PERBEDAAN PENGARUH PEMULIHAN AKTIF, PEMULIHAN PASIF DAN PEMULIHAN DENGAN PEMBERIAN MINUMAN ISOTONIK
TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT PADA LARI SPRINT 100 METER MAHASISWA IKOR 2014
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Pahlawan Nasution, NIM: 6133210034
(Pembimbing: Fajar Apollo Sinaga) ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemulihan aktif, pemulihan pasif dan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang pengaruh pemulihan aktif, pemulihan pasif dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pemulihan aktif, pemulihan pasif dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat.
Penelitian ini dilakukan di Stadion Universitas Negeri Medan mulai pada bulan Desember 2016 sampai April 2017, dengan metode eksperimen, dengan pengambilan data pre test dan post test. Sampel penelitian berjumlah 15 orang yaitu mahasiswa Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar asam laktat sebelum pemulihan aktif (joging) sebesar 15,40 dan setelah pemulihan aktif (joging) sebesar 11,48. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,005 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemulihan aktif (joging) dan setelah pemulihan aktif (joging). Pada kelompok pemulihan pasif diperoleh rata-rata pre tes sebesar 16,62 dan pos tes sebesar 13,66. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,028 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang betermakna kadar asam laktat sebelum pemulihan pasif dan setelah pemulihan pasif. Pada kelompok pemberian minuman isotonik diperoleh rata-rata pre tes sebesar 16,24 dan post tes sebesar 13,04. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,002 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemulihan dengan pemberian minuman isotonik dan setelah pemulihan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik. Hasil uji ANAVA diperoleh nilai Fhitung sebesar 6,950 dengan p = 0,010. Karena nilai p < 0,05 berarti dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 yang diberi pemulihan aktif, pemulihan pasif, dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik.
Kata kunci : Kadar Asam Laktat, Pemulihan Aktif (Joging), Pemulihan Pasif, Pemulihan Dengan Minuman Isotonik
PENDAHULUAN
Saat ini olahraga dinegara kita sangat menjamur. Bukan hanya di kota yang tersedia sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi di pelosok pedesaan juga banyak orang melakukan olahraga. Mereka melakukan aktifitas olahraga bukan hanya melakukan olahraga yang popular seperti olahraga permainan, tetapi juga olahraga yang bersifat individu. Dipelosok desa pasti memiliki lapangan yang di sediakan untuk tempat orang beraktifitas fisik, seperti lapangan sepak bola, bola volley, basket, tenis, maupun tempat lari sprint. Olahraga tersebut sering menjadi pertandingan yang sangat digemari baik itu di desa , di kota, bahkan di dunia sekalipun olahraga sangat banyak yang melakukannya. Olahraga bukan hanya dilakukan para orang dewasa pria saja, tetapi juga dilakukan oleh para anak-anak sekolah dan para ibu-ibu. Tujuan mereka berolahraga pada umumnya adalah untuk menjaga kebugaran jasmani, terapi kesehatan, terapi cedera dan yang terkhususnya adalah untuk meningkatkan prestasi di masing-masing bidang cabang olahraga yang digemarinya.
Sprint merupakan salah satu cabang olahraga atletik dan pelarinya disebut dengan sprinter, lari sprint terbagi dalam lari jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter (Irwansyah, 2006). Dalam cabang olahraga ini kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial dan merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan seorang atlet. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono, 1998).
Dalam lari sprint, kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut lari kaki yang dilakukan secara
cepat. Menurut Irfan (2012), lari sprint memerlukan kecepatan yang membuat daya tahan tubuh cepat berkurang, karena kebutuhan oksigen tidak terpenuhi seluruhnya oleh tubuh, sehingga terjadi penumpukan asam laktat. Aktifitas fisik yang dilakukan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan peningkatan kadar asam laktat dalam darah maupun otot (Fox,1993). Asam Laktat merupakan produk akhir dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis.
Kadar laktat yang tinggi yang dapat timbul akibat beban kerja yang berat dapat memberikan efek yang merugikan (Jansen, 1989). Latihan-latihan intensif dengan kadar laktat yang tinggi dapat mengganggu kapasitas koordinasi. Pada otot yang asam pembentukan kembali fospat kreatin tertunda. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menghindari kadar laktat yang tinggi selama latihan sprint. Peningkatan kadar asam laktat, dapat mempengaruhi kemampuan kerja maksimal serabut otot, menurunkan kinerja fisik dan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kelelahan.
