• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN MULTIPLEINTELLIGENCES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN MULTIPLEINTELLIGENCES"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

361

I Putu Suka Arsa, I Gede Ratnaya, Ni Made Wahyuni

ABSTRAK

Penelitian pengembangan yang dilakukan memiliki tujuan mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif tentang pemberdayaan multiple intelligences (kecerdasan multitalenta) untuk guru-guru di SMP. Tujuan tersebut dicapai dengan pengembangan pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif secara sistematis. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and

Development) media pembelajaran, khususnya berupa pembelajaran melalui bahan ajar berbasis multimedia

interaktif yang meliputi: analisis kebutuhan, desain, pengembangan dan implementasi serta evaluasi dan revisi. Pada tahap analisis dilakukan: (1) analisis pembelajaran di kelas, (2) analisis karakteristik sasaran, dan (3) analisis materi. Pada tahap pembuatan dilakukan: (1) pemilihan materi, (2) menetapkan strategi pembelajaran, (3) merancang naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Pada tahap pengembangan dilakukan langkah-langkah mewujudkan naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif menjadi prototype pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan kecerdasan majemuk. Pada tahap implementasi dilakukan penilaian para ahli dan uji coba pada sasaran. Produk tahun pertama adalah menghasilkan naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dan artikel.

Kata kunci: pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif,multiple intelligences

Latar Belakang

Menurut teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Von Glasserfeld,

pembentukan pengetahuan

seseorang dilakukan sendiri oleh orang itu dan bukan oleh guru, sehingga para guru hanya bisa mendorong para siswa agar aktif dalam pembelajaran untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Dorongan para guru sangat memicu dan memacu para siswa aktif dan giat belajar.

Fungsi guru dalam kelas bukan mengajari namun kehadiran guru membuat siswa belajar sehingga fungsi guru tidak mengajar namun lebih pada empat fungsi yang harus difahami oleh guru yaitu :

1. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, kereatif, menciptakan berbagai kiat dan model penyampaian materi pembelajaran,

membuat suasana pembelajaran menjadi menarik.

2. Membangkitkan motivasi para siswa agar lebih aktif dan giat dalam belajar.

3. Membimbing dan memberikan kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi berkualitas. 4. Memimpin pembelajaran, juga

sebagai tempat bertanya bagi para siswa.

Dengan guru melaksanakan fungsinya seperti ini akan mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut akan meningkatkan mutu pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Siswa diajak dan ditekankan kepada learning how to learn. Pemahaman ini akan sangat mendorong para siswa terus mencari ilmu pengetahuan sehingga dapat terbentuk long life learning.

PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA

INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN

MULTIPLEINTELLIGENCES DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP)DI SINGARAJA KOTA

(2)

362

Dalam standar nasional pendidikan pasal 28 dikemukakan bahwa pendidik sebagai agen pembelajaran harus berkualifikasi akademik dan kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya dalam penjelasan dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Disamping itu juga dapat ditambahkan sebagai pengawas dan evaluator dalam proses pembelajaran siswa.

Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh siswa, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Untuk kepentingan tersebut perlu dikondisikan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaranakan berlangsung secara efektif.

Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Menurut Hudojo (1988:100) memang tidak ada dua individu yang persis sama, setiap individu adalah unik. Suharyanto (1996:96) menyatakan bahwa jika perbedaan individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa akan mengalami kesulitan belajar dan kegagalan belajar.

Kenyataan di atas menuntut agar siswa dapat dilayani sesuai perkembangan individual masing-masing. Konsekuensinya adalah pembelajaran perlu melayani siswa secara individual untuk menghasilkan

perkembangan yang sempurna pada setiap siswa. (Hudojo, 1988:101). Seperti pepatah, Lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya (Uno, 2008:180). Pepatah ini cocok untuk menggambarkan bahwa setiap orang mempunyai gaya belajar sendiri-sendiri dan tidak dapat dipaksakan untuk menggunakan gaya yang seragam.

Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujud dengan cara yang berbeda-beda. Singkat kata, tidak ada individu yang bodoh (atau setiap individu adalah cerdas). Ada individu yang cerdas secara logika-matematika, namun ada juga individu yang cerdas di bidang kesenian. Pandangan-pandangan baru yang bertolak dari teori Howard Gardner mengenai intelligensi ini telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya belajar pebelajar. Suatu cara pandang baru inilah yang mengakui ke-unik-an setiap individu manusia.

Gardner (1983) mengenalkan Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi sembilan

kecerdasan. Yaitu, kecerdasan

linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan

matematis logis, kecerdasan

visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Kemudian tahun 1999, Gardner menemukan jenis kecerdasan baru, kecerdasan kesembilan dalam teorinya, yang ia namakan kecerdasan eksistensial.

Salah satu keunikan siswa yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran adalah kecerdasan multitalenta (multiple

intellegences). Kecerdasan multitalenta merupakan jenis-jenis kecerdasan yang sangat diperlukan dalam abad 21, seperti kecerdasan intrapersonal maupun kecerdasan

(3)

363

interpersonal. Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan kemampuan memanajemen diri dengan baik, bertanggung jawab, beretos kerja, maupun tepat waktu. Karakter tersebut merupakan perwujudan softskill yang diperlukan dunia kerja di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Begitu juga dengan kecerdasan interpersonal sangat diperlukan dalam hal berkomunikasi, berdiplomasi, dan menjalin kerja sama sebagai kompetensi yang wajib dikuasai sekaligus sebagai modal daya saing bangsa. Namun belum banyak para guru yang mengembangkan dan memberdayakan kecerdasan tersebut dalam pembelajaran.

Pembelajaran di sekolah umumya masih menitikberatkan pada pemberdayaan kecerdasan akademik (linguistik dan logik-matematik). Hal ini dapat dilihat dari masih banyak guru dalam pembelajarannya hanya menekankan pada kecerdasan akademik dan kurang mampu memfasilitasi kecerdasan lain yang dimiliki siswa. Guru dan orang tua masih banyak percaya bahwa bila anaknya menjadi juara kelas akan menjadi orang sukses dalam kehidupannya. Padahal secara emperis menunjukan bahwa banyak orang yang memiliki prestasi akademik tinggi ternyata menjalani kehidupan biasa-biasa saja, sementara orang yang secara akademis tidak berprestasi tetapi sukses, lebih bahagia, sejahtera dan sehat.

Melalui pengembangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif, diharapkan para guru khususnya di SMP dapat lebih mudah memahami keterampilan mengajar khsususnya dalam memberdayakan kecerdasan multitalenta. Selanjutnya, para guru juga diharapkan dapat mempraktekkan keterampilan tersebut secara berulang-ulang sehingga penguasaan menjadi lebih optimal. Dengan demikian, produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran, dan buku panduan guru. Produk hasil penelitian diharapkan pula dapat diseminasikan ke guru-guru lainnya dalam rangka meningkatkan pemberdayaan

kecerdasan multitalenta siswa khususnya di SMP.

Tujuan Khusus Penelitian Tahap Pertama

1. Mengidentifikasi dan

mendeskripsikan kendala-kendala guru dalam pembelajaran di SMP khususnya dalam memberdayakan kecerdasan multitalenta.

2. Mendeskripsikan hasil analisis kebutuhan yang akan menjadi acuan penentuan tema dalam bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran. 3. Menyusun naskah bahan ajar

berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan kecerdasan multitalenta siswa SMP.

Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya di Universitas Harvard. Gardner berkenaan dengan teori tersebut, yaitu Frame of Mind (1983) menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan

(4)

364

naturalis (naturalits).

Guru diharapkan mampu

memfasilitasi dan sebagai mentor untuk mengembangkan kecerdasan para siswanya secara optimal. Kecerdasan siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran tematik integratif kontekstual untuk memberikan pengalaman belajar nyata (riil) melalui aktivitas belajar aktif yang dapat mendorong optimalisasi seluruh kecerdasan siswa.

