1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurang energi protein (KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi kecukupan yang dianjurkan. Pada umumnya gizi buruk
didominasi oleh kwashiorkhor dan marasmus (Trehan & Manary 2014). Marasmus
disebabkan oleh defisiensi energi dan zat gizi, sedangkan kwashiorkhor lebih
disebabkan karena defisiensi protein. Penyakit KEP (Kurang Energi Protein)
merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di Indonesia maupun di
negara yang sedang berkembang lainnya. Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak
berumur dibawah lima tahun (balita), ibu yang sedang menyusui dan menyusui
(Ardiana & Wirjatmadi 2012).
Balita gizi buruk yang mengalami kekurangan gizi kronis dalam jangka waktu
yang sudah berlangsung sejak lama akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan
fisik dan imunitas, kerentanan terhadap infeksi, serta penurunan kecerdasan (Katona
& Apte, 2008; Lamid, et al, 2012; Ahmed, Hossain et al. 2014). Gizi buruk dalam
jangka panjang dapat menyebabkan generasi yang hilang (lost generation) dan bila hal ini
tidak ditanggulangi secara cepat dapat meningkatkan mortalitas. Tanda-tanda klinis
yang sering dijumpai pada anak balita gizi buruk yaitu marasmus dan marasmik
kwashiorkor dengan ciri khas adanya atropi pada bagian tubuh tertentu
(Chandrasoma, 2005).
Prevalensi gizi buruk pada balita secara nasional berdasarkan Riskesdes 2007
2
berdasarkan hasil Riskesdes tahun 2007 diperoleh 7,9% dan Kabupaten Sumbawa
mencapai 13,4% (Dinkes NTB, 2007). Kabupaten sumbawa terdiri dari beberapa
Puskesmas, salah satunya Puskesmas Utan yang memiliki angka prevalensi gizi buruk
diatas prevalensi NTB. Menurut Dinkes Kesehatan Kabupaten Sumbawa bahwa
sampai dengan bulan Desember 2013 tercatat balita yang mengalami gizi buruk
sebanyak 198 balita (0,16%) yang sebagian besar berada di Kecamatan Utan.
Prevalensi penyakit KEP (Kurang Energi Protein) yang tinggi disebabkan
secara langsung yaitu kurangnya konsumsi makanan yang mengandung kalori
maupun protein dalam jangka lama serta penyakit infeksi, dan secara tidak langsung
disebabkan oleh pendapatan orang tua yang rendah sehingga daya beli terhadap
makanan terutama makanan berprotein rendah . Penyebab tidak langsung yang lain
adalah ekonomi negara, jika ekonomi negara mengalami krisis moneter akan
menyebabkan kenaikan harga barang, termasuk bahan makanan sumber energi dan
sumber protein (beras, ayam, daging dan telur) (Ardiana & Wirjatmadi 2012).
Bahan makanan yang mengandung kalori maupun protein yang tinggi bisa
memperbaiki status gizi balita. Status gizi yaitu keadaan tubuh yang merupakan akibat
dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dengan 4 klasifikasi, yaitu status
gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2004 dalam Istiani & Rusilanti, 2013).
Status gizi dikatakan baik apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara optimal. Status gizi kurang terjadi
apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi
lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah yang berlebihan
3
Sesuai rekomendasi World Health Organization (WHO), perbaikan status gizi
balita gizi buruk dilakukan dengan memperbaiki asupan zat gizi makro dan mikro
dengan pemberian suplemen dan makanan formula sebagai makanan terapi secara
bertahap, pengobatan penyakit penyerta, dan penatalaksanaan gizi buruk yang
dilakukan secara rawat inap maupun rawat jalan bagi balita tanpa komplikasi. Standar
terapi untuk gizi buruk yaitu pemberian F-100, dimana F-100 merupakan makanan
yang berbahan dasar susu yang diberikan pada fase transisi dan fase rehabilitasi,
makanan terapi F-100 digunakan sebagai makanan transisi sebelum makanan padat
diperkenalkan kepada balita gizi buruk (Depkes, 2011; Ferguson, Briend et al, 2008).
Komposisi dari F-100 ini terdiri dari susu, gula, minyak dan mineral mix, yang
mengandung energi 100 kkal setiap 100 mililiternya. Pemberian F-100 bertujuan
untuk mengejar berat badan balita gizi buruk yang pernah dialami, mencapai berat
badan normal sesuai dengan usianya, dimana dalam pemberian F-100 diberikan
secara bertahap. Pembuatan F-100 dapat dilakukan oleh orang tua di rumah dengan
mudah dan murah (Depkes 2011; Dinkes Surabaya, 2014).
