• Tidak ada hasil yang ditemukan

Obat Antiadrenergik. Kelompok 3 Pengampu : dr Danu Lestariyanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Obat Antiadrenergik. Kelompok 3 Pengampu : dr Danu Lestariyanto"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Kelompok 3

Pengampu : dr Danu Lestariyanto

(2)

Anggota Kelompok

 Ade Rista S (P.174.24.212.001)  Amalia Hikmah N (P.174.24.212.002)  Amelia Desi R (P.174.24.212.003)  Andesta Dewi P (P.174.24.212.004)  Anick Sefira (P.174.24.212.005)  Ayu Restuti (P.174.24.212.006)

(3)

Penghambat adrenergik ialah golongan obat yang menghambat

perangsangan adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi

1. Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker)

Yaitu obat yang menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik.

(4)

Alfa Blocker

 Alfa bloker menduduki adrenoseptor alfa sehingga menghalangi untuk berinteraksi dengan obat adrenergik atau rangsangan adrenergik

 Efek vasodilatasi→ TD turun, dan terjadi reflek stimulasi jantung  Efek samping:

(5)

 Indikasi alfabloker

hipertensi, feokromositoma, fenomen Raynaud dan syok.  Penggunaan klinis:

feokromositoma (tumor anak ginjal → sekresi NE dan epi ke sirkulasi), BPHmenghambat dihidrotestosteron yang merangsang pertumbuhan prostat

 Sediaan :

derivat haloalkilamin (dibenamid dan fenoksibenzamin), derivat imidazolin (tolazolin, fentolamin), prazosin dan alfa bloker lain misalnya derivat alkaloid ergot dan yohimbin.

(6)

Alfa bloker ada 3 kelompok yaitu :

1.

Derivat haloalkilamin

2.

Derivat imidazolin

(7)

1. Derivat haloalkilamin

 Mekanisme Kerja:

Ikatan kovalen yang stabil dengan adrenoreseptor α dan menghasilkan hambatan yang ireversibel. Disebut juga α bloker yang nonkompetitif dan

kerja yang panjang.

 Efek vasodilatasi→ TD turun, dan terjadi reflek stimulasi jantung  Efek samping:

(8)

Karakteristik Derivat Haloalkamin

 diabsorbsi dengan baik dari semua tempat,

 tetapi karena efek iritasi likalnya hanya diberikan secara oral atau IV.

 Fenoksibenzamin per oral diabsorbsi dalam bentuk aktif sebanyak 20-30%

saja.

 Fenooksibenzamin per oral mudah larut dalam lemak dan pemberian dosis

besar dapat terjadi penumpukan dalam lemak.

 Pada pemberian IV mulai kerjanya 1-2 jam.

 Waktu paruh hambatan sekitar 24 jam dan masih terlihat efek hambatannya

(9)

Indikasi

Hipertensi ringan sampai dengan sedang, hiperplasia prostatik jinak.

Hiperplasia prostatik jinak diterapi dengan pembedahan atau

menggunakan alfa bloker atau dengan anti androgen finasteride

Kontra Indikasi

Alfabloker harus dihindari pada pasien dengan riwayat hipotensi

postural dan micturition syncope

(10)

Farmakodinamik

Fenoksibenzelamin bekerja dengan mengurangi jumlah adrenoreseptorα yang tersedia untuk dirangsang

Farmakokinetika

fenoksibenzamin diabsorbsi hanya 20-30% dengan waktu paruh kurang dari 24 jam

Penggunakan terapi :

pengobatan feokromositoma

 Sediaan :

(11)

2. Derivat imidazolin

 Fentolamin dan tolazolin adalah α bloker nonselektif yang kompetitif. Obat

obat ini menghambat reseptor serotonin , melepaskan histamin dari sel mast , meragsang reseptor muskarinik di saluran cerna , merangsang sekresi asam lambung , saliva air mata dan keringat.