Kelelahan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan (akibat dari) melakukan kerja atau olahraga tertentu. Penurunan kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga ini disebabkan intensitas dan durasi kerja atau olahraga itu telah menyebabkan terjadinya gangguan homeostasis. Oleh karena itu kelelahan adalah citra subjektif dari adanya gangguan homeostasis, yang berdampak pada menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau penampilan seseorang dalam olahraga (kesehatan/prestasi). Oleh karena itu pula maka kelelahan perlu dicegah atau segera dipulihkan.
Untuk mengurangi kelelahan yang terjadi maka kadar asam laktat dalam darah maupun otot harus segera
dibersihkan sampai pada batas ambang normal. Kadar asam laktat akan mengalami penurunan apabila aktivitas fisik dihentikan dan pada saat pemulihan. Cara yang terpenting untuk mempercepat pembuangan asam laktat adalah meningkatkan aliran darah, meningkatkan cardiac output, meningkatkan transport laktat, sehingga cepat membentuk energi kembali . Proses pemulihan yang baik adalah apabila seseorang yang telah melakukan proses pemulihan tersebut tidak merasa lelah lagi akibat aktifitas fisik yang dilakukan sebelumnya dan siap melakukan aktifitas fisik selanjutnya (Bahri, 2011). Masa pemulihan adalah suatu proses yang kompleks yang bertujuan untuk mengembalikan energi tubuh, memperbaiki jaringan otot yang rusak setelah berolahraga, dan memulai suatu proses adaptasi tubuh terhadap olahraga.
Pemulihan kondisi fisik ada dua, yaitu pemulihan aktif dan pemulihan pasif. Pemulihan aktif adalah apabila setelah berolahraga, dilanjutkan dengan latihan pada kuantitas dan kualitas yang lebih ringan hingga kadar metabolit kembali kebatas normal (Bompa, 2009). Pemulihan pasif yaitu suatu pemulihan tanpa adanya aktifitas fisik, yaitu diam, istirahat total yaitu mengembalikan lagi kondisi fisik seseorang agar seperti semula, serta memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil pada otot (Arief, 2011). Pemulihan ini akan memberikan pengaruh terhadap asam laktat darah yang terbentuk sebagai hasil metabolisme anaerob.
Maka inilah salah satu teknik recovery yang bisa menurunkan kadar asam laktat antara lain yang dikemukakan oleh Bompa (dalam Basrinus dkk, 2007) adalah:
Recovery aktif adalah suatu metode pemulihan yang mengacu pada kecepatan menghilangkan kadar asam laktat. Aktivitas yang dilakukan secara
umum berupa latihan aerobic ringan. Intensitas latihan aerobic selama recovery aktif tidak lebih dari 60% dari denyut nadi maksimal. Aktivitas ringan akan menurunkan akumulasi asam laktad 62% dalam 10 menit pertama dan akan bertambah 26% pada 10-20 menit berikutnya.
Recovery pasif yaitu tidak melakukan latihan aktifitas fisik. Recovery pasif yaitu istirahat/diam tanpa melakukan akifitas apap-apa (sleep exercise). Jadi recovery pasif merupakan bentuk istirahat yang berarti atlet berdiam diri tanpa adanya aktifitas fisik apapun, seperti diam, istirahat total (duduk, terlentang, tiduran).
Pengaruh pemulihan pasif terhadap otot (kelelahan otot) adalah agar otot dapat pulih kembali seperti semula. Prinsip dari pemulihan pasif, yaitu hampir sama dengan pemulihan aktif, yaitu mengembalikan lagi kondisi fisik seseorang agar seperti semula. Menghilangkan kadar asam laktat,serta memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil pada otot (microtear).
