• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENUNGAN HARIAN. Segarkan Jiwaku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENUNGAN HARIAN. Segarkan Jiwaku"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

RENUNGAN HARIAN

S

egarkan

J

iwaku

(2)

DAFTAR ISI

Minggu 1

Senin - Pilihan Elohim yang berdaulat ... 1

Selasa - Memilih apa yang telah Elohim pilih ... 2

Rabu - Esau menolak pilihan Elohim ... 3

Kamis - Yang lebih tua akan melayani yang lebih muda ... 4

Jumat - Esau ingin diakui ... 5

Minggu 2

Senin - Esau menjadi lelah ... 6

Selasa - Permusuhan (Kebencian) turun-temurun ... 7

Rabu - Mengejar pengudusan dan hidup damai ... 8

Kamis - Tidak jatuh dari kasih karunia Elohim ... 9

Jumat - Menemukan pertobatan ... 10

Minggu 3

Senin - Penglihatan-penglihatan Yusuf ... 11

Selasa - Seorang budak dan tawanan ... 12

Rabu - Yusuf dan saudara-saudaranya... 13

Kamis - Yusuf adalah buah sulung ... 14

Jumat - Ditaburkan ke dalam dunia ... 15

Minggu 4

Senin - Dilatih untuk menghasilkan buah ... 16

Selasa - Buah yang tetap ... 17

Rabu - Menerima saudara-saudara kita ... 18

Kamis - Keadaan-keadaan yang berlawanan ... 19

(3)

1

Senin | Minggu 1

Pilihan Elohim yang berdaulat

Pilihan mengacu pada segala sesuatu yang Elohim secara berdaulat telah pilih bagi

setiap orang. Ini termasuk nama yang diberikan Elohim dan pekerjaan yang Elohim telah rencanakan untuk mereka lakukan. Dalam istilah alkitab, ‘nama’ seseorang menyatakan kebenaran mengenai siapa mereka yang Elohim inginkan untuk mereka jadi sebagai anak laki-laki atau anak perempuan Elohim. Semua unsur dari nama dan pekerjaan seseorang telah dipertimbangkan dengan cermat oleh Elohim. Rencana yang sangat rinci dan lengkap ini adalah penentuan unik yang Elohim pilih bagi mereka, dari sebelum dunia dijadikan. Elohim telah memproklamirkan nama dan pekerjaan dari setiap individu, dan menuliskan firman itu dalam kitab kehidupan Anak Domba. Firman-Nya tentang penentuan mereka, selamanya teguh di sorga. Hal ini berlaku untuk semua orang.

Penentuan Elohim bagi seseorang tidak dapat diubah. Inilah arti dari ayat, ‘Sebab Elohim tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya.’ Elohim tidak menyesali pilihan-Nya, dan Dia tidak ragu bahwa apa yang Dia pilih adalah yang terbaik bagi setiap kita! Bapa, Anak dan Roh Kudus semuanya terlibat dalam pembentukan penentuan setiap orang. Rasul Petrus menjelaskan bahwa penentuan ini adalah menurut rencana Elohim Bapa (pengetahuan Elohim Bapa sebelumnya). Kita dikuduskan kepada penentuan ini oleh Roh Kudus. Dan Yesus Kristus menyanggupkan kita untuk penentuan sejak semula ini oleh pemercikan darah-Nya. Sementara kita bersekutu dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus, kita dibuat sanggup untuk membuat panggilan dan pilihan kita makin teguh (pasti).

Prinsip pilihan dinyatakan dalam cerita tentang Esau dan Yakub. Kitab Suci dengan jelas menerangkan bahwa firman Elohim tentang penentuan mereka diproklamirkan kepada ibu mereka, Ribka, sebelum mereka dilahirkan. Mengapa Elohim berbicara tentang apa yang telah Dia pilih bagi setiap mereka? Elohim melakukannya, agar

pilihan-Nya yang berdaulat bagi mereka bisa digenapi.

Referensi Ef 1:4 Rm 11:29 Yak 1:17 1Ptr 1:1-2 Kej 25:23 2Ptr 1:10

Pembelajaran Lebih Lanjut

Roma 9

Amsal Harian

(4)

2

Selasa | Minggu 1

Memilih apa yang telah Elohim pilih

Sepanjang cerita kehidupan mereka, kita menyaksikan bahwa pilihan Elohim merupakan topik utama dan titik pertengkaran bagi Esau dan Yakub. Esau tidak menerima pilihan berdaulat Elohim bagi hidupnya dan, sebaliknya, mencoba untuk mendapatkan berkat Elohim menurut definisinya sendiri. Meskipun Yakub menghargai pilihan dan rencana Elohim bagi hidupnya, ia tidak percaya bahwa Elohim akan menggenapinya. Sebagai gantinya, Yakub mencoba mendapatkan berkat Elohim melalui usaha-usahanya sendiri. Esau dan Yakub perlu bertemu Tuhan secara pribadi untuk menyelesaikan masalah pilihan ini.

Kita menghormati Elohim dengan memilih apa yang secara berdaulat Dia telah pilih bagi kita. Kita diperkuat dalam iman untuk dengan senang hati menerima penentuan-Nya sejak semula bagi hidup kita, mengenali bahwa begitu banyak pemikiran-Nya yang sangat berharga bagi kita. Kita mempersembahkan diri kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kebenaran yang Dia telah persiapkan bagi kita dalam Kristus Yesus. Inilah artinya ‘membuat panggilan dan pilihan kita pasti’. Rasul Petrus dengan tegas mendorong setiap orang percaya untuk menempatkan hidup kekristenan mereka di atas fondasi yang teguh dari panggilan dan pilihan Elohim. Dan Petrus membuat poin bahwa, jika kita melakukannya, kita tidak akan pernah tersandung.

Pilihan kita tidak didasarkan pada kapasitas-kapasitas alamiah kita, silsilah keluarga atau pencapaian-pencapaian kita dalam hidup ini. Juga bukan berdasarkan ekspektasi-ekspektasi dan ide-ide kita tentang bagaimana Elohim dapat mempromosikan kita, atau bagaimana kita dapat ‘mempromosikan’ Elohim. Pilihan adalah rencana yang berdaulat dari Elohim bagi setiap individu. Dan hal ini telah diselesaikan bahkan sebelum kita dilahirkan. Kita dapat menanyakan diri kita, ‘Mengapa Elohim memilih itu bagi saya?’ Ya, Dia telah memilihnya! Pertanyaan yang lebih penting adalah, ‘Apakah saya akan menerima hal itu?’ Kita akan diberkati oleh Elohim saat kita menerima pilihan-Nya atas hidup kita.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Mzm 139:17-18 Rm 4:19-20 1. Yesaya 64 Ams a l 6 Ef 2:10 Ef 1:3-4 2Ptr 1:10

(5)

3

Rabu | Minggu 1

Esau menolak pilihan Elohim

Esau menolak rencana Elohim yang berdaulat bagi hidupnya. Pada awalnya, ketika kita melihat cerita tentang Esau dalam Kitab Suci, kita dapat berpikir bahwa dia hanya membuat pilihan yang konyol dengan menjual hal kesulungannya, dan kita tidaklah rentan untuk berperilaku konyol seperti itu. Esau menjual hak kesulungannya untuk semangkuk sup kacang merah! Tentunya kita tidak akan melakukan hal yang sama. Namun, Kitab Suci mengajarkan kita bahwa banyak yang tercemar karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Esau. Meskipun jika Esau mendapatkan seluruh dunia, apa gunanya jika dia kehilangan berkat Elohim yang hanya diterima melalui menerima pilihan Elohim?

