• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Evaluasi E-learning Menggunakan Integrasi Model D&M dan UTAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model Evaluasi E-learning Menggunakan Integrasi Model D&M dan UTAUT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Model Evaluasi E-learning Menggunakan

Integrasi Model D&M dan UTAUT

Kadek Dwi Pradnyani Novianti

Program Studi Sistem Informasi, STMIK STIKOM Bali

Jalan Raya Puputan No. 86 Renon Denpasar, (0361) 244445/(0361) 26477 e-mail: novianti@stikom-bali.ac.id

Abstrak

E-learning sebagai salah satu perkembangan teknologi yang memberikan dampak positif untuk membantu pekerjaan terutama di bidang pendidikan. E-learning membawa perkembangan proses belajar mengajar ke arah digital. Namun, penggunaan e-learning seringkali tidak tepat atau tidak makasimal. Maka dari itu diperlukan sebuah pengkuran atau evaluasi untuk mengetahui kesukesan e-learning dan bagaimana pengguna dapat menerima e-learning tersebut. Model D&M merupakan sebuah model untuk mengukur kualitas sistem informasi dan UTAUT merupakan model yang digunakan untuk mengetahui penerimaan pengguna ketika menggunakan sistem informasi. Dalam penelitian ini dibangun sebuah research model yang dapat mengukur kesuksesan penerapan e-learning melalui penerimaan pengguna ketika menggunakan e-learning. Hasil yang diperoleh menunjukan terdapat 8 variabel yang harus diketahui keterkaitannya satu sama lain antara lain performance quality, effort expectancy, system quality, social quality, behavioral intention, user satisfaction, use behavior dan net benefit. Penelitian selanjutnya akan menggunakan research model ini untuk mengukur kesuksesan e-learning STIKOM Bali dilihat dari penerimaan mahasiswa ketika menggunakan e-learning.

Kata kunci: DeLone & McLean, UTAUT, e-learning, model evaluasi

1. Pendahuluan

E-learning sebagai bagian dari perkembangan teknologi informasi membawa dampak positif terutama pada bidang pendidikan. E-learning dapat menjadi jembatan untuk pendidik dan peserta didik agar dapat berinteraksi tanpa batas. Proses pembelajaran akan menjadi lebih fleksibel ketika dapat memanfaatkan e-learning dengan baik. Peserta didik dapat belajar dimanapun dan kapanpun melalui e-learning sebagai media belajar mereka. Namun, terkadang e-learning tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna sehingga manfaatnya tidak dapat dirasakan untuk membantu peningkatan kinerja baik dari pihak pendidik maupun peserta didik. Interaksi antara pengguna dan e-learning sebagai objek interaksi merupakan hal yang tidak dapat

terpisahkan. Pengguna dapat menentukan aplikasi tersebut layak dipakai atau tidak. E-learning dapat dikatakan sukses apabila faktor kualitas sistem dan informasi yang dihasilkan mampu memberikan kepuasan terhadap pengguna sehingga pengguna bersedia untuk menerima teknologi tersebut untuk membantu pekerjaannya serta kembali menggunakannya lagi untuk meningkatkan performa kinerja pengguna.

E-learning adalah media dalam proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi untuk pendidik dan peserta didik sehingga memudahkan proses pembelajaran [1]. Pembelajaran melalui e-learning bertujuan untuk mendidik peserta untuk dapat belajar secara mandiri sehingga mampu memahami pelajaran tidak hanya di dalam kelas namun juga di luar kelas [2]. Selain pembelajaran secara mandiri, pemanfaatan e-learning memungkinkan terjadinya perkembangan fleksibilitas belajar yang tinggi, dimana peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan secara berulang-ulang. Pendidik pun dapat menjadi penyedia materi-materi pada e-learning sehingga dapat diakses oleh peserta didik. Dengan demikian, hal ini dapat lebih memantapkan penguasaan materi pembelajaran oleh peserta didik. Maka dari itu, e-learning haruslah memiliki kualitas sistem dan informasi yang baik karena digunakan secara berulang oleh pendidik maupun peserta didik. Dalam upaya untuk mengetahui kualitas sistem dan informasi yang diberikan oleh e-learning maka dapat dilakukan evaluasi dengan menggunakan berbagai macam model evaluasi yang tersedia.

