• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VISUALISASI GERAK DAN FOTO PADA MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI DI DESA TANGKIT BARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH VISUALISASI GERAK DAN FOTO PADA MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI DI DESA TANGKIT BARU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VISUALISASI GERAK DAN FOTO PADA MEDIA VIDEO

TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI

DI DESA TANGKIT BARU

Pera Nurfathiyah dan Tri Suratno

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni dengan pretes, postest dan kontrol group melibatkan 48 responden kepala keluarga petani yang mengusahakan dodol nanas. Materi yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan pesan di desa Tangkit Baru yaitu tentang pengolahan dodol nanas menggunakan media video. Tujuan penelitian ini adalah menentukan dan menganalisis bentuk visualisasi yang paling efektif untuk meningkatkan pengetahuan petani di desa Tangkit Baru. Bentuk visualisasi yang digunakan terdiri dari dua yaitu visualisasi gerak dan foto. Berdasarkan tujuan diatas, penelitian ini diujicobakan kepada 48 responden yang dipilih secara acak (Simple Random Sampling). Analisis pengaruh faktor visualisasi terhadap peningkatan pengetahuan responden digunakan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh penyajian pesan dengan menggunakan visualisasi gerak lebih efektif daripada dengan menggunakan visualisasi foto, dengan demikian penggunaan visualisasi gerak pada media video mampu meningkatkan pengetahuan responden tentang pengolahan dodol nanas.

Kata kunci : Media video, visualisasi gerak, visualisasi foto, dodol nanas

PENDAHULUAN

Keberhasilan

pembangunan

pertanian

antara lain ditentukan oleh kemampuan

sumber daya manusia dalam mengelola

informasi

pertanian

sesuai

dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi. Kebutuhan informasi menjadi

sarana produksi pertanian selain lahan, modal,

tenaga

kerja

dan

teknologi,

karena

ketersediaan informasi membantu petani

dalam mengambil keputusan sesuai dengan

situasi dan kondisi permintaan pasar dari

produk yang dihasilkan petani. Selain itu

informasi dapat membantu petani dalam

menghasilkan produk yang memiliki kualitas

dan kuantitas produk yang mampu bersaing

dipasar.

Hasil prasurvei dengan tokoh masyarakat

dan beberapa petani yang mengusahakan

dodol

nanas

di

desa

Tangkit

Baru

menunjukkan bahwa sebagian besar petani

yang mengusahakan dodol nanas di desa

tangkit baru sebagian besar belum mengetahui

cara pembuatan dodol nanas yang memiliki

rasa yang enak, tahan lama dan memiliki

prospek pasar. Petani dalam pembuatan dodol

nanas hanya mengandalkan perkiraan saja dan

belum mengetahui komposisi bahan yang

tepat untuk pembuatan dodol nanas sehingga

dodol nanas yang dihasilkan tidak dapat

bertahan lama. Pemasaran dodol nanas keluar

dari desa Tangkit Baru menuntut petani untuk

mampu menghasilkan dodol nanas yang tahan

lama, memiliki citra rasa yang enak dan

memiliki prospek pasar.

Perusahaan dodol nanas Mekar Sari di

Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat

merupakan salah satu sentra produksi dodol

nanas yang telah mampu mengekspor produk

dodol nanas ke berbagai negara seperti

Malaysia dan Singapura. Kondisi alam dan

masyarakat di Kabupaten Subang memiliki

kesamaan dengan desa Tangkit Baru yang

bermata pencaharian sebagai petani nanas.

Faktor

keterbatasan

dalam

penguasaan

(2)

informasi menyebabkan desa Tangkit Baru

belum mampu bersaing dengan kabupaten

Subang dalam hal pembuatan dodol nanas.

Petani di Kabupaten Subang memperoleh

informasi

dari

pelatihan-pelatihan

yang

diadakan

oleh

pemerintah

setempat

bekerjasama dengan institusi yang berada di

dalam maupun diluar negeri.

Produksi nanas segar yang mencapai 100

ton/kk yang dihasilkan oleh petani di desa

Tangkit baru menyebabkan perlunya upaya

untuk meningkatkan nilai tambah nanas

dengan mengolah nanas menjadi dodol nanas.

Usaha dodol nanas telah lama dirintis oleh

petani

setempat

dengan

melakukan

percobaan-percobaan, namun dodol nanas

yang dihasilkan belum mampu bersaing

dipasaran terutama permasalahan daya tahan

dodol untuk disimpan dalam jangka waktu

yang lama yaitu hanya mampu disimpan

dalam waktu 3 bulan (kepala desa Tangkit

baru, 2009). Kondisi ini berbeda dengan dodol

nanas yang ada di Kabupaten Subang. Dodol

nanas yang dihasilkan oleh petani nanas

mampu disimpan dalam jangka waktu 6

bulan

dan

memiliki

citra

rasa

yang

menggugah selera konsumen untuk membeli

dengan rasa yang khas tanpa penambahan

bahan pengawet. Oleh karena itu diperlukan

upaya untuk meningkatkan kualitas dodol

nanas

melalui

penyampaian

informasi

bagaimana membuat dodol nanas dengan

kualitas yang baik sehingga petani dapat

mengetahui

dan

memahami

bagaimana

membuat dodol nanas melalui media video.