Jika kita tidak menghormati panggilan Elohim atas hidup kita, kita jatuh di bawah penghakiman Elohim. Inilah mengapa Kitab Suci mencatat, ‘Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’ Banyak orang tidak menghormati tujuan Elohim bagi hidup mereka. Orang-orang ini tidak ditentukan sejak semula (ditakdirkan) untuk dihakimi. Sebaliknya, Elohim memberi mereka kebebasan untuk memilih, dan pilihan mereka memiliki konsekuensi kekal. Setiap pribadi bertanggung jawab di hadapan Elohim atas bagaimana mereka meresponi pilihan-Nya mengenai hidup mereka.

Yakub dipulihkan kepada rencana Elohim bagi hidupnya dengan menerima dan tunduk pada ganjaran tangan Tuhan. Yakub mengasihi berkat rohani Elohim dan menjual segalanya untuk memiliki berkat itu. Namun, Tuhan mengupayakan untuk mengubah motivasi Yakub terhadap berkat dan pilihan yang telah Dia pilih bagi Yakub. Tuhan secara pribadi mengkonfrontasi Yakub untuk mengubah sifatnya. Dan setelah Yakub bergulat dengan malaikat Tuhan, dia menerima berkat itu. Jadi prinsip pilihan ditegakkan oleh Elohim dengan Yakub. Berlawanan dengan ini, Esau memandang rendah panggilan khususnya dan tidak pernah menemukan pemulihan. Untuk alasan inilah Elohim mendeklarasikan, ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Ibr 12:15-16 Mat 22:14 Yes 45:4 Mat 16:26 Rm 9:13-14 Yes 41:8 Kejadian 32 Ams a l 7

(6)

4

Kamis | Minggu 1

Yang lebih tua akan melayani yang lebih muda

Elohim telah memilih suatu penentuan spesifik bagi Esau dan suatu penentuan spesifik bagi saudaranya, Yakub. Tuhan berbicara tentang penentuan ini dalam firman-Nya kepada ibu mereka, Ribka, ketika mereka masih berada dalam rahimnya. Tuhan menyatakan, ‘Anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda (terj. Ing. ‘the older shall serve the younger’ artinya ’yang lebih tua akan melayani yang muda’)’. Esau seharusnya melayani adik laki-lakinya, Yakub. Ini adalah penentuan sejak semula yang secara berdaulat Elohim telah pilih bagi Esau. Dan berkat akan ditemukan oleh Esau jika dia menerima pilihan Elohim yang berdaulat baginya. Penentuan sejak semula ini diteguhkan oleh Ishak ketika dia memberkati Esau mengenai hal-hal yang akan terjadi. Ishak berkata kepada Esau, ‘Sesungguhnya telah kuangkat dia [Yakub] menjadi tuan atas engkau ... dan engkau akan menjadi hamba adikmu (terj. Ing. ‘and you shall serve your brother’ artinya

‘dan engkau akan melayani saudaramu’).

Penting untuk dipahami bahwa penentuan sejak semula yang Elohim telah pilih bagi Esau tidak berdasarkan tindakan-tindakan atau respon-respon Esau sepanjang hidupnya. Penentuan Esau telah dipilih secara berdaulat oleh Elohim, sebelum dunia dijadikan. Dan hal itu dinyatakan kepada ibunya sebelum ia sendiri melakukan yang baik atau yang jahat.

Setiap kita harus mengukur diri kita kepada panggilan unik Elohim bagi hidup kita. Meskipun kita tidak memiliki kapasitas dalam diri kita untuk menggenapi panggilan Tuhan, kita memiliki martabat dan kebebasan untuk memilih bagaimana meresponi perintah-Nya. Kita perlu membuat pilihan dengan penuh kesadaran, untuk hidup menurut definisi Elohim tentang siapa kita, dan apa yang harus kita lakukan. Ini hanya mungkin ketika kita bertemu Tuhan dan menerima dari-Nya kapasitas yang memampukan kita untuk menggenapi nama dan pekerjaan kita yang telah ditentukan sejak semula. Kita menunjukkan bahwa kita telah menerima panggilan Tuhan saat kita merangkul penentuan kita dan menggenapi pekerjaan-pekerjaan yang Elohim telah pilih bagi hidup kita. Kita diberkati saat kita memegang pengudusan Tuhan bagi hidup kita.

Referensi

Flp 2:13 Kej 25:23 Ibr 11:20 Kol 3:12 Rm 6:22

Pembelajaran Lebih Lanjut

Kejadian 27

Amsal Harian

(7)

5

Jumat | Minggu 1

Esau ingin diakui

Ketika dia bertumbuh dewasa, Esau berasumsi dan salah menduga bahwa karena posisinya dalam keluarga, warisan anak sulung akan diberikan kepadanya. Dia adalah anak laki-laki pertama yang dilahirkan bagi Ishak. Dari sudut pandang Esau, menurut garis keturunan keluarga, hak untuk warisan dan berkat adalah miliknya. Esau tidak mengakui bahwa Elohim menentukan berkat anak sulung untuk diberikan kepada adiknya, melalui pilihan.

Ketika kita melihat Kitab Suci secara lebih rinci, faktor-faktor pendukung yang mendasari kekeliruan Esau menjadi jelas. Ketika Esau lahir, penampilannya yaitu seluruh tubuhnya seperti ‘jubah berbulu’, dan ‘sebab itu ia dinamai Esau’. Nama Esau secara harfiah artinya ‘berbulu’. Kemungkinan besar kondisi Esau terkait dengan semacam cacat secara genetik – suatu sindrom fisiologis pertumbuhan rambut yang berlebihan yang berlanjut sepanjang hidupnya. Kita mengingat bahwa ketika Yakub menipu Ishak, kulit kambing muda dipalutkan pada tangan dan lehernya untuk meniru nuansa kulit berbulu Esau.

Bayangkan penghinaan kronis yang dirasakan Esau sepanjang hidupnya karena memiliki kondisi ini. Dia telah ‘diberi label’ sesuai dengan kelainan genetiknya dan dia pasti sangat sadar akan penampilannya. Reaksi orang-orang terhadap keadaannya yang sangat berbulu, tidak diragukan pasti menyebabkan Esau merasa lebih tidak aman (tidak percaya diri) mengenai keadaannya yang lemah. Perasaan tidak aman (tidak percaya diri) Esau tentang kelainan fisiknya mungkin merupakan motivasi yang tak terucap baginya untuk ‘membuktikan dirinya’ melalui eksploitasi (perbuatan yang luar biasa) dalam kehidupan ini. Kitab Suci mencatat bahwa Esau adalah ‘seorang yang suka tinggal di padang’, dan ‘seorang yang pandai berburu’. Mungkin pengejaran-pengejaran yang berkembang dengan baik ini tidak lebih dari sekedar sarana untuk menemukan semacam validasi/pengakuan diri.