Dalam proses evaluasi kualitas e-learning sebagai bagian dari sistem informasi, salah satu model yang dapat digunakan adalah model DeLone dan McLean (D&M). Model D&M direpresentasikan oleh beberapa karakteristik antara lain kualitas sistem (system quality), kualitas output (information quality), konsumsi terhadap output (use), respon pengguna (user satisfaction), pengaruh sistem informasi terhadap kinerja pengguna (individual impact), dan pengaruhnya terhadap kinerja organisasi (organizational impact). Selain evaluasi terhadap kualitas sistem, penerimaan terhadap penggunaan e-learning oleh pengguna juga menjadi hal

(2)

penting yang harus diukur, sehingga pemanfaatan e-learning menjadi lebih maksimal.

Model yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penerimaan pengguna terhadap e-learning adalah Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT). UTAUT merupakan gabungan dari fitur-fitur delapan teori penerimaan teknologi terkemuka menjadi sebuah teori baru. Kedelapan teori tersebut adalah Theory Of Reasoned Action (TRA), Technology Acceptance Model (TAM), Motivational Model (MM), Theory Of Planned Behavior (TPB), combined TAM and TPB, Model Of PC Utilization (MPTU), Innovation Diffusion Theory (IDT), dan Social Cognitive Theory (SCT). Tujuan utama UTAUT adalah membantu organisasi untuk memahami bagaimana penggunaan bereaksi terhadap pengenalan teknologi baru. Reaksi dan persepsi pengguna ini dianggap dapat mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut.

Kesuksesan sebuah e-learning dapat dilihat dari pengguna secara langsung. Sebuah e-learning yang sukses adalah e-learning yang dapat diterima oleh pengguna, maka dari itu perlu diketahui bagaimana perilaku atau sikap pengguna ketika menggunakan e-learning tersebut. Kedua model yang telah dipaparkan sebelumnya, disebutkan bahwa model-model tersebut memiliki beberapa variabel pengukuran yang saling mempengaruhi satu sama lain untuk mengetahui bagaimana hubungan diantaranya. Pengaruh perilaku pengguna ketika menggunakan e-learning menjadi salah satu variabel pengukuran utama dalam D&M dan UTAUT, sehingga diharapkan apabila kedua model ini terintegrasi dapat menghasilkan kajian evaluasi terhadap kualitas dan penerimaan teknologi dari pemanfaatan e-learning.

Literature Review

Model DeLone & McLean merupakan sebuah model pengukur kesuksesan sistem informasi. Model ini dianggap sebagai model yang cepat mendapat tanggapan. Hal ini disebabkan oleh kesederhanaan model tetapi dianggap cukup valid. Sebab yang lainnya adalah model ini dibutuhkan untuk dapat menjadi acuan untuk membuat sistem teknologi informasi agar dapat diterapkan secara sukses di organisasi atau perusahaan. Dalam sebuah penelitian, model awal D&M digunakan untuk mengevaluasi kesuksesan penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) terhadap kepuasan aparatur pemerintah daerah. Hasil yang diperoleh adalah Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas SIKD tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan aparatur pemerintah daerah. Begitu juga kepuasan aparatur pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap dampak individual penggunaan sistem informasi [3].

Kegagalan penerapan sistem teknologi informasi pada organisasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Keberhasilan penggunaan teknologi tersebut tergantung pada penerimaan dan penggunaan setiap individu pemakainya. Perilaku pemakai sistem terbentuk dari sikap dan persepsi pemakai terhadap sistem informasi tersebut. Hal ini kemudian diteliti oleh Handayani dengan menerapkan evaluasi penerimaan Sistem Informasi Akademik di STTNAS Yogyakarta menggunakan model UTAUT. Variabel yang digunakan adalah pengaruh performance expectancy, effort expectancy, social influence dan facilitating condition terhadap perilaku penggunaan sistem informasi akademik. Hasil yang diperoleh bahwa performance expectancy, social influence dan facilitating condition berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan sistem informasi akademik. Sedangkan effort expectancy tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan sistem informasi akademik [4]. Selain itu, Agustin dkk menggunakan model UTAUT untuk menganalisis penerimaan e-learning sebagai salah satu teknologi pembelajaran yang digunakan di Universitas Negeri Padang (UNP). Hal ini dilakukan mengingat UTAUT merupakan model pembaharuan yang berasal dari hasil sintesa konstruk-konstruk pada model penerimaan sebelumnya yaitu TRA, TPB, TAM, dan MPCU. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa secara parsial konstruk model ini mempengaruhi penerimaan teknologi e-learning di UNP. Konstruk yang mempengaruhinya adalah kinerja (performance expectancy), usaha (effort expectancy), serta pengaruh sosial (social influence), sedangkan konstruk niat menggunakan (intention to use) beserta kondisi-kondisi pendukung (facilitating conditions) tidak mempengaruhi penerimaan penggunaan e-learning [5].

