• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Kardiovaskular yang Digunakan Pasien PJK

Obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK adalah obat yang digunakan untuk menjaga agar suplai oksigen selalu seimbang dengan kebutuhan oksigen.12,13

2.1.1 Jenis Obat Kardiovaskular yang Digunakan Pasien PJK

Pasien PJK akan menggunakan obat kardiovaskular sebagai terapinya. Obat kardiovaskular terdiri atas beberapa jenis yang penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Jenis obat kardiovaskular yang dikonsumsi oleh pasien PJK adalah sebagai berikut:

a) Golongan Antiplatelet

Golongan ini merupakan obat yang pasti digunakan pada pasien PJK. Antiplatelet merupakan obat anti pembekuan darah yang dapat menghambat ataupun memecah gumpalan darah. Obat golongan ini memiliki efek samping sistemik pada gastrointestinal, sistem pernafasan dan dapat menimbulkan reaksi alergi dan pendarahan. Sedangkan efek yang terjadi pada rongga mulut dapat mengakibatkan mulut kering.4,9,11,12

b) Golongan Nitrat

Golongan ini adalah obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi koroner sehingga dapat memperlebar jantung dan memperlancar pemasukan darah serta oksigen yang dapat meringankan kerja jantung.13,21 Pasien yang merasakan angina biasanya diberikan obat golongan ini.3

(2)

c) Golongan Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (β-Blocker)

Golongan ini berguna untuk meringankan serangan angina dan mengurangi tekanan darah tinggi.3,21 Obat golongan ini berkerja dengan cara mengurangi permintaan jantung terhadap oksigen dengan memperlambat denyut jantung dan mengurangi tekanan darah. Sehingga, obat golongan ini dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung ataupun dari pembedahan terhadap jantung seperti

by pass pada pasien PJK. 13

Obat golongan ini memiliki efek samping seperti kelelahan, pusing, kehilangan memori, trombositopenia, lesu dan pada beberapa jenis obatnya seperti propanolol dan carvedilol bisa mempersempit saluran pernafasan. Selain itu, efek obat ini terhadap rongga mulut dapat mengakibatkan mulut kering dan ulser.3,12,13,14

d) Golongan Angiontensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitors)

Golongan ini dapat menurukan produksi angiotensin yang dapat menyebabkan penyempitan arteri. Selain itu, obat golongan ini juga dapat mengurangi tekanan darah. Obat golongan ini sangat diindikasikan untuk pasien PJK ataupun pasien penyakit pembuluh darah lainnya seperti pembuluh darah perifer. Obat golongan ini juga biasa digunakan pada pasien PJK yang juga menderita diabetes melitus.3,11

The Heart Outcomes Prevention Evaluation (HOPE) memaparkan bahwa obat

golongan ini sangat diperlukan dan baik untuk digunakan oleh pasien yang memiliki masalah dengan jantung seperti PJK dan gagal jantung.11 Obat golongan ini memiliki efek samping sistemik seperti perasaan tidak enak di tenggorokan dan dapat menimbulkan reaksi alergi. Sedangkan efek samping pada rongga mulut adalah mulut kering, ulser dan gangguan pengecapan. 11,14

e) Golongan Antagonis Kalsium

(3)

Obat golongan ini memiliki efek samping sistemik seperti penurunan tekanan darah yang berlebihan apabila penggunaan yang lebih dari dosis yang ditentukan, hipotensi dan sakit kepala. Sedangkan efek pada rongga mulut adalah mulut kering, pembesaran gingiva dan ulser.3,9

f) Golongan Statin

Golongan ini dapat untuk menurunkan tingkat

mengurangi produksi kolesterol oleh hati dengan memblokir bertanggung jawab untuk membuat kolesterol. Enzim ini disebut

hydroxy-methylglutaryl-coenzyme A reductase (HMG-CoA reductase). Selain itu, golongan

ini juga bermanfaat untuk mengurangi peradangan dan mencegah serangan jantung pada pasien PJK.3,21

Obat golongan ini memiliki efek samping sistemik seperti nyeri abdomen, konstipasi, distensi abdomen dan sakit kepala. Sedangkan efek pada rongga mulut adalah dapat menyebabkan mulut kering, angular cheilitis dan reaksi likenoid.3,9

2.2 Xerostomia 2.2.1 Definisi

Xerostomia yang sering dikenal dengan mulut kering didefinisikan sebagai keluhan subjektif kekeringan pada rongga mulut yang diakibatkan karena berkurangnya aliran saliva ataupun karena adanya perubahan komposisi pada saliva. Hal ini juga terkadang disebabkan oleh disfungsi kelenjar saliva.5,14,15,17

(4)

2.2.2 Etiologi

Xerostomia bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Obat-obatan

Xerostomia adalah efek samping yang sering ditimbulkan dan signifikan dari obat-obatan yang banyak diresepkan.11 Obat-obatan yang sering menimbulkan efek tersebut adalah obat antikolinergik, antihipertensi, antihistamin, antidepresan, obat kardiovaskular pada pasien PJK dan diuretik.9,14,15