Referensi

Kej 25:23-27 Kej 27:3,16 Yes 59:2

Pembelajaran Lebih Lanjut

Kisah Para Rasul 8

Amsal Harian

(8)

6

Gal 6:9

Senin | Minggu 2

Esau menjadi lelah

Nyata ada pertengkaran dan perselisihan relasional dalam rumah tangga Ishak. Yakub jelas telah mendapatkan persetujuan dan perhatian ibunya. Esau mendapatkan persetujuan dan perhatian ayahnya – tampaknya karena kecintaan Ishak untuk makan daging buruan. Ini mungkin merupakan pemenuhan sementara dari keinginan Esau untuk peneguhan diri, dan penangguhan singkat dari keadaannya yang lemah dan kurang beruntung. Dorongan konstan untuk membuktikan dirinya dan untuk mendapatkan persetujuan, menyebabkan Esau menjadi ‘lelah’.

Esau telah menjadi lelah dalam hidupnya. Dia tidak menerima kelainan fisiknya. Perjuangannya untuk mendapatkan pengakuan melalui pengejaran-pengejarannya sendiri, melelahkan dan tidak menghasilkan buah. Menurut sudut pandangnya, hidup tidak menjadi sesuai dengan yang dia harapkan. Harapannya akan hidup yang sukses, tidak terjadi, dan hatinya menjadi sakit. Esau jelas menjadi depresi. Sebagai akibat dari rasa tidak aman dan depresinya, Esau menjual hak kesulungannya kepada Yakub demi semangkuk kacang merah. Meskipun kita membaca bahwa Esau meminta makanan dari saudaranya karena dia lelah, tidaklah mungkin Esau begitu kelaparan secara fisik sampai-sampai dia mau mati. Sebaliknya, dia depresi dan lelah dalam jiwanya, dan depresi ini menyebabkan dia kehilangan pandangan tentang pentingnya hak kesulungannya secara alamiah. Sehingga, dia menjualnya.

Yakub mengambil keuntungan dari Esau ketika dia berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Yakub mengambil hak kesulungan alamiah dari Esau melalui manipulasi dan tipu daya. Bukan hanya itu, Yakub kemudian bahkan mengambil lagi berkat dari Esau juga, melalui manipulasi dan penipuan. Ini terjadi ketika Yakub berkolusi dengan ibunya untuk menipu Ishak dan mencuri hak kesulungan rohani itu. Ketika Esau sadar bahwa dia telah dimanfaatkan oleh saudaranya, dia menangis dengan tangisan yang sangat hebat dan pahit. Air mata Esau disebabkan oleh perasaan kehilangan yang dia alami, dan ketidakadilan dari situasi yang terjadi.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Kej 25:28-29 Ams 13:12 Kej 25:30-32 Kej 27:34,38 Ibr 12:3 3. Yesaya 40 Ams a l 1 2

(9)

7

Selasa | Minggu 2

Permusuhan (Kebencian) turun-temurun

Setelah memandang rendah hak kesulungannya, Esau tetap meminta berkat dari ayahnya. Permintaan dan kepahitan dalam hatinya ini, didasarkan pada pandangan dan pengakuannya bahwa dia ‘lebih benar’ daripada orang yang telah berdosa terhadapnya. Esau melihat dirinya sebagai korban perilaku oportunis (mengambil kesempatan) dan kelicikan Yakub. Yakub secara tidak adil memperoleh keuntungan atas dirinya. Esau tidak dapat memahami mengapa Yakub dihadiahi dengan berkat dan kemajuan seperti itu. Sebagai korban yang marah atas keadaannya, Esau membiarkan kepahitan berakar dalam hatinya. Sehingga ‘Esau menaruh dendam kepada (membenci) Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya’.

Luar biasanya, Ishak memang memberkati Esau! Dan Ishak meneguhkan pekerjaan penentuan Esau untuk melayani adiknya. Sebenarnya, Esau dapat menemukan berkat dan perhentian jika dia melakukan pekerjaan sesuai dengan penentuannya sejak semula. Inilah ‘pekerjaan-pekerjaan baik’, yang secara berdaulat dipilih dan dipersiapkan sebelumnya oleh Elohim bagi Esau untuk digenapi.

Namun, kepahitan Esau artinya dia tidak dapat tinggal dalam berkat yang telah diberikan kepadanya. Sebaliknya, kebencian Esau terhadap Yakub hanya terus bertambah, dan dia berusaha untuk membunuh saudaranya. Dia menganggap pembunuhan Yakub sebagai eksekusi tindakan keadilan. Akar pahit yang sama ini mengorupsi keturunan keluarga Esau selama ribuan tahun. Kitab Suci menggambarkan ini sebagai ‘permusuhan yang turun-temurun’ terhadap umat perjanjian Elohim.

Esau tidak menerima pilihan Elohim yang berdaulat tentang hidupnya. Dia juga tidak menghargai panggilan Elohim atas saudaranya. Esau memandang remeh pilihan Elohim. Karena alasan inilah Tuhan mendeklarasikan mengenai Esau, ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ Apakah ini artinya Esau ditentukan untuk gagal? Tentu saja tidak. Esau diberikan martabat untuk memilih. Namun dia gagal memilih apa yang telah dipilih Elohim baginya.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Kej 27:34,39-41 Ef 2:10 Ibrani 12 Ams a l 13 Mal 1:2-3

Yeh 35:5

5.

(10)

8

Rabu | Minggu 2

Mengejar pengudusan dan hidup damai

Kita membaca dalam kitab Ibrani bahwa kita harus ‘mengejar hidup damai dengan

semua orang dan tanpa pengudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.’

Bagaimana kita dengan rajin/sungguh-sungguh mengejar pengudusan? Kita dengan penuh semangat menerima firman Elohim yang mendefinisikan penentuan kita sejak semula. Dan kemudian, dengan ukuran iman yang kita telah terima dari Elohim, kita mempersembahkan diri kita dalam konteks di mana pengudusan kita akan dibuktikan. Saat kita mempersembahkan diri kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Elohim telah berikan kepada kita, secara bertahap kita memperoleh pengudusan kita. Ini artinya kita bertumbuh dalam pengetahuan dan ekspresi dari hidup kita sebagai anak, ketika kita terus-menerus membuktikan kehendak Elohim melalui persembahan. Kehendak Elohim adalah pengudusan kita.

Damai diberikan kepada kita dalam firman Elohim, dan itu juga merupakan hasil dari pengudusan. Sebaliknya, pergolakan/kegelisahan terus-menerus adalah bukti bahwa kita tidak teguh sehubungan dengan panggilan Elohim. Jika ini masalahnya, kita pasti mulai mencari gambar alternatif dari siapa diri kita yang kita pikirkan. Ini tidak selalu berarti kita secara eksentrik mengejar ketenaran dan kekayaan. Gambar alternatif bisa saja berupa sudut pandang kita sendiri tentang kehidupan. Sebagai contoh, kita mungkin memandang diri kita sebagai orang yang kurang beruntung dalam hal tertentu. Namun, ini bukanlah pandangan Elohim. Elohim ingin melepaskan kita dari sudut pandang kita, yang tidak sesuai dengan penentuan yang Dia telah pilih bagi kita.