(12)

 Penggunaan terapi : mengatasi episode akut hipotensi, mengatasi

pseudo-obstruksi usus, nekrosis kulit, disungsi eksresi

 Fentolamin tersedia dalam vial 5 mg untuk pemberian IV atau IM, sedangkan

(13)

3. Alkaloid ergot

Adalah

α

bloker yang pertama ditemukan , sebagai agonis atau

antagonis parsial pada reseptor

α

adrenergik, reseptor dopamin, dan

reseptor serotonin

Dalam golongan ini termasuk derivat kuinazolin dan beberapa obat

lain ex. indoramin dan urapidil

Derivat kuinazolin

yang temasuk : prazosin, terasozin, doksazosin, alfulozin, tamsulozin.

(14)

Farmakodinamik:

Vasodilatasi

Farmakokinetik :

Absorbsi baik pada pemberian oral

Efek samping:

Pusing, sakit kepala, ngantk, palpitasi, edema perifer dan mual

Terapi:

Hipertensi gagal jantung sistolik, penyakit vaskuler perifer, BPH

Sediaan:

Semua derivat kuinazolindiberikan dalam bentuk oral. Prazosin dalam

bentuk tablet 1 mg dan 2 mg. tamsulozin kapsul 0,2 mg, sedangkan

alfuzosin tablet ER 10 mg.

(15)

Beta Blocker

Menghambat secara kompetitif obat adrenergik NE dan

Epi (eksogen dan endogen) pada adrenosptor beta

Asebutolol, metoprolol, atenolol dan bisoprolol

beta

bloker kardioselektif (afinitas lebih tinggi pada reseptor

beta1 daripada beta2)

Efek: denyut dan kontraksi jantung

,

(16)

Efek samping: gagal jantung, bradiaritmia, bronkospasme,

gangguan sirkulasi perifer, gejala putus obat (infark, aritmia),

hipoglikemia, gangguan tidur, mimpi buruk, insomnia

Sediaan: propanolol, alprenolol, oksprenolol, metoprolol,

bisoprolol, asebutolol, pindolol, nadolol, atenolol

Penggunaan klinis: mengurangi denyut jantung dan

kontraktilitas miokard,

antihipertensi,

bronkodilator,

menghambat glikogenolisis di sel hati dan otot rangka,

menhambat lipolisis menghambat sekresi renin.

(17)

Farmakodinamik

Β-bloker menghambat secara kompetitif efek obat adrenergic, bai NE dan

Epi endogen maupun obat adrenergic eksogen, pada adrenoseptor β.

Sifat kardioselektif artinya memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor β1 daripada reseptor β2 .Sifat nonselektif artinya mempunyai afinitas

yang sama terhadap kedua reseptor β1 dan β2.tetapi, sifat kardioselektivitas ini relative,artinya pada dosis yang lebih tinggi β-bloker yang kardioselektif juga memblok reseptor β2

(18)

Aktivitas agonis parsial artinya, jika berinteraksi dengan

reseptor

β

tanpa adanya obat adrenergic seperti epinefrin

atau isoproterenol.

Pada

β

-bloker bekerja juga pada organ sebagai berikut :

sistem kardiovaskular :efek terhadap kardiovaskular

merupakan efek

β

-bloker yang terpenting terutama akibat

kerjanya pada jantung yaitu dengan mengurangi denyut

jantung dan kontraktilitas jantung.

(19)

Farmakokinetik

 Terbagi atas 3 golongan :

1. žβ-bloker yang mudah larut dalam lemak

 Semuanya diabsorbsi dengan baik disaluran cerna, tetapi memiliki bioavailabilitas

rendah(>50%). Eliminasinya melalui metabolism di hati dan diekresikan di gijal dalam jumlah yang sedikit (10%).

Contohnya propranolol,metoprolol,oksprenolol,labetalol dan karvedilol. 2. β-bloker yang mudah larut dalam air.

 Contohnya sotalol,nadolol dan atenolol.sotanol diabsorbsi dengan baik di saluran cerna

dan memiliki bioavaibilitas tinggi.sedangkan nadolol dan atenolol kurang baik di absorbs di saluran cerna dan memiliki bioavaibilitas rendah.ketiga obat ini tidak mengalami metabolism sehingg seluruhnya dieksresi utuk melalui ginjal.