Hasil penelitian dari jurnal severe acute malnutrition in a tertiary hospital in
north-central Nigeria, A review of hospitalized cases yaitu terdapat kenaikan berat badan yang
signifikan dari balita gizi buruk akut yang diberikan F-75 dan F-100, sehingga dalam
penanganan gizi buruk akut dalam manegementnya disarankan untuk menggunakan
F-75 dan F-100 sesuai dengan fase nya (John, et all, 2012). Penelitian yang dilakukan
di dinas kesehatan kota Semarang dengan judul pengaruh pemberian makanan
tambahan pemulihan (PMT-P) terhadap status gizi balita gizi buruk di dinas
kesehatan kota semarang dengan hasil dapat memberikan pengaruh terhadap
4
kontribusi energi sebanyak 54.60±15.42% dan protein 79.17±37.75% (Fitriyanti,
2012).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Utan
kabupaten Sumbawa NTB pada tanggal 4 September 2014 di dapat data balita gizi
buruk ada 20 balita dengan rata-rata usia balita 18 bulan memiliki rata-rata berat
badan 6,94 kg. Hasil wawancara dengan beberapa perawat yang menangani gizi buruk
mereka mengatakan bahwa keluarga yang mengalami kasus gizi buruk pada umumnya
berasal dari keluarga miskin dan pihak Puskesmas Utan sudah melakukan upaya
pemulihan gizi balita dengan cara pemberian makanan tambahan (PMT), penyuluhan
kesehatan terkait dengan gizi dan pos gizi. Penatalaksanaan gizi buruk rawat jalan
dengan menggunakan F-100 sudah diterapkan tetapi belum dilakukan secara optimal
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara nya yaitu faktor transportasi orang
tua balita gizi buruk, faktor jarak rumah ke puskesmas jauh, tingkat pengetahuan ibu
balita gizi buruk rendah. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk
menganalisis lebih lanjut pemberian F-100 terhadap peningkatan status gizi balita gizi
buruk rawat jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Utan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui apakah ada
hubungan pemberian F-100 terhadap status gizi balita gizi buruk rawat jalan di
5
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan pemberian F-100
terhadap status gizi balita gizi buruk rawat jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Utan
Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi pemberian F-100 pada balita gizi buruk rawat jalan di Wilayah
Kerja Puskesmas Utan.
2. Mengidentifikasi status gizi balita gizi buruk rawat jalan di Wilayah Kerja
Puskesmas Utan setelah diberikan F-100.
3. Menganalisis hubungan pemberian F-100 terhadap status gizi balita gizi buruk
rawat jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Utan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Keperawatan Anak
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai aplikasi nyata
keperawatan anak terkait dengan pemberian F-100 dalam pengelolaan asuhan
keperawatan anak dengan gizi buruk rawat jalan.
1.4.2 Perkembangan Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian terhadap pemberian F-100 pada kasus gizi buruk rawat jalan
diharapkan mampu menjadi salah satu intervensi penting dalam manajemen
pelayanan kesehatan di tingkat Puskesmas sehingga dapat meningkatkan kualitas
6
1.4.3 Instansi Pendidikan
Untuk menambah wawasan sebagai bahan bacaan tentang ilmu keperawatan
khususnya di keperawatan anak dengan menggunakan evidance based dalam
mengembangkan model intervensi yang tepat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada balita gizi buruk rawat jalan.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat dalam
meningkatkan status gizi balita gizi buruk dan menambah pengetahuan orang tua
dalam penanganan balita gizi buruk rawat jalan.