Kita dengan rajin/sungguh-sungguh mengusahakan ‘hidup damai dengan semua orang’ dengan menghargai penentuan sejak semula dari setiap saudara kita. Ini tidak berarti bahwa kita memaksakan sudut pandang kita tentang penentuan orang lain kepada mereka. Kita juga tidak memaksakan sudut pandang tentang diri kita kepada orang lain. Ini hanya akan menghasilkan perdebatan dan membandingkan diri kita dengan yang lain. Pengudusan dibuktikan oleh persembahan; itu tidaklah dipaksakan atas seseorang melalui sikap membandingkan. Penilaian sesuai iman, yang artinya berpikir dengan benar tentang diri kita dan orang lain, menghasilkan pekerjaan yang memultiplikasi hidup Elohim melalui menyatakan nama orang lain.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Ibr 12:14 1Tes 4:3 2Kor 10:12 Rm 6:19 Luk 9:46-48 1Tes 5:6-8 Roma 12 Ams a l 1 4

(11)

9

Kamis | Minggu 2

Tidak jatuh dari kasih karunia Elohim

Sangat penting untuk kita melihat dengan saksama ke dalam wajah Yesus Kristus agar kita tidak jatuh dari kasih karunia Elohim. Kasih karunia Elohim memampukan kita untuk bertumbuh dalam pengudusan kita sebagai orang Kristen buah sulung – yaitu, dalam hal kita menjadi budak, imam, murid, dan anak. Jika kita jatuh dari kasih karunia Elohim, ini artinya kita telah terhenti dalam salah satu dari aspek-aspek ini dalam hidup kita. Kita tidak menjadi dewasa sebagaimana seharusnya, dan mulai menarik diri dari konteks persembahan.

Elohim hanya memberi kasih karunia kepada kita untuk menggenapi pekerjaan-pekerjaan yang merupakan bagian dari nama kita. Elohim tidak memberi kasih karunia kepada kita untuk kita mengejar gambar diri yang kita buat sendiri. Jika kita hidup menurut sudut pandang diri kita sendiri, selain dari kebenaran dari penentuan kita sejak semula, kita, bagaimanapun, akan kembali kepada kecenderungan kedagingan kita untuk berusaha mendapatkan berkat Elohim. Seperti Esau, kita bisa sangat termotivasi untuk menjadi sukses dalam pengejaran-pengejaran kita sebagai sarana validasi/pengakuan pribadi. Selanjutnya, kita dapat mencari peneguhan dari orang lain sebagai pengesahan dari niat-niat baik kita. Namun, semua upaya ini hanya menghasilkan distrofi/kerusakan lebih lanjut. Bukannya menemukan rasa cukup/puas, seperti yang kita harapkan, hati kita menjadi kecewa dan depresi.

Selanjutnya, ketika kita jatuh dari kasih karunia Elohim, kita berada dalam bahaya membiarkan ‘akar pahit’ bertumbuh dalam hati kita. Akar pahit adalah buah dari sakit hati dan sikap tidak mengampuni yang telah berlangsung lama. Ini mungkin akibat dari ketidakadilan, atau yang kita anggap sebagai ketidakadilan, yang kita alami dalam kehidupan ini. Akar pahit akan mempengaruhi kesejahteraan emosional kita, dan pasti akan berdampak pada hubungan-hubungan kita. Tuhan ingin membebaskan kita dari sikap yang tidak mengampuni agar kita bisa mengupayakan pemulihan hubungan dengan orang-orang yang menurut kita telah memperlakukan kita dengan buruk atau tidak adil. Juga, kita harus menyadari bahwa, meskipun kita telah mengalami ketidakadilan, hal itu sama sekali tidak mengubah pilihan Elohim atas kita!

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Ibr 12:15 Ams 13:12 Ef 5:8-10 1Tim 6:6 1Ptr 2:20 Lukas 6 Ams a l 15

(12)

10

Jumat | Minggu 2

Menemukan pertobatan

Kitab Ibrani memperingatkan kita bahwa Esau menjual hak kesulungannya untuk sepiring makan, dan menjadi amoral dan fasik. Amoralitas dan menjadi fasik merupakan indikator-indikator bahwa seseorang telah jatuh dari kasih karunia Elohim dan membiarkan akar pahit mengorupsi pikiran mereka. Bukannya pengharapan akan hidup mereka sebagai anak menjadi sauh bagi jiwa mereka, mereka mulai menukar warisan mereka untuk mengejar ekspektasi-ekspektasi kedagingan mereka dalam kehidupan ini. Mereka menjual harta akan hidup mereka sebagai anak demi hal-hal yang tidak berguna. Ini menunjukkan keadaan mereka yang terperdaya. Amoralitas adalah usaha untuk membangun identitas pribadi seseorang dengan mengambil dari orang lain. Menjadi ‘fasik’ artinya sama sekali tidak menghargai/tidak menganggap apa yang Elohim ucapkan.

Tuhan rindu untuk membebaskan kita dari ekspektasi-ekspektasi kedagingan dan pengejaran akan hal-hal yang tidak berguna, dan rindu untuk memulihkan kita kepada kebenaran firman yang Dia telah katakan mengenai kita. Ini meminta kita untuk menemukan dukacita ilahi yang memimpin kepada pertobatan. Esau tidak menemukan tempat pertobatan karena dia tidak meratap dengan dukacita ilahi.

Dukacita ilahi yang menghasilkan pertobatan adalah dasar dari pemulihan kita kepada jalan pengudusan. Jika kita mengizinkan firman Elohim menyingkapkan motivasi-motivasi kita, kita menyadari bahwa kita sama sekali tidak mampu menggenapi kehendak Elohim dengan kapasitas-kapasitas alamiah kita atau mekanisme-mekanisme kejatuhan kita. Sebaliknya, kita perlu bertemu dengan Tuhan dan dilepaskan dari sudut pandang, kecenderungan, sikap tidak

mengampuni dan ekspektasi-ekspektasi kita. Elohim itu setia. Dia akan

memampukan rencana-Nya untuk terjadi dalam hidup kita. Dan Dia akan melepaskan kita dari kecenderungan kita untuk berusaha mendapatkan berkat Elohim dengan cara-cara kita sendiri. Sementara kita mengerjakan hal tentang pilihan ini, Elohim mampu memulihkan setiap kita kepada jalan pengudusan kita.

Referensi

Ibr 12:14-17 Gal 4:9 2Kor 11:3 Kis 20:21 Ams 2:10-12

Pembelajaran Lebih Lanjut

2 Korintus 7

Amsal Harian

(13)

11

Senin | Minggu 3

Penglihatan-penglihatan Yusuf

Yusuf adalah anak laki-laki yang paling muda dari sebelas anak laki-laki Yakub, dan dia menunjukkan kompetensi dan inisiatif melampaui usianya. Bukan hanya ini, Yakub mengasihi Yusuf lebih daripada semua saudaranya, dan menunjukkan kasih sayang khusus ini dengan membuat jubah berwarna-warni bagi dia. Tentu saja ekspresi pilih kasih yang terang-terangan seperti itu, adalah keliru, bahkan pada zaman dulu, dan pola asuh seperti itu, memunculkan pemberontakan antar saudara kandung!