Mengingat pentingnya

pengembangan kecerdasan multitalenta maka guru memiliki peran strategis memberdayakan kecerdasan tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa: (1) praktik pembelajaran guru umumya masih menitikberatkan pada pemberdayaan kecerdasan akademik (linguistik dan logik-matematik), (2) praktik pembelajaran guru masih terfokus terhadap penguasaan materi oleh peserta didik, (3) pengetahuan dan pemahaman para guru tentang pemberdayaan kecerdasan multitalenta siswa SMP masih rendah, (4) keterampilan mengajar para guru

khusunya mengenai cara

memberdayakan kecerdasan multitalenta

siswa juga masih rendah. Mengatasi masalah tersebut maka penting dikembangkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran tentang keterampilan pemberdayaan kecerdasan multitalenta yang selama ini belum ada di sekolah-sekolah. Bahan ajar berbasis multimedia interaktif mampu memberikan pengalaman nyata, menggunakan guru model profesional yang dipilih melalui proses casting, dan penyajian pesan memperhatikan prinsip-prinsip desain pesan yang baik sehingga keterampilan mengajar dalam mengunakan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dapat pahami dan dipraktikkkan dengan baik.

Metode Penelitian

Penelitian ini dirancang berlangsung dalam satu tahun. Ringkasan kegiatan utama, subyek dan produk yang ingin dicapai dalam penelitian selama 1 (satu) tahun diuraikan secara ringkas seperti pada Tabel 1.

(5)

365

Tabel 1. Rencana Kegiatan dan Produk yang diharapkan

Tahun Kegiatan Utama Subyek Produk

Tahun I 2016

Perancangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif:

Siswa SMP Guru SMP

Draf bahan ajar berbasis multimedia interaktif

Draf pedoman

penggunaan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran berbasis kecerdasan multitalenta

 Analisis proses pembelajaran Menetapkan materi pelajaran (tema)

 Menetapkan strategi Pembelajaran

 Merancang naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif

Penilaian naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif oleh ahli isi dan ahli media

 Revisi naskah berdasarkan masukkan ahli

 Melakukan pengujian dan simulasi praktek pembelajaran sebelum tahap pembuatan naskah bahan ajar

Metode Pengembangan

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Borg dan Gall (2003) menyatakan penelitian pengembangan adalah penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Model pengembangan yang digunakan adalah model Hannafin & Peck (1987) (dalam Qureshi, 2004) seperti Gambar 3.1.

Gambar 1 Tahapan Model Hannafin & Peck (1987)

1. Tahap Penilaian Kebutuhan

Penilaian terhadap kebutuhan dalam mengembangkan suatu produk pembelajaran adalah hal pertama yang sangat penting, karena akan diperoleh produk pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan karakteristik sasaran. Tahap penilaian kebutuhan meliputi kegiatan: (a) analisis proses pembelajaran, (b) melakukan analisis materi, dan (c) melakukan analisis karakteristik sasaran (guru).

2. Tahap Desain

Langkah penting yang harus diperhatikan dalam proses desain adalah menentukan

(6)

366

pengembangan kecerdasan multitalenta. Tahap perancangan difokuskan pada tiga kegiatan yaitu: (a) pemilihan materi (tema), (b) pemilihan strategi pembelajaran yang akan diterapkan, dan (c) merancang naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif .

3. Tahap Pengembangan dan

Implementasi

Kegiatan pengembangan merupakan kegiatan menterjemahkan desain ke dalam

bentuk fisik, sehingga kegiatan ini

menghasilkan prototype produk

pengembangan berupa pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Segala hal yang telah dilakukan pada tahap perancangan yakni pemilihan materi, pemilihan strategi pembelajaran, dan perancangan naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif diwujudkan dalam bentuk prototype berupa pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Operasionalisasi kegiatan pengembangan yaitu pembelajaran proses pembelajaran.

