Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 91
Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation(GI)dan Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Oleh : Erny Untari
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Ngawi Email: Erny1703@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe GI atau CTL. (2) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang memiliki minat belajar tinggi, sedang, atau rendah. (3) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2x3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK PGRI 4 Ngawi tahun ajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Sampel yang diambil adalah siswa kelas X Akuntansi 1 dan X Akuntansi 2 dengan jumlah siswa 61 siswa, dengan rincian 30 siswa pada kelas eksperimen satu dan 31 siswa pada kelas eksperimen dua. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes kemampuan awal matematika, angket minat belajar, dan tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen tes meliputi validitas isi, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi populasi menggunakan metode Bartlett. Dengan α = 0,05, diperoleh simpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Uji keseimbangan terhadap data kemampuan awal matematika menggunakan uji-t diperoleh simpulan bahwa kedua kelas eksperimen mempunyai kemampuan awal matematika yang seimbang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh simpulan bahwa (1) Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran CTL lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe GI. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki minat sedang, dan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki minat belajar sedang sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki minat belajar rendah, prestasi matematika siswa yang memiliki minat belajar tinggi sama baiknya dengan prestasibelajar siswa yang memiliki minat belajar rendah. (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 92
PENDAHULUAN
Suatu realita sehari-hari, di dalam suatu ruang kelas ketika pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung, tampak beberapa atau sebagian besar siswa belum melakukan
kegiatan belajar sewaktu guru
mengajar. Keberhasilan suatu proses
pembelajaran dipengaruhi oleh
berbagai komponen yang ada di dalamnya, antara lain: tujuan, bahan atau materi, metode atau model pembelajaran, media, guru dan siswa. Terkait dengan model pembelajaran, berdasarkan observasi peneliti pada beberapa sekolah, hingga saat ini masih banyak pembelajaran disekolah yang hanya berpusat pada guru. Guru yang aktif dalam proses pembelajaran,
siswa hanya berperan sebagai
pendengar, guru juga kurang
menerapkan model-model pembelajar an yang menarik untuk siswa belajar,
terutama belajar matematika.
Kebanyakan guru hanya menerapkan metode ceramah dan diskusi saja. Metode tersebut membuat siswa malas dalam belajar, karena metode tersebut membosankan dan tidak menarik semangat siswa dalam belajar.
Selain penggunaan metode atau
model pembelajaran yang tepat, media
belajar juga berperan dalam
keberhasilan suatu pembelajaran. Guru sebaiknya dapat memanfaatkan media belajar dalam proses belajar mengajar. Dengan guru menggunakan media belajar yang menarik untuk mata pelajaran yang diampunya, maka siswa akan lebih tertarik dalam pembelajaran tersebut. Sehingga, pembelajaran tidak monoton, dan siswa tidak merasa bosan.
Untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut, maka diperlukan suatu pembelajaran yang sesuai, selain pembelajaran tradisional. Dalam proses pembelajaran ini tidak lagi siswa menjadi seorang pendengar, tetapi siswa dapat memecahkan masalah dengan sendirinya sesuai dengan kecakapan yang siswa miliki untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah serta siswa menerima ataupun menemukan dan menggali sendiri pemecahan masalah pada pelajaran matematika. Pembelajaran yang sesuai dimaksud adalah pembelajaran Group Investigation (GI) dan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Selain masalah yang telah diuraikan di atas, masih ada hal yang
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 93
tidak kalah pentingnya dalam
menentukan keberhasilan siswa dalam belajar yaitu minat belajar siswa. Beberapa alasan rendahnya minat
belajar siswa adalah metode
pembelajaran yang kurang efektif dan
efisien, menyebabkan tidak
seimbangnya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu sehingga siswa merasa bosan dan kurang berminat. Metode
pembelajaran matematika yang
umumnya digunakan oleh guru
matematika adalah metode
konvensional yang mengandalkan
ceramah dan alat bantu utama papan tulis, sehingga siswa cenderung pasif
dan kurang dilibatkan dalam
pembelajaran di kelas. Ketidaktepatan
penggunaan model pembelajaran
matematika dapat menghambat
pencapaian hasil belajar matematika. Faktor lain penyebab rendahnya minat siswa untuk belajar matematika adalah lingkungan, kelas yang tidak kondusif
dapat menghambat proses
pembelajaran matematika. Guru
kurang mampu mengkondisikan kelas, sehingga siswa membicarakan hal lain
di luar topic pelajaran yang
disampaikan oleh guru, lingkungan yang gaduh membuat pembelajaran kurang efektif dan efisien. Hal tersebut berdampak terhadap hasil belajar matematika yang tidak optimal. Proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa berpartisipasi aktif. Metode pembelajaran ternyata sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan pasti akan berpengaruh terhadap minat belajar di dalam kelas dan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Prestasi Belajar Matematika
Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran dapat dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut merupakan hasil belajar yang ditetapkan baik menurut aspek ini maupun aspek perilaku. Proses belajar menghasilkan perubahan dipihak siswa, dimana perubahan tersebut berupa kemampuan diberbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa.