Obat-obatan dapat menyebabkan xerostomia dengan mempengaruhi aliran saliva dengan beberapa cara seperti mengganggu transmisi sinyal di persimpangan saraf parasimpatis efektor, mengganggu aksi di persimpangan neuroadrenergik efektor, atau menyebabkan depresi koneksi dari sistem saraf otonom.19

Obat-obatan bisa menyebabkan xerostomia bukan hanya dikarenakan jenis obat tersebut memang menyebabkan xerostomia tetapi juga kombinasi dan dosis dari obat yang dikonsumsi dapat mempengaruhi prevalensi terjadinya xerostomia.14 Mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan xerostomia sebelum tidur sebaiknya dihindari dikarenakan laju aliran saliva pada saat tidur akan menurun. Apabila pasien mengonsumsi obat-obatan tersebut sebelum tidur akan menyebabkan keadaan rongga mulut yang sangat kering dan berakibat pada rongga mulutnya yang akan lebih mudah terserang karies atau kandidiasis.19

2. Usia

Gejala xerostomia ini umumnya berhubungan dengan bertambahnya usia. Pada orang yang lanjut usia sering mengalami xerostomia dikarenakan atropi dari kelenjar saliva yang akhirnya dapat menyebabkan penurunan dari produksi saliva dan komposisinya menjadi sedikit. Biasanya pada orang yang lanjut usia dan menggunakan gigitiruan akan mengalami kesulitan dikarenakan xerostomia tersebut. Pemakaiannya menjadi tidak nyaman dan juga dapat berpengaruh terhadap retensi dari gigi tiruan tersebut dikarenakan berkurangnya produksi saliva.16,20

3. Fisiologi

(5)

yaitu juga pada saat berbicara yang berlebihan, bernafas melalui mulut, serta komponen emosional yang merangsang terjadinya efek simpatik dari sistem saraf otonom dan menghalangi sistem parasimpatik sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya aliran saliva dan mulut akan terasa kering.16

4. Penyakit kelenjar saliva

Ada beberapa penyakit kelenjar saliva yang dapat mengakibatkan xerostomia. Penyakitnya biasanya mengenai kedua kelenjar parotis secara bergantian, sehingga dapat menimbulkan kerusakan yang menyeluruh. Parotitis terdiri atas parotitis akut dan parotitis kronis. Selain parotitis, sialodenitis dan mukokel juga dapat megakibatkan xerostomia.16

5. Penyakit sistemik

Ada beberapa penyakit sistemik yang dapat mengakibatkan xerostomia. Diabetes melitus merupakan penyakit yang sangat berhubungan dengan xerostomia, dilaporkan 40%-80% pasien diabetes melitus mengalami xerostomia. Keadaan ini tergantung dengan keadaan penyakitnya yang terkontrol atau tidak terkontrol. Keadaan aliran saliva pasien yang tidak terkontrol akan lebih rendah daripada yang terkontrol.19

Selain diabetes melitus, sjogren’s syndrome dapat mengakibatkan terjadi xerostomia. Sjogren’s syndrome adalah penyakit autoimun kronik yang ditandai dengan adanya inflamasi dari kelenjar eksokrin yang dapat menjadi penyebab dari terjadinya xerostomia. Systemic Lupus Erythematous (SLE), HIV Aids dan

Rheumatoid Arthritis (RA) juga dapat menyebabkan terjadinya xerostomia.19,22

6. Terapi radiasi pada daerah kepala dan leher

(6)

Terapi radiasi dapat mengganggu dari fungsi kelenjar saliva terutama pada kelenjar parotis yang dapat mengurangi produksi saliva dan saliva akan menjadi kental. Jumlah kerusakan kelenjar saliva tergantung dengan jumlah dosis yang diberikan selama terapi. Dosis radiasi 20 Gy dapat menyebabkan kerusakan dari kelenjar saliva apabila pemberiannya dalam dosis tunggal. Apabila dosis yang diberikan diatas 52 Gy dapat menimbulkan kerusakan dari kelenjar saliva yang parah.19 Radiasi dapat menginduksi xerostomia dalam minggu pertama dilakukannya radioterapi dimana aliran saliva akan berkurang 50%-60%. Namun, setelah tujuh minggu keadaan tersebut akan berkurang menjadi 20% dan pada umumnya setelah lebih dari satu tahun keadaanya dapat kembali secara perlahan.18

2.2.3 Gejala dan Tanda 2.2.3.1 Gejala

Individu yang menderita xerostomia sering mengeluh kesulitan mengunyah, menelan dan memakai gigitiruan. Makanan yang kering biasanya sulit dikunyah ataupun ditelan. Pada mukosa yang kering dapat mengakibatkan penggunaan gigitiruan menjadi tidak nyaman, keadaan ini juga mempengaruhi retensi gigi tiruan dalam menahan tekanan kunyah.15,16

