• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DAN PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA. A. Penggunaan Media Sosial di SMK Negeri 1 Bulakamba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DAN PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA. A. Penggunaan Media Sosial di SMK Negeri 1 Bulakamba"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DAN PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA A. Penggunaan Media Sosial di SMK Negeri 1 Bulakamba

Internet merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat modern di Indonesia. Tentu masyarakat Indonesia masih ingat sebelum teknoligi internet hanya digunakan sebagai teknologi untuk berkirim pesan lewat e-mail dan chatting, untuk mencari informasi melalui browsing dan

googling. Namun saat ini sesuai dengan perkembangannya, internet mampu melahirkan jaringan baru, yang biasa dikenal dengan sebutan media sosial. Sebagaimana yang diketahui, media sosial nerupakan media online dimana penggunanya dapat ikut serta dalam mencari informasi, menjaring pertemanan dengan segala fasilitas dan aplikasi yang dimilikinya seprti Blog, Facebook, Twitter, Instagram, Youtube. Kegiatan media sosial sendiri telah memberikan manfaat sendiri bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Media sosial telah menjadi sebuah sarana umum yang dipergunakan dalam kehidupan individu sehari-hari dan era baru dalam proses belajar mengajar1. Penyebaran informasi yang terjadi dalam kalangan remaja terbilang sangat cepat akibat media sosial, informasi dalam media sosial berkembang dan menyebar luas seperti virus dalam tubuh. Anak-anak pada usia remaja di Indonesia sangat cepat beradaptasi

1 Kalasi, Rasmita. 2014. The impact of Social Networking on New age Teaching and Learning: An

Overview. Journal of education & social policy vol.1.Overview. Journal of education & social policy vol.1.

(2)

terhadap perkembangan teknologi yang ada saat ini. Maka, tidaklah mengherankan jika kita berada di pusat keramaian, kita dapat melihat para remaja yang saat ini minimal menggunakan sebuah perangkat digital untuk membantu aktivitas mereka.

Pendidikan dengan tingkat yang lebih tinggi di Indonesia telah menerapkan sedikit demi sedikit pemanfaatan media sosial dan internet dalam ruang lingkup didikannya. Kehadiran Media sosial telah menjadi pelengkap dalam proses penyampaian informasi secara digital, namun kehadirannya tidak serta merta menggantikan posisi media belajar lain yang sifatnya analog seperti media cetak, buku paket, lembar kerja siswa. Penggunaannya terbatas pada kemampuan pengguna yang belum mempuni, seperti jaringan internet yang masih sulit didapatkan pada daerah-daerah tertentu di Indonesia.

Menurut C. Widyo Hermawan, adanya penggunaan internet melalui media sosial, telah menghadirkan web forum yang dapat membentuk komunitas online. Layaknya forum diskusi, web forum dapat juga menampung ide, pendapat dan segala informasi dari para anggotanya sehingga dapt berkomunikasi dan bertukar pikiran antar satu sama lain. Sebuah forum online juga memiliki suatu pokok pembahasan tertentu, akan tetapi tidak menutup kemungkinan dapat meluas hingga keberbagai bidang. Pada dasarnya, forum online merupakan sebuah papan pengumuman yang tersedia dalam bentuk online. Namun seiring dengan berjalannya waktu sebuah forum online mengalami perluasan fungsi, yaitu

(3)

tidak hanya sekedar berbagi informasi, akan tetapi juga sebagai sarana akomodasi antar sesama anggota dan pihak yang memiliki forum tersebut.2

Sama halnya dengan SMK Negeri 1 Bulakamba yang merupakan salah satu sekolah yang telah mengikuti perkembangan teknologi informasi, ini terbukti tersedianya fasilitas wi-fi untuk memudahkan siswa untuk mengakses ilmu pengetahuan dari berbagai mata pelajaran. Fasilitas ini diberikan oleh pihak sekolah sudah sejak lama, dan sekarang kecepatan internetnya 3 Mbps/3000 Kbps, dan kebijakan sekolah yang memperbolehkan para siswa untuk menggunakan media sosial di lingkungan sekolah asalkan digunakan untuk kepentingan belajar siswa3.

Pemakaian internet saat ini sangatlah mudah dan dapat dijangkau oleh siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Contohnya, sekarang ini hampir semua alat komunikasi seperti handphone / smartphone pun sudah memiliki aplikasi yang memudahkan penggunanya untuk menjelajah internet. Bahkan kemajuan teknologi tersebut menyebabkan munculnya berbagai situs jejaring sosial, seperti twitter, skype, google+, BBM, path, line, whatsapp, instagram, facebook, kakao talk dan lain-lain.

Para siswa SMK Negeri 1 Bulakamba diberikan kebebasan dalam menggunakan media sosial dalam pembelajarannya, asalkan tidak mengganggu aktifitas proses belajar. Para siswa biasa mengakses media sosial melalui komputer yang ada di laboratorium komputer, perpustakaan, bahkan para siswa dapat mengakses melalui laptop atau handphone. Hal

2 Hermawan, C. Widyo. Cara mudah menggunakan komunitas online dengan PHPBB. Yogyakarta.ANDI.2010. Hal. 1-2

(4)

ini juga dimanfaatkan siswa untuk mengakses media sosial baik saat di luar proses belajar mengajar ataupun saat belajar mengajar akan tetapi sekolah sangat membatasi penggunaan internet pada siswa.

Kebijakan untuk memperbolehkan penggunaan media sosial oleh siswa, ini bertujuan supaya siswa SMK Negeri 1 Bulakamba bisa mengikuti perkembangan zaman dan teknologi yang terus berkembang. Akan tetapi pihak sekolah juga tidak serta merta memberi kebebasan yang tanpa batasan serta tidak melakukan pengawasan terhadap penggunaan media sosial. Meski di SMK Negeri 1 Bulakamba belum ada peraturan yang husus membahas tentang penggunaan media sosial akan tetapi pihak sekolah memberi batasan terhadap siswa dalam mengakses media sosial tersebut. Hal ini bertujuan untuk meberikan proteksi kepada para siswa dari berbagai dampak yang tidak diinginkan dari media sosial.

SMK Negeri 1 Bulakamba sadar akan pentingnya penggunaan media sosial yang dilakukan oleh para siswanya akan berdampak pada psikologis para siswa itu sendiri, sehingga pihak sekolah memberikan pengawasan terhadap penggunaan media sosial oleh para siswa. Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam penggunaan media sosial yang dilakukan oleh siswa yaitu dengan memberikan pemahaman tentang penggunaan media sosial secara sehat, para siswa diwajibkan menaruh handphone / smartphone mereka di loker masing-masing kelas yang telah disediakan oleh pihak sekolah, meberikan batasan jam untuk

(5)

siswa dalam menggunakan media sosial yaitu saat waktu istirahat saja serta melakukan operasi husus untuk mengecek konten handphone siswa.4

Pembatasan penggunaan media sosial di SMK Negeri 1 Bulakamba karena pihak sekolah sadar akan begitu besar dampak yang diberikan oleh media sosial baik dampak yang positif maupun dampak negatif bagi perilaku siswa. Di SMK Negri 1 Bulakamba sendiri sebagian besar para siswanya telah menggunakan dan memanfaatkan media sosial, tidak hanya dimanfaatkan untuk menjaring pertemanan dan komunikasi saja akan tetapi para siswa juga telah menggunakan media sosial untuk bisnis5, pembelajaran jarak jauh ketika sedang praktek lapangan6

Secara keseluruhan, siswa SMK Negeri 1 Bulakamba merupakan pengguna aktif media sosial, hal ini ditunjukan oleh betapa besarnya prosentase penggunaan media sosial yang peneliti dapatkan. Dari jumlah siswa total 1324 siswa penulis menggunakan teknik pengambilan sampel kluster, sampel kluster mengutamakan seluruh kelompok7 dari pada individu, dan pemilihan sampel kluster ini dilakukan secara acak.8

Alasan kenapa penulis menggunakan teknik sampel kluster karena SMK Negeri 1 Bulakamba terbagi dalam berbagi kelas, kemudian untuk mengetahui jumlah sampel yang diteliti penulis menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan dengan syarat apabila sudah diketahui

4 Hasil wawancara dengan hudidoyo Ali Martono koordinator bimbingan konseling, bertempat di ruang BK, pukul 10.50 WIB tanggal 11 februari 2016

5 Wawancara dengan Supriyatin

6 Wawancara dengan bapak Slamet Riyadi kepala SMK N 1 Bulakamba 7 Kelompok disini adalah kelas 1, 2,dan 3 SMK Negeri 1 Bulakamba