Dari pemaparan diatas, akan dilakukan sebuah penelitian untuk evaluasi e-learning kepada pengguna. Pengguna yang dimaksud adalah pengguna rutin e-learning sebagai penunjang pembelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuksesan penerapan sistem informasi untuk mengakomodasi layanan bagi mahasiswa. Kesuksesan sebuah sistem informasi dapat diukur melalui bagaimana pengguna dapat menerima e-learning sebagai penunjang pembelajaran tersebut. Maka dari itu, evaluasi yang akan dilakukan diterapkan dengan model yang diintegrasikan yaitu DeLone & McLean sebagai model untuk mengukur kesuksesan sistem informasi serta Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) sebagai model untuk mengukur penerimaan penggunaan teknologi oleh pengguna. 2. Pembahasan

Model DeLone & McLean (D&M)

Model kesuksesan sistem informasi yang dikembangkan oleh DeLone & McLean (1992) merupakan model yang

(3)

sederhana tetapi dianggap cukup valid oleh para peneliti. Model DeLone dan McLean tercipta berdasarkan kajian teoritis dan empiris mengenai sistem informasi yang tercipta oleh para peneliti pada sekitar tahun 1970-an dan 1980-an. Menurut mereka, kesuksesan sebuah sistem informasi dapat direpresentasikan oleh karakteristik kualitas dari sistem informasi itu sendiri (system quality), kualitas output dari sistem informasi (information quality), konsumsi terhadap output (use), respon pengguna terhadap sistem informasi (user satisfaction), pengaruh sistem informasi terhadap kinerja pengguna (individual impact), dan pengaruhnya terhadap kinerja organisasi (organizational impact).

Model awal dari D&M ini merefleksi ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan sistem informasi. Keenam elemen atau faktor atau komponen atau pengukuran dari model ini adalah :

1. Kualitas Sistem (Sistem Quality)

2. Kualitas Informasi (Information Quality) 3. Penggunaan (Use)

4. Kepuasan Pemakai (User Satisfaction) 5. Dampak Individual (Individual Impact) 6. Dampak Organisasi (Organization Impact)

Gambar 1. Model DeLone & McLean (D&M) Model kesuksesan ini didasarkan pada proses dan hubungan kausal dari dimensi-dimensi di model. Model ini tidak mengukur keenam dimensi pengukuran kesuksesan sistem informasi secara independen tetapi mengukurnya secara keseluruhan satu mempengaruhi yang lainnya. Kemudian model ini mengalami pembaharuan sekitar tahun 2003 seperti pada Gambar 1, dimana adanya penambahan komponen yaitu Service Quality, Intention to use sebagai alternatif pengukuran sikap untuk beberapa konteks dan hasil akhir yaitu Net Benefit yang merupakan kombinasi dari komponen Individual Impact dan Organization Impact [6].

Model Unified Theory of Acceptance and Use of

Technology (UTAUT)

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) merupakan salah satu model penerimaan

teknologi terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh. UTAUT menggabungkan fitur-fitur yang berhasil dari delapan teori penerimaan teknologi terkemuka menjadi satu teori. Kedelapan teori terkemuka yang disatukan di dalam UTAUT adalah Theory of Reasoned Action (TRA), Technology Acceptance Model (TAM), Motivational Model (MM), Theory of Planned Behavior (TPB), Combined TAM and TPB, Model of PC Utilization (MPTU), Innovation Diffusion Theory (IDT), dan Social Cognitive Theory (SCT). UTAUT terbukti lebih berhasil dibandingkan kedelapan teori yang lain dalam menjelaskan hingga 70 persen varian pengguna [7].

Terdapat tujuh konstruk yang tampak menjadi determinan langsung yang signifikan terhadap behavioral intention atau use behavior dalam satu atau lebih di masing-masing model. Konstruk-konstruk tersebut adalah performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, attitude toward using technology, dan self-efficacy. Selain itu terdapat, empat konstruk utama yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari behavioral intention dan use behavior yaitu performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions. Disamping itu terdapat pula empat moderator antara lain gender, age, voluntariness, dan experience yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari empat konstruk utama pada behavioral intention dan use behavior. Gambar 2 menampilkan keterkaitan antara determinan-determinan dan moderator-moderator ini.