Pemilihan media video sebagai media

instruksional dalam penyampaian informasi

pembuatan dodol nanas dengan pertimbangan

bahwa media video memiliki keunggulan

dalam mengkombinasikan teks, grafik, suara

dan visualisasi sehingga petani dapat melihat

langsung tayangan yang ada di Kabupaten

Subang. Hal ini sesuai dengan pendapat

(Hofstetter, 2001) bahwa persentase terbesar

dalam menangkap suatu pesan secara nyata

jika media yang digunakan adalah media yang

mampu mengkombinasikan teks, grafik, audio

dengan visual.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat

dirumuskan

permasalahan

yaitu:

(1)

Bagaimana bentuk visualisasi gerak yang

paling efektif pada media video untuk

meningkatkan pengetahuan petani di desa

Tangkit

baru,

(2)

Bagaimana

bentuk

visualisasi foto yang paling efektif pada media

video untuk meningkatkan pengetahuan petani

tentang di desa Tangkit baru.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Perlengkapan pengambilan gambar :

1.Satu set perlengkapan shuting video

2. Editing dan prossesing video

Perlengkapan audio :

1.

Alat perekam suara

Metode

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di desa Tangkit

Baru Kabupaten Muara Jambi dan di sentra

produksi dodol nanas Mekar Sari Kabupaten

Subang

Provinsi

Jawa

Barat

untuk

pengambilan data dan video pembuatan dodol

nanas. Pelaksanaan penelitian direncanakan

selama 6 bulan dimulai pada bulan

April-September 2010. Penentuan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa desa Tangkit Baru

merupakan daerah sentra produksi dodol

nanas dan daerah percontohan pertanian di

Provinsi Jambi.

Populasi dan Sampel

Penentuan populasi dilakukan secara

sengaja (purposive) dengan kriteria kepala

keluarga, petani pengusaha dodol nanas, tidak

buta huruf, pendidikan minimal SLTP dan

berumur

maksimal

55

tahun

sehingga

diperoleh 85 orang. Dari 85 orang dilakukan

penentuan sampel secara acak sederhana

(Simple random sampling) sehingga terpilih

48 orang. Selanjutnya sampel tersebut dibagi

secara kedalam 4 kelompok perlakuan,

dimana setiap kelompok terdiri dari 12 orang.

Hal ini sesuai dengan pendapat Catchart dan

Samovar (1997) bahwa 12 orang adalah angka

maksimal yang digunakan untuk pembelajaran

dalam kelompok kecil.

(3)

Desain penelitian

Penelitian

ini

merupakan

penelitian

eksperimen murni (true experiment) dengan

desain faktorial menggunakan uji pretest dan

posttest control group design. Peubah bebas

terdiri dari visualisasi gerak dan visualisasi

foto.

Penempatan

unit-unit

ekperimen

kedalam empat empat kelompok yang

dilakukan secara acak dan berada dibawah

pengawasan peneliti. Peubah tidak bebas

dalam penelitian ini adalah peningkatan

pengetahuan petani setelah menyaksikan

media video tentang pengolahan dodol nanas.

Data dan Instrumentasi

Data penelitian berupa data primer dan

data sekunder. Data primer terdiri dari

karakteristik responden, tanggapan responden

terhadap

presentasi

media

video

dan

peningkatan pengetahuan responden setelah

menyaksikan presentasi media video. Data

tersebut diperoleh melalui kuesioner. Data

sekunder diperoleh dari kantor kecamatan,

kantor kepala desa, instansi terkait, tokoh

masyarakat dan sumber lain yang relevan

dengan judul penelitian.

Konsepsi dan pengukuran

1.

Media video adalah media yang memiliki

kemampuan dalam mengkombinasikan

teks, grafik, audio dan visualisasi dengan

menggunakan teknologi

2.

Visualisasi media video adalah unsur

visual yang mendukung penyajian pesan,

terdiri dari :

a.

Visualisasi

gerak

yaitu

jenis

visualisasi berupa gambar hidup hasil

rekaman kamera video tentang benda,

obyek atau peristiwa yang sebenarnya

b.

Visualisasi foto yaitu gambar yang

dibuat dengan teknik fotografi melalui

kamera gerak yaitu jenis visualisasi

hasil rekaman media video

4.

Dodol nanas adalah makanan yang bahan

bakunya terbuat dari nanas yang dicampur

dengan gula, santan dan terigu

5.

Karaktersitik individu adalah ciri-ciri

yang melekat pada pribadi seseorang

(individu)

yang

meliputi

:

umur,

pendidikan, pengalaman berusaha dodol

nanas dan keterdedahan media.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden penelitian yaitu petani yang

menanam nanas dan mengusahakan dodol

nanas dengan kriteria tingkat pendidikan

minimal SLTP, tidak buta warna dan umur

maksimal 55 tahun. Data responden terlihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Sebaran karakteristik responden Keadaan responden Kategori Frekuensi % 1. Pendidikan SMP SMA Diploma PT 16 27 2 3 33,33 56,25 4,17 6,25 2.Pengalaman berusaha dodol nanas 0 - 1 tahun 1 – 3 tahun > 3 tahun 0 6 45 0 6,253 93,75 3.Frekuensi mengikuti penyuluhan tentang dodol nanas Pernah Tidak pernah 30 18 62,5 37,5 4.Informasi tentang pengolahan dodol nanas dan pemasarannya Surat Kabar Majalah Radio Televisi Tidak Pernah mendapat informasi 2 1 2 3 40 4,17 2,08 4,17 6,25 83,3 Umur

Karakteristik

umur

responden

menunjukkan kemampuan responden untuk

menyerap informasi yang masuk kedalam

memori.