3. β-bloker yang kelarutannya terletak diantara golongan 1 dan 2.

 di absorbsi baik disaluran cerna.eliminasi melalui hati dan ginjal.contohnya timolol,

(20)

Sediaan…

1. Propraanolol : tablet 10 dan 40 mg 2. Metoprolol : tablet 50 dan 100 mg 3. Karvedilol : tablet 6,25 mg dan 25 mg 4. Betaksolol : tetes mata 0,5 %

5. Timolol : tetes mata 0,5 %

6. Bisoprol : tablet 2,5mg dan 5 mg

7. Asebutulol : kapsul 200 mg dan tablet 400 mg 8. Pindolol : tablet 5 mg dan 10 mg

9. Karteolol : tablet 5 mg 10. Sotalol : tablet 80 mg

11. Nadolol : tablet 40 dan 80 mg 12. Atenolol : tablet 50 dan 100 mg

(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

2. penghambat saraf adrenergik

Yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel,

bretilium, dan reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai

(28)

Indikasi:

Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi). Dosis:

Dosis awal: 50-100 mcg melalui mulut (per oral), 3 kali sehari, atau 75-150 mcg melalui mulut (per oral), 2 kali sehari.

Dosis rumatan: 300-1200 mcg/hari melalui mulut, dalam dosis yang dibagi. Dosis maksimum: 2.4 mg/hari

Efek Samping:

Efek CNS (keadaan mengantuk, kepeningan, sakit kepala, depresi, kecemasan, kelelahan, gangguan tidur, impotensi); Efek GI (mulut kering, konstipasi, mabuk, anoreksia); Efek GU (sulit buang air kecil,incontinece); Efek CV (hipotensi ortostatik, penyimpanan cairan). Efek lainnya yang tidak umum: Bradycardia, gangguan ECG, gagal jantung, halusinasi, dan lain-lain.

(29)

Resepsin

Sediaan:

Tablet 0,25 mg

Cara Kerja Obat:

Reserpin merupakan obat antihipertensi yang bekerja dengan mendeplesi simpanan katekolamin dan 5-hidroksitriptamin pada berbagai organ, seperti otak dan medula adrenal. Sebagian efek farmakologiknya disebabkan mekanisme ini. Efek sedatif dan penenang akibat reserpin diduga berhubungan dengan proses deplesi dalam otak.

(30)

Indikasi:

Hipertensi esensial ringan, juga digunakan sebagai terapi

tambahan dengan obat hipertensi lain pada kasus hipertensi

yang lebih berat.

Kontraindikasi :

Riwayat depresi mental, ulkus peptikum aktif, kolitis

ulseratif, hamil, menyusui.

(31)

Dosis:

0,25 – 0,5 mg sehari dibagi dalam 2-3 dosis.

Peringatan dan Perhatian :

- Reserpin dapat menyebabkan depresi mental. Obat ini harus dihentikan bila ada tanda-tanda depresi seperti despondensi, insomnia dini hari, kurang nafsu makan, impotensi, atau merasa diri tak berguna.

- Karena reserpin meningkatkan motilitas dan sekresi saluran cerna, ia

harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat tukak peptik, kolitis ulserativa atau batu empedu (kolik empedu dapat terjadi).

- Pemberian obat pada pasien hipertensi dengan insufisiensi ginjal harus dilakukan dengan hati-hati, karena sulit terjadi penurunan tekanan darah.

(32)

Efek Samping :

- Saluran cerna : muntah, diare, mual, anoreksia, mulut kering, hipersekresi. - Kardiovaskular : aritmia (terutama jika diberikan bersama-sama digitalis dan

kuinidin), sinkop, gejala menyerupai angina, bradikardi, edema. - Saluran napas : dispne, epistaksis, kongesti nasal.

- Neurologik : sindroma parkinson dan gejala ekstrapiramidal bersifat jarang, pusing, sakit kepala, ansietas, depresi, gelisah, mengantuk.