Menurut E.Mulyasa (2013:189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 94
kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya. Setiap
kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan prestasi belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri – ciri tertentu. Ciri–ciri perubahan perilaku hasil belajar tersebut menurut Makmun (dalam E. Mulyasa:2013) adalah
bersifat (1) Intensional yaitu
pengalaman atau praktek latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan; (2) Positif yaitu sesuai dengan yang diharapkan
atau kriteria keberhasilan baik
dipandang dari segi peserta didik maaupun dari segi guru; (3) Efektif yaitu perubahan hasil belajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan.
Faktor–faktor yang mempenga
ruhi prestasi belajar menurut
E.Mulyasa (2013) ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a) Faktor internal: (1) Intelegensi : yaitu dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya semakin tinggi tingkat intelegensinya makin tinggi pula kemungkinan hasil belajar yang
dapat dicapai; (2) Minat : yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; (3) Sikap : yaitu kecenderungan untuk mereaksi atau merespon terhadap sesuatu baik secara positif maupun negatif; (4) Waktu dan kesempatan : peserta didik yang
memiliki banyak waktu dan
kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi daripada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar. b) Faktor eksternal: (1) Lingkungan keluarga; (2) Lingkungan sekolah; (3) Teman; (4) Masyarakat; (5) Keadaan rumah; (6) Ruang belajar; (7) Fasilitas belajar; (8) Buku–buku sumber belajar, dan sebagainya.
Faktor penghambat prestasi belajar siswa menurut Tulus Tu’u (2004:82-86) adalah: penghambat dari dalam : (1) Faktor kesehatan: siswa yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan banyak waktunya untuk beristirahat. Hal itu membuatnya tertinggal pelajaran. Prestasi siswa ini kemungkinan belum optimal; (2) Faktor kecerdasan: siswa yang tingkat
kecer-dasannya rendah akan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 95
kegiatan pembelajaran agak lambat; (3) Faktor perhatian: perhatian belajar di rumah kerapkali terganggu oleh acara televisi, kondisi rumah dan kondisi keluarga. Perhatian belajar di sekolah terganggu oleh kondisi kelas dan suasana pembelajaran serta lemahnya upaya diri berkonsentrasi; (4) Faktor
minat: apabila siswa tidak
mengembangkan minat dirinya dalam pembelajaran, maka hal ini akan membuat siswa belajar tidak sungguh-sungguh; (5) Faktor bakat: bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti siswa tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi belajarnya tidak akan mencapai hasil yang tinggi.
b) Penghambat dari luar : (1) Faktor keluarga: misalnya cara orang tua mendidik anak-anak yang kurang baik, teladan yang kurang, hubungan orang tua dengan anak yang kurang baik; (2) Faktor sekolah: misalnya metode yang dipakai guru kurang sesuai dengan materi, monoton, kurang variatif,
sehingga kurang menarik dan
embosankan siswa; (3) Faktor disiplin sekolah: misalnya siswa yang tidak disiplin dibiarkan, siswa yang disiplin
dibiarkan juga akan timbul rasa ketidakadilan pada para siswa; (4) Faktor masyarakat: misalnya acara
televise, teman yang merokok,
memakai obat-obatan tropika, terlalu banyak teman bermain, merupakan yang paling banyak merusak prestasi belajar dan perilaku siswa; (5) Faktor aktivitas organisasi: bila siswa sangat potensial, banyak aktivitas organisasi, selain dapat menunjang hasil belajar, dapat juga mengganggu hasil belajar apabila siswa tidak mengatur waktu dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi
belajar matematika adalah hasil
pemahaman siswa atau hasil belajar siswa mengenai pelajaran matematika
yang ditempuh siswa selama
pembelajaran berlangsung, dan dalam penelitian prestasi belajar matematika siswa dapat diukur dari hasil tes yang diberikan kepada siswa.