Menurut Harsono (1998) pemulihan pasif adalah menghentikan segala aktivitas sesudah latihan seperti duduk atau tiduran dilapangan. pemulihan pasif adalah Cara fisiologis utama untuk memulihkan kapasitas kerja. Apabila sesudah latihan segera menghentikan segala aktivitas olahraga dan dengan melakukan metode pemulihan pasif penurunan akumulasi asam laktat hanya 50%. Teori dasar yang mengatakan bahwa aktivitas sederhana membantu sirkulasi darah, dalam hal ini mempercepat perpindahan asam laktat dari otot ke hati untuk selanjutnya diubah menjadi glukosa melalui siklus cori. Pemulihan dikatakan pasif apabila aktivitas/olahraga dihentikan segera tanpa melalui tahap untuk mengurangi baik kualitas dan kuantitas olahraga. Tahap pemulihan yang dilakukan
mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengeliminasi bahan meta-bolit, termasuk asam laktat. Selama tahap awal waktu pemulihan, sebagian besar laktat dioksidasi, mengembalikan pH darah ke tingkat dimana memungkinkan dilaksankannya glukoneogenesis.
Teori dasar yang mengatakan bahwa aktivitas sederhana membantu sirkulasi darah, dalam hal ini mempercepat perpindahan asam laktat dari otot ke hati untuk selanjutnya diubah menjadi glukosa melalui siklus cori. Tahap pemulihan yang dilakukan mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengeliminasi bahan meta-bolit, termasuk asam laktat. Selama tahap awal waktu pemulihan, sebagian besar laktat dioksidasi, mengembalikan pH darah ke tingkat dimana memungkinkan dilaksankannya glukoneogenesis.
Selain pemulihan aktif, saat ini minuman isotonik sering di komsumsi oleh atlet untuk mensuplai energi bagi aktifitas tubuh pada saat berolahraga. Mengandung karbohidrat, elektrolit, vitamin B, dan vitamin E. Fungsi karbohidrat dapat sebagai sumber energi, sementara vitamin B, bermanfaat dalam membantu mengatasi kelelahan karena vitamin tersebut dapat memperbaiki metabolism karbohidrat dan mengirangi penumpukan asam lakta pada otot yang mengalami kelelahan. Dilihat dari kandungan minuman isotonik sangat potensial di gunakan untuk mengurangi pembentukan asam laktat tetapi hal ini masih perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian perbedaan antara pemulihan aktif, pemulihan pasif, dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan asam laktat darah dan ingin mengetahui pemulihan manakah yang lebih baik dan cepat untuk penurunan kadar asam laktat pada darah manusia setelah melakukan lari sprint.
Minuman Isotonik
Minuman isotonik atau yang lebih dikenal juga dengan sports drink adalah minuman yang mengandung karbohidrat, mineral, dan elektrolit yang dimaksudkan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang melalui keringat selama berolahraga/beraktivitas. Minuman isotonik telah dikembangkan sejak tahun 1960-an di Amerika dan diketahui dapat meningkatkan performa tubuh dan mencegah dehidrasi. Minuman ini telah dikonsumsi secara luas oleh banyak atlet karena dapat menstimulasi absorpsi cairan secara cepat, menyuplai karbohidrat dan nutrisi, meningkatkan rehidrasi, mengurangi stress fisiologik dan mempercepat pemulihan setelah berolahraga. Minuman isotonik merupakan cairan yang konsentrasinya sama dengan cairan tubuh sehingga disebut isotonik. Hal ini menyebabkan minuman ini dapat cepat diserap oleh tubuh.
Aktivitas fisik
Pengertian bergerak atau aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga atau energi. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang dan ditujukan untuk kebugaran jasmani (Karim, 2002).
Aktifitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktifitas otot – otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Setiap orang melakukan aktifitas fisik antara individu satu dengan yang lain tergantung gaya hidup perorangan dan faktor lainnya. Aktifitas fisik terdiri dari aktifitas selama bekerja, tidur, dan pada waktu senggang. Latihan fisik yang terencana, terstruktur, dilakukan berulang-ulang termasuk olahraga fisik merupakan bagian dari aktifitas fisik. Aktifitas fisik sedang yang dilakukan secara terus menerus dapat
mencegah resiko terjadinya penyakit tidak menular seperti penyakit pembuluh darah, diabetes, kanker dan lainnya. Lari Sprint 100 Meter
Dalam bukunya Yoyo Bahagia (2000) menyatakan bahwa lari adalah gerakan tubuh dimana kedua kaki ada saat melayang di udara (kedua telapak kaki lepas dari tanah) yang mana lari diartikan berbeda dengan jalan yang selalu kontak dengan tanah. Lari adalah frekuensi langkah yang dipercepat sehingga pada waktu berlari ada kecenderungan badan melayang. Artinya pada waktu lari kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang-kurangnya satu kaki tetap menyentuh tanah.