Hasil bahan ajar berbasis multimedia interaktif selanjutnya diedit sesuai dengan naskah dan dievaluasi secara internal oleh pengembang untuk mengecek kembali hal-hal yang kurang sesuai. Hasil pengembangan berupa bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran selanjutnya masuk ke tahap implementasi yaitu divalidasi oleh para ahli dan diuji coba oleh sasaran (guru). Validasi dan uji coba bertujuan untuk memperoleh masukkan untuk memperbaiki kekurangan yang masih ada dalam bahan ajar berbasis multimedia interaktif.

Setelah melewati serangkaian validasi dan uji coba pengguna selanjutnya bahan ajar berbasis multimedia interaktif diujicobakan dalam sasaran yang lebih banyak untuk mengetahui efektivitasnya. Efektivitas bahan ajar berbasis multimedia interaktif dilakukan

melalui kegiatan seminar dan lokakarya. Peserta seminar dan lokakarya akan diberikan materi tentang kecerdasan multitalenta dan diberikan bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang telah dibuat. Pemahaman peserta terhadap pemberdayaan kecerdasan multitalenta yang disajikan dalam bahan ajar berbasis multimedia interaktif diukur menggunakan metode tes. Hasil tes selanjutnya dianalisis untuk menentukan efektivitas bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam membantu pemahaman guru tentang pemberdayaan kecerdasan multitalenta siswa di SMP

.

Evaluasi dan Revisi

Evaluasi dan revisi berdasarkan model Hannafin & Peck dilakukan pada setiap langkah pengembangan. Pada tahap penilaian kebutuhan, dilakukan evaluasi terhadap hasil analisis kebutuhan dalam rangka menentukan skala prioritas terhadap masalah yang ditemukan di lapangan. Pada tahap desain, dilakukan evaluasi terhadap naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif oleh para pakar dan ditindaklanjuti dengan perbaikan naskah. Pada tahap pengembangan dan implementasi dilakukan evaluasi terhadap bahan ajar berbasis multimedia interaktif oleh para pakar dan pengguna (guru) serta ditindaklanjuti dengan perbaikan sesuai dengan masukkan para pakar dan para guru.

Desain Validasi dan Uji Coba Produk Bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran yang dikembangkan melewati serangkaian validasi dan uji coba. Agar proses penilaian dan uji coba terstruktur maka berikut disajikan desain uji coba yang akan disajikan pada Gambar 3.2.

(7)

367

Gambar 3.2 Desain Uji Coba Draf

Pengembangan Produk (Adaptasi dari Prof. Dr. W Santyasa, 2009)

Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner, metode observasi, dan tes. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data dari ahli isi, ahli media, uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil. Metode observasi digunakan menganalisis proses pembelajaran

pada saat analisis kebutuhan. Tes digunakan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang dilakukan melalui kegiatan seminar dan lokakarya.

Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuesioner dan pedoman observasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Pedoman yang digunakan untuk pengambilan keputusan perbaikan terhadap bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Pedoman Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5 Tingkat Pencapaian (%) Kualifikasi Keterangan

90-100 Sangat baik Tidak perlu direvisi

75-89 Baik Sedikit direvisi

65-74 Cukup Direvisi secukupnya

55-64 Kurang Banyak hal yang direvisi

(8)

368

Uji efektivitas produk dilakukan melalui kegiatan seminar dan lokakarya. Guru yang mengikuti seminar dan lokakarya akan diberikan materi tentang kecerdasan multitalenta dan pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang telah dibuat. Setelah seminar dan lokakarya peserta diberikan tes.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Singaraja pada Minggu, 5 Juni

2016. Adapun peserta dalam

Pengembangkan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Interaktif Berorientasi Pemberdayaan MultipleIntelligences Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Singaraja Kota ini adalah berjumlah 48 peserta yang merupakan staf dari SMP Negeri 1 Singaraja.

