keluar aset (atau timbulnya kewajiban). Salah satu kesalahan akuntansi yang terungkap setelah runtuhnya World Com adalah kapitalisasi beban usaha sebagai aset yang tidak tepat.

Memperlakukan beban sebagai aset adalah cara yang relatif sederhana untuk melebih-lebihkan laba pada periode berjalan, dan auditor biasanya memerlukan bukti kuat untuk mendukung kapitalisasi pengeluaran. Namun, upaya manajer untuk melebih-lebihkan beban (dan mengecilkan aset) juga dapat menyebabkan masalah bagi auditor.

Praktik akuntansi “bigbath” dan “cookiejar” melanggar prinsip-prinsip alokasi beban yang asistematis dan rasional untuk periode akuntansi yang tepat. Auditor biasanya cenderung kurang memberikan perhatian pada kemungkinan terjadinya “overstated” dibandingkan “understated” karena keyakinan bahwa pendekatan konservatif atas pengukuran keuntungan lebih diperlukan.

Area terkait beban yang akan menyulitkan auditor adalah akuntansi terkait estimasi, seperti ketentuan untuk persediaan usang, garansi, kerugian terhadap tuntutan hukum, dan konstruksi yang masih berjalan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan empat informan yang memiliki perbedaan latar belakang sosial budaya, pendidikan, dan usia, dapat

Untuk menentukan hubungan hukum antara notaris dan para penghadap harus dikaitkan dengan ketentuan Pasal 1869 KUHPerdata, bahwa akta autentik menjadi mempunyai

22 Soalan Yang Sering Ditanya bagi Individu Layak dalam Kategori B40 / didaftarkan di bawah Bantuan Sara Hidup/Kategori M40 / didaftarkan di bawah Bantuan Prihatin Nasional

Objek penelitian ini adalah anak jalanan dan hal-hal yang berkaitan dengan Pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan AL-Ajyb kota Banjarmasin Yang berperan

Menurut bapak Mohammad Zainal Mahfud wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru biologi SMA Muhammadiyah 3 Jember bahwa pembelajaran berbasis

Gejala positif terdiri dari fenomena yang tidak muncul pada individu sehat (Santosh, et al., 2013) antara lain yang paling penting, halusinasi (persepsi yang salah dari

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat serta hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Pembelajaran Matematika dengan Media Lembar Kerja Siswa Berbasis Problem Solving Pada