• Tidak ada hasil yang ditemukan

VENTRIKEL TAKIKARDI CHARLES BORU B1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VENTRIKEL TAKIKARDI CHARLES BORU B1"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

VENTRIKEL TAKIKARDI

CHARLES BORU

102008016

(2)

KASUS 1

• Pasien Ny A 60 tahun datang dibawa oleh

keluarganya karena tak sadarkan diri, menurut

keluarga pasien 2 tahun yang lalu pernah

mengalami serangan jantung dan mempunyai

riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang lalu,

dan DM sejak 10 tahun yang lalu. Kesadaran :

sopor-koma, TD 60/palpasi, nadi=teraba

lemah. Pada pemeriksaan EKG pasien :

torsades de pointes

(3)

ANAMNESIS

• Identitas pasien

• Keluhan utama pasien

• Perjalanan penyakit yang dialami kini sehingga

membawa pasien datang berobat

• Riwayat penyakit terdahulu

• Menanyakan apakah pasien mengkonsumsi

obat-obatan tertentu

(4)

PEMERIKSAAN FISIK

TTV

• Keadaan kesadaran pasien : sopor-koma.

• Tekanan darah : biasa sistolik menurun di bawah 90 mmHg atau 30 mmHg dibawah tekanan darah basal.

• Denyut nadi : takikardia

• Pernapasan : meningkat ( akibat kongesti paru).

• Tanda penurunan perfusi : kehilangan kesadaran, pucat dan berkeringat.

• Tanda gagal jantung kongestif : hipotensi, hipoksemia, distensi vena jugularis, ronki. Terkadang dapat ditemukan suara gallop, ada disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.

• Pada gagal jantung kanan : peningkatan JVP, pembesaran hati, pulsasi di liver akibat asites, adanya odem perifer.

(5)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 LAB :

• Elektrolit darah : serum kalsium, kalium, magnesium

• Uji toksisitas obat

• Tes Gula Darah

• Serum troponin (nilai miokard infark)

 Radiologi:

• Echocardiografi dan angiografi koroner

• Rongten thorax ( nilai kongesti paru dan kardiomegali)

 EKG: penting untuk diagnosis VT

(6)

WD

• Ventrikel takikardi adalah: terdapat tiga atau

lebih prematur ventricular contraction (PVC)

atau ventricular extrasystoles (VES) dgn laju

lebih dari 120x/menit.

• Pada EKG ciri khas: kompleks QRS lebar (>0,12

detik)

(7)

Ventrikel Takikardi

Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit pasien yang dilakukan secara alloanamnesis, pemeriksaan fisik yang ditemukan dan gambaran EKG maka pasien didiagnosis menderita takikardia ventrikel.

Kompleks QRS sempit (<0,12) Kompleks QRS lebar (> 0,12)

Gambar 1. Algoritme diagnosis dengan tanda takikardia Takikardi a Takikardia ventrikel Takikardia supraventrikuler Preexcited takiaritmia Menilai kompleks QRS SVT Konduksi aberans Baseline QRS abnormal

Efek dari obat-obatan//elektrolit Ventikular pacing

(8)

Ventrikel Takikardi

• Durasi dan morfologi kompleks QRS. Semakin lebar

kompleks QRS, semakin besar kemungkinan VT ( lebih dari

0.16 detik/ 140 milidetik).

 Morfologi tergantung asal focus VT. Jika morfologi QRS

adalah RBBB (right bundle branch block) maka takikardi

adalah VT jika morfologi kompleks QRS adalah monomorfik

atau bifasik.

 Jika QRS adalah LBBB (left bundle branch block) maka akan

menguatkan diagnosis VT jika terdapat takik gelombang S

atau nadir S lambat (>70milidetik).

• Aksis kompleks QRS dimana jika berubah lebih 40 derajat

ke kiri atau ke kanan umumnya adalah VT.

• Disosiasi atrioventrikular (AV). Secara klinis dapat dikenali

dengan adanya variasi bunyi jantung satu dan variasi

tekanan darah sistolik

(9)

Ventrikel Takikardi

• Laju dan irama – berkisar antara 120-300 kali permenit dengan irama yang teratur atau hampir teratur (variasi antardenyut adalah <0,04 s). Jika takikardia disertai irama yang tidak teratur maka harus dipikirkan adanya AF dengan konduksi aberan atau preeksitasi.