Dan jika hal-hal belum cukup sulit untuk saudara-saudaranya, keadaan bahkan menjadi semakin buruk. Suatu pagi, sesudah bangun, Yusuf menceritakan suatu mimpi kepada seluruh keluarganya; suatu mimpi di mana saudara-saudaranya (digambarkan sebagai berkas-berkas gandum) sujud menyembah dia sebagai berkas yang tegak berdiri. Dalam mimpi kedua, dia menggambarkan matahari, bulan dan sebelas bintang sujud kepadanya lagi. Mimpi ini menggambarkan orang tuanya sujud, bersama dengan saudara-saudara kandungnya, menyebabkan bahkan Yakub menegur anak kesayangannya itu karena perkataannya.

Meskipun mimpinya tidak diterima dengan baik, Yusuf tahu bahwa mimpi-mimpi itu dari Tuhan dan bahwa mimpi-mimpi-mimpi-mimpi itu menyatakan tujuan dan rencana Elohim untuk hidupnya. Melalui mimpi-mimpi itu, Yusuf secara pribadi sedang diundang untuk memilih apa yang Elohim telah pilih untuknya. Yang tidak diketahuinya adalah bagaimana dan kapan rencana-rencana ini akan digenapi.

Selama fase selanjutnya dari kehidupan Yusuf, dia akan menemui tiga peristiwa khusus yang bertujuan melatih dan menegakkan dia dalam panggilan Elohim untuk hidupnya. Meskipun dia telah mendengar panggilan Elohim, Yusuf akan ditaburkan ke dalam konteks di mana dia harus membuktikan kehendak Elohim melalui penderitaan. Ini dimulai ketika saudara-saudaranya yang iri hati, menangani masalah ini sendiri dan menaklukkan Yusuf. Pada saat-saat terakhir penangguhan hukuman mati, mereka mengubah niat mereka untuk membunuh Yusuf menjadi kehidupan untuk melayani, dengan cara menjual Yusuf sebagai budak ke negeri asing. Kita dapat menyamakan tindakan ini dengan kematian – dilemparkan ke dalam sumur, sama seperti benih yang masuk ke dalam tanah dan mati.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Mzm 105:16-19 Kis 7:9 Kejadian 37 Amsal 19 Yoh 12:24

Yoh 7:3-5

(14)

12

Selasa | Minggu 3

Seorang budak dan tawanan

Setelah dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya, Yusuf mulai melayani sebagai budak di rumah Potifar. Bukannya bersungut-sungut dan melawan belenggu-belenggu keadaannya, Yusuf malah menerima hal itu seperti dari tangan Tuhan, dan ‘Tuhan membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya’. Tidak lama sesudah itu, dia ditetapkan sebagai pengawas rumah Potifar. Tuhan memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf. Sayangnya, hal-hal menjadi tidak baik, dan Yusuf didakwa dengan keliru oleh istri tuannya dan dipenjarakan.

Meskipun masalah-masalahnya terlihat menjadi semakin buruk, Yusuf terus menunjukkan bahwa dia adalah orang yang takut akan Tuhan. Ketika dalam penjara, Yusuf kembali mendapat perkenanan dalam pandangan tuannya, kepala penjara, yang mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf. Ketika dia melayani dua pelayan raja, dia menafsirkan mimpi mereka masing-masing. Setelah menafsirkan satu mimpi, dimana ia melihat pada akhirnya kepala juru minuman itu akan dipulihkan, Yusuf mengajukan permintaan, ‘Ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini.

Sebab aku dicuri diculik begitu saja ... dan aku tidak bersalah.’

Segera menjadi jelas bahwa Yusuf telah dilupakan oleh kepala juru minuman, dan bahwa kesempatannya untuk mendapatkan keadilan, telah hilang. Bahkan, setelah lewat dua tahun baru kepala juru minuman mengingat Yusuf dan menyebut akan dia kepada Firaun. Akhirnya Yusuf dipanggil ke pelataran Firaun untuk menafsirkan mimpi yang menggelisahkannya. Yusuf menunjukkan buah dari hikmat dan kebijaksanaan, dengan menafsirkan mimpi Firaun dan kemudian mengajukan rencana untuk menyelamatkan bangsa Mesir selama musim kelaparan. Nasihat ini dinilai ‘baik’ oleh Firaun dan hamba-hambanya, dan dia segera menetapkan Yusuf ‘menjadi kuasa/otoritas atas seluruh tanah Mesir’. Di sini, kita melihat pengangkatan Yusuf yang dramatis kepada tempat kepengawasan/kepenilikan, dengan otoritas. Kita mengamati Yusuf sebagai buah sulung yang keluar dari tanah.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Mat 5:16 Kej 40:14-15 Flp 2:14-15 Kej 41:41 Kejadian 39 Ams a l 20 Yak 1:18

(15)

13

Rabu | Minggu 3

Yusuf dan saudara-saudaranya

Yusuf telah memilih apa yang Elohim pilih untuk dia dan, pada waktu yang ditentukan, Elohim menempatkan dia sebagai otoritas/kuasa atas seluruh Mesir. Dia tetap sabar sehubungan dengan mimpinya tentang menyelamatkan keluarganya dan memberi mereka makan, tahu bahwa kehendak Elohim akan terjadi pada waktu yang ditentukan. Sementara Yusuf mengawasi distribusi makanan selama musim kelaparan, sepuluh saudaranya muncul, mencari makanan, menuruti permintaan ayah mereka yang sudah tua, Yakub.

Kita tahu bahwa panggilan atas hidup Yusuf adalah sesuai dengan rencana sejak semula dari Elohim Bapa. Tapi Yusuf membuktikan bahwa dia adalah orang pilihan Elohim melalui pilihan-pilihan yang dia buat dalam keadaan-keadaan hidupnya, terlepas dari penderitaan pribadinya. Hal ini dengan jelas ditunjukkan ketika, setelah beberapa interaksi, dia menyatakan dirinya kepada saudara-saudaranya dan mengampuni mereka. Tapi, jauh lebih dari ini, dia melayani saudara-saudaranya supaya mereka dapat dipulihkan kepada nama dan tujuan yang Elohim tetapkan untuk masing-masing mereka. Elohim telah memanggil dan memilih mereka untuk menjadi buah sulung-buah sulung dari kedua belas suku Israel.