Hasil

penelitian

terhadap

48

responden

di

desa

Tangkit

Baru

memperlihatkan rata-rata umur responden

masih muda. Responden termuda berumur 14

tahun dan yang tertua berumur 38 tahun.

Distribusi

responden

berdasarkan

umur

terlihat pada tabel 2.

Tabel-2.-Distribusi-responden berdasarkan umur Golongan umur (tahun) Jumlah responden (orang) Persentase (%) < 15 15 – 20 21 – 26 27 – 32 > 32 2 18 15 9 4 4,17 37,5 31,25 18,75 8,33 Jumlah 48 100,00 %

(4)

Tabel

2

memperlihatkan

rata-rata

responden berumur < 15 tahun (4,17 %),

antara 15 - 20 tahun (37,5%) kemudian 21 –

26 tahun (31,25 %), 27 – 32 tahun (18,75 %)

dan > 32 tahun (8, 33 %). Umur responden

antara 15 -20 tahun menunjukkan rata-rata

umur responden di daerah penelitian relatif

masih muda. Hasil penelitian Mamota dalam

Bakar

(1999)

mengemukakan

bahwa

kemampuan

seseorang

untuk

belajar

berkembang secara gradual sejalan dengan

meningkatnya umur. Kemampuan belajar

dapat

menurun

secara

nyata

karena

kemampuan panca indera dan daya dukung

otak untuk menerima pesan. Kemampuan

belajar akan menurun setelah mencapai umur

diatas 55 tahun.

Pendidikan

Pendidikan

responden

menunjukkan

kemampuan responden untuk mengolah akal

agar menjadi mudah untuk memahami pesan

yang diterima dan mampu mengolah pesan

menjadi kata-kata yang dapat dipahami.

Kriteria pendidikan menjadi persyaratan

responden sebagai subyek eksperimen, sebab

responden dituntut untuk mampu memahami

visualisasi yang diberikan saat pelaksanaan

penelitian berlangsung. Distribusi frekuensi

responden berdasarkan pendidikan terlihat

pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) SMP SMA Diploma Perguruan tinggi 16 27 2 3 33,33 56,25 4,17 6,25 Jumlah 48 100,00

Pendidikan responden di desa Tangkit

Baru rata-rata (56,25 %) berpendidikan SMA,

33,33

%

berpendidikan

SMP,

4,17%

berpendidikan

diploma

dan

6,25%

berpendidikan perguruan tinggi. Sebagian

responden berpendidikan SMA menunjukkan

bahwa ada keinginan masyarakat di desa

Tangkit

Baru

untuk

meningkatkan

pengetahuan mereka dan keinginan tersebut

juga telah terbukti dengan adanya warga desa

berpendidikan diploma dan perguruan tinggi

yang mereka tidak segan-segan pulang ke

desa untuk menjadi pengusaha dodol nanas.

Pengalaman usaha dodol nanas

Petani di daerah penelitian telah lama

menggeluti usaha dodol nanas. Rata-rata

responden berusaha dodol nanas selama lebih

dari 3 tahun sebanyak 35 orang (72,916 % )

dan 1- 3 tahun sebanyak 13 orang (2,708%).

Kendala pemasaran dan kualitas dodol

yang belum memiliki ketahanan dalam

penyimpanan

dan

rasa

menyebabkan

banyaknya

petani

yang

terkadang

menghentikan pembuatan dodol sampai ada

permintaan baik dari konsumen lokal maupun

dari luar daerah.

Frekuensi mengikuti penyuluhan

Materi penyuluhan yang diberikan kepada

petani tentang pengolahan dodol nanas terdiri

dari gugus kendali mutu, pengolahan dodol

nanas

dan

ilmu

pemasaran.

Kegiatan

penyuluhan

dilakukan

oleh

Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi

pada tahun 2002 dan sampai pada waktu

penelitian ini dilakukan kegiatan penyuluhan

tentang pengolahan dodol nanas belum pernah

dilakukan

lagi.

Hal

ini

menunjukkan

keterbatasan sumber daya manusia dan

kurangnya koordinasi komunikasi antara

petani

dengan

pemerintah

setempat.

Penayangan media video dapat memberikan

keterbukaan informasi yang luas kepada

petani sehingga diharapkan media video

menjadi alat bantu untuk mengingat ulang

informasi tentang pengolahan dodol nanas.