Lari didefinisikan sebagai gerakan tubuh (gait) dimana pada suatu saat semua kaki tidak menginjak tanah. Jadi lari merupakan gerakan tubuh dimana pada suatu saat semua kaki tidak menginjak tanah (ada saat melayang di udara) berbeda dengan jalan yang salah satu kaki harus tetap ada yang kontak dengan tanah.
b.Macam-Macam Lari
Lari berdasarkan jaraknya dibedakan menjadi lari pendek (sprint), jarak menengah dan jarak jauh. Menurut Yoyo Bahagia ( 2000) lari jarak pendek (sprint) yaitu lari menempuh jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter. Lari jarak menengah menempuh jarak 800 meter dan 1500 meter. Start yang digunakan untuk lari jarak menengah nomor 800 adalah start jongkok. Sedangkan untuk jarak 1500 M menggunakan start berdiri. (Egi Johan, 2010). Pada lari 800 M masing-masing pelari berlari di lintasannya sendiri, setelah melewati satu tikungan pertama barulah pelari itu boleh masuk ke dalam lintasan terdalam, tanpa melakukan hal-hal yang melanggar peraturan seperti menyikut, menghalangi pelari lain dengan senjata atau menyentuh pelari
lain. Lari jarak jauh yang disebut juga long distance menempuh jarak 3000 meter, 5000 meter dan marathon 42,195 km. Ketahanan fisik dan mental merupakan keharusan bagi pelari jarak jauh. Ayunan lengan dan gerakan kaki dilakukan seringan-ringannya. Makin jauh jarak lari yang ditempuh makin rendah lutut diangkat dan langkah juga semakin kecil.
METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diuraikan sebelumnya, bahwa penelitian yang dilakukan bermaksud untuk menemukan informasi tentang perbedaan pengaruh Pemulihan aktif, pemulihan pasif dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap kadar Asam Laktat pada Lari Sprint 100 meter. Maka penulis menggunakan metode yang dianggap sesuai dengan permasalahan yang hendak diteliti yaitu menggunakan metode eksperimen.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan Pre Test – Post Test Group Design.
Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pre-test adalah data mentah yang selanjutnya diolah dengan menggunkan prosedur statistik untuk membuktikan apakah hipotesisi yang telah diujikan dalam penelitian ini dapat diterima atau ditolak. Data yang telah dikumpulkan dari pre-test dan post-test dianalisis dengan menggunkan statistic uji-ANOVA α = 0,05 dengan uji homogenitas dan uji normalitas dengan menggunakan SPSS (2014).
1. Uji homogenitas 2. Uji normalitas
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Data-data yang diperlukan untuk analisis data dilakukan melalui test dan pengukuran jumlah kadar asam laktat terhadap 15 orang sampel penelitian, yakni para mahasiswa Ilmu Keolahragaan Stambuk 2014 Universitas Negeri Medan. Penelitian tersebut dapat dilaksanakan selama 1 (satu) hari tanggal 26 April 2017.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dilihat rata-rata kadar asam laktat sebelum dan sesudah dilakukan pemulihan aktif (joging), pasif dan pemberian minuman isotonik dengan hasil sebagai berikut.
Data jumlah asam laktat yang didapat dari hasil penelitian yaitu : 1. Kelompok Pemulihan Aktif
(Joging)
Hasil pemeriksaan kadar asam laktat pelari sprint 100 meter pada saat pre test menunjukkan nilai rata-rata kadar asam laktat sebesar 15,50 dan standar deviasi sebesar 1,93. Setelah dilakukan pemulihan aktif (joging) pada pelari sprint 100 meter terjadi penurunan kadar asam laktat pada saat post test dengan rata-rata sebesar 11,48 dan standar deviasi sebesar 0,57.
2. Kelompok Pemulihan Pasif
Pada kelompok pemulihan pasif, hasil pemeriksaan kadar asam laktat pelari sprint 100 meter pada saat pre test diperoleh rata-rata sebesar 16,62 dan standar deviasi sebesar 1,41. Setelah dilakukan pemulihan pasif pada pelari sprint 100 meter terjadi penurunan kadar asam laktat dengan rata-rata sebesar 13,66 dan standar deviasi sebesar 1,15.