Yusuf tidak dendam atas tindakan-tindakan jahat dari saudara-saudaranya karena dia memahami bahwa dia telah diutus mendahului mereka untuk menyelamatkan hidup dan ‘untuk memelihara hidup mereka melalui keselamatan besar’. Meskipun saudara-saudaranya bermaksud untuk mencelakakan dia, Yusuf memahami bahwa Elohim telah memilih jalan spesifik/tertentu untuk dia jalani, untuk kebaikan mereka. Elohim menetapkan Yusuf untuk berbuah-buah di Mesir, berkembang subur dalam suatu budaya asing. Dia diutus mendahului keluarganya supaya, pada waktu yang ditentukan, dia akan berada pada otoritas/kuasa untuk menyediakan tempat bagi mereka, dan untuk semua kawanan ternak mereka, untuk dipelihara di tanah pilihan di seluruh Mesir. Dia ditetapkan untuk memberi mereka makan dan menyelamatkan mereka.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Kej 41:57 1Ptr 1:2 Kej 50:20 Kej 43:4-5 Kej 45:5-8 Kejadian 42 Ams a l 21

(16)

14

Kamis | Minggu 3

Yusuf adalah buah sulung

Prinsip buah sulung dinyatakan melalui hidup Yusuf. Yusuf, anak yang berbuah-buah dalam rumah bapanya, secara kiasan ditaburkan sebagai budak ke dalam tanah ketika saudara-saudaranya melemparkan dia ke dalam sumur dan kemudian menjualnya sebagai budak. ‘Dikuburkan’ dalam penawanan, dia menanggung serangkaian keadaan-keadaan yang tidak adil; namun, melalui keadaan-keadaan tersebut, dia terus berhasil. Pada waktu yang ditetapkan, Yusuf muncul dari tempat tersembunyi penawanannya, menghasilkan buah dari ganjaran Elohim, dengan hidup yang baru, jabatan yang baru dan otoritas yang baru. Sebagai anak yang dikuduskan, yang menyatakan kehendak Elohim, Yusuf diurapi untuk pelayanan keimamatannya, yaitu sebagai pelayan pendamaian. Ini lebih dari sekedar mengampuni saudara-saudaranya dan kemudian menawarkan mereka tempat yang aman dan makanan selama masa kelaparan. Yusuf memberikan mereka roti hidup, memampukan mereka untuk dipulihkan kepada kehendak Elohim.

Sama seperti Yusuf, kita yang dilahirkan dari Elohim, harus disatukan kepada proses yang menghasilkan pengudusan kita. Proses ini seperti sedang ditaburkan ke dalam tanah sama seperti sebuah benih. Pada saat kita bersatu dengan kematian Kristus, menyalibkan hal-hal yang menghalangi kita untuk mencapai pengudusan kita, Dia memberikan kita hidup-Nya. Transfer hidup-Nya kepada kita, sementara Dia mengambil dosa kita ke atas-Nya ini, berlanjut ketika kita terus mempersembahkan diri kita dalam keadaan-keadaan hidup kita. Sementara kita menanggung penindasan karena firman-Nya, kita diubahkan. Melalui proses ini, kita menghasilkan buah dari pengudusan kita, menghasilkan hidup yang kekal.

Melalui firman-Nya, Elohim memberikan kita iman untuk berpartisipasi dalam persembahan. Ketika kita terus menerima firman-Nya, kita akan dimotivasi oleh roh iman untuk mempersembahkan diri kita sebagai korban persembahan yang hidup, menurut pengudusan kita. Kemudian kita diaktifkan sebagai pelayan-pelayan Perjanjian Baru, memperdamaikan orang lain kepada kehendak Elohim dengan cara yang sama sebagaimana kita telah ditegakkan dalam kehendak Elohim.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Ibr 12:11,23 Rm 6:22 1 Korintus 16 Ams a l 22 Yak 1:18

Yer 2:3

(17)

15

Jumat | Minggu 3

Ditaburkan ke dalam dunia

Setiap anak kerajaan Elohim diumpamakan dengan benih. Dipenuhi dengan potensi untuk menghasilkan buah dari hidup Elohim, sesuai dengan ekspresi yang dikuduskan dari nama mereka, anak-anak kerajaan ditaburkan ke dalam ladang dunia, sama seperti Yusuf. Supaya buah berkembang, proses yang memerlukan kondisi-kondisi tertentu, harus terjadi. Hidup Yusuf mengilustrasikan kondisi-kondisi ini, dan mencakup kematian, penguburan, dan kemudian kebangkitan. Yesus mengatakan, mengenai proses ini, ‘Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah’.

Supaya buah dihasilkan, kematian diperlukan. Bagi orang Kristen, kematian artinya menyerahkan kontrol hidup kita dan menundukkan diri kita kepada Tuhan dan Tuan kita, Yesus Kristus. ‘Kematian’ Yusuf datang dari tangan saudara-saudaranya, dan mengakibatkan dia dijual sebagai budak di Mesir.

Terlepas dari pengkhianatan besar oleh saudara-saudaranya, Yusuf tetap beriman terhadap firman panggilan Elohim, dan menerima keadaan-keadaannya yang tidak menyenangkan sebagai kehendak Elohim. Ini menunjukkan penundukannya secara rela kepada tuan-tuan asingnya. Yusuf berkembang subur dalam konteks pelayanannya, dan tuan-tuannya diberkati oleh pelayanannya. Ini karena dia mempercayai Elohim dan memberikan dirinya dengan teguh dan setia dalam konteks-konteks di mana dia berada. Sebagai hasilnya, dalam setiap konteks, dia dipercayakan otoritas dari tuan-tuannya. Kristus rindu untuk melakukan hal yang sama dengan kita. Dia mengatakan kepada murid-murid-Nya, ‘Aku tidak menyebut kamu lagi hamba [budak], sebab hamba [budak] tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya.’ Kita perhatikan bahwa hidup sebagai budak merupakan titik mulai bagi kita. Ketika kita terbukti dalam pengudusan kita sebagai budak, maka Kristus menyebut kita ‘sahabat’-Nya. Transisi dari ‘budak’ kepada ‘sahabat’ adalah ketika Kristus memberitahukan kepada kita apa yang Dia dengar Bapa katakan tentang nama dan pekerjaan kita sebagai anak Elohim.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Yoh 12:24 Mzm 25:14 Kol 2:11-12 7. Yes 53:10 Rm 6:4 8. Yohanes 15 Ams a l 2 3

(18)

16

Senin | Minggu 4

Dilatih untuk menghasilkan buah

Bagi banyak orang Kristen, gagasan tentang dilatih untuk melayani Elohim kelihatan menarik. Tapi pelatihan Elohim datang melalui ganjaran-ganjaran. Seperti yang Paulus ajarkan, ‘Tuhan menghajar (mendisiplin) orang yang dikasihi-Nya’. Oleh karena itu, ketika kita tunduk pada tangan-Nya dan pada keadaan-keadaan di mana Dia menuntun kita melaluinya, kita dapat dilatih sesuai dengan pengudusan kita, supaya kita dapat memenuhi kehendak Elohim. Elohim mengundang setiap anak untuk berjalan di jalan ini, supaya tuaian anak-anak yang dikuduskan dapat dihasilkan untuk kemuliaan-Nya. Untuk memahami jalan menuju buah sulung, kita dibantu dengan suatu pasal yang menarik dalam kitab Imamat yang menggambarkan bagaimana pohon buah bertumbuh dewasa untuk menjadi buah sulung.