2.2.3.2. Tanda

Keadaan mukosa pada penderita xerostomia akan terlihat kering. Apabila diperiksa bagian mukosanya dengan sarung tangan, tongue blade atau gagang instrumen akan terasa lengket dibagian mukosa tersebut. Xerostomia dapat mengakibatkan peningkatan karies dental, kandidiasis, halitosis, sialodenitis, ulserasi dan mulut terasa terbakar..15,16

2.2.4 Diagnosis dan Pemeriksaan

(7)

a. Anamnesis

Dalam melakukan anamnesis dengan pasien dapat diajukan beberapa pertanyaan terarah yang dapat menentukan penyebab xerostomia, seperti adanya keluhan mulut kering ataupun kesulitan dalam mengunyah makanan yang keras.

b. Pemeriksaan Klinis dalam Rongga Mulut

Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan melihat gejala-gejala klinis yang tampak dalam rongga mulut. Gambaran klinis tersebut antara lain hilangnya genangan saliva pada dasar mulut, mukosa bukal akan terasa lengket apabila disentuh dengan jari, tongue blade, atau ujung gagang instrumen.

c. Teknik Pengumpulan Saliva

Menghitung laju aliran saliva dapat dilakukan dengan menghitung aliran saliva dari kelenjar saliva mayor atau dari sampel campuran dari cairan mulut yang biasanya disebut dengan Whole Saliva. Terdapat empat metode untuk mengumpulkan

whole saliva yaitu metode mengeluarkan, meludahkan, pengisapan dan

mengabsorbsi. Metode mengeluarkan adalah pasif dan membutuhkan pasien untuk memungkinkan saliva mengalir dari mulut kedalam tube tes preweight atau silinder yang diukur dalam satu waktu tertentu. Metode meludahkan dilakukan dengan cara pengumpulan saliva pasien dalam mulut dan kemudian dikeluarkan ke silinder

preweight yang diukur setiap 60 detik dalam waktu 5-20 menit. Metode pengisapan

dilakukan dengan menggunakan suatu aspirator atau saliva ejector untuk mengalirkan saliva dari mulut kedalam suatu tube tes dalam waktu tertentu. Metode mengabsorbsi dilakukan dengan menggunakan suatu spons yang diletakkan di mulut pasien dalam

waktu tertentu lalu spons ditimbang dan volume saliva ditetapkan secara gravimetrical. 5,20

d. Sialometri

(8)

dirangsang menunjukkan hasil kurang dari 0,3mL/menit keadaan tersebut disebut keadaan patologis.

e. Sialografi

Sialografi merupakan suatu teknik radiografi untuk melihat kelenjar ludah setelah terlebih dahulu memasukkan bahan kontras secara retrograde yang dapat larut kedalam duktus submandibula atau parotid. Metode ini merupakan metode yang direkomendasikan untuk mengevaluasi instrinsik dan keadaan abnormal yang terjadi dari sistem duktus karena dapat memberikan gambaran yang jelas dari cabang duktus dan ujung kelenjar asinar.7,15,20

2.3 Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular pada Pasien PJK terhadap Xerostomia

Sebelumnya telah disebutkan bahwa obat kardiovaskular yang dikonsumsi pasien PJK memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya adalah xerostomia.11 Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang mempersarafi kelenjar saliva. Tidak seperti sistem saraf otonom ditempat lain, respon simpatis dan parasimpatis di kelenjar saliva tidak saling bertentangan. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis, keduanya meningkatkan sekresi saliva tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis berperan dominan dalam sekresi saliva dapat menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis di pihak lain, menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya.3,19

(9)

Depresi tersebut dapat terjadinya dengan meniru aksi sistem saraf otonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan untuk salivasi.3,19

Meniru aksi sistem saraf otonom terjadi dengan cara meniru aksi

neurotransmitter dari saraf otonom yang biasanya memberikan perintah untuk

kelenjar saliva mengeluarkan saliva, sehingga keadaan yang terjadi pada pasien yang mengonsumsi obat tersebut adalah terhambatnya aliran saliva.3,4,19

(10)

2.4 KERANGKA TEORI

Obat kardiovaskular pada pasien PJK

(11)

2.5 KERANGKA KONSEP

Obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK

- Jenis - kombinasi

Xerostomia

Usia pasien 31-60 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Dengan membawa seluruh Dokumen Kualifikasi Asli atau Fotocopy sah yang dilegalisir oleh yang berwenang dan Dokumen Penawaran ASLI yang telah di upload di SPSE dan

[r]

BALAI NIKAH DAN MANASIK HAJI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA).. KECAMATAN TELLU SIATINGNGE

[r]

Bagi REKANAN yang berminat dapat mendaftarkan diri pada Kantor Sekretariat. DPRD Kabupaten

• “Orang yang paling penyayang diantara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui

Ini dilihat dari jawaban kuesioner responden, sebanyak 16 atau 80% dari 20 responden yang diteliti menjawab jika di Desa Dolok Merawan pemerintahan desanya melakukan usaha

terwujud seperti dari penampilan perawat‚ pelayanan yang diberikan‚ komunikasi yang digunakan‚ perilaku perawat yang sopan dan ramah‚ tanggapan perawat