(6)

secara pasti jumlah populasinya, dalam penelitian ini jumlah populasinya adalah 1324 siswa, dan peneliti menggunakan margin eror dalam penelitian ini adalah 5%. Rumus solvin sebagai berikut :9

n = N 1 + Ne²

Dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi, e adalah batas toleransi kesalahan ( Error tolerant ), dalam penelitian ini batas toleran kesalahan yang dikehendaki adalah 5%. Jadi dalam penelitian jumlah populasi adalah 1324, maka :

n = N 1 + Ne² = 1324 = 1324 1 + 1324 (0,05)² 1 + 1324 (0,0025) = 1324 1 + 3,31 n = 1324 1 + 4,31

n = 307,19 , jika dibulatkan maka sampel menjadi 307 responden. Berdasarkan perhitungan tersebut, sampel yang dapat diambil adalah 307 siswa. Jumlah sampel yang diambil kemudian dibagi menjadi 3

9 Bambang, Liana. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Praktek. Jakarta. Rajawali Pers. 2011.hal 137

(7)

X Total Sampel

kelas yaitu kelas X, XI,XII agar penentuan sampel massing-masing memiliki proposisi yang seimbang atau sama.10

Tabel 1 Penarikan Sampel No Kelas Populasi Total Populasi Dibulatkan 1 X 456 : 1324 X 307 = 105, 73 106 2 XI 453 : 1324 X 307 = 105,03 105 3 XII 415 : 1324 X 307 = 96,22 96 Jumlah 307

Setelah mendapatkan jumlah sampel tiap kelas, yaitu kelas X berjumlah 106 responden, kelas XI berjumlah 105 responden, dan kelas XII berjumlah 96 responden,maka sampel ini ditarik dengan sistem undian dari data absensi yang telah diperoleh dengan cara menggunting semua nama dari absensi yang telah disalin dan dipisahkan sesuai pembagian kelas X, XI, dan XII. Kemudian diambil satu persatu sesuai dengan prporsi yang telah ditentukan. Peneliti mencoba mencari sampel laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang sama, maka dari itu dari pengundian sampel, jika sampel yang keluar berjenis kelamin tertentu namun telah melebihi setengah jumlah dari sampel tiap kelasnya maka undian dikocok kembali untuk mencari sampel jenis kelamin yang berbeda.

10 Prasetyo, Bambang dan Lina, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Praktek. Jakarta. Rajawali Pers.2012. Hal 13

(8)

Setelah mendapatkan jumlah responden yang pasti, maka penulis melakukan uji sampel tentang penggunaan media sosial oleh siswa di SMK Negeri 1 Bulakamba.penulis memberikan angket kepada siswa tentang memiliki media sosial, jenis media sosial, waktu yang digunakan dalam bermedia sosial, manfaat dan kerugian penggunaan media sosial, dan alasan menggunakan media sosial.

Pada sampel pertama penulis menanyakan tentang apakah siswa memiliki media sosial, hasilnya 100 % dari 307 responden memiliki media sosial. Kemudian pada sampel ke dua penulis menanyakan tentang kapan awal mula siswa menggunakan media sosial, hasilnya adalah kelas X dari 106 responden yang menggunakan media sosial sejak Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 18 Siswa atau 16,98%, sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 51 siswa atau 48,11%, dan yang menggunakan media sosial saat di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 37 siswa atau 34,9%.

Adapun untuk kelas XI yang memiliki responden sebanyak 105 responden atau siswa, yang mulai menggunakan media sosial pada tingkat Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 14,28% atau 15 siswa, sejak Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah sebanyak 68,57% atau 72 siswa, dan yang memulai menggunakan media sosial pada tingkatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah 17,14% atau 18 siswa.

(9)

Siswa kelas XII yang berjumlah 96 responden atau siswa, diperoleh data sebagai berikut, siswa yang memulai menggunakan media sosial pada waktu masih Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 9 siswa atau 9,37%, sejak Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah sebanyak 73 siswa atau 76,04%, dan yang memulai menggunakan media sosial pada tingkatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah 14 siswa atau 14,58%.

Alasan para siswa menggunakan media sosial awalnya karena mereka mengikuti trend yang banyak dilakukan oleh teman atau lingkungan sekitarnya, selain itu juga alasan mereka menggunakan media sosial adanya rasa ingin tahu tentang media sosial.

Tabel II

Awal menggunakan media sosial Waktu menggunakan Kelas X (106 Responden) Kelas XI (105 Responden) Kelas XII (96 Responden SD / MI 18:106X100% = 16,98% 15:105X100% = 14,28% 9:96X100% = 9,37% SMP / MTs 51:106X100% = 48,11% 72:105X100% = 68,57% 73:96X100% = 76,04% SMK 37:106 X 100% = 34,9% 18:105X100% = 17,14% 14:96X100% = 14,58%

(10)

Setelah penulis mendapatkan data tentang sejak kapan para siswa di SMK Negeri 1 Bulakamba menggunakan media sosial, maka selanjutnya adalah mencari tahu jenis media sosial apa yang mereka pergunakan selama ini, ternyata dari total 307 responden yang terbagi 3 kelas yaitu kelas X sebanyak 106 responden, kelas XI sebanyak 105 responden, dan kelas XII sebanyak 96 responden. Didapatkan data siswa kelas X, XI, dan XII yang menggunakan facebook adalah 100% atau semuanya menggunakan media sosial facebook. Hal ini dikarenakan media sosial Facebook jauh kebih familiar dan dalam segi penggunaannya juga lebih mudah. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan dari Siti Nurjanah siswi kelas X yang mengatakan :

“ Alasannya sih karena ya facebook itu banyak temen yang make, terus untuk masuknya atau membuatnya pun lebih gampang, jadi gak ribet, kaya twitter kan ribet pak, ribetnya pake bahasa inggris semua sama tampilannya juga sih “.11

Sedangkan untuk media sosial twitter jumlah responden kelas X yang menggunakan sebanyak 20,75% atau 22 responden, kelas XI yaitu 16,19% atau 17 responden, kelas XII sebanyak 35,41% atau 34 responden. Penggunaan media sosial youtube pada kelas X sebanyak 71,69% atau 76 responden, kelas XI sebanyak 85,71% atau 90 responden, kelas XII sebanyak 100% atau 96 responden. Penggunaan media sosial jenis instagram kelas X sebanyak 34,9% atau 37 responden, kelas XI sebanyak 82,85% atau 87 responden, dan kelas XII sebanyak 69,79% atau 67 responden.

(11)

Media sosial jenis whatsapp memiliki jumlah responden kelas X sebanyak 83,01% atau 88 responden, kelas XI sebanyak 78,09% atau 82 responden, dan kelas XII sebanyak 81,25% atau 78 responden. Sedangkan untuk media sosial jenis line memiliki jumlah responden kelas X sebanyak 21,69% atau 23 responden, kelas XI sebanyak 45,71% atau 48 responden, dan kelas XII sebanyak 37,5% atau 36 responden.

Tabel III

Jenis media sosial yang digunakan siswa Jenis Media sosial Kelas X (106 Responden) Kelas XI (105 Responden) Kelas XII (96 Responden Facebook 106:106X100% = 100% 105:105X100% = 100% 96:96X100% = 100% Twitter 22:106X100% = 20,75% 17:105X100% = 16,19% 34:96X100% = 35,41% Youtube 76:106 X 100% = 71,69% 90:105X100% = 85,71% 96:96X100% = 100% Instagram 37:106 X 100% = 34,9% 87:105X100% = 82,85% 67:96X100% = 69,79% Whatsapp 88:106 X 100% = 83,01% 82:105X100% = 78,09% 78:96X100% = 81,25% Line 23:106 X 100% = 21,69% 48:105X100% = 45,71% 36:96X100% = 37,5%

(12)

Sedangkan dilihat dari lama waktu yang digunakan siswa dalam menggunakan media sosial, peneliti dalam hal ini membagi pembatasan waktu yang digunakan oleh siswa dalam bermedia sosial yaitu dengan pembagian rentang waktu antara lain rentang waktu penggunaan kurang dari 1 jam (≤ 1 jam), rentang waktu antara 1 sampai 2 jam, 2 jam sampai 4 jam, dan rentang waktu penggunaan lebih dari 4 jam (≥4 jam).

Para siswa SMK Negeri 1 Bulakamba menggunakan media sosial disela-sela jam istirahat mereka, jadi kebanyakan dari mereka menggunakan media sosial lebih dari 1 sampai 2 jam, kecuali mereka sedang ada tugas yang mewajibkan mereka menggunakan media sosial seperti menggunakan e-mail atau sedang praktek komputer. Kebanyakan siswa SMK Negeri 1 Bulakamba pulang sekolah sekitar jam 15.00 wib sampai jam 17.00 wib. Hal ini menjadikan para siswa sedikit sekali untuk berselancar di dunia maya.

Tri yudha mengatakan :

“ kalo main medsos (media sosial) sih kita palingan kalau ada jam istirhat, sama jam praktek komputer sih jadi kita bisa bermain medsos lebih lama, oh ya pas ada tugas dari gurui yang mewajibkan untuk googling12 tugas pak. Terus kitakan pul;angnya sore –sore terus pak sampai jam tiga sampai limanan lah pak, jadi ya kita gak terlalu (ketergantungan) dengan yang namanya media sosial pak.”

Dalam penelitan ini didapat data tentang lama waktu yang digunakan oleh siswa dalam menggunakan media sosial, untuk siswa yang menggunakan media sosial ≤ 1 jam pada tingkatan atau kelas X terdapat

(13)

sebanyak 11,32% atau 12 responden, kelas XI sebanyak 14,28% atau 15 responden, dan untuk kelas XII sebanyak 33,33% atau 33 responden.

Rentang waktu penggunaan media sosial 1 sampai 2 jam didapatkan data pada kelas X didapatkan sebanyak 50% atau 53 responden, kelas XI sebanyak 69,52% atau 73 responden, dan kelas XII ada 47,91% atau 46 responden.

. Sedangkan untuk rentang waktu penggunaan media sosial 2-4 jam pada kelas X adalah 31,13% atau 33 responden, untuk kelas XI yaitu 10,47% atau 11 responden, sedangkan untuk kelas XII terdapat 12,5% atau 12 responden. Rentang waktu lebih dari 4 jam ( ≥4 jam ) pada penggunaan kelas X sebanyak 7,54% atau 8 responden, kelas XI sebanyak 5,71% atu 6 responden, dan untuk kelas XII yaitu 6,25% atau 6 responden.

Tabel IV

Lama Waktu Penggunaan Media sosial

Lama waktu Kelas X

(106 Responden) Kelas XI (105 Responden) Kelas XII (96 Responden ≤ 1 Jam 12:106X100% = 11,32% 15:105X100% = 14,28% 32:96X100% = 33,33% 1-2 Jam 53:106X100% = 50% 73:105X100% = 69,52% 46:96X100% = 47,91% 2-4 Jam 33:106 X 100% = 31,13% 11:105X100% = 10,47% 12:96X100% = 12,5% ≥ 4 Jam 8:106 X 100% = 7,54% 6:105X100% = 5,71% 6:96X100% = 6,25%

(14)

Dalam menggunakan media sosial tentu menggunakan media atau alat yang digunakan untuk menggunakan media sosial, maka dari itu peneliti ingin menyajikan data tentang alat atau media yang digunakan oleh siswa dalam menggunakan media sosial. Dalam hal ini penulis memberikan pilihan kepada responden untuk memilih jenis alat atau media yang digunakan dalam menggunakan media sosial yaitu handphon atau smartphone, warung internet (warnet), dan komputer atau laptop pribadi.

Pada responden yang menggunakan handphone atau smartphone pada waktu menngunakan media sosial yaitu kelas X 86,79% atau 92 responden, kelas XI 82,85% atau 87 responden, dan kelas XII adalah 92,7%. Komputer atau laptop pribadi adalah alat selanjutnya yang peneliti sajikan kepada responden dalam menggunakan media sosial, didapatkan data penggunaan pada kelas X yaitu 9,43% atau 10 responden, kelas XI 2,85% atau 3 responden, kelas XII 5,2% atau 5 responden. Selanjutnya adalah komputer warung internet (warnet), pada penggunaan jenis ini didapatkan data dari kelas X sebanyak 3,77% atau 3 responden, untuk kelas XI sebanyak 14,28% atau 15 responden, dan kelas XII didapatkan data sebanyak 2,08% atau 2 responden.

Tabel V

Alat yang digunakan dalam bermedia sosial

Jenis Kelas X (106Responden) Kelas XI (105 Responden) Kelas XII (96 Responden

(15)

Handphone / Smartphone 92:106X100% = 86,79% 87:105X100% = 82,85% 89:96X100%= 92,7% Komputer/laptop Pribadi 10:106X100% = 9,43% 3:105X100% = 2,85% 5:96X100% = 5,2% Komputer warnet 4:106 X 100% = 3,77% 15:105X100% = 14,28% 2:96X100% = 2,08%

Selanjutnya pemanfaatan media sosial dalam lingkungan siswa SMK Negeri 1 Bulakamba, peneliti memberikan pilihan kepada para responden dalam menentukan pilihannya dalam bentuk angket. Pemanfaatan media soial di SMK Negeri 1 Bulakamba seperti Berkomunikasi dan mencari teman lama maupun baru, Mencari Informasi, Mencari Hiburan, dan Bisnis. Untuk pemanfaatan media sosial untuk berkomunikasi dan mencari teman lama maupun baru, dan mencari informasi peneliti memperoleh data dari responden pada kelas X, XI, dan XII sebanyak 100 % dari jumlah responden, karena mereka sadar akan pentingnya media sosial untuk dua hal (pemanfaatan media sosial untuk berkomunikasi dan mencari teman lama maupun baru, dan mencari informasi ) tersebut. Hal ini senada dengan pernyataan dari siswa yang bernama Tri yang mengatakan betapa mudahnya ia berkomunikasi dengan teman lama dan baru serta ia sangat terbantu dalam hal pelajaran yang sebelumnya ia kurang menguasai ketika diajarkan oleh guru dikelas.13

(16)

Pemanfaatan media sosial dalam hal mencari hiburan, peneliti mendapatkan data yang bebeda pada setiap kelasnya, pada siswa kelas X hanya 78,3% atau 83 responden , kelas XI 74,28% atau 78 responden dan kelas XII sebanyak 95,83% atau 92 responden. Begitu pula pada pemanfaatan media sosial pada hal bisnis online, pada kelas X peneliti hanya mendapatkan 1,88% atau 2 responden, kelas XI peneliti tidak menemukan responden yang menggunakan media sosial untuk berbisnis atau 0%, dan pada kelas XII terdapat 4,16% atau 4 responden. Untuk hal ini peneliti mengungkapkan mereka (siswa) yang memeanfaatkan media sosial untuk bisnis, semuanya mengaku menjual produk orang lain (reseller), karena dengan menjadi reseller mereka tidak mengeluarkan biaya hanya keaktitifan mereka dalam mempromosikan barang dagangannya. Seperti pengakuan dari seorang siswi kelas XII yang mengatakan :

“saya memanfaatkan media sosial juga untuk menjadi

reseller fashion dan aksesoris wanita pak, seperti bross, gantungan kunci dan lain-lain. Media sosialnya yang saya gunakan facebook pak, hasilnya lumayan buat tambah uang jajan pak, untuk omsetnya gak nentu pak.’’ 14

Setelah mendapatkan data dari responden mulai dari kapan menggunakan media sosial sampai pemanfaatan media sosial, peneliti juga mendapatkan data tentang apakah orang tua dan guru mereka mendukung penggunaan media sosial, hasilnya 100 % menyetujui baik orang tua dan guru responden asalkan selalu

(17)

diawasi penggunaannya. Hal ini senada dengan pernyataan orang tua siswa yang bernama Devi Nita Asriyani yang mengatakan:

“pada dasarnya setuju akan tetap kita harus membekali mereka dengan iman, mewanti-wanti15 jangan sampai membuka yang belum waktunya untuk dibuka.”16

B. Nilai Positif dan Nilai Negatif Media Sosial di SMK Negeri Bulakamba Era globalisasi sekarang ini banyak sekali bermunculan media sosial. Bukan hanya orang dewasa saja yang menggunakan media sosial, bahkan pelajar sekolah dan anak-anak yang belum cukup umur juga sudah akrab dengan media sosial yang sekarang sedang berkembang. Berawal dari Friendster, kemudian Facebook, Twitter, Skype, Foursquare, Line, What’s App, Path, Instagram, Snapchat dan masih banyak lainnya. Akan tetapi dengan berkembang pesatnya media sosial yang disertai berkembang pula jaringan internet, tentu saja banyak memiliki dampak positif dan juga negatif. Berikut beberapa nilai positif dan negatif dari penggunaan media sosial yang sedang berkembang di SMK Negeri 1 Bulakamba.

15 Mewanti-wanti bahasa brebes yang mempunyai arti memberi peringatan atau rambu-rambu batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh

16 Wawancara dengan bapak Katon wali murid dari Devi Nita Asriyani di ruang tamu rumah bapak katon desa pakijangan pada hari rabu tanggal 24 februari 2016 pukul 20.30 wib

(18)

1. Nilai positif penggunaan media sosial di SMK Negeri 1 Bulakamba. Untuk lebih memudahkan dalam mengetahui presentasi nilai positif penggunaan media sosial di SMK Negeri 1 Bulakamba, maka peneliti membuatkan tabel untuk mengetahui presentase pemanfaatan media sosial.

Tabel VI

Pemanfaatan media sosial Jenis pemanfaatan media sosial Kelas X (106 Responden) Kelas XI (105 Responden) Kelas XII (96 Responden Berkomunikasi dan mencari teman lama dan baru 106:106X100% = 100% 105:105X100% = 100% 96:96X100% = 100% Mencari Informasi 106:106X100% = 100% 105:105X100% = 100% 96:96X100% = 100% Mencari Hiburan 83:106 X 100% = 78,3% 78:105X100% = 74,28% 92:96X100% = 95,83% Bisnis online 2:106 X 100% = 1,88% 0:105X100% = 0% 4:96X100% = 4,16%

(19)

a. Sebagai media mencari, memperluas, mempererat jaringan pertemanan

Media sosial sangat berperan penting bagi perkembangan siswa saat ini hususnya dalam hal mencari dan menjalin pertemanan. Media sosial menjadikan siswa lebih dapat belajar mengembangkan keterampilan teknis dan sosial yang sangat di butuhkan di zaman digital seperti sekarang ini. Mereka akan belajar bagaimana cara beradaptasi,bersosialisai dengan publik dan mengelola jaringan pertemanan

Memperluas jaringan pertemanan, para siswa akan menjadi lebih mudah, berteman dengan orang lain bahkan di seluruh dunia, meski sebagian besar diantaranya belum pernah mereka temui secara langsung. Seperti yang diungkapkan oleh siswa yang bernama erni yang mengaku berteman dengan orang dari pakistan lewat, dan berkomunikasi denga menggunaakan bahasa inggris, dia juga mengaku belum pernah bertemu.

“ya pak saya punya teman fb dari pakistan, yang kami bicarakan biasanya sih tentang kebudayaan jadi kaya tukar informasi kebudayaanlah pak, kadang juga kirim foto-foto, seneng sih bisa berteman dengan orang lain negara, jadi kita bisa tau di luar itu kaya apa sebenarnya pak, ya walaupun kadang juga tidak nyambung pak, biasa terkendala bahasa hehehe...”17

(20)

Selain itu siswa akan termotivasi untuk belajar mengembangkan diri melalui teman-teman yang mereka jumpai secara online, karena di sini mereka berinteraksi dan menerima umpan balik satu sama lain.

Media sosial juga membuat siswa menjadi lebih bersahabat, perhatian, dan empati, misalnya memberi perhatian saat ada teman mereka yang ulang tahun, mengomentari foto, video dan status teman mereka, menjaga hubungan persahabatan meski tidak dapat bertemu secara fisik. Pernah ketika terjadi bencana banjir di garut, para siswa yang dipelopori oleh Osis dan Pramuka mengadakan bhakti sosial dengan menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi korban banjir seperti baju, perlengkapan sekolah, uang, dan lainnya. tidak hanya mencari sumbangan dari kalangan siswa saja akan tetapi mereka (anggota Osis dan Pramuka) turun ke jalan raya untuk mencari sumbangan ke masyarakat.18

b. Mendapatkan Informasi dan pembelajaran

Media sosial sebagai media informasi merupakan fungsi media sosial yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna media sosial dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia. Dengan menggunakan media sosial, para pengguna media sosial di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah. Kemudahan memperoleh informasi : kemudahan untuk

(21)

memperoleh informasi yang ada di media sosial banyak membantu manusia sehingga manusia tahu apa saja yang terjadi. Selain itu juga bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan, lapangan pekerjaan dan lain-lain.

SMK Negeri 1 Bulakamba memahami betapa pentingnya peran media sosial dalam memberikan dan bertukar informasi baik dari sekolah, antar siswa, maupun alumni, sehingga SMK Negeri 1 menyediakan website dan grup facebook untuk memfasilitasi hal tersebut. website SMK Negeri 1 Bulakamba adalah smk1bulakamba.sch.id sedangkan grup facebook SMK Negeri 1 Bulakamba adalah SMKN 1 BULAKAMBA.19

Tidak hanya pihak sekolah yang menggunakan media sosial sebagai sarana informasi akan tetapi guru dengan siswapun menggunakan media sosial untuk bertukar informasi seperti grup kelas baik menggunakan facebook maupun grup bbm, seperti grup kelas XI Audio Vidio yang membuat grup di facebook dan bbm yang anggotanya adalah siswa angota kelas tersebut, jadi dibuatnya grup tersebut bertujuan untuk mempermudah hubungan anggota kelas dan sebagai tempat bertukar informasi tentang pelajaran seperti membahas pekerjaan rumah, praktek, tugas kelas dan lainnya. seperti pernyataan dari ibu Entin selaku wali kelas Audio Vidio yang mengatakan :

(22)

“kita bisa saling menginformasikan misalkan adanya grup di facebook dan bbm semisal dengan saya memberikan informasi tertentu kemudian saya menyuruh salah satu dari mereka untuk me share kepada yang lainnya”.20

Hal ini senada dengan pernyataan kepala sekolah yang mengatakan pernah suatu ketika ada suatu angkatan yang pada waktu praktek kerja industri di pabrik Daihatsu yang dikontrak langsung 1 tahun (normalnya 3 bulan) oleh perusahaan, untuk menanggulangi ketinggalan pelajaran pihak sekolah memberikan alternatif pembelajaran online lewat e-mail.21

c. Hiburan

Banyak sekali manfaat yang dapat ambil pada era globalisasi sekarang ini, apalagi ditunjang dengan perkembangan media sosial yang begitu pesat, selama digunakan dan dimanfaatkan perkembangan media sosial ini dengan hal-hal yang positif, akan sangat menguntungkan. Akan lain ceritanya, apabila kita menggunakan perkembangan ini dengan sisi negatif.

Perkembangan media sosial sangatlah mempermudah bagi penggunanya untuk mencari dan menikmati sebuah hiburan hanya dengan berdiam diri asalkan memiliki komputer, atau smartphone dan kuota internet.

20 Wawancara dengan bapak Zaenal wakakurikulum bertempat di ruang tunggu SMK N1 Bulakamba hari sabtu pukul 08.30

21 Hasil wawancara dengan bapak Slamet Riyadi selaku kepala sekolah SMK N 1 bulakamba, bertempat di rauang kepala sekolah hari sabtu tanggal 20 Februari 2016 pukul 11.00 wib.

(23)

Siswa SMK Negeri 1 Bulakamba sendiri memiliki kesadaran sendiri dalam bermedia sosial, kesadaran dalam hal ini adalah menggunakan media sosial untuk mencari sebuah hiburan, mulai dari gambar atau foto-foto lucu, vidio, game online. Peneliti sendiri telah mendapatkan gambaran tersendiri tentang pemanfaatn penggunaan media sosial sebagai sarana mencarai hiburan, didapatkan hasil kelas X adalah 78,3% atau 83 responden yang menggunakan media sosial sebagai media hiburan, sedangkan kelas XI terdapat 74,28% atau 78 responden, dan kelas XII adalah 95,83% atau 92 responden.

Untuk mengetahui jenis hiburan seperti apa yang digunakan oleh siswa SMK Negeri 1 Bulakamba maka peneliti membagi jenis hiburan tersebut, mulai dari game online, gambar atau foto lucu, vidio pendek lucu, film atau vidio panjang.

Tabel VII

Jenis hiburan media sosial Jenis Hiburan Kelas X

(83Responden) Kelas XI (78 Responden) Kelas XII (92 Responden Game online 68:83X100% = 81,92% 62:78X100% = 79,48% 86:92X100%= 93,47%

Vidio, Foto atau gambar lucu 100:83X100% = 100% 100:78X100% = 100% 92:92X100% = 100% Film 34:83 X 100% = 40,96% 27:78X100% = 34,61% 62:92X100% = 67,39%

(24)

Peneliti mendapatkan data dari kelas X yang menggunakan game online sebanyak 81,92% atau 68 responden, kalas XI yaitu 79,48% atau 62 responden, sedangkan untuk kelas XII yang menggunakan game online sebanyak 93,47% atau 86 responden. Sedangkan untuk hiburan media sosial jenis Vidio, Foto atau gambar lucu, pada kelas X, XI dan XII semuanya menggunakan jenis hiburan di media sosial ini. Selanjutnya jenis hiburan media sosial yang berupa film panjang, adalah kelas X sebanyak 40,96% atau 34 responden, kelas XI sebanyak 34,61% atau 27 responden, dan kelas XII adalah 67,39% atau 62 responden.

d. Bisnis Online

Kehadiran media sosial dalam pemasaran pada era digital bisa dilihat dari dua sisi, yaitu sisi pengiklan dan sisi pengguna media sosial. Dari sisi pengiklan, media sosial memberikan tawaran dengan konten yang beragam. Iklan tidak hanya dapat diproduksi dalam bentuk teks, tapi juga bisa audio, visual, bahkan audio-visual. Produksi iklan dan pemanfaatan media sosial juga cenderung membutuhkan biaya yang lebih murah, dibandingkan dengan pembuatan iklan di media massa yang bisa menghabiskan jutaan bahkan ratusan juta untuk sekedar iklan, dan sifatnya yang terbatas

(25)

sedangkan dengan menggunakan media sosial itu tidak, baik dari segi waktu, maupun jumlah yang melihat iklan tersebut.22

Kehadiran media sosial memberikan alternatif pilihan bagaimana praktik pemasaran pada era digital ini bisa berubah dari iklan berbayar menjadi iklan berdasarkan pengguna (user experience) yang cenderung berbiaya kecil dan terkadang tanpa biasa sama sekali. Fasilitas di media sosial dan bagaimana pengguna memanfaatkan media sosial untuk berbagi ralitas diri offlaine-nya secara online

memberikan arah balik bagaimana periklanan itu bekerja. Pengguna secara sadar maupun tidak, menginformasikan pengalaman mereka dalam menggunakan produk atau jasa.

SMK Negeri 1 Bulakamba telah memanfaatkan media sosial sebagai branding dan marketing produk siswanya, baik yang berbentuk barang maupun jasa seperti yang dilakukan oleh siswa jurusan Agrobisnis, para siswa menjual barang hasil kreatifitasnya yang berbentuk keripik bayam baik dijual secara tradisinal yaitu dijual keliling tetapi mereka juga menjualnya secara online.23

Hal senada juga dilakukan oleh seorang siswa yang bernama Supriyatin, yang menggunakan media sosial facebook untuk memasarkan barang dagangannya yaitu berupa kerudung dan pakaian.

22 Nasrullah,Rulli. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan sosioteknologi.Bandung.Rosdakarya.2016.Hal 160

(26)

“saya jualan barang dagangan saya juga melalui

facebook pak, ya walaupun pembelinya juga temen sekelas sih hehehe” 24

Selain itu SMK Negeri 1 Bulakamba juga mempromosikan kemampuan siswanya lewat kerjasama dengan perusahaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri, dalam hal ini kepala SMK Negeri 1 memaparkan betapa pentingnya media sosial.

“Jadi pernah suatu ketika kami bekerja sama dengan daihatsu jadi siswa kami dikontrak selama satu tahun penuh dan hal itu kami menggunakan e-mail dalam perjanjian kontrak’’25

Media sosial dengan beragam bentuknaya, mulai dari forum, situs jejaring soaial, berbagi media, atau opini, memberikan media bagi pengguna untuk berinteraksi sekaligus berpartisipasi dalam kegiatan soaial virtual. Semakin lama dan semakin sering terjadi komunikasi antar pengguna, maka semakin kuat ikatan relasi virtual yang terjadi diantara mereka. Karena itu, sebuah produk atau jasa lebih efektif apabila dipromsikan oleh penggguna media sosial.

Saat ini sosial media telah memberikan layanan iklan. Seperti

blogger, facebook, twitter dan lainnya bisa menempatkan iklan di situs tersebut. Hal ini dijadikan kesempatan emas bagi para siswa SMK Negeri 1 Bulakamba untuk mempromosikan barang dagangannya, akan tetapi kesempatan ini tidak diambil oleh banyak siswa SMK Negeri 1

24 Wawancara dengan Spriyatin, siswa kelas X pada tanggal 20 Oktober 2015 di depan SMK Negeri 1 Bulakamba

25 Hasil wawancara dengan bapak Slamet Riyadi selaku kepala sekolah SMK N 1 bulakamba, bertempat di rauang kepala sekolah hari sabtu tanggal 20 Februari 2016 pukul 11.00 wib

(27)

Bulakamba, hal ini terbukti dengan sangat rendahnya responden yang memanfaatkan kesempatan ini, hanya sekitar 1,88 % atau 2 anak di kelas X dan sekitar 4,16% atau 4 siswa di kelas XII yang melakukan bisnis online ini. Hal ini menunjukan betapa rendahnya pemahaman pemanfaatan media sosial yang dilakukan oleh siswa SMK Negeri 1 Bulakamba.26

Untuk hal ini peneliti mengungkapkan mereka (siswa) yang memeanfaatkan media sosial untuk bisnis, semuanya mengaku menjual produk orang lain (reseller), karena dengan menjadi reseller mereka tidak mengeluarkan biaya hanya keaktitifan mereka dalam mempromosikan barang dagangannya. Seperti pengakuan dari seorang siswi kelas XII yang mengatakan :

“saya memanfaatkan media sosial juga untuk menjadi reseller fashion dan aksesoris wanita pak, seperti bross, gantungan kunci dan lain-lain. Media sosialnya yang saya gunakan facebook pak, hasilnya lumayan buat tambah uang jajan pak, untuk omsetnya gak nentu pak.’’ 27

2. Nilai Negatif Penggunaan Media Sosial di SMK Negeri 1 Bulakamba

Adanya media sosial memang sangatlah membantu seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, baik teman maupun saudara. Namun di dalam kemudahan itu juga terdapat dampak positif serta negatifnya, berikut akan dijelaskan dampak yang terjadi dalam penggunaan media sosial.

Berbicara media sosial sekarang ini memang sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat, hampir tiap individu menggunakan media sosial dari yang

26 Lihat tabel VI tentang pemanfaatan media sosial 27 Wawancara dengan Alimah siswi kelas XII Otomotif

(28)

muda hingga yang tua baik untuk berbinis maupun hanya sebatas terhubung dengan teman. Akan tetapi media sosial juga memiliki sisi negatif yang dapat merusak moral penggunanya, Hal ini terjadi pada siswa SMK Negeri 1 Bulakamba, dimana para siswa merasakan efek negatif dari penggunaan media sosial, maka dari itu peneliti membagi jenis efek negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan media sosial dalam bentuk tabel.

Tabel VIII

Jenis Efek Negatif Penggunaan Media Sosial Jenis efek Negatif Penggunaan media sosial Kelas X (106 Responden) Kelas XI (105 Responden) Kelas XII (96 Responden menyendiri 45:106X100% = 42,45% 56:105X100% = 53,33% 32:96X100% = 34,37% Berkurangnya sopan santun 58:106X100% = 54,71% 87:105X100% = 82,85% 68:96X100% = 70,83% Merusak tata bahasa 98:106 X 100% = 92,45% 102:105X100% = 97,14% 92:96X100% = 95,83% Boros 67:106 X 100% = 63,2% 97:105X100% = 92,38% 86:96X100% = 89,53% Malas Belajar 94:106 X 100% = 88,67% 95:105X100% = 90,47% 92:96X100% = 95,83%

(29)

Mudah membully 37:106 X 100% = 34,9% 79:105X100% = 75,23% 53:96X100% = 55,2% SeksPra Nikah 1:106 X 100% = 0.94% 0:105X100% = 0% 3:96X100% = 3,12%

1. Menyendiri atau Mengisolasi dari Dunia Luar

Belakangan ini sering terdengar kata-katamedia sosial dapat mendekatkan yang jauh dan juga menjauhkan yang dekat. Di media sosial, seseorang bisa bebas dan leluasa berteman dengan siapa saja yang berasal dari berbagai belahan dunia. Media sosial tidak mengenal tempat, selagi tempat tersebut ada sinyal untuk internet, maka media sosial dapat berjalan lancar. Orang Indonesia bisa mengenal dan berteman dengan orang Cina, Korea bahkan Amerika. Itu semua mungkin, dan itulah kelebihan dari media sosial. Jika seseorang bisa memanfaatkan media sosial dengan baik, maka akan menguntungkan juga.

Pada kasus seperti ini peneliti menemukan fakta berupa data yang menunjukan adanya efek negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan media sosia. Pada kelas X didapatkan sebanyak 42,45% atau 45 responden, kelas XI 53,33% atu 56 responden, sedangkan untuk kelas XII terdapat sebayak 34,37% atau 32 responden.

(30)

Menyendiri atau mengisolasi diri dari dunia luar disini bukan berarti siswa tersebut terkurunng dalam suatu ruangan atau wilayah, akan teteapi pemaknaan menyendiri ata mengisolasi diri dari dunia luar adalah siswa berinteraksi layaknya mahluk sosial pada umumnya, akan tetapi mereka lebih sibuk dengan media sosialnya.

2. Berkurangnya Sopan Santun

Sopan adalah hormat dan takzim (akan,kpd) atau tertib menurut adat yang baik. Santun adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya) atau sabar dan tenang. Sedangkan sosial diartikan sebagai segala sesuatu mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.

Sopan santun dapat dilakukan oleh berbagai kalangan, baik itu orang tua, anak, guru, dan orang lain. Peranan mereka sangat penting dalam mengajarkan anak bersikap secara sopan santun kepada siapapun dan dimanapun. Akan tetapi sikap sopan santun, saling hormat menghormati sekarang ini mulai meluntur terlebih pada usia pelajar.

SMK Negeri 1 Bulakamba merupakan sekolah favorit yang didalamnya terdapat peraturan yang mengatur tentang sopan santun siswa, akan tetapi belakangan ini rasa sopan santun siswa terutama pada guru mengalami kemerosotan terlebih sejak munculnya media sosial. Hal ini senada dengan apa yang dituturkan oleh ibu Entin yang mengatakan :

(31)

“Sebagai pihak yang berinteraksi langsung dengan siswa sejauh ini media sosial sangat berpengaruh dengan komunikasi siswa akan tetapi masih dalam tahap normal, seperti clemongan 28 dengan bahasa gaul atau bahasa jawa,akan tetapi kurang baik akan tetapi menurut saya masih wajar karena seusia mereka”29

Setelah mendapatkan keterangan tersebut peneliti melakukan penelitian berupa penyebaran angket kepada para siswa, Peneliti mendapatkan data tentang berkurangnya rasa sopan santun siswa karena penggunaan media sosial. Kelas X didapatkan 54,71% atau 58 reponden, kelas XI sebanyak 82,85% atau 87 responden, sedangkan untuk kelas XII yaitu 70,83% atu 68 responden.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dapat disimpulkan media sosial juga memiliki andil dalam kemerosotan sikap sopan santun siswa di SMK Negeri 1 Bulakamba.

3. Merusak Tata Bahasa

Media sosial tidak memiliki aturan baku yang berlaku bagi seseorang dalam melakukan interaksi dengan temannya disitus jejaring sosial. Tidak ada tata bahasa baku untuk digunakan pada situs jejaring sosial, ini membuat mereka berkomunikasi semau mereka sendiri dengan menciptakan bahasa mereka sendiri tanpa peduli dengan tata bahasa yang baik dan benar dalam berkomunikasi.

28 Clemongan adalah bahas brebes yang memiliki makna berbicara seenaknya

29 wawancara dengan ibu entin selku guru dan walikelas di jurusan teknik audio video 2 hari sabtu bertempat di ruang tunggu smk N 1 Bulakamba pukul 09.25 WIB

(32)

Hal ini perlahan tapi pasti akan membunuh kemampuan komunikasi yang baik dan benar seperti yang dilakukannya dalam berinteraksi didunia nyata selain itu juga membunuh keterampilan menulis mereka yang sesuai dengan ejaan yang baku dan benar.30

Ikon emosi muncul sebagai simbol dari pengguna dengan modifikasi dari simbol-simbol keseharian menjadi bahasa komputer; mulai dari ikon sederhana, seperti  untuk menandakan bahagia. Tidak hanya itu , beragam faktor yang bisa memunculkan inovasi baru, misalnya ada modifikasi emoticon di jepang dengan nama kaomoji.31

Para siswa di SMK Negeri 1 Bulakamba sendiri tidak asing dengan penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar, selain mereka menggunakan bahasa tersebut dalam dunia maya, mereka juga sering mengaplikasikannya dalam dunia nyata mereka, sehingga mereka juga merasa sudah lazim dengan penggunaan bahasa tersebut.

Pada kelas X didapatkan responden sebanyak 92,45% atau 98 responden yang merasa menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah yang benar ketika menggunakan media sosial. t dak haya kelas X saja yang menggunakan, kelas XI dan XII juga menggunakannya, pada

30 Anugrah, Pekerti, Briyan. Jurnal. pengaruh jejaring sosial terhadap kelakuan seseorang. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 2013, Hal 8

31 Nasrullah,Rulli. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan sosioteknologi.Bandung.Rosdakarya.2016.Hal 82-83

(33)

kelas XI didapatkan 97,14% atau 102 responden dan kelas XII adalah 95,83% atau 92 responden..

Berdasarkan data tersebut, penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan tata bahasa yang sesuai kaidah bahasa indonesia pada penggunanan media sosial sangatlah besar, karena dalam media sosial para pengguna merasa lebh praktis menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang benar, seperti penyingkatan kata “lagi apa?” maka cukup ditulis “lg up” misalnya kalimat, perubahan kata seperti kata “aku” ditulis dengan kata “Q” atau “q” atau “aqu” bahkan “akyu” dan munculnya emoty icon (ikon emosi), yang lebih memudahkan para pengguna media sosial mengungkapkan perasannya, seperti emoty icon  yang menunjukan ekspresi bahagia,  untuk menunjukan ekspresi sedih dan lainnya.

“iya pak kadang saya juga menggunakan bahasa alay, campuran, tulisannya disingkat singkat, dan lain-lain, contohnya assalamualaikum, saya tulis ass, aku ditulis q atau Aqu”32

4. Boros atau menghamburkan uang

Penggunaan media sosial mau tidak mau seseorang harus mengeluarkan uang untuk membeli kuota internet terkecuali yang menggunakan media sosial yang menggunakan sinyal wi-fi secara gratis. Besaran uang yang dihabiskan oleh pengguna media sosial

(34)

tidaklah sama tergantung dengan alat yang digunakan dalam menggunakan media sosial seperti laptop, handphon atau smartphone, dan warnet.

Penggunaan media sosial di SMK Negeri 1 Bulakamba yang rata-rata menggunakan smartphone, para siswa bisa menghabiskan uang Rp. 100.000 hanya untuk bisa bermain media sosial, hal ini sesuai dengan pernyataan dari ardian :

“Rata-rata bagi mereka yang kecanduan media sosial selalu menjaga pulsanya demi bisa bermedia sosial ria. Banyak juga remaja sekarang yang lebih memilih pulsanya didaftarkan untuk paket internet daripada untuk menelpon atau sms keluarga. Sekarang sekitar 50.000 sampai 100.000 rupiah minimal biaya yang dibutuhkan untuk 1 bulan paket internet. Itupun belum termasuk biaya sms dan telephone.33

Pada tingkat keborosan penggunan media sosial didapatkan data pada kelas X yaitu 63,2% atau 67 responden, kelas XI sebanyak 92,38% atau 97 responden, dan kelas XII sebanyak 89,53% atau 86 responden.

5. Menjadikan Siswa Menjadi Malas Belajar

Pengaruh ini di buktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryn Karpinski peneliti dari Ohio State University,menunjukkan bahwa : “para siswa yang sering menggunakan media sosial secara berlebihan rata-rata anaknya malas, dan prestasinya juga tidak terlalu bagus-bagus banget” 34

33 Hasil wawancara dengan Ardian, penjaga counter isi ulang pulsa, pada tanggal 10 oktober 2016 34 Wawancara dengan ibu Ari, guru BK SMK Negeri 1 bulakamba, pada tanggal 23 februari 2016

(35)

Prestasi belajar siswa menurun akibat terlalu sering membuka situs jejaring sosial di internet. Hal ini mungkin karena motivasi belajar siswa tersebut juga menjadi berkurang karena lebih mementingkan media sosialnya daripada prestasi belajarnya sendiri.

Jika terlalu asyik bermain menggunakan sosial media menyebabkan malas untuk membuka kembali buku pelajaran sekolah. Saat ingin mengerjakan tugas sekolah atau kuliah pun inginnya segera cepat karena sudah terfokus dengan sosial media. Alhasil kualitas daya belajar mereka pun menurun akibat penggunaan yang berlebihan.