Tukang kebun akan mengatakan kepada anda untuk tidak membiarkan pohon buah berbuah pada tahun-tahun awalnya. Sebaliknya, penting untuk memetik bunga-bunga atau buah-buahnya, supaya pohon itu akan bertumbuh dengan subur dan menghasilkan lebih berlimpah dalam musim-musim yang akan datang. Seperti yang kita perhatikan dalam kitab Imamat, Tuhan mengatakan bahwa jika pohon itu menghasilkan buah pada tiga tahun pertamanya, buahnya tidak untuk digunakan dalam pelayanan, baik untuk Elohim maupun manusia. Mereka harus membuang buah itu. Akan tetapi, apa yang dihasilkan pada tahun keempat haruslah dikuduskan (buah sulung) bagi Tuhan. Entah itu diberikan kepada para imam, atau dimakan di hadapan Tuhan dengan sukacita. Setelah tuaian tahun keempat, buahnya menjadi kepunyaan dari pemilik pohon dan pemilik pohon itu bebas melakukan apa yang mereka inginkan terhadap buah-buah yang ada. Menurut definisi ini, musim keempat dari pohon buah adalah musim buah

sulung. Bukan artinya tidak ada buah yang dihasilkan dalam tiga tahun

sebelumnya, tapi untuk memaksimalkan kapasitas dari pohon tersebut, dan untuk menghasilkan buah dengan kualitas terbaik (jangka waktu lama), pohon itu harus dipangkas/dibersihkan supaya lebih banyak berbuah. Yesus menggambarkan prinsip ini, demikian, ‘Setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya [Bapa], supaya ia lebih banyak berbuah.’

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Ibr 12:6,11 Mat 22:14 Yoh 15:2 Ef 6:4

(19)

17

Selasa | Minggu 4

Buah yang tetap

‘Pemangkasan/pembersihan’ seseorang ketika mereka menghasilkan buah dapat terlihat keras, bahkan mungkin tidak adil. Tapi ‘memang tiap-tiap ganjaran [atau pemangkasan/pembersihan] pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya’. ‘Melatih’ di sini berbicara tentang kerelaan untuk menerima pemotongan dari salib yang membersihkan, menyucikan dan memangkas unsur apapun dalam diri seseorang yang menghalangi untuk menghasilkan buah. Bapa (yang adalah Pengusaha Anggur) mengganjar orang-orang yang Dia kasihi, supaya mereka dapat dilatih sesuai dengan pengudusan mereka, yang adalah kehendak-Nya.

Sebagaimana yang Dia lakukan terhadap Yusuf, Bapa akan menggunakan keadaan-keadaan nyata dalam kehidupan kita untuk melatih kita. Ketika kita menundukkan diri kita sebagai budak kepada bermacam-macam ‘tuan’ kita, kita akan dipangkas dan dibersihkan dari halangan-halangan apapun kepada pengudusan kita. Buah yang muncul dalam kehidupan kita akan mulai menyatakan kehendak Elohim; pengudusan kita.

Dalam hidup Yusuf, ada tiga musim atau konteks spesifik dalam penawanannya, yang menghasilkan buah dalam hidupnya. Akan tetapi, buah dari tiga konteks ini tidak ‘dimakan’, atau digunakan, untuk kebaikan Yusuf secara pribadi. Sebaliknya, dia dipangkas/dibersihkan dalam ketiga peristiwa itu. Ini termasuk dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya yang iri hati, didakwa dengan keliru oleh istri Potifar, dan diabaikan serta dilupakan dalam penjara karena juru minuman gagal menghormati janjinya.

Elohim memilih Yusuf dan ‘telah menetapkan dia [pada musim yang keempat], supaya dia pergi dan menghasilkan buah dan buahnya itu tetap’. Yusuf tidak lagi sedang dipangkas/dibersihkan. Penundukannya yang terus-menerus kepada pendisiplinan Elohim, telah melatih dia dalam jalan pengudusannya. Sekarang dia dapat mempersembahkan buah dari hidupnya, yang kudus dan berkenan, dan merupakan tindakan penyembahan rohaninya. Buahnya tidak lagi dilepaskan dari cabang-cabangnya seperti pada musim-musim sebelumnya. Buahnya dapat dimakan dan bermanfaat bagi orang lain sebagai sumber berkat.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Yoh 15:3,16 Ams 11:30 Ibr 12:11 Mat 5:14 1 Korintus 3 Ams a l 27 Flp 2:15 10.

(20)

18

Rabu | Minggu 4

Menerima saudara-saudara kita

Memilih apa yang Elohim telah pilih, dan menerima apa yang Dia telah pilih untuk orang lain, merupakan kunci bagaimana kita harus meresponi panggilan-Nya atas hidup kita. Kadang kala, masalah pilihan dapat menjadi kebingungan ketika kita membuat perbandingan terhadap panggilan unik Elohim atas hidup orang lain. Implikasi penting untuk diperhatikan adalah kemungkinan bahwa Elohim telah memilih saudara kandung, atau sahabat dekat kita, untuk menjadi utusan Elohim bagi kita pada tahun-tahun yang akan datang. Tindakan sujud menyembah kepada Yusuf, hampir terlalu berlebihan untuk ditanggung saudara-saudaranya yang lebih tua. Tapi ini tidak berbeda dengan panggilan bagi semua orang Kristen untuk tunduk kepada orang-orang yang ada dalam rumah Elohim, yang dikuduskan untuk memimpin dan memberikan arahan, terlepas dari hubungan-hubungan pribadi mereka.

Ini dapat menjadi rumit ketika kita memilih untuk mengingat semua kekurangan dan kegagalan dari saudara kandung atau sahabat dekat kita. Bahayanya dengan pendekatan ini adalah ini dapat membuat kita menolak apa yang Elohim telah pilih untuk mereka. Saudara-saudara Yusuf menolak dia, tidak sadar bahwa Elohim telah menentukan sejak semula supaya dia memberi mereka makan, menyelamatkan mereka dan memperdamaikan mereka kepada kehendak Elohim. Demikian juga, jika kita menolak saudara-saudara kita yang Elohim telah tetapkan untuk memberi kita makan, maka kita juga menolak roti hidup yang keluar dari mulut Elohim.