Informasi tentang pengolahan dodol nanas dan pemasarannya

Responden

di

daerah

penelitian

memperoleh informasi tentang pengolahan

dodol nanas dari surat kabar 2 orang (4,17 %),

majalah 1 orang (2,08%), radio 2 orang

(4,17%), televisi 3 orang (6,25%) dan tidak

pernah mendapat informasi dari berbagai

media 40 orang (83,3%). Informasi tentang

pengolahan dodol nanas mereka peroleh pada

tahun 2002 dan sampai saat penelitian ini

dilakukan mereka belum pernah mendapatkan

(5)

informasi

secara

mendetail

tahapan

pengolahan dodol nanas.

Rata-rata

responden

belum

pernah

mendapatkan

informasi

tentang

cara

mengolah dodol nanas dengan bantuan media

video. Kurangnya akses terhadap informasi

menyebabkan kebutuhan akan informasi

sangat diperlukan untuk mengembangkan

potensi desa Tangkit Baru. Kebutuhan

informasi tentang pengolahan dodol nanas

diperlukan untuk menghasilkan dodol nanas

yang berkualitas yaitu memiliki komposisi

yang tepat untuk menghasilkan dodol dengan

rasa yang enak dan tahan lama. Informasi ini

penting diketahui oleh responden karena sejak

berkurangnya peminat dodol nanas karena

citra rasa yang kurang enak dan kurang tahan

lama

untuk

disimpan

menyebabkan

permintaan dodol nanas menjadi berkurang

sementara bahan baku tersedia, keadaan ini

menyebabkan responden beralih ke produk

lain yang

memiliki prospek. Hal ini

disebabkan karena kurangnya pengetahuan

responden tentang pengolahan dodol nanas.

Pengetahuan awal responden

Pengukuran pengetahuan awal responden

tentang pengolahan dodol nanas diukur

sebelum

memberi

perlakuan

terhadap

responden. Hasil penelitian menunjukkan

secara umum pengetahuan awal responden

rendah yaitu memperoleh skor 11 dengan skor

tertinggi 16. Skor terendah 11 diperoleh pada

kelompok responden dengan menggunakan

visualisasi gerak sedangkan skor tertinggi

diperoleh pada kelompok responden dengan

menggunakan visualisasi foto. Skor dihitung

sebelum responden menyaksikan tayangan

video sehingga dalam kondisi ini responden

sama sekali belum mengetahui bagaimana

cara membuat dodol nanas melalui media

video. Hal ini terlihat pada skor rata-rata

pengetahuan awal responden pada

masing-masing perlakuan yang ada pada tabel 4.

Tabel 4. Skor rata-rata pengetahuan awal (Pretes)

responden berdasarkan kelompok perlakuan

Faktor Perlakuan Visualisasi

Gerak Foto

13,25 13,58

Tabel

4

memperlihatkan

terdapat

perbedaan skor rata-rata pengetahuan awal

responden pada setiap perlakuan. Skor

rata-rata pada kelompok perlakuan dengan

menggunakan visualisasi gerak adalah 13,25

sedangkan kelompok perlakuan foto adalah

13,58. Masing-masing kelompok perlakuan

mendapat

skor

yang

berbeda

artinya

responden sama-sama tidak mengetahui cara

pengolahan dodol nanas. Pengujian dilakukan

untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut

signifikan atau tidak dengan menggunakan

analisis ragam seperti pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Hasil analisis ragam terhadap skor

pengetahuan awal responden Sumber keragaman F-Hit F Tabel 0,05 0,01 Antar kelompok 2,08* 2,84 4,31 Total

Keterangan : * Tidak berbeda nyata pada α = 0,05

Hasil analisis ragam pada tabel 5

menunjukkan nilai rata-rata pengetahuan awal

responden pada kedua kelompok perlakuan

tidak berbeda nyata (F hitung < F tabel pada

α = 0,05 dan 0,01). Hal ini menunjukkan pada

tingkat kepercayaan 95% dan 99 % terbukti

bahwa tingkat pengetahuan awal responden

tentang materi yang ada pada media video

pada dasarnya sama (homogen). Pengetahuan

awal responden yang sama menunjukkan

bahwa

walaupun

pendidikan

responden

bervariasi dari SMP sampai perguruan tinggi

tetapi pengetahuan mereka sama artinya

sama-sama tidak mengetahui cara pembuatan dodol

nanas.

Pengujian pengetahuan akhir (postes) pada

tiap kelompok diberikan setelah pemberian

pengujian pengetahuan akhir (pretes) berupa

penayangan melalui media video tentang cara

mengolah nanas menjadi dodol yang memiliki

standar mutu tahan disimpan sampai 6 bulan

dan memiliki citra rasa yang menarik.

Pengukuran

peningkatan

pengetahuan

responden setelah penayangan media video

dengan

cara

memberikan

kuesioner

pertanyaan sebanyak 20 soal. Hasil skor

peningkatan

pengetahuan

berdasarkan

kelompok perlakuan ditampilkan terlihat pada

tabel 6.

(6)

Tabel 6. Skor rata-rata pengetahuan akhir (postes) responden berdasarkan kelompok perlakuan

Faktor Perlakuan Visualisasi

Gerak Foto

15,835 15,935

Tabel 6 menunjukkan skor rata-rata postes

responden pada tiap kelompok perlakuan

adalah

berbeda.