1.4.5 Peneliti Lain
Sebagai bahan pertimbangan peneliti lain yang serupa dan untuk melakukan
penelitian lanjutan yang berkaitan dengan gizi buruk rawat jalan dengan
menggunakan variabel yang berbeda yang dapat mengoptimalkan penanganan balita
gizi buruk rawat jalan.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian tentang hubungan Pemberian F-100 terhadap peningkatan status
gizi balita gizi buruk di wilayah kerja puskesmas utan belum pernah dilakukan, namun
ada beberapa penelitian yang serupa yaitu :
1. Hidayanti (2009), Pengenalan Formula WHO dalam Penanganan Gizi Buruk
Pada Keluarga Balita dan Kader Posyandu di Kabupaten Maros. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan, keterampilan
kader posyandu dan orang tua balita melalui pendampingan. Materi yang
7
tua balita dalam penanganan gizi buruk melalui pengenalan formula WHO,
intervensi dilakukan selama satu bulan. Hasil dari penelitian ini yaitu tingkat
pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam penanganan anak gizi
buruk setelah diberikan intervensi cukup tinggi, sedangkan pada ibu balita dalam
penanganan anak gizi buruk setelah diberikan intervensi masih rendah karena
masih sangat tergantung pada kehadiran tim pendamping. Penerimaan anak
terhadap formula WHO masih rendah (rata-rata dibawah 70% yang dapat
dihabiskan dari formula yang diberikan). Keberhasilan penanganan anak gizi
buruk di community care belum memberikan hasil yang optimal.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada variabel
independent dan variabel dependentnya. Hidayanti (2009) variabel
independentnya adalah pengenalan Formula WHO dalam penanganan gizi buruk,
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan, variabel independentnya adalah
hubungan pemberian F-100 terhadap peningkatan status gizi balita gizi buruk.
Varibael dependent pada penelitian Hidayanti (2009) adalah gizi buruk pada
keluarga balita dan kader posyandu, sedangkan pada penelitian yang akan
dilakukan, variabel dependentnya adalah peningkatan status gizi balita gizi buruk
rawat jalan.
2. Fitriyanti, Mulyati (2012), pengaruh pemberian makanan tambahan pemulihan
(PMT-P) terhadap status gizi balita gizi buruk di Dinas Kesehatan Kota
Semarang tahun 2012. Penelitian ini termasuk gizi masyarakat, dengan jenis
penelitian observasional dan rancangan penelitian cohort. Subjek yang terpilih 22
balita gizi buruk yang masuk dalam kriteria inklusi di Dinas Kesehatan Kota
Semarang selama 60 hari (2 bulan). PMT yang diberikan dalam bentuk formula
8
kebutuhan energi dan 80% dari kebutuhan protein dalam sehari. Hasil dari
penelitian ini terdapat perbedaan status gizi balita gizi buruk sebelum dan sesudah
pemberian PMT-P berdasarkan BB/TB dan BB/U.
Perbedaan penelitian yang akan saya lakukan adalah terletak pada variabel
independent, dimana pada penelitian Fitriyanti (2012) variabel independent nya
menggunakan makanan tambahan pemulihan (PMT-P) berupa F-100 dan biskuit,
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan hanya menggunakan F-100.
Perbedaan lainnya terletak pada desain penelitian, dimana pada penelitian yang
akan dilakukan menggunan desain penelitian case control.
3. Lamid, Irawati, Arnelia (2012), penanganan balita gizi buruk secara rawat jalan di
Puskesmas dengan pemberian makanan terapi: Formula-100 dan ready to use
therapeutic food. Desain penelitian yang digunakan yaitu quasi experimen yang
berlokasi di 10 Puskesmas di Kabupaten Bogor dan Subang. Sampel yang
digunakan yaitu balita gizi buruk umur 10-54 bulan dengan indikator BB/PB
<-3,0 Z-skor atau BB/PB <-2,0 Z-skor dengan tanda klinis gizi buruk. Terdapat
dua kelompok makanan terapi, F-100 dan RUTF yang diberikan kepada 39 anak
di dalam setiap grup selama 6 minggu. Data yang dikumpulkan adalah
antropometri, konsumsi zat gizi, sosial ekonomi dan penyakit. Dalam pengolahan
data menggunakan analisis uji-t dengan hasil penelitian menunjukkan rata-rata
status gizi awal pada kedua kelompok <-3,0 Z-skor yang dikategorikan sangat
kurus, setelah intervensi rata-rata status gizi meningkat menjadi >-3,0 Z-skor
yang dikategorikan kurus. Perbaikan status gizi antara kedua kelompok tidak
berbeda bermakna (p>0,05).
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada variabel
9
ready to use therapeutic food, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan hanya
HUBUNGAN PEMBERIAN F-100 TERHADAP STATUS GIZI
BALITA GIZI BURUK RAWAT JALAN
(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Utan Kabupaten Sumbawa
Nusa Tenggara Barat)
SKRIPSI
Oleh:
NURUL HASANAH
NIM. 201110420311209
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
i
HUBUNGAN PEMBERIAN F-100 TERHADAP STATUS GIZI
BALITA GIZI BURUK RAWAT JALAN
(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Utan Kabupaten Sumbawa
Nusa Tenggara Barat)
SKRIPSI
Oleh:
NURUL HASANAH
NIM. 201110420311209
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Nurul Hasanah
Nim : 201110420311209
Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM
Judul skripsi : Hubungan Pemberian F-100 Terhadap Status Gizi Balita Gizi Buruk Rawat Jalan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Utan Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah jiplakan, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, Maret 2015
Yang membuat pernyataan,
Nurul Hasanah
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmad dan
Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
Pemberian F-100 terhadap Status Gizi Balita Gizi Buruk Rawat Jalan (Studi di
Wilayah Kerja Puskesmas Utan Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat)”.
Sholawat salam penulis curahkan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW
yang telah memberikan syafa’at, tarbiah, barokah di dunia dan akhirat nanti. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep)
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Bersamaan dengan ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.Sp.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Nurul Aini, M.Kep. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Nur Aini, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang telah memberikan ilmu,
bimbingan arahan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Henny Dwi Susanti, M.Kep, Sp.Mat selaku pembimbing II yang telah sabar dan
bijaksana dalam memberikan ilmu, bimbingan, arahan serta motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Puskesmas Kecamatan Utan yang telah membantu penulis dalam memberikan
izin dalam proses penelitian.
6. Pihak terkait di Puskesmas Utan yang telah memberikan izin sebagai tempat
vi
7. Dosen dan staf TU Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak dapat disebutkan satu persatu
atas tuntunan dan bantuan yang diberikan selama proses pembuatan skripsi ini.
8. Ayah dan Ibu tercinta yang tidak pernah lelah untuk menyayangi, memotivasi,
dan mendoakan, serta kakak dan adik penulis yang tidak pernah lelah
mengganggu dan memotivasi penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini hingga
selesai.
9. Rekan – rekan seperjuangan, khususnya teman – teman PSIK E angkatan 2011
yang turut membantu dan memberikan dukungan selama proses pengerjaan
skripsi ini.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari
Allah SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini, semoga nantinya bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bidang keperawatan dan semua pihak yang terkait. Amin.
Malang, Maret 2015
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Lembar Keaslian Penelitian ... iv
Kata Pengantar ... v
Intisari ... vii
Abstrack ... viii
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Keperawatan Anak ... 5
1.4.2 Perkembangan Pelayanan Keperawatan ... 5
1.4.3 Instansi Pendidikan ... 6
1.4.4 Bagi Masyarakat ... 6
1.4.5 Peneliti Lain ... 6
1.5 Keaslian Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Status Gizi ... 10
2.1.1 Pengertian Status Gizi ... 10
2.1.2 Penilaian Status Gizi ... 10
2.1.3 Klasifikasi Status Gizi ... 13
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 14
2.2 Gizi Buruk ... 15
2.2.1 Pengertian Gizi Buruk ... 15
2.2.2 Kriteria Gizi Buruk ... 15
2.2.3 Tanda Klinis Gizi Buruk ... 16
2.2.4 Penyebab Gizi Buruk ... 17
2.2.5 Akibat Gizi Buruk ... 21
x
2.2.7 Pemantauan dan Evaluasi Penatalaksanaan Balita Gizi
Buruk Rawat Jalan ... 29
2.3 Pemberian F-100 pada Balita Gizi Buruk ... 30
2.3.1 Pengertian F-100 ... 30
2.3.2 Cara Pembuatan F-100 ... 30
2.3.3 Cara Pemberian Formula WHO (F-100) ... 31
2.3.4 Cara Penyimpanan Formula WHO (F-100) ... 31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 33
3.1 Kerangka Konsep ... 33
3.2 Hipotesis Penelitian ... 34
BAB IV METODE PENELITIAN ... 35
4.1 Definisi Penelitian ... 35
4.2 Kerangka Penelitian ... 36
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ... 37
4.3.1 Populasi ... 37
4.3.2 Sampel... 37
4.3.3 Sampling ... 37
4.4 Variabel Penelitian ... 38
4.5 Definisi Operasional ... 38
4.6 Tempat Penelitian ... 39
4.7 Waktu Penelitian ... 39
4.8 Instrumen Penelitian ... 39
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ... 39
4.10 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 41
4.10.1 Teknik Pengolahan Data ... 41
4.10.2 Analisa Data... 42
4.11 Etika Penelitian ... 42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ... 44
5.1 Data Umum ... 44
5.1.1 Karakteristik Responden ... 44
5.1.2 Karakteristik Orang Tua Responden ... 45
5.2 Data Khusus ... 47
5.2.1 Gambaran Pemberian F-100 ... 47
5.2.2 Peningkatan Status Gizi Balita Gizi Buruk Rawat Jalan Setelah Diberikan F-100... 48
5.2.3 Kenaikan Berat Badan Balita Gizi Buruk Rawat Jalan Setelah Diberikan F-100... 49
5.2.4 Tabulasi Silang ... 50
5.2.5 Hasil Uji Chi-Square ... 50
BAB VI PEMBAHASAN ... 52
xi
6.2 Status Gizi Setelah Diberikan F-100 ... 54