Gambar 1. Model UTAUT [8]

1. Performance expectancy didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana seseorang meyakini bahwa menggunakan sistem akan membantunya mencapai keuntungan kinerja dalam pekerjaannya.

2. Effort expectancy didefinisikan sebagai tingkat kemudahan terkait dengan penggunaan sistem. 3. Social influence didefinisikan sebagai tingkat sejauh

mana seseorang merasakan bahwa orang-orang yang dianggapnya penting, percaya bahwa ia seharusnya menggunakan sistem yang baru.

(4)

4. Facilitating conditions didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana seseorang meyakini bahwa infrastruktur organisasi dan teknis yang ada mendukung penggunaan sistem.

5. Behavioral intention didefinisikan sebagai ukuran kekuatan niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Dalam konsep dasar model-model user acceptance yang telah dikembangkan, behavioral intention menjadi konstruk intervening (variabel antara) dari hubungan reaksi pengguna atas penggunaan teknologi informasi dengan actual use (use behavior) [9].

Integrasi Model D&M dan UTAUT

Model D&M dalam penelitian bertujuan untuk mengukur kesuksesan implementasi e-learning sebagai pendukung proses pembelajaran, sedangkan model UTAUT digunakan untuk mengukur penerimaan penggunaan e-learning oleh pengguna dilihat dari bagaimana perilaku pengguna ketika menggunakan e-learning tersebut. Pada masing-masing model selalu mempertimbangkan variabel perilaku pengguna yaitu Intention to Use dan Use dalam Model D&M serta Behavioral Intention dan Use Behavior dalam Model UTAUT. Perilaku pengguna menjadi salah satu acuan untuk mengukur kualitas e-learning sehingga para pengguna memberikan respon penerimaan ketika menggunakan e-learning tersebut. Ketika pengguna memberikan respon penerimaan yang baik karena dianggap membantu kinerja pengguna ketika menggunakan e-learning maka dapat dikatakan bahwa kualitas dari e-learning yang digunakan adalah baik. Untuk itu agar dapat mengukur kedua variabel tersebut, baik kesuksesan serta penerimaan pengguna, maka integrasi terhadap kedua model ini dibangun. Pengintegrasian kedua model ini dilakukan dengan mengkombinasikan setiap komponen yang terlibat sehingga mampu menggambarkan kedua variabel yang akan diukur. Maka hasil integrasi dari Model D&M dan UTAUT menghasilkan 6 variabel bebas (performance quality, effort expectancy, system quality, dan social quality) yang mempengaruhi 2 variabel terikat (use Behavior dan Net Benefit) seperti pada Gambar 3.

Performance Quality Effort Expectancy System Quality Social Quality Behavioral Intention User Satisfaction Use

Behaviour Net Benefit

Gambar 3. Research Model/Integrasi Model D&M dan UTAUT

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada research model yang dihasilkan. Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk evaluasi antara lain :

1. Performance Quality, digunakan untuk mengukur sejauh mana pengguna percaya mengenai manfaat e-learning untuk membantu meningkatkan kinerjanya. 2. Effort Expectancy, digunakan untuk mengukur

kemudahan penggunaan e-learning.

3. System Quality, digunakan untuk mengukur karakteristik dari kualitas e-learning.

4. Social Quality, digunakan untuk mengukur sejauh mana pengguna meyakini bahwa ia harus menggunakan e-learning yang ada.

5. Behavioral Intention, digunakan untuk ukuran kekuatan niat seseorang untuk melakukan perilaku pengguna ketika menggunakan e-learning.

6. User Satisfaction, digunakan untuk mengukur respon terhadap kepuasaan pengguna terhadap e-learning.

7. Use Behaviour, digunakan untuk mengukur bagaimana perilaku pengguna ketika menggunakan e-learning.

8. Net Benefit, digunakan untuk mengukur dampak kesuksesan penggunaan e-learning terhadap organisasi ataupun pengguna.

...(1

3. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh adalah research model yang dihasilkan diperoleh melalui integrasi model D&M dan model UTAUT. Research model ini terdiri dari 8 komponen yang saling terkait antara lain performance quality, effort expectancy, system quality, social quality, behavioral intention, user satisfaction, use behavior dan net benefit. Integrasi model ini bertujuan untuk mengukur kualitas dari e-learning melalui penggunanya secara langsung, ketika pengguna menunjukan penerimaan terhadap e-learning yang digunakan dan memutuskan untuk menggunakannya kembali maka implementasi e-learning yang dilakukan oleh perusahaan/organisasi dapat dikatakan sukses. Kedepannya model ini akan digunakan untuk mengukur kualitas dan penerimaan penggunaan e-learning pada STMIK STIKOM Bali dengan sampling responden adalah mahasiswa.