3. Kelompok Pemulihan dengan Pemberian Minuman Isotonik Pada kelompok pemulihan dengan pemberian minuman isotonik, hasil pemeriksaan kadar asam laktat pelari sprint 100 meter pada saat pre test diperoleh rata-rata sebesar 16,24 dan standar deviasi sebesar 0,49. Setelah dilakukan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik pada pelari sprint 100 meter terjadi penurunan kadar asam laktat dengan rata-rata sebesar 13,04 dan standar deviasi sebesar 1,04.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Untuk dapat melakukan uji-t, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Diantaranya adalah bahwa sampel yang berdistribusi normal dan berasal dari populasi yang homogen. Pengujian terhadap normalitas sampel menggunakan SPSS dengan uji Shapiro-Wilk (Sopiyudin, edisi 6 : 2014) dapat dilihat pada tabel 4 (Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 3).
1. Hasil Uji Normalitas
Pengujian terhadap normalitas sampel mennggunakan uji Shapiro-Wilk SPSS dapat dilihat pada tabel 4.2 (Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 2).
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Kelompok Pemulihan Hasil Sig. (Shaphiro Wilk) Keteran gan Joging Pre test 0,279 Normal
Post test 0,700 Normal
Pasif Pre test 0,590 Normal
Post test 0,359 Normal
Isotonik Pre test 0,815 Normal
Post test 0,933 Normal
Ket : Nilai (P) probabilitas adalah hasil dari Sig. dari kolom Shapiro-Wilk
Pada tabel 4.2 adalah uji normalitas (Test of Normality) uji Shapiro-Wilk dapat dilihat nilai significancy untuk masing-masing kelompok pemulihan semuanya > 0,05 , karena nilai probabilitas (P) lebih besar dari 0,05 (P > 0,05) maka data kedua kelompok berdistribusi “Normal”.
2. Uji Homogenitas
Pengujian terhadap homogenitas sampel menggunakan SPSS dengan uji One Way ANOVA (Significancy Test Homogenity of Variances), jika menunjukkan (p > 0,05) maka data mempunyai varian yang sama atau “Homogen”. (Sopiyudin, 2014) dapat dilihat pada tabel 4.3 (Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 3).
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas
Data Statistik Levene Sig. Kesimpulan Pre tes 1,643 0,234 Homogen Post tes 2,517 0,122 Homogen
Interpretasi Hasil :
Pada tabel 4.3 dapat dilihat Significancy Test Homogenity of
Variances menunjukkan angka
probabilitas (p > 0,05), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua kelompok mempunyai varian yang sama atau “Homogen”.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan teknik analisa uji-t berpasangan dan uji-t tidak berpasangan (uji t independent sample t-test) menggunakan SPSS dengan taraf signifikan p = 0,05. Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Hasil uji-t berpasangan data pemulihan aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh rata-rata sebelum pemulihan aktif (joging) sebesar 15,40 dan setelah pemulihan aktif (joging) sebesar 11,48. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,005 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa
ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemulihan aktif (joging) dan setelah pemulihan aktif (joging). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pemulihan aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter.
Berdasarkan data pemulihan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh rata-rata sebelum pemulihan pasif sebesar 16,62 dan setelah pemulihan pasif sebesar 13,66. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,028 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemulihan pasif dan setelah pemulihan pasif. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pemulihan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter.
Berdasarkan data pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh rata-rata sebelum pemulihan dengan pemberian minuman isotonik sebesar 16,24 dan setelah pemulihan dengan pemberian minuman isotonik sebesar 13,04. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,002 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemulihan dengan pemberian minuman isotonik dan setelah pemulihan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter.