6.3 Hubungan Antara Asupan F-100 dengan Status Gizi ... 56
6.4 Keterbatasan Penelitian ... 57
6.5 Implikasi untuk Keperawatan ... 57
BAB VII PENUTUP ... 58
7.1 Kesimpulan ... 58
7.2 Saran ... 59
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi menurut Standar Baku Nasional ... 13
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak berdasarkan
Indeks berdasar WHO 2005 ... 13
Tabel 2.3 Tatalaksana Anak Gizi Buruk (10 Langkah) ... 21
Tabel 4.1 Definisi Operasional ... 38
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Utan Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat
Januari 2015 ... 45
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Orang Tua Responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Utan Kabupaten Sumbawa Nusa
Tenggara Barat Januari 2015 ... 46
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berat Badan Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Utan Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat
Januari 2015 ... 49
Tabel 5.4 Tabulasi Silang Pemberian F-100 Terhadap Status Gizi Balita
Gizi Buruk Rawat Jalan ... 50
Tabel 5.5 Uji Chi-Square dan Uji Fisher Hubungan Asupan F-100
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 33
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian ... 35
Gambar 4.2 Kerangka Penelitian ... 36
Gambar 5.1 Gambaran pemberian F-100 yang dikonsumsi oleh responden
dari minggu 1 sampai minggu ke-4 di Wilayah Kerja Puskesmas
Utan Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Januari 2015 .. 47
Gambar 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi setelah
Diberikan F-100 selama 4 minggu di Wilayah Kerja Puskesmas
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 64
Lampiran 2 Lembar Pernyataan Menjadi Responden ... 65
Lampiran 3 Tabel Petunjuk Pemberian F-100 ... 66
Lampiran 4 Lembar Monitoring Berat Badan ... 67
Lampiran 5 Tabel Standar Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak Laki-Laki Usia 0-60 Bulan ... 68
Lampiran 6 Tabel Standar Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak Perempuan Usia 0-60 Bulan ... 70
Lampiran 7 Kuisioner Pemberian F-100 ... 72
Lampiran 8 Output SPSS... 74
Lampiran 9 Gambaran Pemberian F-100 ... 77
Lampiran 10 Status Gizi Balita Gizi Buruk Rawat Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Utan ... 79
Lampiran 11 Data Demografi ... 80
Lampiran 12 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi ... 81
Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 85
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian... 86
Lampiran 15 Angket Persetujuan Skripsi ... 88
61
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M., &Wirjatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Adriani, M.,&Wirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana.
Ahmed, T., et al. (2014). "Severe acute malnutrition in Asia." Food And Nutrition Bulletin 35(2 Suppl): S14-S26.
Aritonang, Irianton, Endah Priharsiwi. (2006). Busung Lapar. Yogyakarta: Media
Biggs, C. (2012). Clinical dietetic practice in the treatment of severe acute malnutrition in a high HIV setting. Journal of Human Nutrition and Dietetics, 26: 175-181.
Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung: PT Refika Aditama.
Caulfield, L. E., Onis, M. D., Blossner, M. & Black, R. E. (2004). Undernutrition as an underlying cause of child deaths associated with diarrhea, pneumonia, malaria, and measles. The American Journal of Clinical Nutrition, 80: 193-198.
Chandra, B. (2009). Ilmu Pencegahan Kedokteran & Komunitas. Jakarta: EGC.
Chandrasoma, P. (2005). Penyakit Gizi., dalam Mahani, D.A, et al, Ringkasan Patologi Anatomi(hlm.139). Jakarta: EGC.
Dahlan, M.S. (2012). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Surabaya. (2014). Upaya Tangani Gizi Buruk Pada Balita dengan Formula 100. http://dinkes.surabaya.go.id/portal/index.php/puskesmasku/upaya-tangani-gizi-buruk-pada-balita-dengan-formula-100/, diperoleh 29 Desember 2014.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Petunjuk Teknik Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Departemen Kesehatan. http://www.depkes.go.id, diperoleh 14 Oktober 2014.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI bekerjasama dengan World Health Organization.