Pelaksanaan pengembangan bahan ajar ini mendapatkan respon sangat baik dari seluruh peserta, ini terbukti peserta dengan aktif melakukan diskusi dengan narasumber dan _esame peserta. Hal ini dapat terlihat dari dokumentasi yang sudah ada.

Hasil dari penelitian ini adalah berupa draf bahan ajar dan pedeoman penggunaan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran dan sekarang sedang proses pembuatan.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini adalah dari peserta nampaknya sangat antusias dalam pemanfaatan pembelajaran berbasis multimedia ini, hal ini juga didukung dengan program dari sekolah tentang adanya pembelajaran “digital class”. Jadi dengan demikian pembelajaran berbasis multimedia ini sangat diperlukan sekali, karena merupakan isi dari program “digital class”.

DAFTAR PUSTAKA

Borg, W. R. & Gall, M. D. 2003.

Educational research: an introduction (7th ed.). New York: Longman, Inc.

Gardner, H. 1999. Multiple intlegences. The

theory in practice. New York: Basic

Books.

Mahadewi, Luh Putu Putrini., dkk. 2006. Media bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran. Buku ajar. Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan

Pembelajaran Kreatif

danMenyenangkan. Bandung: PT Remaja RoSMPakarya.

Qureshi, Elena. 2004. Instructional Design

Models. Tersedia Pada

http://web2.uwindsor.ca/

courses/edfac/morton/instructional_desi gn.htm. (diakses 9 Nopember 2015). Rusman, Dedi Kurniawan, & Cepi Riyana.

2012. Pembelajaran berbasis teknologiinformasi dan komunikasi: mengembangkan profesionalitas guru.

Jakarta: RajawaliPers. Sadiman, Arief., dkk. 2006. Media

pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Santrock, J.W. 2007. Psikologi pendidikan (terjemahan). Jakarta: Kencana Accelerated Learning: Revolusi Cepat Abad 21 Berdasarkan Riset Terbaru Para Ilmuwan. Bandung: Jabal.

Amstrong, T. 1994. Multiple intelligences in

the classroom. Alexandria, Virginia:

(9)

369

Santyasa, I W. 2009. Metode penelitian

pengembangan dan teori

pengembangan modul. Makalah.

Disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SMP, SMP, SMA, dan SMK,tanggal 12-14 Januari 2009, di Kecamatan Nusa Penida Kabupaten

Klungkung.

Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Russell, J. D. 2011. Instructional technology &

mediafor learning: Teknologi pembelajaran dan media untuk belajar.

(Terjemahkan ArifRahman). Jakarta: Kencana.

Gambar

Tabel 1. Rencana Kegiatan dan Produk yang diharapkan
Tabel 3.2 Pedoman Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimanapun pola dan gaya hidup mahasiswa di masa pandemi ini menjadi lebih berubah dari biasanya, dimana lebih banyak waktu luang, borosnya kuota

Untuk meningkatkan minat belajar mahasiswa, dosen dalam mengajar sebaiknya mempersiapkan diri sebaik mungkin sehingga dapat mengajar dengan metode mengajar yang

lapangan (data primer) dan riset kepustakaan (data sekunder). Hasil yang diperoleh melalui hasil wawancara secara terbuka yang diadakan selama beberapa bulan bahwa

Meskipun taman adalah ruang terbuka publik yang sejatinya bersifat demokratis tetapi pada kenyataannya taman memiliki segmentasi pengunjung dengan karakteristik

masalah yang benar yang ia berikan. Untuk menganalisis data digunakan metode triangulasi, yaitu proses analisis data dengan membandingkan informasi atau data

Disebabkan karena target costing memiliki kemampuan untuk menciptakan keunggulan bersaing, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih 2015 dengan judul

Penerapan teknologi bioflok yang mampu mengolah limbah untuk meminimalkan limbah se- kaligus mendaur ulang limbah menjadi pakan merupakan kunci jawaban dalam

Berpedoman pada kuesioner dan tabulasi data yang dilakukan terhadap biaya produksi, total produksi dan harga jual produksi tiap satuan kg, maka diperoleh nilai