Pengujian hipotesis untuk hasil pre test kadar asam laktat sebelum pemulihan aktif dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik digunakan uji ANAVA satu jalur untuk mengetahui perbedaan kadar asam laktat (pre test) antara kelompok kontrol pemulihan aktif,
pasif dan pemberian minuman isotonik. Hasil uji hipotesis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Perbedaan Pre tes Kadar Asam Laktat Pada Lari Sprint 100 Meter
Kelompok Fhitung Nilai
p Keterangan Post test Joging 0,980 0,403 Signifikan Pasif Isotonik
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari hasil ANAVA satu jalur diperoleh rata-rata kadar asam laktat sebelum pemulihan aktif, pasif dan pemberian minuman isotonic (pre tes) pada kelompok Joging sebesar 15,40, pada kelompok Pasif sebesar 16,62 dan pada kelompok yang diberi minuman Isotonik sebesar 16,24. Hasil uji ANAVA diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,980 dengan p = 0,403. Karena nilai p > 0,05 berarti dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 pada kelompok pemulihan aktif, pasir, dan pemberian minuman isotonik.
Selanjutnya Pengujian hipotesis untuk hasil post test penurunan kadar asam laktat setelah pemulihan aktif dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik digunakan uji ANAVA satu jalur untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar asam laktat (post test) antara kelompok kontrol pemulihan aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik. Hasil uji hipotesis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Perbedaan Pengaruh Pemulihan Aktif, Pasif dan Pemberian Minuman Istonik terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat Pada Lari Sprint 100 Meter
Kelompok Fhitung Nilai p Keterang an
Post test Joging
6,950 0,010 Signifikan Pasif
Isotonik
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari hasil ANAVA satu jalur diperoleh rata-rata penurunan kadar asam laktat setelah pemulihan aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik (post tes)pada kelompok Joging sebesar 11,48, pada kelompok Pasif sebesar 13,66 dan pada kelompok yang diberi minuman Isotonik sebesar 13,04. Hasil uji ANAVA diperoleh nilai Fhitung sebesar 6,950 dengan p = 0,010. Karena nilai p < 0,05berarti dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 yang diberi pemulihan aktif, pasir, dan pemberian minuman isotonik. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemulihan aktif, pasif dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonic terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 Universitas Negeri Medan.
Jika dilihat dari besar rata-rata penurunan kadar asam laktat, diketahui bahwa pemulihan aktif (joging) selama 20 menit merupakan pemulihan yang lebih baik untuk menurunkan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, dibandingkan dengan cara pemulihan pasif dan pemberian minuman isotonik.
Dengan terujinya secara signifikan perbedaan antara penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter
mahasiswa IKOR 2014 yang diberi pemulihan aktif, pasir, dan pemberian minuman isotonik, maka dilakukan uji lanjut. Sehubung dengan jumlah sampel (n) pada setiap kelompok sama, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Tukey. Hasil perhitungan uji lanjut untuk setiap kelompok yang dibandingkan disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.7 : Rangkuman Uji Tukey No Kelompok Perbedaan Rata-rata Nilai p Keterangan
1 Joging dengan Pasif 2,18 0,009 Signifikan 2 Joging dengan Isotonik 1,52 0,057 Tidak Signifikan 3 Pasif dengan Isotonik 0,62 0,574 Tidak Signifikan
Berdasarkan hasil uji coba dengan uji Tukey di atas maka dapat disimpulkan bahwa dari tiga pengujian maka terdapat satu pengujian yang menunjukkan hasil yang signifikan yaitu perbedaan penurunan kadar asam laktat antara pemulihan aktif (joging) dengan pemulihan pasif dengan nilai p = 0,009 atau p < 0,05. Sedangkan perbedaan penurunan kadar asam laktat antara pemulihan aktif (joging) dengan pemberian minuman isotonik menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan p = 0,057 (p>0,05). Begitu juga pengujian antara perbedaan penurunan kadar asam laktat antara pemulihan pasif dengan pemberian minuman isotonik menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan p = 0,574 (p>0,05).
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengemukakan alasan-alasan logis dan empirik dari analisis statistik data-data hasil penelitian dan diharapkan hasil dari pembahasan ini akan lebih memperjelas dan membantu dalam
menjawab hipotesis yang diajukan dan dapat membantu menarik kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji-t berpasangan data pemulihan aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh rata-rata sebelum pemulihan aktif (joging) sebesar 15,40 dan setelah pemulihan aktif (joging) sebesar 11,48. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,005 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemulihan aktif (joging) dan setelah pemulihan aktif (joging). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pemulihan aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter.
Berdasarkan data pemulihan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh rata-rata sebelum pemulihan pasif sebesar 16,62 dan setelah pemulihan pasif sebesar 13,66. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,028 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemulihan pasif dan setelah pemulihan pasif. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pemulihan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter.
Berdasarkan data pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh rata-rata sebelum pemulihan dengan pemberian minuman isotonik sebesar 16,24 dan setelah pemulihan dengan pemberian minuman isotonik sebesar 13,04. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,002 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemulihan dengan pemberian minuman isotonik dan setelah pemulihan pemulihan dengan pemberian minuman
isotonik. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter.
ANAVA satu jalur diperoleh rata-rata penurunan kadar asam laktat setelah pemulihan aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik (post tes) pada kelompok Joging sebesar 11,48, pada kelompok Pasif sebesar 13,66 dan pada kelompok yang diberi minuman Isotonik sebesar 13,04. Hasil uji ANAVA diperoleh nilai F anova sebesar 6,950 dengan p = 0,010. Karena nilai p < 0,05 berarti dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 yang diberi pemulihan aktif, pasif, dan pemberian minuman isotonik. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemulihan aktif, pasif dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 Universitas Negeri Medan.
Jika dilihat dari besar rata-rata penurunan kadar asam laktat, diketahui bahwa pemulihan aktif (joging) selama 20 menit merupakan pemulihan yang lebih baik untuk menurunkan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, dibandingkan dengan cara pemulihan pasif dan pemberian minuman isotonik. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan kadar laktat darah pada pemulihan aktif. Hasil ini sesuai dengan teori dasar yang mengatakan bahwa aktivitas sederhana membantu sirkulasi darah, dalam hal ini mempercepat perpindahan asam laktat dari otot ke hati untuk selanjutnya diubah menjadi glukosa melalui siklus cori. Pemulihan dengan intensitas rendah secara signifikan mengurangi akumulasi asam
laktat dan meningkatkan pemulihan otot. Selain itu joging juga merupakan cara pemulihan untuk meningkatkan konsumsi O2. Keadaan ini berlangsung sampai dicapai jumlah ATP yang cukup untuk kontraksi lagi, dan sisa metabolit kembali berada pada tingkat yang normal.
Berdasarkan hasil uji coba dengan uji Tukey di atas maka dapat disimpulkan bahwa dari tiga pengujian maka terdapat satu pengujian yang menunjukkan hasil yang signifikan yaitu perbedaan penurunan kadar asam laktat antara pemulihan aktif (joging) dengan pemulihan pasif dengan nilai p = 0,009 atau p < 0,05. Sedangkan perbedaan penurunan kadar asam laktat antara pemulihan aktif (joging) dengan pemberian minuman isotonik menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan p = 0,057 (p>0,05). Begitu juga pengujian antara perbedaan penurunan kadar asam laktat antara pemulihan pasif dengan pemberian minuman isotonik menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan p = 0,574
Rata-rata penurunan kadar laktat darah pada kelompok pemulihan aktif meningkat selama 20 menit tahap pemulihan, yaitu dari 1,12 mmol/L menjadi 1,22 mmol/L, atau terjadi peningkatan kecepatan penurunan kadar laktat darah sebesar 0,05 mmol/L per menit. Peningkatan penurunan kadar laktat darah dapat terjadi karena pemulihan aktif setelah olahraga meningkatkan transpor laktat ke hati untuk selanjutnya dijadikan glukosa kembali, yang membuat unsur ini tersedia lagi lewat sirkulasi untuk oksidasi di jaringan, termasuk otot. Pemulihan aktif meningkatkan aktivitas Ca2+ ATPase disebabkan karena terjadi peningkatan ambilan Ca2+ yang signifikan yang selanjutnya membebaskan inhibisi yang sebelumnya telah ada sehingga enzim yang inaktif menjadi aktif. Peningkatan ambilan Ca2+ memiliki beberapa
konsekuensi, salah satunya adalah, peningkatan ambilan Ca2+ dapat memulihkan gangguan yang ditimbulkan selama latihan dan meningkatkan pemulihan otot.
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian hipotesis dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh yang signifikan
pemulihan aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, dengan nilai significancy 0,005 (p < 0,05).