Daftar Pustaka

[1]. E. Hernawati and P. Aji, “Perancangan dan Penerapan Konten e-Learning melalui e-Learning Management System dalam Meningkatkan Motivasi Belajar,” J. Inf. Syst. Eng. Bus. Intel., vol. 2, no. 1, pp. 23–32, 2016.

[2]. S. E. Yulianto, “Pengaruh Persepsi Kemudahan dan Persepsi Kemanfaatan Terhadap Pemanfaatan E-Learning dengan Model TAM di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta,” JBTI, vol. 1, no. 1, pp. 44–60, 2011.

[3]. J. F. Arifin and S. Pratolo, “Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Keuangan Daerah Terhadap Kepuasan Aparatur Pemerintah Daerah Menggunakan Model Delone Dan Mclean,” J. Akunt. Investasi, vol. 13, no. 1, pp. 28–34, 2012.

(5)

[4]. T. Handayani and Sudiana, “Analisi Penerapan Model UTAUT Terhadap Perilaku Pengguna Sistem Informasi (Studi Kasus: Sistem Informasi Akademik Pada STTNAS Yogyakarta,” Pros. Semin. Nas. ReTII ke-10, pp. 688–696, 2015.

[5]. H. Agustin and E. Mulyani, “Studi Empiris Penerimaan dan Penggunaan E- Learning System di Kalangan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi UNP,” Semin. Nas. Apl. Teknol. Inf. 2016, no. Agustus, pp. 17–22, 2016.

[6]. S.-M. Hellstén and M. Markova, “The DeLone and McLean Model of Information Systems Success – Original and Updated Models,” SIGCHI 2006 Proc., vol. 19, no. 4, pp. 1–5, 2006. [7]. T. Handayani and A. Sunyoto, “Analisis Penerimaan Sistem

Informasi Akademik Berbasis Web Mengunakan Technology Acceptance Model ( TAM ) Dan Usability Studi Kasus Pada STTNAS,” J. Angkasa, vol. V, no. 1, pp. 63–74, 2013. [8]. P. J. B. Tan, “Applying the UTAUT to understand factors

affecting the use of english e-learning websites in Taiwan,” SAGE Open, vol. 3, no. 4, 2013.

[9]. R. K. J. Bendi and S. Andayani, “Penerapan Model Utaut Untuk Memahami Perilaku Pengguna Sistem Informasi Akademik,” J. Hoaq - Teknol. Inf., vol. 2, no. 1, pp. 144–151, 2013.

Gambar

Gambar 1. Model DeLone & McLean (D&M)  Model  kesuksesan  ini  didasarkan  pada  proses  dan  hubungan  kausal  dari  dimensi-dimensi  di  model
Gambar 3. Research Model/Integrasi Model D&M dan  UTAUT

Referensi

Dokumen terkait

Siapapun yang mengembangkan, model ELR dapat membantu manajer tidak hanya untuk mengukur tingkat kesiapan lembaga untuk mengimplemantasikan e-learning, tetapi yang

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pembelajaran e-learning Sekolah Menengah Kejuruan, yang terdiri dari: (1) prosedur yang digunakan untuk model

Skripsi yang penulis buat dengan judul Analisis Penerimaan Dan Penggunaan Sistem E-Learning Pada Uin Raden Fatah Palembang Menggunakan Pendekatan Utaut dibuat

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Wuryanto & Insani, 2013) yang berjudul “Tingkat Kesiapan (Readiness) Implementasi E- Learning di Sekolah Menengah Atas Kota

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Wuryanto & Insani, 2013) yang berjudul “Tingkat Kesiapan (Readiness) Implementasi E- Learning di Sekolah Menengah Atas Kota

Siapapun yang mengembangkan, model ELR dapat membantu manajer tidak hanya untuk mengukur tingkat kesiapan lembaga untuk mengimplemantasikan e-learning, tetapi

Selanjutnya hasil pilot sampel diuji validitas untuk mengukur sejauh mana atribut-atribut dapat digunakan untuk mengukur layanan website e-learning dan uji reliabilitas

Pendekatan menggunakan model UTAUT akan dilakukan untuk menguji variabel yang mempengaruhi niat penggunaan VILEP untuk dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi