GAMBARAN DISTRIBUSI JENIS PENGGUNAAN KB DI DESA CINGCIN
KECAMATAN SOREANG
Westy Ayu Permatasari, Budiman2, Purwitasari3 1Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Bandung
3Pusat Kesehatan Masyarakat Soreang
ABSTRACT
Family Planning (KB) is an action that helps individuals or couples to get a particular objective, avoiding unwanted births, set the interval between pregnancies, birth control current time in the marital relationship and determine the number of children in the family. The achievement of the successful use of family planning in Indonesia in 2014 amounted to 57.4%. The purpose of this study to describe the distribution of contraceptive use in the village Cingcin. The method used in this study was a descriptive cross sectional study by interview using a questionnaire. Research results obtained showed as much as 61% already use birth control, and 39% did not use birth control, with the value of the distribution of the lowest contraceptive use condoms as much as 0%, implant as much 0,5%, IUD as much 11,5%, pills as much 0,20%, and the highest is injecting as much as 0.28%. Reasons injection as a top choice due to have amounted to 99-100% effectiveness in preventing pregnancy, the failure rate is very small.
Keyword : Contraception device, Family planning, Kind of family planning
PENDAHULUAN
Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.1 Menurut UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.2.
Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi (KR) yang berkualitas,
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) serta
penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi untuk membentuk keluarga kecil berkualitas.3
Menurut WHO tahun 2014 penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7%
menjadi 67,0%. Diperkiraan 225 juta
perempuan di negara-negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut:
terbatas pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidakadilan didorong oleh pertumbuhan populasi.4
Di Indonesia terdapat beberapa jenis alat kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device), Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP), kondom, implant, suntik,
dan pil KB.5Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2014 dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 47.019.002. Peserta KB baru sebesar 7.761.961 meliputi IUD sebanyak 555.241, MOW sebanyak 116.384, MOP sebanyak 16.062, kondom sebanyak 441.141, implan sebanyak 826.627, suntik sebanyak 3.855.254, dan pil KB sebanyak 1.951.252. Sedangkan peserta KB aktif sebanyak 35.202.908 meliputi IUD sebanyak 3.896.081, MOW sebanyak 1.238.749, MOP sebanyak
241.642, implant sebanyak 3.680.816,
kondom sebanyak 1.110.341, suntikan
sebanyak 16.734.917, dan pil KB sebanyak 8.300.362.6,7,8,9
Menurut BKKBN provinsi Jawa Barat, jumlah alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB baru tahun 2014 sebanyak 1.412.560 meliputi IUD sebanyak 124.425, MOW sebanyak 17.883, MOP sebanyak 2.375, kondom sebanyak 38.462, implant sebanyak 110.915, suntik sebanyak 759.124, dan pil KB sebanyak 359.376. Sedangkan peserta KB aktif sebanyak 6.998.177 meliputi IUD sebanyak 854.301, MOW sebanyak 189.860, MOP sebanyak 59.239, kondom sebanyak 108.182, implant sebanyak 386.529, suntik sebanyak 3.708.615, dan pil KB sebanyak 1.691.451.10,11
Di kota Bandung, jumlah alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB baru tahun 2014 sebanyak 55.937 meliputi IUD sebanyak
14.158, MOW sebanyak 1.620, MOP
sebanyak 19, kondom sebanyak 1.346, implant sebanyak 1.160, suntik sebanyak 30.910, dan pil KB sebanyak 6.724. Sedangkan peserta KB aktif sebanyak 284.933 meliputi IUD sebanyak 97.720, MOW sebanyak 11.254, MOP sebanyak 1.253, kondom sebanyak 5.091, implant sebanyak
4.767, suntik sebanyak 121.778, dan pil KB sebanyak 43.070.10
Peserta KB baru tahun 2014 di kabupaten Bandung sebanyak 550.768 meliputi IUD sebanyak 11.083, MOW sebanyak 1.293, MOP sebanyak 666, kondom sebanyak 1.418, implant sebanyak 6.688, suntik sebanyak 42.928, dan pil KB sebanyak 6.837. Sedangkan peserta KB aktif sebanyak 284.933 meliputi IUD sebanyak 92.568, MOW sebanyak 14.750, MOP sebanyak 5.537, kondom sebanyak 6.180, implant sebanyak 23.222, suntik sebanyak 303.749, dan pil KB sebanyak 104.762.10
Menurut laporan Puskesmas Soreang tahun 2016 cakupan peserta KB aktif sebanyak 81,28%.12
BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif dengan design cross sectional.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.
C. Populasi dan Sampling
Populasi yang dijadikan dalam subjek penelitian adalah wanita usia subur di desa Cingcin Kecamatan Soreang dengan sampel sebanyak 200 tatanan rumah tangga.
D. Subyek Penelitian
Subjek penelitian diwakili oleh wanita dengan memenuhi kriteria sebagai berikut : Kriteria Inklusi :
1. Usia produktif
2. Sudah menikah
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Dapat berkomunikasi dengan baik
5. Berpartisipasi dalan penelitian ini Kriteria Eksklusi :
1. Pria
2. Subyek sedang tidak ada ditempat saat dilakukan penelitian
3. Subyek menolak berpartisipasi
Data tentang distribusi penggunaan jenis KB diambil dari data primer berupa kuisioner yang telah dilakukan uji validasi sebelumnya. Data yang diperoleh berupa variabel kategorik diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk jumlah (n) dan presentase (%) yang ditampilkan dalam bentuk tabel.
HASIL PENELITIAN
Pada tabel 1. Gambaran penggunaan KB di Desa Cingcin sebanyak 122 responden (61%) dan yang tidak menggunakan KB sebanyak 78 responden (39%).
Tabel 1. Gambaran Penggunaan KB di Desa Cingcin KB Jumlah (n) Persentase (%) Menggunakan KB 122 61% Tidak menggunakan KB 78 39% Total 200 100
Pada tabel 2, Gambaran distribusi jenis penggunaan KB di Desa Cingcin meliputi IUD sebanyak 23 responden (11,5%), MOW sebanyak 1 responden (0,5%), kondom sebanyak 0 responden (0%), implant sebanyak 1 responden (0,5%) , suntik sebanyak 57 responden (0,28%), dan pil KB sebanyak 40 responden (0,20%)
Tabel 2. Gambaran distribusi jenis penggunaan KB di Desa Cingcin
Jenis KB Jumlah (n) Persentase (%) IUD 23 11,5 MOW Kondom Implant Suntik Pil KB 1 0 1 57 40 0,5 0 0,5 0,28 0,20 Total 200 100 PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan gambaran penggunaan KB di Desa Cingcin sebanyak 122 responden (61%), dengan nilai distribusi jenis penggunaan KB terendah adalah kondom sebanyak 0 responden (0%), MOW dan implant sebanyak 1 responden (0,5%), IUD sebanyak 23 responden (11,5%), pil KB sebanyak 40 responden (0,20%), dan tertinggi adalah suntik sebanyak 57 responden (0,28%). Menurut penelitian sebelumnya, pada tahun 2014 peserta KB aktif di Sukohajo sebanyak 119.206 (77,4%), dengan nilai distribusi pengguna KB terendah adalah kondom
sebanyak 0 responden (0%), MOW sebanyak
334 responden (0,3%), implant sebanyak
9.732 responden (8,2%), IUD sebanyak 19.510 responden (16,4%), pil KB sebanyak 16.395 responden (13,7%), dan suntik sebanyak 62.233 responden (52,2%).13,14,15
Adanya beberapa faktor yang ditinjau dari beberapa segi penyebab wanita usia subur tidak ingin menggunakan KB, yaitu : segi
pelayanan KB, segi ketersediaan alat
kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE, dan hambatan budaya.12 Dari hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) diketahui banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak
menggunakan kontrasepsi yaitu karena
mereka menginginkan anak sebanyak 20%, karena efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi sebanyak 11%, karena masalah kesehatan sebanyak 8%, alasan berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi karena biaya terlalu mahal sebanyak 0,7%, dan alasan
karena masalah agama sebanyak
0,5%.16,17,18,19,20
Alasan kondom jarang dipakai karena memiliki angka kegagalan yang tinggi dan mengganggu pada saat berhubungan.21,22,23
Alasan MOW jarang dipakai dikarenakan memiliki kerugian yaitu tidak dapat lagi
memiliki anak, bersifat sebagai alat
kontrasepsi permanen.21,22,23
Alasan implant jarang dipakai karena memiliki kerugian yaitu terjadinya perdrahan
bercak, meningkatnya jumlah darah
menstruasi, berat badan bertambah,
menimbulkan jerawat, dan membutuhkan tenaga yang ahli untuk memasang dan membukanya.21,22,23
Alasan IUD cukup menjadi pilihan dikarenakan IUD memiliki keuntungan yaitu : sangat efektif, praktis, bisa digunakan dalam jangka waktu lama, tidak mengganggu ASI, namun terdapat beberapa kekurangan yang menyebabkan IUD tidak menjadi pilihan terbanyak, yaitu : rasa mulas, menstruasi tidak teratur, adanya perdarahan ringan, memiliki efek samping infeksi rongga panggul. IUD ini lebih disarankan untuk ibu yang ingin memakai cara KB praktis, tidak ingin memiliki anak dalam jangka panjang, dan
sedang menyusui. IUD tidak disarankan untuk ibu yang mengalami menstruasi yang lama, pernah hamil diluar kandungan, dan menderita anemia berat. IUD kontraindikasi untuk penderita infeksi leher rahim atau panggul,
riwayat peradangan rongga panggul,
pendarahan pervaginam abnormal, dan kanker alat kelamin.21,22,23
Alasan pil KB menjadi pilihan terbanyak
kedua dikarenakan memiliki efektivitas
sebesar 99% dalam mencegah kehamilan, dan terdapat banyak keuntungan yaitu : mudah didapat, efektif jika digunakan secara tepat dan benar, mengurangi resiko mengalami
kanker rahim, mengurangi disminore,
mengurangi kejadian kehamilan ektopik, dan mengurangi resiko penyakit payudara.21,22,23
Alasan suntik sebagai pilihan utama dikarenakan memiliki efektivitas sebesar 99-100% dalam mencegah kehamilan, dengan tingkat kegagalannya sangat kecil. Memiliki keuntungan jika digunakan dengan baik, efektivitasnya bisa menyamai vasektomi dan tubektomi, praktis, aman, tidak mengganggu
produksi ASI, dan mengurangi resiko
terjadinya infeksi rongga panggul.21,22,23
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan KB di Desa Cingcin sebanyak 122 responden (61%), dan yang tidak menggunakan KB sebanyak 78 responden (39%). Didapatkan nilai distribusi jenis penggunaan KB terendah adalah kondom sebanyak 0 responden (0%), MOW dan
implant sebanyak 1 responden (0,5%), IUD sebanyak 23 responden (11,5%), pil KB sebanyak 40 responden (0,20%), dan tertinggi adalah suntik sebanyak 57 responden (0,28%).
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat Prof. Hj. Dr. Ieva B. Akbar, dr., AIF sebagai Dekan FK Unisba., lalu kepada Budiman, dr., M.KM dan Purwitasari dr. M. Kes. sebagai pembimbing I dan II, yang telah membantu dan memberi waktu, tenaga, bimbingan serta dorongan dalam penyusunan artikel ini. Tidak lupa kepada teman-teman
kelompok empat yang telah memberi
dukungan dan selalu mengingatkan dalam
penyusunan artikel ini. Terimakasih kepada Puskesmas Soreang dan segenap staf yang telah memberi izin dan bantuan kepada penulis dalam pengumpulan data untuk melakukan penyusunan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
WHO. 2009. Medical Eligibility Criteria For Contraceptive Use. Geneva: Department of Reproduction and Research World Health Organization.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Yuhedi T.L, dan Kurniawati T. 2013. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC.
WHO. 2014. Medical Eligibility Criteria For Contraceptive Use. Geneva: Department of Reproduction and Research World Health Organization.
BKKBN. 2015. Jenis Alat Kontrasepsi. Jawa Timur
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2014
BKKBN. 2014. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN
Survei Demografi Dan Kependudukan Indonesia 2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, DHS Macro.
BKKBN. 2013. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia. Jakarta: BKKBN.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Barat. 2015. Jawa Barat Dalam Angka. Badan
Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
BKKBN. 2008. Peningkatan Akses Dan Pelayanan KB. Bandung: BKKBN.
Laporan Semesteran Puskesmas. 2016
Dinkes Sukoharjo. 2014. Profil
Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2013. Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
Dinkes Sukoharjo. 2015. Profil kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2014. Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
Andria. 2013. Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Pasangan Usia Subur (PUS) Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi Di Dusun II Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Riau
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2002
BKKBN. 2003. Buku Sumber Untuk
Advokasi, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender dan Pembangunan kependudukan. Jakarta
BKKBN. 2004. Buku Kapita Selekta
Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta.
BKKBN. 2009. Cukilan Data Program
KB KN Nomor 246. ISSN : 0120-0197. Jakarta
Ayunda S.S. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Oleh PUS Di Desa Peunyerat
Kecamatan Banda Raya Banda Aceh.
[Skripsi]. Aceh: STIK U’budiyah.
Bernadus D. J, Madianung A dan Masi G. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Bagi Akseptor KB Di Puskesmas Jailolo. Jurnal e- NERS(eNs). Vol 1. No 1. Maret 2013. Hal 1-10.
Glasier A dan Gebbie A. 2005. Keluarga
Berencana Dan Kesehatan Reproduksi.