- Muskuloskeletal : nyeri otot.

- Metabolik : peningkatan berat badan.

- Panca indera : tuli, glaukoma, uveitis, injeksi konjungtiva. - Reaksi hipersensitivitas : purpura, ruam kulit, pruritus.

(33)

3. Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral

Yaitu obat yang menghambat perangsangan adrenergik di SSP. Obat

penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu klonidin

dan metildopa yang dipakai sebagai obat antihipertensi.

(34)

Nama Dagang - Clonidine - Catapres Dosis Anak : Oral:

 Hipertensi: Awal : 5-10 mcg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam, tingkatkan

secara perlahan pada interval hari ke 5 dan 7 menjadi 25 mcg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam, maksimum 0.9 mg/hari.

 Tes toleransi klonidin (tes pembebasan hormon pertumbuhan dari pituitari ) : 0.15

mg/m² atau 4 mcg/kg sebagai dosis tunggal.

 ADHD (attention deficit/hiperactiity disorder)-unlabeled use:dosis awal 0.005

mg/hari, ditingkatkan setiap 3-7 hari 0.05 mg/hari menjadi 3-5 mcg/kg/hari diberikan dalam 3-4 kali/hari (dosis maksimum : 0.3-0.4 mg/hari).

(35)

Dewasa :

Oral :

 Hipertensi akut : dosis awal : 0.1-0.2 mg, dapat diikuti dengan penggunaan dosis

0.1 mg setiap jam, jika diperlukan; dinaikkan sampai dosis maksimum 0.6 mg.

 Sublingual klonidin: 0.1-0.2 mg dua kali sehari; efektif untuk pasien yang tidak bisa

menggunakan obat oral.

 Hipertensi : dosis awal 0,1 mg dua kali sehari (rekomendasi dosis maksimum : 2.4

mg/hari), rentang dosis umum : 0.1-0.8 mg/hari.

 Hipertensi : berikan sekali setiap 7 hari; untuk dosis awal, mulai dengan 0.1 mg dan

tingkatkan dengan 0.1 mg pada interval 1-2 minggu.

 Rentang dosis umum : 0.1-0.3 sekali dalam seminggu.Orang lanjut usia : 0.1 mg,

sekali sehari sebelum tidur, tingkatkan bertahap jika diperlukan.

 Penyesuaian dosis pada gangguan ginjal : Clcr<10 mL/menit : gunakan 50-75%

(36)

Indikasi

Pengobatan hipertensi ringan hingga sedang, bisa digunakan sebagai obat tunggal ataupun kombinasi dengan obat antihipertensi lain.

Kontraindikasi

Penghentian penggunaan klonidin secara tiba-tiba, tanpa memperhatikan rute pemberian dapat mencetuskan sindrom penghentian, terjadinya peningkatan katekolamin serum dan urin. Jika harus menghentikan penggunaan klonidin,dosis seharusnya diturunkan bertahap dalam 2-4 hari untuk menghindari sindrom penghentian. Pasien yang menerima terapi klonidin lebih dari 4 minggu,memerlukan penurunan dosis lebih lama (misalnya penurunan dosis setiap 3 hari). Klonidin seharusnya tidak digunakan oleh ibu menyusui karena adanya potensi reaksi efek samping pada bayi.Konsentrasi klonidin pada air susu diperkirakan dua kali lipat dibanding dalam plasma ibu

(37)

Efek Samping

Lethargi, sedasi, konstipasi dab xerostomia.,sakit kepala, pusing, fatigue dan rasa lemah selama terapi klonidin. Efek samping ini akan menurun dengan terapi kontinyu.Terapi transdermal menyebabkan efek samping yg lebih ringan daripada penggunaan sistemik.Efek samping kardiovaskular :

hipotensi,hipotensi ortostatik,palpitasi,sinus trakikardia dan sinus bradikardia. Efek samping non kardiovaskuler: ansietas, asthenia, sakit dada, konfusi,

diaforesis, pusing, mengantuk, dispnea, demam, mual, muntah. Hipertensi dapat kambuh kembali selama penghentian terapi klonidin. Reaksi ini terjadi jika terapi klonidin dihentikan secara tiba-tiba,tanpa memperhatikan rute pemberian.