Departemen Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. (2011). Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. Jakarta : Departemen Kesehatan
62
Departemen Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010 /Laporan_riskesdas_2010.pdf, diperoleh 9 Oktober 2014
Departemen Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.P DF, diperoleh 12 Oktober 2014.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Standar Antropometri Penilaian status Gizi Anak.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/buku-sk-antropometri-2010.pdf, diperoleh 14 Oktober 2014.
Dinas Kesehatan NTB. (2007). Laporan Hasil Riskesdes Provinsi NTB 2007. http://dinkes.ntbprov.go.id/sistem/data-dinkes/uploads/2013/10/Laporan
RISKESDAS-NTB-2007.pdf, diperoleh 12 Oktober, 2014.
Ferdous, et al. (2013). Severity of diarrhea and malnutrition among under five-year-old children in rural bangladesh. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 89(2), 223-228.
Ferguson, E. L., et al. (2008). Can optimal combinations of local foods achieve the nutrient density of the F100 catch-up diet for severe malnutrition.Journal Of Pediatric Gastroenterology And Nutrition 46(4): 447-452.
Fitriyanti, F. (2012). Pengaruh Makanan Tambahan (PMT) Terhadap Status Balita Gizi Buruk di Dinas Kesehatan kota Semarang. Artikel Penelitian. [Diperoleh tanggal 11 Oktober 2014]
Gupta, A. (2014). Study Of The Prevelance Of Diarrhoea In CHildren Under The Age Of Five Years: It's Association With Wating. Indian J.Sci.Res, 7: 1315-1318.
Gupta, S., Mohammed, M., et al. (2011). Metagenome of the gut of a malnourished children. Gut Pathogens. 3: 1-9.
Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford, University Press.
Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayanti. (2009). Pengenalan Formula WHO dalam Penanganan Gizi Buruk pada Keluarga Balita dan Kader Posyandu di Kabupaten Maros. Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar. [Diperoleh tanggal 11 Oktober 2014].
Irena, A. H., Mwambazi, M., & Mulenga, V. (2011). Diarrhea is a Major killer of Children with Severe Acute Malnutrition Admitted to Inpatient Set-up in Lisaka, Zambia. Nutrition Journal, 10: 110.
63
John, C., H. Abdu, P. Ukata. (2012). Severe Acute Malnutrition in a Tertiary hospital in North-Central Nigeria, A Review of Hospitalizwd Cases. Journal of Medicine in the Tropics, 14 (2).
Katona, P., & Apte, J. K. (2008). The Interaction between Nutrition and Infection. Oxford Journal , 46(10): 1582-1588.
Kesehatan Masyarakat. (2014). Status Gizi, Menentukan Keadaan Gizi dengan Penilaian Status Gizi.http://www.indonesian-publichealth.com/2014/04/status-gizi-dan-cara-menentukannya.html, diperoleh 30 Desember 2014.
Kesehatan Masyarakat. (2014). Faktor Penyebab Gizi Buruk Pada Balita. http://kesehatangizianak.com/faktor-penyebab-gizi-buruk-pada-balita/,diperoleh 30 Desember 2014.
Krisnansari, D. (2010). Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health journal, 4 (1), 64-67.
Lamid, Irawati, Arnelia. (2012). Penanganan balita gizi buruk secara rawat jalan di puskesmas denganPemberian makanan terapi : formula-100 danReady to use therapeutic food. Panel Gizi Makan, 35(2), 2.
Meadow, Sir Roy, Simon J. Newell. (2005). Lecture Notes Pediatrika. Jakarta: Erlangga.
Monira S, Nakamuras, et al. (2011). Gut microbiota of healthy and malnourished children in Bangladesh. Frontiers in microbiologi. 2: 1-7.
Nhampossa, T., Sigauque, B., Machevo, S., Macete, E., Alonso, P., Bassat, Q., et al. (2013). Severe malnutrition among children under the age of 5 years admitted to a rural district hospital in southern Mozambique. Public Health Nutrition, 16(9): 1565-1574.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sandjaja, A. (2009). Kamus Gizi Pelnegkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutomo, B., &Anggraini, D.Y. (2010). Menu Sehat Alami Untuk Batita & Balita. Jakarta: Demedia.
Supariasa, I.D.(2012). Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC.
Trehan, I., & Manary, M.J. (2014). "Management of severe acute malnutrition in low-income and middle-income countries." Archives Of Disease In Childhood.