Dampak negatif ini juga dirasakan oleh siswa di SMK Negeri 1 Bulakamba, pada kelas X didapatkan 88,67 atau 94 responden, kelas XI 90,47% atau 95 responden, dan kelas XII 95,83% atau 92 reponden yang merasakan penurunan keaktifan belajar dikarenakan media sosial. Hal ini senada dengan pengakuan dari seorang siswa jurusan akuntansi yang mengatakan bahwa dia merasa prestasinya menurun karena menggunakan media sosial yang tidak terkontrol.

“iya pak saya rasakan sendiri, prestasi saya menurun dari yang tadinya masuk peringkat sekarang enggak masuk pak, karena terlalu sering main facebook.”35

Akan tetapi tidak semuanya media sosial memberikan efek negatif bagi prestasi siswa, akan tetapi juga bisa membuat prestasi siswa lebih meningkat, hal ini dirasakan sendiri oleh Sri Intan

35 Wawancara dengan wigiyana, di depan SMK Negeri 1 Bulakamba, pada tanggal 20 oktober 2016

(36)

Rokhayati yang telah menggunakan media sosial sejak tiga tahun yang lalu. Dia mengaku bahwa prestasinya sekarang ini berkat bantuan dari media sosial,

“Engga juga sih pak, saya rasa media sosial memberi kemudahan bagi saya untuk mendapatkan pemahaman selain dari guru pak”.36

6. Bully

Bully adalah sebuah tindakan agresi yang disengaja dan atau menipulasi dari satu atau banyak orang terhadap orang lain.37 Korban bully biasanya dari dua kalangan yaitu passive victim dan provocative victim. Passive victim adalah anak pendiam danumumnya memiliki sedikit teman, sehingga korban mudah untuk disakiti oleh tindakan

bullying. Mereka lebih menginternalisasi bullying yang mereka alami dan ahirnya merasa rendah diri dan low self esteem. Sedangkan pada

provocative victim mereka sering menyebabkan ketegangan disekitar mereka sehingga mereka mendapatkan masalah tidak hanya bullies tetapi juga dengan teman-teman lainnya, mereka sulit mendapatkan teman dan lingkungan sosial sehingga mereka lebih berisiko mengalami masalah psikologis dan sosial.38

Kasus bullying seperti ini juga terjadi di SMK Negeri 1 Bulakamba, baik bully yang bersifat passive victim ataupun

36 Wawancara dengan Sri Intan Rohayati siswa berprestasi dari kelas XI TKR (Teknik Kendaraan Ringan) III, bertempat di Ruang BK pukul 09.30 WIB

37Mulyati,Dewi.Hunbungan Antara Bullying denga Body Satis Satisfaction Pada Remaja Putra Korban Bullying Terhadap tambilan Fisik. Universitas Indonesia. Depok.2012. Hal 18

(37)

provocative victim. Salah satu contoh korban bully yang bersifat passive victim yaitu siswa yang bernama Carsim siswa kelas X TKR 1, dia di bully oleh teman-temannya baik teman satu kelasnya maupun teman antar kelas. Penampilan secara fisik yang tidak menarik, logat bicara yang berbeda dengan lainnya ditambah sikap diamnya itu yang menjadi alasan teman-teman Carsim untuk membullynya,

Sedangkan untuk bully yang bersifat provoactif victim dialami oleh siswa yang bernama Antoni siswa X TITL, dia di bully temannya karena ia sering mengganggu teman terutama siswa peremuan dan berperilaku seakan-akan dia yang paling hebat sendiri, sehingga dia dijauhi oleh teman-temannya.39

Selain bully yang disebabkan oleh faktor korban bully sendiri, bully juga dapat disebabkan oleh faktor penggunaan media sosial. Peran media sosial pada bully karena dimedia sosial para pengguna media sosial terkadang tersaji konten-konten yang menggiring media sosial untuk melakukan tindakan pembullyan, seperti yang dilakukan oknum supporter sepak bola persib yang mengejek supporter persija. Hal ini juga terjadi pada SMK Negeri 1 Bulakamba, dimana pada kasus bully yang di lakukan oleh siswa karena media sosial didapatkan data pada kelas X sejumlah 34,9% atau 37 responden, kelas XI terdapat 75,23% atau 79 responden, dan kelas XII terdapat 55,2% atau 53 responden.

(38)

7. Seks Pra Nikah

Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual.40

Dalam penelitian ini didapatkan perilaku seks pra nikah yang terjadi di SMK Negeri 1 Bulakamba, peneliti hanya berfokus pada hubungan seks yang dilakukan oleh siswa, pada kelas X didapatkan 0.94% atau 1 responden, kelas XI 0 responden, dan kelas XII 3,12% atau 3 responden.

Kejadian hubungan seks diluar nikah ini pernah terjadi pada salah satu siswa dimana siswa itu kedapatan tanpa busana dengan salah satu teman wanitanya di sebuah kamar, siswa tersebut mengaku bahwa dirinya telah berhubungan badan dengan temannya tersebut.41

40 Soetjiningsih dkk. Buku Ajar: Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto. 2004.hal. 24

41 Wawancara dengan Apriza, Staff Bimbingan Konseling, pada hari kamis, bertempat di ruang loby SMK november 2015

(39)

Umumnya perilaku seks ini sering diiringi dengan pesta obat-obatan terlarang. Akan tetapi pada kasus ini siswa (pelaku) tidak sedang dipengaruhi oleh obat-obatan terlarang maupun minuman keras akan tetapi setelah diintrogasi lebih dalam siswa tersebut terpengaruh oleh media sosial khususnya tayangan vidio porno yang terdapat di

youtube dan instagram Berdasarkan data yang peneliti peroleh, media sosial memiliki dampakterhadap perilaku seks menyimpang yang terjadi pada siswa SMK Negeri 1 Bulakamba.

C. Perilaku Menyimpang di SMK 1 Bulakamba

1. Macam Perilaku Menyimpang di SMK Negeri 1 Bulakamba Perilaku menyimpang yang terjadi di SMK Negeri 1 Bulakamba cukup tinggi, bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa SMK N 1 Bulakamba seperti merokok, membolos, menonton vidio porno, tawuran, berjudi, mengkonsumsi minum-minuman keras, dan melakukan hubungan seks di luar nikah.

Untuk mempermudah mengetahui presentase siswa dalam melakukan perilaku menyimpang, peneliti membuatkan tabel indikator-indikator perilaku menyimpang yang terdapat di SMK N 1 Bulakamba.

(40)

Tabel IX.C.1

Perilaku Menyimpang Siswa Perilaku Menyimpang Siswa Kelas X (106 Responden) Kelas XI (105 Responden) Kelas XII (96 Responden Membolos 34:106X100% = 32,07% 64:105X100% = 60,95% 27:96X100% = 28,12% Merokok 23:106X100% = 21,69% 32:105X100% = 30,47% 14:96X100% = 14,58% Berjudi 6:106 X 100% = 5,66% 2:105X100% = 1,9% 7:96X100% = 7,29% Melihat vidio porno 37:106 X 100% = 34,9% 77:105X100% = 73,33% 82:96X100% = 89,13% Tawuran/ perkelahian 46:106 X 100% = 43,39% 64:105X100% = 60,95% 32:96X100% = 33,33% Minum minuman keras 27:106 X 100% = 25,47% 9:105X100% = 8,57% 13:96X100% = 13,57% Seks PraNikah 1:106 X 100% = 0.94% 0:105X100% = 0% 3:96X100% = 3,12%

(41)

Tabel IX.C terlihat diantara perilaku menyimpang siswa pada kelas X perilaku menyimpang yang paling banyak dilakukan adalah jenis minum minuman keras dengan presentase 25,47% atau 27 responden (siswa siswi), sedangkan perilaku menyimpang yang paling banyak dilukan oleh siswa kelas XI adalah membolos sebanyak 60,95% atau 64 responden, merokok 30,47% atau 32 responden, dan perilaku menyimpang jenis tawuran atau perkelahian yang memiliki prosentase sebanyak 60,95% atu 64 responden, dan jenis perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa kelas XII adalah berjudi sebanyak 7,29% atau 7 responden, melihat vidio porno sebanyak 89,13% atau 82 responden, dan jenis perilaku menyimpang berupa seks diluar nikan sebesar 3,12% atau 3 responden.