(38)

Gejala yg timbul: hipersalivasi,cemas,sakit kepala,sinus

takikardia,palpitasi,agitasi,ansietas,diaforesis,mual,sakit otot &

sakit perut.Efek ini ditimbulkan krn peningkatan level sirkulasi

katekolamin setelah penghentian terapi klonidin secara tiba-tiba.

Penghentian terapi secara perlahan,dalam beberapa hari akan

mencegah terjadinya hal ini dan pengguanaan klonidin kembali

akan mengurangi keparahan efek samping. Terapi klonidin

jangan dihentikan karena operasi, gunakan sediaan transdermal

selama operasi.

(39)

Interaksi

Dengan Obat Lain :

 Antipsikotik : penggunaan bersama dengan antipsikotik (khususnya yang

berpotensi rendah) atau nitroprusiddapat menghasilkan efek hipotensi tambahan.

 Beta bloker : potensiasi bradikardia pada pasien yang menerimaklonidin dan

dapat memperparah kambuhnya hipertensi setelah penghentian terapi; penghentian beta bkoker dilakukan beberapa hari sebelum penurunan dosis klonidin.

 Depresan SSP : efek sedatif mungkin meningkat; monitor untuk kenaikan efek

ini; yang menyebabkan efek ini termasuk barbiturat, benzodiazepin,opiod, analgesik, etanol dan golongan sedatif lainnya.

(40)

 Siklosporin : klonidin dapat meningkatkan konsentrasi serum siklosporin (juga

takrolimus), penyesuaian dosis siklosporin harus dilakukan. Obat hipoglikemik : klonidin dapat menurunkan gejala hipoglikemia, monitor pasien yang meminum obat diabetes.

 Anestesi lokal : klonidin epidural dapat memperpanjang blokade sensori dan

motorik anestesi lokal. Analgesik narkotik ; akan mempotensiasi efek hipotensif klonidin.

 Antidepresan trisiklik : efek antihipertensi klonidin diantagonis oleh antidepresan

trisiklik.

 Antidepresan trisiklin dapat mempengaruhi respon hipertensi yang berhubungan

dengan penghentian secara tiba-tiba terapi klonidin; hindari penggunaan kombinasi ini dan pertimbangkan alternatif lain.

 Verapamil :penggunaan bersamaan dapat menyebabkan hipotensi dan blok AV

pada beberapa pasien (dokumentasi terbatas);monitor pasien. Etanol : dapat menyebabkan depresi SSP.

(41)

Dengan Makanan :

Hindari dong quai, jika klonidin diindikasikan sebagai antihipertensi (aktivitas estrogenik). Hindari efedra, yohimbe, ginseng (memperparah hipertensi).

Mekanisme Kerja

Menstimulasi adrenoreseptor alfa-2 stem otak, sehingga mengaktivasi penghambatan neuron, menghasilkan penurunan aliran simpatetik dari SSP, penurunkan resistensi perifer, resistensi vaskuler, resistensi vaskuler renal, denyut jantung dan tekanan darah. Penggunaan Klonidin epidural ditujukan untuk mengurangi nyeri dengan mencegah transmisi sinyal nyeri.

Bentuk Sediaan

(42)

Klonidin

Clonidine merupakan obat jenis

alpha agonist

. Clonidine menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi kadar kimia tertentu dalam darah. Hal ini membuat pembuluh darah mengendur dan jantung berdetak dengan lebih lambat dan mudah. Obat ini dapat digunakan bersamaan dengan obat tekanan darah lainnya.

(43)

Instruksi Khusus: Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan penyakit

cerebrovaskuler, kerusakan ginjal, penyakit jantung isemik, MI (

myocardial

infarction

), penyakit vaskular perifer oklusif atau pada mereka yang memiliki riwayat depresi.

 Pasien yang menjalani pengobatan jangka panjang tidak boleh berhenti secara

(44)

Referensi

Dokumen terkait