2. Ada pengaruh yang signifikan pemulihan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, dengan nilai significancy 0,028 (p < 0,05)
3. Ada pengaruh yang signifikan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, dengan nilai significancy 0,002 (p < 0,05)
4. Dilihat dari rata-rata penurunan kadar asam laktat, diketahui bahwa pemulihan aktif (joging) selama 20 menit merupakan pemulihan yang lebih baik untuk menurunkan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, dibandingkan dengan cara pemulihan pasif dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik. Terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemulihan aktif, pemulihan pasif dan pemulihan dengan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 Universitas Negeri Medan, dengan nilai F anova sebesar 6,950 dan nilai significancy 0,010 (p < 0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Agung B. (2011), “Hubungan Minuman Isotonik Dengan Konsumsi Oksigen Maksimal Pada Mahasiswa jpok unlam. Banjarmasin. FIK Universitas Lambung Magkurat.
Afriwardi. (2008), Pengaruh pemulihan aktif dan pemulihan pasif terhadap lamanya perubahan kadar laktat darah pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Andalas.
Anonim. (2011), Minuman Olahraga, Isotonik Dan Energi.
Arief. (2011), Pengaruh recovery aktif dan recovery pasif terhadap penurunan kadar CK(enzyme creatine kinase) pada Cabang AtletikNomor Lari Jarak Jauh DKI Jakarta.
Bahri. (2011), “Analisis Sistem Energi pada Lari 100 Meter/ Sprint”.
Bahagia Y. (2010), Media Dan Pembelajaran Penjas : Modul Aplikasi Statistik Dalam Penjas, Bandung.
Bompa T.O. (2009), Teori And Metedology Of Training : Kendall Hunt Publising Company
Depdikbud. (1996), Ketahuilaah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda, Jakarta; P.T Radar Jya Offset Jakarta.
Fox E.B. (1993), The Fisiological Basis Of Physical Educaion And Athletics : Philadelpia Saunder Collage
Harsono M.Sc. (1998), Coaching dan Aspek-aspek Psikologi Dalam Coaching, Jakarta ; C.V Tambak Kusuma.
Hendersin J. (2001), Cara Terbaik Olahraga Lari, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Ganong W.F. (2008), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Irwanyah. (2006), Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan. Jakarta PT Grafindo Media Pratama
Jansen G.J.M.P. (1989), Latihan Laktat Denyut Nadi ( Training Lactate Pulse Rate), Jakarta ; P.T Pustaka Utama Grafiti.
Josef Nossek. (1982), Teori Umum Latihan, Jakarta ; P.T Radar Jya Offset Jakarta.
Karim F. (2002), Panduan kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan.
Maksum A. (2007), Metedologi Penelitian, Surabaya ; Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya.
Muhammad H. (2014), Pengaruh Pemasaran Event Terhadap Citra Merek Minuman Isotonik Mizone, Surabaya Vol.2. No. 3.
Morgan W. L. (1993), Mengobati Cedera Olahraga secara Alami, Jakarta ; P.T Radar Jya Offset Jakarta.
Rahmani M. (2014), Buku Super Lengkap Olahraga, Jakarta Timur ; Dunia Cerdas Jln, Raya Munjul No.1 Cipayung.
Rinal K. (2014), Pengaruh Pemberian Minuman Isotinik Terhadap Waktu
Pemulihan Pada Atlet; Scientia Vol. 4. No.2 Universitas Negeri Padang.
Roades R.A.T. (2003), Medical Physiology: Edotion Philadelpina Lippincot Williams & Wilkins. Sopiyudin D. (2014), Statistik untuk
Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat
Sugiyono. (2013), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D Edisi-19, Bandung; C.V Alfabeta Jln, Gegerkalong Hilir No. 81 Bandung.
Paulus L.P. Latihan Kondisi Fisik, Jakarta ; Komisi Pendidikan Dan Penataran Koni Pusat.
Prayogi G. (2014), Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat. UPI.
Purnomo E. (2007), Dasar-dasar GerakAtletik : Alfemedia , Jakarta. Tasmaya Y. (1984), Olahraga Lari Berprestasi, Jakarta ; PT. Prandya Pramita.
Wiarto G. (2013), Fisiologi dan Olahraga Edisi 1, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Williams S.R. (2003), Essentials Of Nutrition And Diet Therapy : St. Louis Mosby.