2. Analisis Deskriptif Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang di SMK N 1 Bulakamba

Bagian ini peneliti akan memberikan gambaran faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku menyimpang di SMK Negeri 1 Bulakamba. untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini:

Tabel X

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Siswa

Faktor yang mempengaruhi Perilaku Menyimpang Siswa Kelas X (106 Responden) Kelas XI (105 Responden) Kelas XII (96 Responden

(42)

keluarga 15:106X100% = 14,15% 9:105X100% = 8,57% 12:96X100% = 12,5% Lingkungan tempat tinggal 14:106X100% = 13,2% 42:105X100% = 40% 29:96X100% = 30,2% Lingkungan sekolah 54:106 X 100% = 50,94% 32:105X100% = 30,48% 27:96X100% = 28,12% Media sosial 23:106 X 100% = 21,69% 22:105X100% = 20,95% 28:96X100% = 29,16%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui faktor media sosial turut mempengaruhi perilaku menyimpang siswa di SMK Negeri 1 Bulakamba, terlihat pada siswa kelas X terdapat 21,69% atau 23 responden (siswa-siswi), kelas XI sebesar 20,95% atau 22 responden (siswa-siswi), dan kelas XII sebanyak 29,16% atau 28 responden (siswa-siswi). Meskipun presentase pengaruh media sosial tidak sebanyak dengan faktor yang lainnya, hal ini menunjukan media sosial turut berperan dalam membentuk atau mempengaruhi perilaku siswa di SMK Negeri 1 Bulakamba. hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari bapak Hudidoyo yang mengatakan :

“pernah pada suatu ketika ada salah satu siswa yang tertangkap tangan sedang berpacaran di lingkungan sekolah dan ada juga siswa yang selalu meremahkan bahkan ketika berkomunikasi dengan guru tidak sewajarnya ketika siswa dan guru berkomunikasi, setelah ditelusuri dan di introgasi oleh guru BK (Bimbingan Konseling), ternyata mereka mengaku bahwa selain pengaruh dari lingkungan ternyata mereka juga dipengaruhi oleh media sosial yaitu facebook dan instagram, itu artinya siswa tidak

(43)

dapat lepas dari media sosial yang sangat berpengaruh terhadap komunikasi dan perilaku siswa dengan guru”.42

D. Penanganan Perilaku Menyimpang Yang Disebabkan Penggunaan Media Sosial Secara Negatif

SMK Negeri 1 Bulakamba merupakan sekolah yang menerapakan peraturan yang cukup ketat bagi para siswanya. Hal ini bertujuan untuk membatasi perilaku siswa yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di SMK Negeri 1 Bulakamba.

Peraturan di SMK Negeri 1 Bulakamba tidak hanya mengatur tata tertib perilaku siswa saja, akan tetapi juga mengatur tata cara berpakaian, cara berjalan, cara bertemu dengan guru dan senior (husus untuk kelas NKPI diwajibkan memberi salam hormat dari junior ke senior, dan hormat ke semua guru).

Untuk penanganan pelanggaran tata tertib di SMK Negeri 1 Bulakamba, pihak sekolah memberikan wewenang kepada Wakil Kepala Bagian Kesiswaan, dan dibawahnya ada 2 lembaga yang membantunya yaitu BK (Bimbingan Konseling) dan STP2K (Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan Kesiswaan). Kedua bidang pembantu ini saling bekerjasama dalam menangani pelanggaran siswa.43

42 Hasil wawancara dengan hudidoyo Ali Martono koordinator bimbingan konseling, bertempat di ruang BK, pukul 10.50 WIB tanggal 11 februari 2016

43 Wawancara dengan bapak wihanto pembina STP2K bertempat di ruang STP2K pukul 12.30 WIB

(44)

Untuk penanganan perilaku menyimpang yang disebabkan penyalahgunaan media sosial di SMK Negeri 1 Bulakamba, pihak sekolah belum meliliki aturan pasti yang mengatur penyalahgunaan media sosial,seperti yang dikatakan oleh bapak Slamet.

“Berkaitan dengan aturan husus untuk pengawasan penyalahgunaan media sosial saat ini belum ada aturan secara baku”44

Melihat begitu besar dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan media sosial maka draft tetantang peraturan penyalahgunaan media sosial akan di buat oleh pihak sekolah dalam hal ini adalah BK, seprti yang dikatakan oleh bapak Tasori :

Untuk peraturan husus tentang penyalahgunaan media sosial belum ada, akan tetapi untuk kedepannya akan dibuatkan khusus draft tentang ini, selama ini kami berkordinasi dengan kepala prodi tentang kebijakan penggunaan media sosial.45

Pihak sekolah yang dalam hal ini diwakili oleh BK dan STP2K dalam menangani penyalahgunaan media sosial tetap memberikan tindakan prefentif kepada para siswa, yakni memberi batasan waktu dalam menggunakan gadget ketika di lingkungan sekolah, menyediakan lemari khusus siswa untuk menyimpan gadget ketika di dalam kelas, melakukan

44 wawancara dengan bapak Slamet Riyadi selaku kepala sekolah SMK N 1 bulakamba, bertempat di rauang kepala sekolah hari sabtu tanggal 20 Februari 2016 pukul 11.00 wib.

45 Hasil wawancara dengan Tasori koordinator bimbingan konseling, bertempat di ruang BK, pukul 10.50 WIB tanggal 11 februari 2016

(45)

operasi isi konten gadget,46 memberikan pemahaman atau penyuluhan tentang penggunaan media sosial yang sehat.47.

Selain melakukan tidakan yang bersifat prefentif, SMK N 1 Bulakamba juga melakukan tidakan persuasif. Tindakan persuasif yang diberikan kepada siswa yang melakukan penyalahgunaan media sosial ada empat tahapan yaitu tahapan pemanggilan, tahapan sanksi, tahapan pemanggilan orang tua siswa, dan tahapan pengembalian kepada orang tua siswa. Untuk tahap pemanggilan biasanya siswa pelanggar di beri waktu untuk mengklarifikasi pelanggarannnya, jika terbukti terdapat unsur pelanggaran maka dilanjutkan pada tahap pemberian sanksi, pemberian sanksi ini bukan sanksi secara fisik akan tetapi pemberian sanksi yang bersifat kemandirian, seperti membersihkan toilet siswa dan guru48. Setelah selasai mendapatkan tindakan tahap dua, maka siswa dianggap telah bertanggung jawab, akan tetapi jika masih melakukan tindakan yang sama atau bahkan lebih maka akan dilakukan tahapan yang ketiga bahkan bisa langsung tahapan keempat yaitu dikembalikan kepada orang tua siswa.49

46 Hasil wawancara dengan hudidoyo Ali Martono koordinator bimbingan konseling, bertempat di ruang BK, pukul 10.50 WIB tanggal 11 februari 2016

47 wawancara dengan bapak Slamet Riyadi selaku kepala sekolah SMK N 1 bulakamba, bertempat di rauang kepala sekolah hari sabtu tanggal 20 Februari 2016 pukul 11.00 wib.

48 Wawancara dengan bapak wihanto pembina STP2K bertempat di ruang STP2K pukul 12.30 WIB

(46)

Gambar

Tabel 1  Penarikan Sampel  No  Kelas  Populasi  Total Populasi  Dibulatkan  1  X  456 : 1324 X 307 = 105, 73  106  2  XI  453 : 1324 X 307 = 105,03  105  3  XII  415 : 1324 X 307 = 96,22  96  Jumlah  307
Tabel II
Tabel III
Tabel IV
+6

Referensi

Dokumen terkait

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm.. Seseorang yang mempunyai kesadaran terhadap suatu objek tertentu cenderung

Berdasarkan survei yang telah dilakukan dan dijelaskan dalam bab 1 kepada 34 responden dalam hal event tradisi kebudayaan daerah Jawa Tengah apa yang di ketahui

Analisis menggunakan teknik Ronald Barthes menurut peneliti sangat cocok digunakan karena dengan menggunakan dua kali pemaknaan secara denotatif dan konotatif yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “REAKSI ANTARA METIL SINAMAT DENGAN SENYAWA-SENYAWA NITROFENIL AMINA” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar

Keberadaan petroleum fund (dana migas) sa- ngat diharapkan dapat segera terealisasi da- lam waktu dekat, khususnya oleh lembaga lit- bang yang melaksanakan riset dalam rangka

(Bаnk Jаtim) Cаbаng Sаmpаng bаhwа riwаyаt pinjаmаn dаri nаsаbаh mеmiliki nilаi yаng bаik (kolеktibilitаs 1), sеhinggа usаhа tеrsеbut dаpаt dikаtаkаn sеbаgаi

[r]

Sedangkan interaksi BAP dan IBA memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel presentase keberhasilan okulasi, dan berpengaruh nyata pada variabel panjang tunas,