Rasul Paulus mengangkat hal ini ketika dia mengingatkan kita bahwa ‘kita harus berhenti mengevaluasi/menilai orang lain dari sudut pandang manusia. Pada suatu waktu, kita berpikir tentang Kristus hanya dari sudut pandang manusia. Betapa berbedanya kita mengenal Dia sekarang!’ Mengenal seseorang ‘menurut daging’ adalah mengenal dia melalui peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan yang lahiriah/kelihatan dalam hidupnya; kekayaannya, status sosialnya, prestasi/pencapaiannya, budayanya dan pengetahuannya. Tapi kita yang ada dalam Kristus, tidak lagi hidup dengan cara ini. Kita sekarang melihat satu sama lain sebagai anak-anak ciptaan baru, dan meneguhkan kebenaran tentang nama masing-masing orang dalam Roh, sebagai bukti bahwa kita adalah penyembah-penyembah yang benar.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Yak 2:1-4 Rm 2:1 Yoh 4:24 Rm 9:12 Rm 14:4 2 Korintus 5 Ams a l 28

(21)

19

Kamis | Minggu 4

Keadaan-keadaan yang berlawanan

Rasul Petrus menuliskan, ‘Janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu’. Cerita tentang Yusuf membuat kita memperhatikan bagaimana kita menyikapi, dan berpartisipasi, dalam keadaan-keadaan yang berlawanan dalam kehidupan ini. Elohim menggunakan tekanan-tekanan kehidupan nyata untuk memproses kita, memunculkan mekanisme-mekanisme mengatasi dan menyelamatkan diri kita, supaya hal-hal itu dapat disingkirkan. Ketika kita tetap pada tempatnya, dan disatukan dengan Kristus, kita akan menjadi serupa dengan kematian-Nya. Hasilnya adalah proyeksi-proyeksi ini, yang merupakan alternatif terhadap pengudusan kita, dapat disalibkan, memberikan kita kejelasan tentang siapa kita sesungguhnya. Tetap pada tempatnya (tinggal tetap) melalui keadaan-keadaan sulit dalam kehidupan, hanya bisa dicapai oleh iman yang Elohim berikan melalui firman-Nya. Ketika kita menerima iman-Nya, kita memiliki kapasitas untuk bersatu dengan penderitaan-Nya. Ketika kita bersatu dengan penderitaan-Nya oleh iman, partisipasi dalam penderitaan Kristus adalah cara yang melaluinya kita dapat dibebaskan dari hidup oleh prinsip-prinsip kedagingan, dengan demikian memampukan kita untuk memenuhi kehendak Elohim dan bukan kehendak kita sendiri. Kita dimampukan untuk melakukan kehendak Elohim, sekalipun hal itu tidak menyenangkan. Kita tidak lagi tergoda untuk menuliskan kehendak alternatif, karena kita sedang dibebaskan dari keinginan kita untuk melakukan apa yang kelihatan baik di mata kita sendiri. Dalam kehidupan Yusuf, ada beberapa kali di mana dia diperlakukan dengan tidak adil. Pada setiap peristiwa, Yusuf membuktikan bahwa dia takut akan Elohim lebih daripada takut akan manusia. Kita tahu ini karena, tidak sekalipun dia memindahkan dirinya dari proses tersebut atau bereaksi terhadap keadaan-keadaannya. Yusuf tidak pernah menjadi korban dari keadaan-keadaan tersebut. Ini karena dia tahu bahwa ‘Elohim, yang Mahatinggi, berkuasa atas kerajaan manusia’, dan bahwa tidak ada yang dapat mencelakakannya atau menentang dia. Ketika dia hidup takut akan Tuhan dan menerima keadaan-keadaannya sebagai dari tangan Tuhan, dia terus berhasil.

Referensi

Mat 13:20-21 1Ptr 4:12-14 Ibr 12:11 Dan 5:21 2Tim 2:11-12

Pembelajaran Lebih Lanjut

Filipi 3

Amsal Harian

(22)

20

Jumat | Minggu 4

Roti hidup untuk orang lain

Kehendak Elohim adalah supaya setiap anak menghasilkan buah. Ini artinya mereka akan bertumbuh dalam pengudusan mereka, dan menghasilkan buah sesuai dengan nama mereka. Sebagaimana bagi Yusuf, demikian juga bagi kita, supaya ‘Elohim, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kita dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi kita, meneguhkan kita, menguatkan kita dan mengokohkan kita, sesudah kita menderita seketika lamanya’. Ini artinya bahwa Elohim setia untuk meneguhkan kita sesuai dengan pengudusan kita, ketika kita tetap setia dalam penderitaan-penderitaan yang memurnikan kita.

Yusuf ditegakkan dan ditempatkan secara berdaulat oleh Tuhan sebagai pengawas (penilik) distribusi makanan di Mesir. Dia ditetapkan dengan cara ini supaya nantinya dia akan bertemu langsung dengan saudara-saudaranya ketika mereka datang mencari makanan. Elohim menimbulkan kebutuhan untuk makanan di dalam diri saudara-saudaranya, karena kelaparan, dan menempatkan Yusuf di jalan mereka untuk menjadi satu-satunya pribadi yang dapat memenuhi kebutuhan itu.

Seperti yang Dia lakukan dengan Yusuf, Tuhan memberikan kita roti hidup untuk memberi makan kepada mereka yang lapar. Meskipun mata alamiah kita mungkin belum melihatnya, ada kelaparan di negeri ini, dan Elohim sedang menimbulkan seruan dalam hati manusia supaya mereka datang mencari kita. Dia akan menempatkan kita juga pada jalan yang tepat dari orang-orang yang mencari hidup. Segera sesudah lumbung gandum mereka menjadi kering, orang-orang akan mencari roti yang kita miliki.

Tuhan ingin mengirimkan anda terlebih dahulu, untuk ditegakkan dan dilatih dalam pekerjaan nama anda, supaya anda dapat memberi makan dan menopang orang-orang yang lelah, dengan firman. Anda akan masuk ke dalam tanah dan, sama seperti benih, ‘mati’ di antara orang-orang yang dengannya anda telah ditaburkan. Tapi sementara anda bertahan/menanggungnya oleh iman Elohim, Dia akan mengangkat anda dan membawa orang lain bersama-sama denganmu, dalam ‘berkas’-mu.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

1Ptr 5:10 Amo 8:11-12 Yes 55:1-3 Yeh 47:12 Yes 30:20-21 Yohanes 6:22-71 Ams a l 2

Referensi

Dokumen terkait

Diubahkan oleh perjumpaan mereka dengan Kristus, pada tahun 1741, orang-orang Kristen dari Gereja Moravia (Herrnhuter) menjawab panggilan untuk tidak memandang siapa pun

Roh kudus memimpin kalian untuk hidup dalam kekudusan, seperti saat kita mengatakan sesuatu yang benar, melaksanakan suatu pekerjaan dengan menunjukkan kasih dan ketulusan

Berdoa untuk setiap orang Kristen dan Gereja-gereja di Indonesia, untuk diteguhkan dan dikuatkan dalam Iman kepada Kristus, khususnya dalam masa Adven dan menyambut

Berdoa untuk setiap orang Kristen dan Gereja-gereja di Indonesia, untuk diteguhkan dan dikuatkan dalam Iman kepada Kristus, khususnya dengan berbagai situasi keadaan yang menekan

Berdoa untuk para Pemimpin, mulai dari Bapak Presiden sampai dengan para pemimpin di daerah-daerah, kiranya TUHAN senantiasa memberikan hikmat agar dapat memimpin rakyat,

Selain itu, kita datang di sebuah komunitas di dalam gereja, untuk bersekutu dan bersatu dengan orang Kristen yang lain, dan bukan hanya itu saja, tetapi Tuhan

Di dalam permasalahan yang ada pada Gereja Kristen Tiberias peneliti mengambil sebuah gambaran dari permasalahan pengumunan, jadwal, dan renungan harian untuk

Berdoa untuk para Pemimpin, mulai dari Bapak Presiden sampai dengan para pemimpin di daerah-daerah, kiranya TUHAN senantiasa memberikan hikmat agar dapat memimpin rakyat,