Kelompok

perlakuan

visualisasi foto mempunyai skor tertinggi

dibandingkan dengan perlakuan visualisasi

gerak. Skor rata-rata penggunaan visualisasi

gerak adalah 15,835 sedangkan skor rata-rata

penggunaan visualisasi foto adalah 15,935.

Responden yang menyaksikan media video

dengan menggunakan perlakuan foto medapat

skor rata-rata 15,835 dibandingkan dengan

kelompok perlakuan lainnya. Hal ini berarti

bahwa

penggunaan

foto

mampu

meningkatkan

pengetahuan

responden.

Kemampuan foto dalam menyampaikan pesan

dijelaskan oleh Fardiaz (2003) bahwa foto

dapat

menterjemahkan

ide-ide

abstrak

kedalam bentuk konkrit dan foto bersifat

autentik dimana foto dapat secara jujur

melukiskan situasi seperti melihat benda

sebenarnya. Uji signifikansi beda pengetahuan

akhir (postes) responden pada tiap kelompok

perlakuan dilakukan dengan analisis ragam

yang terlihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil analisis ragam terhadap skor pengetahuan akhir responden

Sumber keragaman F-Hit α Antar kelompok 5,138* 0,004 Total

Keterangan : * Berbeda nyata pada α = 0,05

Hasil analisis ragam pada tabel 7

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

sangat nyata pada skor pengetahuan akhir

(postes) responden. Pemberian perlakuan

media video memberikan skor pengetahuan

yang

berbeda

pada

setiap

kelompok

perlakuan. Penyajian pesan menggunakan

media video dengan dua kelompok perlakuan

memberikan peningkatan pengetahuan yang

berbeda pada tingkat kepercayaan 95 % atau p

= 0,05. Pemberian perlakuan yang berbeda

memberikan pengaruh kepada responden

untuk menangkap pesan yang disampaikan.

Peningkatan pengetahuan responden

Efektifitas penyampaian pesan dianalisis

dari bentuk pesan yang digunakan dalam

menyampaikan pesan. Terdapat 2 bentuk

perlakuan pesan yang diberikan kepada

responden

dalam

upaya

meningkatkan

pengetahuan mereka tentang pengolahan

dodol nanas yaitu visualisasi gerak dan foto.

Kedua bentuk perlakuan tersebut diuji dengan

melakukan perbandingan hasil pengukuran

pretes

dan

postes.

Skor

peningkatan

pengetahuan responden dari kedua perlakuan

terlihat pada tabel 8.

Tabel 8 menunjukkan skor rata-rata

responden setelah menyaksikan tayangan

media video adalah 16, skor ini lebih tinggi

daripada skor pretes sebesar 13,42 (selisih =

2,58). Secara numerik peningkatan tersebut

relatif kecil karena sebelum responden

melihat tayangan media video mereka belum

pernah mengolah dodol nanas dengan

menggunakan bahan-bahan yang ada dalam

tayangan media video. Responden belum tahu

bahan-bahan apa saja yang perlu ditambahkan

dan berapa komposisi yang tepat untuk

membuat dodol nanas dengan kualitas yang

baik dan tahan lama.

Perbedaan

peningkatan

pengetahuan

setelah menyaksikan tayangan media video

sebelum dan sesudahnya berbeda nyata. Hasil

uji nilai tengah dengan menggunakan uji t

berpasangan pada tabel 9 menunjukkan

adanya perbedaan yang sangat nyata antara

skor rata-rata pretes dan postes responden.

Hal

ini

berarti

terdapat

peningkatan

pengetahuan responden yang sangat nyata

tentang pengolahan dodol nanas setelah

menyaksikan

tayangan

media

video.

Pengujian dilakukan dengan menganalisis

perbedaan dari setiap kelompok perlakuan

secara nyata atau tidak mempengaruhi

peningkatan pengetahuan sebagai akibat

diberikan

perlakuan

dilakukan

uji

t

berpasangan sebagai berikut.

(7)

Tabel 8. Skor pretes, postes dan peningkatan pengetahuan responden

Nomor responden

Faktor perlakuan

Pretes

Postes

Peningkatan

pengetahuan

1

Visualisasi gerak

12

16

4

2

14

17

3

3

14

17

3

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

13

Visualisasi gerak

15

17

2

.

14

16

2

.

12

15

3

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

25

Visualisasi foto

14

17

3

.

13

15

2

.

14

16

2

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

37

Visualisasi foto

12

14

2

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

48

.

.

.

.

Total

644

768

124

Rata-rata

13,42

16

2,58

Tabel 9. Uji t berpasangan perbedaan skor pretes dan postes

Nilai rata-rata t-Hitung t-Tabel

Postes Pretes α = 0,01

16 13,42 22,528* 2,326

Keterangan : ** Berbeda nyata pada α = 0,01

Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata

antara pretes dan postes berbeda nyata yaitu

2,326 pada α = 0,01 dan nilai t hitung

(22,528) > t tabel (2,326). Nilai t hitung yang

lebih besar dari t tabel berarti terdapat

pengaruh yang nyata dari penggunaan media

video dalam menyampaikan pesan. Hal ini

terlihat dari adanya perbedaan tingkat

pengetahuan

sebelum

dan

sesudah

menyaksikan tayangan media video sehingga

dapat

disimpulkan

bahwa

penggunaan

visualisasi

gerak

dan

foto

mampu

meningkatkan pengetahuan responden tentang

pengolahan dodol nanas. Grafik rata-rata

peningkatan

pengetahuan

responden

berdasarkan kelompok perlakuan dapat dilihat

pada gambar 2 dan tabel 10.