• Fusion beats, terjadi apabila impuls dari nodus sinus dihantar ke ventrikel melalui nodus AV dan bergabung dengan impuls dari ventirikel. Maka, sebahagian ventrikel didepolarisasi dari nodus sinus dan sebagian dari ventrikel sehingga komplekas QRS berbentuk antara normal dan VT.

• Capture beats; impuls dari atrium dapat mendepolarisai ventrikel melalui sistem konduksi normal sehingga muncul kompleks QRS yang lebih awal dengan ukuran normal (sempit).

• Konfigurasi kompleks QRS, adanya concordance (kesesuaian) dari kompleks QRS pada sadapan dada sangat menyokong diagnosis VT.

(10)
(11)

Klasifikasi Ventrikel Takikardi

Secara umum VT dibagi menjadi:

• VT monomorfik : VT monomorfik memiliki kompleks QRS

yang sama pada tiap denyutan dan menandakan adanya

depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama.

Umumya disebabkan oleh adanya focus atau substrat

aritmia yang mudah dieliminasi dengan teknik ablasi

kateter.

• VT poloformik: VT polimorfik ditandai dengan adanya

kompleks QRS yang bervariasi dan menunjukkan adanya

urutan depolarisasi yang berubah dari beberapa tempat.

Biasanya VT ini berkaitan dengan jaringan parut (scar

tissue) akibat infark miokard (ischemic VT).

• Bila VT berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained

dan sebaliknya bila kurang dari 30 detik disebut non

(12)

Klasifikasi Ventrikel Takikardi

Berdasarkan etiologi VT dikelompokan mjd:

• VT Idiopatik (Idiopatik VT)

 VT Idiopatik Alur Keluar Ventrikel Kanan (RVOT

VT)

 VT Idiopatik Ventrikel Kiri

• VT pada Kardiomiopati Dilatasi Non iskemia

 Bundle Branch Reentrant VT

 Arrhythmogenic Right Ventricular Dysplasia

(ARVD)

(13)
(14)

GEJALA KLINIS

• Ketidaknyamanan dada

• Dyspnea

• Diaphoresis

• Palpitasi

• Nausea

• Kegelisahan

• Sinkop atau pre-sinkop

• Sianosis perifer

• Distensi vena jugularis

• Hipoksimia

• Perubahan status

mental

• Nafas pendek

• Pusing

• Lemah

• Ansietas

(15)

DD

1. Takikardia supraventrikel (SVT) dengan konduksi

aberan

• Pada keadaan SVT biasa maka konduksi dari

atrium ke ventrikel melalui jalur konduksinormal

sehingg kompleks QRS akan normal.

• Namun

secara

fisiologis

dapat

terjadi

hambatan/blok

pada

salah

satu

berkas

cabang(kiri atau kanan)karena adanya perbedaan

masa refrakter diantara keduanya.

• kedaan ini disebut konduksi aberans. Karena

adanya hambatan berkas cabang maka kompleks

QRS akan lebar seperti keadaan LBBB atau RBBB

biasa.

(16)

DD

2. Takikardia supraventrikel (SVT) dengan

konduksi melalui jaras tambahan

• Bila terdapat jaras tambahan yang melintas

jalur konduksi normal dari atrium ke ventrikel,

maka pada saat takikardi supraventrikel (SVT),

vebtrikel diaktivasi tidak melalui jalur konduksi

normal sehingga ventrikel mengalami aktivitas

dini(preeksitasi).

• Akibatnya kompleks QRS akan terlihat

melebar.

(17)

DD

3. Takikardia supraventrikel (SVT) pada keadaan

hambatan berkas cabang yang sudah ada

• Bila pada keadaan irama sinus sudah terdapat

gambaran hambatan berkas cabang maka saat

timbul SVT kompleks QRS akan terlihat lebar

seperti pad keadaan sinus. Oleh karena itu,

sangat penting untuk membandingkan EKG

sebelum dengan pada saat takikardia.

(18)

DD

4. Fibrilasi Ventrikel (VF)

• Fibrilasi

ventrikel

merupakan

keadaan

terminal dari aritmia ventrikel yang ditandai

oleh kompleks QRS, gelombang P, dan segmen

ST yang tidak beraturan dan sulit dikenali.

• VF merupakan penyebab utama kematian

mendadak.

(19)

DD

5. Torsades De Pointes

• Istilah TDP (dalam bahasa perancis berarti

berputar-putar mengelilingi satu titik) adalah suatu bentuk

takikardi ventrikel yang ditandai oleh beberapa

perubahan bentuk dan arah (aksis) komplek QRS dalam

satu beberapa denyutan (beat).