Pembelajaran Group Investigation (GI)
Menurut Aris Shoimin
(2014:80) Group Investigation (GI) adalah suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 96
teknik–teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dari tahap
awal sampai akhir pembelajaran
termasuk didalamnya siswa
mempunyai kebebasan untuk memilih materi yang akan dipelajari sesuai dengan topik yang dibahas.
“Pengembangan belajar koope ratif GI didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang
terjadi merupakan penggabungan
nilai–nilai kedua domain tersebut” (Rusman, 2014:221).
Sedangkan menurut Killen
(dalam Aunurrahman, 2010:152)
memaparkan beberapa ciri-ciri esensial
investigasi kelompok sebagai
pendekatan pembelajaran adalah:
(1)Para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil dan
memiliki indepedensi terhadap guru; (2)Kegiat an-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan; (3) Kegiatan belajar siswa akan selalu
mempersyaratkan mereka untuk
mengumpulkan sejumlah data,
menganalisanya dan mencapai
beberapa kesimpulan; (4) Siswa akan
menggunakan pendekatan yang
beragam didalam belajar; (5)
Hasil-hasil dari penelitian siswa
dipertukarkan diantara seluruh siswa. Dari pendapat-pendapat diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa Pembelajaran Group Investigation (GI)
adalah belajar dalam kelompok kecil yang beranggotakan sekitar 4-5 siswa serta dalam kelompok tersebut siswa aktif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, serta menumbuhkan
kemampuan berpikir mandiri.
Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen. Agar kemampuan siswa merata.
Langkah-langkah pembelajaran model Group Investigation menurut Rusman (2014) : (1) Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok. Para siswa
menelaah sumber–sumber informasi, memilih topik, dan mengategorisasi
pilihan topik yang sama; (2)
Merencanakan tugas–tugas belajar
secara bersama–sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing–masing, yang meliputi : apa yang kita selidiki;
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 97
bagaimana kita melakukannya, siapa sebagai apa; pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi; (3) Melaksanakan investigasi yaitu siswa mencari informasi, menganalisis data,
dan membuat kesimpulan, setiap
anggota kelompok harus bisa bekerja sama satu sama lain dalam kelompok; (4) Menyiapkan laporan akhir, anggota
kelompok menentukan esensial
proyeknya, merencanakan apa yang
akan dilaporkan dan bagaimana
membuat presentasinya; (5) Mempre sentasikan hasil kerja kelompok.
Sedangkan langkah – langkah
pembelajaran model Group
Investigation (GI) menurut Aris Shoimin (2014:81)
(1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen;
(2) Guru menjelaskan maksud
pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan; (3) Guru mengundang ketua–ketua kelompok untuk memberi materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya; (4) Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya; (5) Setelah selesai, masing-msing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu
anggotanya menyampaikan hasil
pembahasan; (6) Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasan; (7) Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila
terjadi kesalahan konsep dan
memberikan kesimpulan.
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan
materi tersebut dengan konteks
kehidupan sehari-hari sehingga siswa
memiliki pengetahuan/keterampilan
yang secara fleksibel dapat diterapkan
dari satu permasalahan ke
permasalahan lainnya. (Aris Shoimin, 2014: 41). Elaine B.Johnson (dalam
Rusman, 2014:187) mengatakan:
“pembelajaran kontektual adalah
sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola– pola yang mewujudkan makna.” Elaine (dalam
Rusman, 2014:187) mengatakan:
“bahwa pembelajaran kontekstual
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 98
cocok dengan otak yang menghasilkan
makna dengan menghubungkan
muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari–hari siswa.” Howey R, Keneth (dalam Rusman 2014:189-190) mendefinisikan CTL sebagai berikut.
“Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student employ their academic understanding and abilities in a variety of in and out of school context to solve simulated or real world problems, both alone and with others.”