24

25

26

27

28

29

30

31

32

Skor

FOTO GERAK

Perlakuan

Pretes Postes

Gambar 2. Grafik Skor rata-rata peningkatan

pengetahuan responden menurut

berbagai perlakuan

(8)

Tabel 10. Skor rata-rata peningkatan pengetahuan responden berdasarkan kelompok perlakuan

Faktor Perlakuan Visualisasi

Gerak Foto

3,04 2,125

Terdapat dua kombinasi tayangan media

video yaitu dengan menggunakan visualisasi

gerak dan foto. Tabel 10 menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan

responden pada masing-masing kelompok

perlakuan.

Secara

keseluruhan

rata-rata

peningkatan pengetahuan responden adalah

2,58. Nilai tertinggi diperoleh dari perlakuan

visualisasi gerak (3,04) sedangkan visualisasi

foto

memperoleh

skor

2,125.

Dengan

demikian perlakuan yang memperoleh skor

terendah

yaitu

visualisasi

dengan

menggunakan foto.

Tabel 10 menunjukkan tiap perlakuan

memberikan pengaruh yang berbeda pada

peningkatan

pengetahuan.

Kelompok

perlakuan yang menggunakan kombinasi

gerak memberikan skor rataan yang lebih

tinggi daripada kelompok perlakuan dengan

menggunakan foto. Berarti bahwa penjelasan

pesan melalui media video menggunakan

visualisasi

gerak

lebih

efektif

untuk

meningkatkan pengetahuan daripada dengan

menggunakan visualisasi foto. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya perbedaan skor

rata-rata peningkatan pengetahuan responden.

Penggunaan

bentuk

visualisasi

gerak

menunjukkan skor yang tertinggi daripada

perlakuan visualisasi foto karena kemampuan

video dalam menampilkan gambar secara

nyata (live) sehingga mampu menggugah

minat dan keingintahuan responden untuk

mengikuti tayangan.

Pengaruh Visualisasi

Visualisasi

yang

digunakan

dalam

penelitian ini adalah gerak dan foto. Gambar

gerak menayangkan keadaan yang sesuai

dengan

kejadian

sebenarnya

dengan

menggunakan media video sedangkan gambar

foto diambil dari kamera lalu diedit kedalam

tayangan media video. Penggunaan visualisasi

gerak dan foto bertujuan untuk mendukung

dan memperjelas gambar. Gambar yang jelas

dapat merangsang minat dan memperjelas

informasi yang disajikan, mempercepat proses

pemahaman

terhadap

suatu

objek,

meningkatkan daya ingat dan memberikan

pengaruh

yang

sangat

tinggi

terhadap

pengetahuan suatu objek (Brown, 1999).

Gambar yang jelas dengan komposisi warna,

pencahayaan dan titik fokus pengamatan

dapat

mendukung

pengajaran

dan

mempermudah responden untuk memahami

dan mengingat kembali pesan atau informasi

yang tersimpan sebelumnya.

Kelompok perlakuan responden yang

diberikan

tayangan

visualisasi

gerak

memperoleh

skor

rata-rata

peningkatan

pengetahuan 3,04 sedangkan kelompok yang

diberikan tayangan foto memperoleh skor

2,125. Selisih antara perlakuan yang diberikan

tayangan visualisasi gerak dengan foto adalah

2,915.

Visualisasi pada media video dengan

menggunakan gerak dan foto adalah salah satu

faktor yang diduga berpengaruh terhadap

peningkatan pengetahuan responden tentang

pengolahan dodol nanas. Berdasarkan konsep

teori dalam tinjauan pustaka memberikan

petunjuk bahwa visualisasi gerak lebih efektif

dibandingkan dengan visualisasi foto dalam

menyampaikan informasi. Pengujian hipotesis

untuk membuktikan dugaan sementara bahwa

:

H1 : Skor peningkatan pengetahuan petani

yang menyaksikan tayangan media

video dengan menggunakan visualisasi

gerak lebih tinggi daripada skor petani

yang menyaksikan tayangan dengan

menggunakan foto.

Data penelitian menunjukkan adanya

perbedaan skor peningkatan pengetahuan

responden untuk dua kelompok. Kelompok

yang menyaksikan tayangan media video

dengan

menggunakan

visualisasi

gerak

memperoleh

skor

rata-rata

peningkatan

pengetahuan

sebesar

3,04

sedangkan

kelompok yang menggunakan visualisasi foto

memperoleh skor 2,125.

Visualisasi

media

video

dengan

mengunakan tayangan gambar gerak dapat

meningkatkan pengetahuan responden lebih

(9)

tinggi daripada perlakuan foto. Gambar gerak

(motion picture) merupakan jenis visualisasi

yang

paling

realistik

dalam

memvisualisasikan informasi secara nyata.