• Penyebab tersering TDP adalah adanya pemanjangan

interval QT akibat pengaruh obat-obatan antiaritmia

(misalnya amiodaron, sotalol, dan flekainid), dan

penyakit sindrom QT panjang (long QT syndrome),

bradikardia berat, dan sindrom Brugada.

• Tatalaksana TDP adalah pemberian magnesium sulfat,

pemasangan pacu jantung sementara (pada keadaan

bradikardia), dan obat penyerta beta.

(20)

ETIOLOGI

• VT karena Idiopatik

• VT karena Kardiomiopati Non Iskemia

• VT karena Iskemia

(21)

ETIOLOGI

Monomorfik ventrikel takikardia Polimorfik ventrikel takikardia Outflow tract VT Long QT syndrome

RVOT-VT Brugada syndrome

LVOT-VT Short couples torsades

Aortic cusp VT Short QT syndrome

Fascicular VT Cathecholaminergik polymorphic VT

LAF-VT Idiopathic VF LPF-VTSeptal-VT Adrenergik monomorfik VT Annular VTMitral annular Trikuspid annular

(22)

ETIOLOGI

Kategori Contoh

Antiaritmia Kuinidin, prokainamid, sotalol, amiodaron, dysopiramid, ibutlide

Antibiotic Eritromisin, klaritromisin, klindamisin, imidazole Antagonis reseptor histamine Terfenadine, astemizole

Antagonis reseptor serotonin Ketanserin

Inhibitor reseptor serotonin Zimeldine, sertindole

Diuretic Indapamide

Obat psikiatri TCA antidepresan, fenotiazin, haloperidol Antagonis kolinergik Cisapride, organofosfat

Obat inotropic Amrinone, milrimnone Racun Arsen, organofosfat

Kelainan metabolic Hipokalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia Bradiaritmia AV blok complete, sick sinus syndrome

Starvation Anoreksia nervosa, ileojejunal bypass, gastroplasty

(23)

EPIDEMIOLOGI

• Gangguan irama jantung yang sering menyebabkan

kematian mendadak adalah ventrikel fibrilasi yang

sering terjadi bersama ventrikel takikardi.

• Menyebabkan sekitar 300.000 kematian per tahunnya

di Amerika Serikat.

• Kelainan ini juga ditemukan sebanyak 0,06 – 0,08 % per

tahunnya pada populasi dewasa.

• Ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi merupakan

kelainan pertama yang paling sering terjadi akibat

sindrom koroner akut dan merupakan penyebab 50 %

kematian mendadak, yang biasanya terjadi 1 jam

setelah onset infark miokard.

(24)

PATOFISIOLOGI

• Automaticity terjadi karena adanya percepatan

aktivitas fase 4 dari potensial aksi jantung. Aritmia

ventrikel karena gangguan automaticity biasanya

tercetus pada keadaan infark miokrd akut, gangguan

elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa dan

tonus adrenergic yang tinggi

• Reentry merupakan mekanisme aritmia ventrikel

tersering dan biasanya disebabkan oleh kelainan kronis

seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dilatasi.

Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard

yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi

keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkui reentry.

(25)

PATOFISIOLOGI

• Triggered activity memiliki gambaran capuran dari kedua

mekanisme

diatas.

Mekanismenya

adalah

adanya

kebocoran ion positif ked lam sel sehingga terjadi lonjakan

potensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari potensial

aksi jantung.

• Selama VT, cardiac output berkurang karena denyut jantung

cepat dan kurangnya kontraksi atrium. Iskemia dan mitral

insufisiensi

juga

dapat

menyebabkan

intoleransi

hemodinamik. intoleransi hemodinamik lebih mungkin tjd

ketika disfungsi ventrikel kiri.

• Cardiac output berkurang dapat mengakibatkan perfusi

miokard berkurang, respon inotropic menurun, dan

degenerasi

yg

dapat

menyebabkan

VF,

dapat

mengakibatkan kematian mendadak.

(26)

KOMPLIKASI

• Fibrilasi Ventrikel

• CHF

(27)
(28)
(29)

PENATALAKSANAAN

Resusitasi kardio pulmoner dibagi 3 tahap :

1. Basic life support

• Tujuan utama ialah oksigenisasi darurat untuk

mempertahaknkan ventilasi paru dan mendistribusikan

darah oksigenasi ke jaringan tubuh.

• Circulation support : mempertahan sirkulasi darah dengan

memijat jantung. Dilakukan dengan memijat jantung

sehingga kemampuan hidup sel saraf otak dalam batas

minimal dapat dipertahankan.

• Airway control : membebaskan jalan napas supaya terbuka

dan bersih.

• Breathing support : mempertahankan ventilasi dan

oksigenisasi paru secara adekuat. Seperti, pernafasan

buatan.

(30)

PENATALAKSANAAN

2. Advanced life support

• Tujuan utama ialah mengembalikan sirkulasi spontan dan stabilitas system kardiovaskular yaitu dengan pemberian cairan dan obat.

• Drug and fluid : pemberian obat dan cairan.

• Dilakukan pemasangan infuse pada 2 tempat bersamaan dengan dimulainya resusitasi. Bila mungkin, dipasang kateter untuk mengontrol central venous pressure. Untuk atasi hipotensi diberi dopamine 200mg yang dilarutkan pada 250-500ml garam fisiologis. Tidak boleh dicampur dengan natrium bikarbonat. Untuk mengatasi asidosis metabolic diberikan natrium bikarbonat.

• Electrocardiography : penentuan irama dan kelainan jantung lainnya.

• Fibrillation treatment : atasi fibrilasi ventrikel.

• Dilakukan DC shock. Defibrilasi pertama diberikan 3 joule/kgBB. Dosis ulangan tertinggi adalah 5 joule/kgBB dengan maksimal 400 jaoule. Pemberian epinefrin dapat meningkatkan amplitude fibrilasi dan membuat jantung lebih peka terhadap DC shock.

(31)

PENATALAKSANAAN

3. Prolonged life support

• Perawatan dimana harus dilakukan pertolongan sampai sadar kembali atau pertolongan dihentikan setelah dapat dipastikan adanya kematian serebral.

• Gaunging : monitor dan evaluasi resusitasi. Pementuan penyebab dasar serta penilaian dapat tidaknya pasien diselamatkan. Resusitasi dapat dihentikan bila pasien berada dalam stadium akhir yang tidak dapat disembuhkan, pompa dan irama jantung tidak dapat dikembalikan dan denyut jantung tidak bertambah setelah pemberian atropine serta kematian otak.

• Human mentation : penentuan kerusakan otak dan resusitasi serebral.

• Hipotermi adalah salah satu cara resusitasi otak setelah hipoksia dengan menurunkan suhu tubuh pasien menjadi 32-33ºC. Bila pasien menggigil dapat diberikan klorpromazin. Untuk mengurangi odem otak dapat diberi kortikosteroid.

• Intensive care : perawatan intensif jangka panjang.

• Mempertahankan hemostatsis ekstrakranial dan intracranial. Usaha yang dilakukan ialah fungsi pernapasan, kardiovaskular, ginjal dan hati menjadi optimal.

(32)

PENATALAKSANAAN

• Setelah resusitasi, diagnosis ventrikel takikardi ditetapkan, maka harus menggolongkan apakah VT stabil, unstable dan tidak bernadi. • Pulseless VT : Ditatalaksana segera dengan defibrilasi. Digunakan

yang berenergi tinggi dan unsynchronized cardioversion.

• Dosis kejutan pertama pada biphasic defibrillator adalah 150-200 J diikuti dengan dosis serupa atau lebih tinggi. Pada defibrillator monophasic, dosis inisial dan lanjutan harus 360 J.

• manajemen syok harus diikuti dengan kompresi dinding dada, menejemn aliran udara dengan supplemental oksigen dan mengakses vascular untuk memberikan obat agen vasopresor.

• Apabila resisten, diperlukan pengobatan antidisritmic. Agen vasopresor dapat meliputi epinefrin atau vasopressin.

• Bimbingan Advanced cardiac life support (ACLS) mengrekomendasikan pemberian amiodaron atau lidokai IV sebagai lini pertama antidisritmik.

(33)

PENATALAKSANAAN

• Unstable VT : dikarakteristikan dengan gejala tidak adekuatnya suplai oksigen ke organ vital.

• Gejala dapat berupa nyeri dada, dypsnea, hipotensi dan berbagai derajat kesadaran yang mengindikasikan kontraksi dan denyut jantung tidak cukup memberikan cardiac output yang adekuat.

• Pada situasi ini, disritmia harus diterapi dengan synchronized

cardioversion, biasanya dimulai dengan dosis 100 J pada

monophasic. Biphasic tidak direkomendasikan untuk waktu ini.

• Juga dapat diberikan terapi antidisritmik seperti pada pulseless VT. Synchronized cardioversion adalah prosedur medis dimana denyut jantung yang cepat abnormal atau suatu aritmia dikonversi menjadi denyut normal menggunakan kelistrikan atau obat.