(CTL adalah pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya proses
belajar dimana siswa menggunakan
pemahaman dan kemampuan
akademiknya dalam berbagai konteks
dalam dan luar sekolah untuk
memecahkan masalah yang bersifat
simulative ataupun nyata, baik
sendiri-sendiri maupun
bersama-sama).
Dari pendapat–pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pembelajaran CTL adalah
pembelajaran yang mengkaitkan materi belajar dengan kondisi kehidupan nyata. Pada intinya penilaian pada pembelajaran ini dilakukan mulai dari siswa mencari permasalahan sampai
siswa dapat menemukan penyelesaian dari permasalahan tersebut.
Sedangkan langkah-langkah
pembelajaran model CTL menurut Aris Shoimin (2014:43-44) adalah:
(1) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan pokok materi yang akan dipelajari; (2) Guru menjelaskan tentang pembagian kelompok dan cara belajar; (3) Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalah
an yang diajukan guru. Guru
berkeliling untuk memandu proses penyelesaian masalah; (4)Siswa wakil
kelompok mempresentasikan hasil
penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru; (5) Kelompok lain menanggapi hasil
presentasi dari kelompok yang
bertugas; (6) Guru mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang tepat; (7) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan
dan pesan selama mengikuti
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 99
Minat Belajar
Minat merupakan salah satu faktor
yang kuat dalam menentukan
keberhasilan seseorang. Oleh karena itu agar berhasil dalam setiap usaha, seseorang harus memupuk minat terhadap apa yang diinginkan. Didasari minat yang tinggi, seseorang akan berusaha untuk memperolehhasil yang
memuaskan. Minat merupakan
keadaan dimana seseorang melihat
tanda-tanda akan situasi yang
dihubungkan dengan
keinginan-keinginannya sendiri. Besar kecilnya
minat akan mempengaruhi
keberhasilan bagi setiap siswa. Jika seseorang berminat untuk mempelajari suatu pelajaran atau suatu hal maka akan berhasil dengan baik. Ada beberapa pendapat tentang difinisi
minat. Menurut (Syaiful Bahri,
2011:166) minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Minat menurut Slameto (dalam Syaiful
Bahri, 2011:191) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa minat adalah keinginan yang relatif menetap untuk memperhatikan dan mengenang suatu ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
METODE PENELITIAN Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK PGRI 4 Ngawi tahun pelajaran 2015 – 2016. Pengambilan sampel dipilih secara acak, yaitu kelas X Akuntansi 1
sebagai kelas eksperimen yang
pertama, kelas X Akuntansi II sebagai kelas eksperimen yang kedua.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan factorial 2 x 3 yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1.1 Desain Faktorial Penelitian
Minat belajar siswa (b)
tinggi (b1) sedang (b2) rendah
(b3)
model pembelajaran (a) GI (a1) (a1b1) (a1b2) (a1b3)
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 100
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil skor kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika pada kompetensi dasar “menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis,
dan bidang dalam ruang dimensi dua.” Metode Angket
Metode angket digunakan untuk mengetahui data tentang minat belajar
siswa. Dalam menentukan skor angket setiap alternatif jawaban mempunyai skor yang berbeda. Pemberian untuk
tiap–tiap alternatif jawaban
disesuaikan dengan kriteria item.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat Anava telah terpenuhi maka dilakukan Uji Anava Dua Jalan dengan Sel Tidak Sama. Hasilnya disajikan dalam Tabel 1.2 berikut.
Tabel1.2 : Rangkuman Hasil Anava Dua Jalan
Sumber Variansi JK Dk RK Fobs Fα P Pembelajaran (A) 9671.8513 1 9671.851312 1466.2473 4.00 < 0.05 Motivasi (B) 5798.1058 2 2899.052883 439.49481 3.15 < 0.05 Interaksi (AB) -5788.713 2 -2894.35657 -438.7828 3.15 > 0.05 Galat 362.79816 55 6.596330182
Total 60
Dari Tabel 1.2 diatas dapat
disimpulkan:
1. Karena Fa = 1466.2473 > Ftabel =
4.00 maka H0A ditolak atau ada
perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikatnya atau dengan kata
lain pendekatan pembelajaran
berpengaruh terhadap prestasi
belajar matematika siswa.