Gambar

gerak

pada

media

video

menggunakan program Adobe Premiere 6.0

yang dapat memanipulasi tampilan video yang

ditayangkan dengan memanfaatkan fasilitas

yang ada. Fasilitas Adobe Premiere 6.0 dapat

membuat peralihan dari satu bingkai ke

bingkai lainnya dengan menggunakan efek

push (dorong), efek wipe (menyeka) dan efek

peel (mengupas). Fungsi efek memberikan

kesan gerakan (motions) pada tampilan layar

video sehingga menarik dan lebih hidup. Efek

push digunakan pada peralihan bingkai dari

keadaan awal seorang petani yang akan

memotong dodol nanas beralih kedaan akhir

yaitu hasil potongan dodol nanas.

Teknik pengambilan gambar pada media

video memberikan kesan hidup pada objek.

Objek disuting dalam bentuk long shoot,

medium shoot dan close up. Pengambilan

gambar dengan teknik ini memungkinkan

responden untuk mempelajari suatu proses

yang tidak dapat dijelaskan dengan gambar

diam ataupun dengan kata-kata saja. Teknik

slow motion dari peralihan long shoot,

medium shoot ke close up memberikan

penekanan kepada objek pengamatan secara

mendetail dari suatu proses yang tidak dapat

dilihat dengan mata. Teknik slow motion

memperlihatkan dua proses yaitu cara

memasak dodol nanas dari memasukkan

bahan-bahan sampai menjadi dodol nanas. Hal

ini sesuai dengan pendapat Hofstetter, 2001

bahwa unsur gerak memungkinkan audiens

untuk mempelajari suatu proses yang tidak

dapat dijelaskan dengan gambar diam ataupun

hanya dengan kata-kata.

Hasil analisis tersebut sesuai dengan

hipotesis

pertama

yaitu

bahwa

skor

peningkatan pengetahuan responden yang

menyaksikan tayangan media video dalam

bentuk visualisasi gerak lebih tinggi daripada

skor responden yang menyaksikan dalam

bentuk visualisasi foto. Secara statistik berarti

bahwa format pesan pada media video dengan

menggunakan visualisasi gerak berpengaruh

nyata terhadap peningkatan pengetahuan

responden. Berdasarkan hasil perhitungan

diatas

maka

hipotesis

pertama

dalam

penelitian ini dapat diterima.

Hubungan Beberapa karakteristik responden dengan peningkatan pengetahuan

Hubungan karakteristik responden dengan

peningkatan pengetahuan dianalisis dengan

menggunakan

analisis

korelasi

Pearson.

Analisis dilakukan untuk menguji apakah

peningkatan pengetahuan responden tentang

pengolahan dodol nanas dipengaruhi oleh

media video yang ditayangkan kepada

responden atau karena hubungannya dengan

karakteristik responden yaitu pendidikan,

pengalaman usaha dodol nanas, frekuensi

mengikuti penyuluhan dan informasi tentang

pengolahan dodol nanas melalui media cetak

dan elektronik pada tabel 11.

Tabel 11. Koefisien korelasi Pearson hubungan antara beberapa karakteristik responden dengan peningkatan pengetahuan

Karakteristik Responden Koefisien Korelasi Pearson (r)

Pendidikan

Pengalaman usaha dodol nanas

Frekuensi mengikuti penyuluhan

Informasi tentang pengolahan dodol nanas pada media : Surat kabar Majalah Radio Televisi

-0,121

0,220

-0,27

0,185

-0,141

0,035

-0,308

Keterangan : *Signifikansi pada taraf kepercayaan α = 0,05 **Signifikansi pada taraf kepercayaan α = 0,01

Tabel 11 menunjukkan hasil perhitungan

hubungan

(korelasi)

antara

beberapa

karakteristik dengan peningkatan pengetahuan

dan memperoleh nilai koefisien korelasi (r)

pada

tingkat

pendidikan

r

=

-0,121,

pengalaman usaha dodol nanas 0,220,

frekuensi mengikuti penyuluhan r = -0,27,

informasi tentang pengolahan dodol nanas

pada media surat kabar r = 0,185, majalah r =

-0,141, radio r = 0,035 dan televisi r = - 0,308.

Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan

(10)

antara

karakteristik

dengan

peningkatan

pengetahuan responden. Nilai r pada

masing-masing karakteristik menunjukkan dibawah

0,1 dan sebagian bertanda negatif. Hubungan

antar variabel dikatakan kuat jika nilai r diatas

0,5 (Santoso, 2001). Nilai r dibawah 0,1

memberikan

indikasi

bahwa

tingkat

pendidikan, pengalaman usaha dodol nanas,

frekuensi

mengikuti

penyuluhan

dan

informasi melalui media cetak maupun

elektronik tidak memberikan hubungan yang

nyata terhadap peningkatan pengetahuan

responden tentang pengolahan dodol nanas.

Hasil

analisis

korelasi

Pearson

menunjukkan hubungan antara karakteristik

responden dengan peningkatan pengetahuan

tentang pengolahan dodol nanas berbeda

nyata pada informasi melalui televisi (r =-

0,308). Nilai negatif menunjukkan semakin

sering responden menonton televisi tidak

mempengaruhi

peningkatan

pengetahuan

responden karena tayangan televisi yang

mereka tonton selama ini belum ada yang

memberikan

penjelasan

secara

rinci

bagaimana cara membuat dodol nanas dan

bahan-bahan apa saja yang diperlukan.

Korelasi antara pengalaman usaha dodol

nanas

dengan

peningkatan

pengetahuan

responden menunjukkan nilai r = 0,220

artinya bahwa terdapat hubungan yang lemah

antara pengalaman berusaha dodol nanas

dengan peningkatan pengetahuan. Hubungan

tersebut diartikan jika pengalaman responden

dalam berusaha dodol nanas tinggi maka akan

meningkatkan pengetahuan responden tentang

pengolahan dodol nanas tetapi peningkatan

tersebut lemah. Hubungan lemah karena

pengalaman responden dalam usaha dodol

nanas belum dapat menemukan komposisi

yang tepat untuk mendapatkan dodol nanas

dengan kualitas yang baik. Berdasarkan

perhitungan dan uraian diatas maka dapat

disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan

responden tentang pengolahan dodol nanas

secara nyata diakibatkan oleh tayangan video

yang diberikan kepada responden.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.

Penyampaian pesan dengan kombinasi

visualisasi gerak lebih efektif daripada

menggunakan visualisasi foto untuk

meningkatkan pengetahuan responden

tentang pengolahan dodol nanas melalui

media video

2.

Penyampaian pesan dengan menggunakan

visualisasi gerak lebih efektif karena

kemampuan

media

video

dalam

menampilkan gambar secara nyata sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

Saran

1.

Visualisasi gerak pada media video

merupakan visualisasi yang paling efektif

dalam menyampaikan pesan-pesan berupa

inovasi kepada petani jika dirancang

dengan mengoptimalkan kelebihan yang

dimiliki dan mengurangi kelemahan yang

dimiliki media video.

2.

Perlu ada kerjasama antara pemerintah

daerah dengan pihak swasta untuk

menyebarluaskan hasil rancangan media

video kepada petani sehingga dapat

sampai ke pelosok-pelosok desa.

DAFTAR PUSTAKA

Beltran, JT. 1988. Communication Pretesting.

Media

Monograph

6.

Chicago:

University

of

Chicago.

Communication

Laboratory

Community and family study center.

Brown, JW. 2009. Instruction Technology,

Media and Methods 5

th

ed. New York:

Mc Graw Hill.

Catchart, Fobert S, Samovar. 1999. Media

communication

at

small

group

discussion. United States of America:

Wm C Brown Company Publisher.

Fardiaz, D. 2003. Bahan kuliah Mata Ajaran

Evaluasi Media. Bogor: PPS-IPB.

Hofstetter, F. 1995. Video instructional. New

York: MC Graw.

Santoso. 2001. Buku Latihan SPSS. Statistik

Parametrik. Jakarta: Elex Media

Computindo. Kelompok Gramedia.

Wittich,

Schuller.

1999.

Instructional

Technology: Its Nature and Use. Sixt

Edition. New York Hagerstown.

Philadelphia San Fransisco. London:

Harper & Row Publishers.

Gambar

Tabel 1. Sebaran karakteristik responden  Keadaan  responden  Kategori  Frekuensi  %  1
Tabel 4. Skor  rata-rata  pengetahuan  awal  (Pretes)  responden  berdasarkan  kelompok  perlakuan
Tabel 8. Skor pretes, postes dan peningkatan pengetahuan responden
Gambar  gerak  pada  media  video  menggunakan  program  Adobe  Premiere  6.0  yang dapat memanipulasi tampilan video yang  ditayangkan  dengan  memanfaatkan  fasilitas  yang  ada

Referensi

Dokumen terkait

N., (2016) Perbandingn Efektivitas Pendidikan Kesehatan Gigi Menggunakan Media Video dan Flip Chart Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak.. Jurnal

Penelitian kuantitaif komparatif mengenai Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Program Geogebra Dan Swish Max di Kelas VII SMP Nahdlatul Ulama 1 Gresik

Penyusunan Laporan Praktek Kerja Industri Pengolahan Pangan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Strata-1 (S-1) di Program Studi Teknologi

Data yang diperoleh antara lain adalah kecepatan kapal, kondisi main engine dan system propulsi dan kontruksi yang berhubungan dengan main engine berupa

ollak Cipra pada Pusat Pcniliija,r Pcndidikan-B.,\LI'IBANG-KIIMDIKBUD l. Agar jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu 60 menit maka kecepatan mobil yang harus dicapai

Sebagai usaha yang bergerak dalam yang bergerak dalam bidang produksi penggemukan KADO dan SAPI, Gembala Farm yang dalam hal ini menjembatani kesenjangan bidang produksi

Hasil data yang diperoleh nilai koefisien gesek tertinggi didapatkan kampas rem di pasaran, sedangkan nilai yang mendekati kampas rem di pasaran terjadi pada variasi

Mortalitas ikan uji yang terjadi pada saat penelitian disebabkan oleh kontaminasi toksik dari larutan simplisia daun sirih merah yang masuk ke dalam tubuh