• Pharmacological cardioversion baik untuk pasien yang onset cepat. Amiodaron, diltizaemm verapamil dan metoprolol diber sebelum cardioversion untuk menurunkan denyut jantung dan menstabilkan pasien. Terdapat 4 kelas yaitu sodium channel blocker, beta blocker, blocking K dan calcium channel blocker.

(34)

PENATALAKSANAAN

• Stable VT : adanya perfusi ke organ vital secara

adekuat. Walaupun DC cardioversion merupakan terapi

yang paling efektif, tetapi menyebabkan adanya

ketidaknyamanan dan memerlukan analgesic sistemis.

• Alternative lain ialah dapat menggunakan prokainamid

IV, amiodaron atau sotalol. Amiodaron merupakan lini

pertama karena menyebabkan konduksi miokardial

yang baik.

• Apabila berhubungan dengan iskemia, maka lidokain

adalah pengobatan utama. Apabila pengobatan dengan

obat gagal untuk menstabilkan irama, maka dibutuhkan

synchronized cardioversion dengan dosis awal 100 J

dan diikuti dengan energy yang lebih tinggi

(35)

PENATALAKSANAAN

Berikut merupakan golongan obat antiaritmia :

• Kelas 1 : sodium channel blocker, dan dibagi mennjadi 3

subklas yaitu a,b,dan c.

 Kelas Ia : memperlambat fase 0 deppolarisasi pada

ventrikel dan meningkatakn masa refrakter. Obatnya

ialah prokainamid, quiniden dan disopiramid.

 Kelas Ib : memperpendek fase 3 reolarisasi yaitu

lidokain, mexiletin dan fenitoin.

 Kelas Ic : memperpendek fase 0 tetapi tidak berefek

pada masa refrakter yaitu flekainid, propafenon dan

moricizine.

• Kelas 2 : beta blocker yang menghambat depolarisasi

nodus SA dan AV serta memperlambat denyut jantung.

Juga menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen.

Beta 1 merupakan kardioselektive.

(36)

PENATALAKSANAAN

• Kelas 3 : memperpanjang repolarisasi dengan

menutup pengeluarkan K

+

.

• obat-obat yang digunakan ialah bepiridil,

amiodaron dan sotalol.

• Lebih banyak dipilih pada pasien dengan disfungsi

ventrikel kiri.

• Dosis amiodaron 1200-1800 mg/hari selama 1-2

minggu. Selanjutnya dosis rumatan 200-400

mg/hari. Dosis sotalol 120-240 mg/hari.

• Kelas 4 : calcium channel blocker dengan

menghambat potensial aksi dari nodus SA danAV.

Obat yang digunakan ialah verapamil.

(37)

NON MEDIKA MENTOSA

Bedah

• Implantable cardioverter defibrillator (ICD)

Alat ini ditanam secara transvenous, merupakan prosedur

yang beresiko rendah. Mekanisme kerja ICD dengan

mendeteksi adanya ventricular takiaritmia, serta memberikan

defibrilasi agar hilang takikardianya. ICD juga digunakan

sebagai pace maker pada bradikardia.

• Ablasi kateter

Ablasi kateter endokardial umumnya digunakan pada idiopatik

monomorphic VT (struktur normal) tetapi juga dapat

digunakan pada cardiomiopati. Tujuan utama Ablasi Kateter

digunakan ialah untuk mengurangi gejala yang timbul, dari

pada untuk mengurangi resiko terjadi kematian mendadak.

(38)

NON MEDIKA MENTOSA

• Diet

Pasien dengan takikardia ventrikular iskemik (VT) dapat

manfaat dari rendah kolesterol dan / atau diet rendah garam.

Pasien dengan VT idiopatik mungkin melihat adanya

penurunan gejala saat stimulan dihindari, seperti kafein.

• Aktivitas

Ventrikel Takikardia (VT) dapat dipicu oleh nada simpatik

meningkat selama aktivitas fisik berat. Salah satu tujuan dari

manajemen VT sukses adalah untuk memungkinkan pasien

untuk kembali ke gaya hidup aktif melalui obat, implantasi

ICD, dan / atau terapi ablasi

(39)

PROGNOSIS

Gambar

Gambar 1. Algoritme diagnosis dengan tanda takikardia Takikardia Takikardia ventrikel Takikardia supraventrikuler  Preexcited  takiaritmia Menilai kompleks QRS SVT Konduksi aberans Baseline QRS abnormal

Referensi

Dokumen terkait