2. Karena Fb =439.49481 > Ftabel =
3.15 maka H0B ditolak atau ada
perbedaan efek antar kolom
terhadap variabel terikatnya atau dengan kata lain terdapat pengaruh
minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa. 3. Karena Fab = -438.7828 < Ftabel
=3,15
maka H0AB diterima atau tidak ada
interaksi antara efek baris dan efek kolom terhadap variabel terikatnya
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 101
dengan kata lain perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
diberikan pembelajaran dengan
model belajar Group Investigation
(GI) dan pembelajaran dengan
model belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) berlaku sama pada masing-masing minat belajar dan perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan minat tinggi,
sedang, dan rendah berlaku sama
(konsisten) untuk tiap-tiap
pembelajaran. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda merupakan uji lanjut pasca Anava. Dari kesimpulan atau hasil penelitian maka perlu dilakukan komparasi ganda atau uji lanjut pasca anava. Perhatikan tabel Scheffe untuk Anava Dua Jalan.
Tabel1.3 : Uji Scheffe Untuk Anava Dua Jalan
H0 F 2.F(0.05,2,55) P
µ1 = µ2 6,7596 (2)(3.15) = 6.3 > 0.05
µ2 = µ3 0,008693319 (2)(3.15) = 6.3 < 0.05
µ1 = µ3 0,010742515 (2)(3.15) = 6.3 < 0.05
1. Untuk komparasi µ1 = µ2 ditolak
artinya ada perbedaan signifikan antara prestasi belajar matematika yang mempunyai minat tinggi dengan sedang.
2. Untuk komparasi µ2 = µ3 diterima
artinya tidak ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang
memiliki minat sedang dan rendah. 3. Untuk komparasi µ1 = µ3 diterima
artinya tidak ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang
memiliki minat tinggi dan rendah. PEMBAHASAN
Hipotesis Pertama
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran GI dan model pembelajaran CTL berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Dengan melihat rerata masing-masing sel, diperoleh bahwa siswa-siswa yang
diajar menggunakan model belajarCTL
lebih baik prestasi belajarnya
dibandingkan dengan siswa-siswa yang diajar dengan menggunakan model belajar GI.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 102
Terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika ditinjau dari
motivasi berprestasi siswa. Dengan melihat tabel Scheffe pada Uji pasca
Anava bahwa Prestasi belajar
matematika dengan minat belajar tinggi
lebih baik dibandingkan dengan
prestasi belajar matematika dengan
minat sedang, prestasi belajar
matematika siswa dengan minat
sedang sama baiknya dengan siswa yang memiliki minat rendah, dan prestasi belajar matematika siswa dengan minat tinggi sama baiknya dengan siswa yang mempunyai minat
rendah. Ini mungkin disebabkan
beberapa faktor :
a. pada saat pelaksanaan tes kurang disiplin yaitu waktu pelaksanaan tes kurang efektif serta suasana kelas dan lingkungan kelas juga kurang mendukung, karena saat pelaksanaan tes kelas lain sedang
gaduh sehingga peserta tes
konsentrasinya terganggu.
b. Saat pengisian angket minat
belajar mungkin beberapa siswa mengisi angket tersebut asal-asalan dan menganggap angket tersebut hal yang sepele.
Hipotesis Ketiga
Tidak terjadi interaksi antara model
pembelajaran dan minat belajar
terhadap prestasi belajar matematika:
a. Siswa yang dikenai model
pembelajaran CTL memiliki minat belajar yang sama. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat belajar tinggi, sedang, dan rendah.
b. Pada model pembelajaran CTL
siswa yang memiliki minat belajar tinggi, sedang, dan rendah memiliki prestasi belajar yang sama. Begitu pula pada model pembelajaran GI prestasi belajar siswa tidak ada perbedaan pada tiap tingkatan minat belajar.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Prestasi belajar matematika siswa yang diberikan dengan model pembelajaran CTL lebih baik dari pada siswa yang diberikan model pembelajaran GI.
2. Prestasi belajar matematika dengan minat belajar tinggi lebih baik
dibandingkan dengan prestasi
belajar matematika dengan minat belajar sedang, prestasi belajar
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 103
matematika siswa denganminat
belajar sedang sama baiknya
dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah, dan prestasi belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi sama baiknya dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika:
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. . 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Bahri, Syaiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian Edisi ke-2. Surakarta: UNS Press
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran (mengembangkan
profesionalismeguru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Grasindo.