• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL E-LEARNING READINESS DAN UTAUT UNTUK EVALUASI KESIAPAN DAN PENERIMAAN E-LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL E-LEARNING READINESS DAN UTAUT UNTUK EVALUASI KESIAPAN DAN PENERIMAAN E-LEARNING"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

53

PENERAPAN MODEL E-LEARNING READINESS DAN UTAUT UNTUK EVALUASI KESIAPAN DAN PENERIMAAN E-LEARNING

Mutia Maulida1), Eka Setya Wijaya2), dan Misnariyani3)

1, 2, 3Teknologi Informasi, Universitas Lambung Mangkurat

Jl. Brigjen H.Hasan Basri, Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70123 e-mail: mutia.maulida@ulm.ac.id1), ekasw@ulm.ac.id2), H1G115216@ulm.ac.id 3)

ABSTRAK

Abstrak – Pemanfaatan E-Learning pada institusi pendidikan sering digunakan untuk membantu proses pembelajaran.

Universitas Lambung Mangkurat (ULM) merupakan salah satu institusi yang mengembangkan E-Learning untuk digunakan oleh seluruh civitas akademik. Sejak digunakan pada tahun 2017, diketahui pemanfaatan dosen ULM terhadap E-Learning dalam hal ini SIMARI belum maksimal. Hal ini diketahui dari data PTIK ULM bahwa persentase penggunaan E-Learning yaitu 48%. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan evaluasi terhadap kesiapan dan penerimaan dosen terhadap E-learning.

Model evaluasi yang digunakan pada makalah ini yaitu E-Learning Readiness (ELR) untuk mengukur tingkat kesiapan dan UTAUT untuk mengetahui penerimaan dosen. Faktor yang digunakan pada model ELR yaitu manusia, teknologi, inovasi dan pengembangan diri. Sedangkan, pada model UTAUT terdapat faktor harapan usaha, harapan kinerja, kondisi fasilitas, pengaruh sosial serta keterbatasan waktu yang merupakan faktor tambahan pada makalah ini. Dari hasil analisa data disimpulkan bahwa tingkat kesiapan penggunaan E-Learning berada pada kategori siap namun membutuhkan sedikit peningkatan. Sedangkan penerimaan dosen terhadap E-Learning dipengaruhi oleh faktor harapan usaha, pengaruh sosial, kondisi fasilitas dan keterbatasan waktu.

Kata Kunci: E-Learning, Model ELR, UTAUT

ABSTRACT

Abstract - The use of E-Learning in educational institutions is often used to assist the learning process. Universitas Lambung Mangkurat is one of the institutions that develops E-Learning for use by the entire academic community. Since it was used in 2017, it is known that E-Learning has not been fully utilized by ULM lecturers. Based on PTIK ULM data,the percentage of E-Learning usage is only 48%. Based on this, it is necessary to evaluate the readiness and acceptance of lecturers for E- learning. The evaluation model used in this paper is E-Learning Readiness (ELR) to measure the level of readiness and Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) to determine lecturer acceptance. The factors used in the ELR model are humans, technology, innovation and self-development. Meanwhile, in the UTAUT model there are factors of business expectations, performance expectations, facility conditions, social influences and time constraints which are additional factors in this paper. From the results of data analysis, it is concluded that the level of readiness to use E-Learning is in the ready category but requires a little improvement. Meanwhile, lecturer acceptance of E-Learning is influenced by business expectations, social influences, facility conditions and time constraints

Keywords: E-Learning, Model ELR, UTAUT

I. PENDAHULUAN

Learning adalah model pembelajaran dinamis melalui komputer dan teknologi web [1]. Definisi lain dari e- learning adalah media penyimpanan bahan ajar seperti audio, video dan teks yang terintegrasi dalam sebuah sistem informasi yang dapat disampaikan melalui sesi obrolan langsung, email, kuis, diskusi online dan tugas [2]. Universitas Lambung Mangkurat telah menerapkan E-Learning sejak tahun 2017 dan dapat diakses melalui portal akademik SIMARI ULM. Menurut Ketua LP3 ULM, pengembangan E-Learning bertujuan untuk mempersiapkan sistem perkuliahan secara daring dengan persentase 40% dari total jam perkuliahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, seluruh dosen ULM perlu memanfaatkan E-Learning sebagai media pembelajaran daring. Hal ini dikarenakan, kualitas kesuksesan E-Learning ditentukan oleh bagaimana tingkat kesiapan dan penerimaan dosen sebagai pengguna [3].

Namun, dari data yang dimiliki oleh PTIK ULM sebagai unit pengelola E-Learning ULM diketahui bahwa persentase penggunaan E-Learning oleh dosen hanya 48% saja. Dari peresentase ini diketahui bahwa hampir lebih dari setengah dosen ULM belum memanfaatkan model pembelajaran ini secara aktif. Berdasarkan data tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi untuk menilai tingkat kesiapan dan penerimaan terhadap E-Learning ULM oleh dosen sebagai pengguna. Melalui evaluasi ini juga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi dosen ULM

E

(2)

54

meningkat.

Penelitian [4] mengukur seberapa siap sebuah E-Learning untuk diterapkan menyatakan bahwa model E- Learning Readiness (ELR) dapat membuktikan faktor apa saja yang memerlukan perbaikan, dan faktor apa saja yang berhasil dalam penggunaan E-Learning. Penelitian lain [5] memiliki kesimpulan bahwa model UTAUT dapat mempengaruhi keberhasilan penerimaan pengguna terhadap penggunaan sistem informasi dengan menggambarkan hubungan kesesuaian antara manusia, teknologi, dan organisasi.

II. METODE PENELITIAN

A. E-Learning Readiness (ELR)

Penggunaan model Aydin&Tasci untuk mengukur E-Learning Readiness digunakan pada makalah. Faktor-faktor yang digunakan pada model ini yaitu teknologi, inovasi, manusia dan pengembangan diri [4]. Berdasarkan penelitian [6][7] bahwa faktor yang digunakan pada model ELR dapat disesuaikan dengan konteks dan kondisi institusi yang menjadi objek penelitian. Model ELR yang digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan E-Learning ULM dijelaskan pada Tabel 1 berikut.

Gambar. 1. Alur Penelitian

(3)

55

Tabel 1. Faktor-faktor pada Model E-Learning Readiness

Faktor ELR Sumber Daya Keterampilan Sikap

Teknologi Akses ke internet Kemampuan untuk menggunakan E-Learning

Sikap terhadap penggunaan E-Learning

Inovasi Halangan atau

rintangan dalam penerapan E-Learn- ing

Kemampuan untuk menga- daptasi inovasi/pemba- ruan/perubahan

Kesiapan untuk penerimaan terhadap berbagai inovasi/pembaruan

Manusia Dosen yang ber-

pengalaman

Kemampuan untuk belajar dari E-Learning atau me- lalui E-Learning

Kerjasama antara dosen dengan mahasiswa da- lam proses pembelajaran menggunakan E- Learning

Pengembangan Diri Kemampuan dalam

memanajemen waktu

Keyakinan akan kemampuan untuk mengem- bangkan diri

Terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan pada makalah ini terkait sumber daya, keterampilan dan sikap terhadap faktor ELR yang digunakan. Penyesuaian ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar hasil tingkat kesiapan penggunaan E-Learning ULM agar lebih optimal. Model ini akan memberikan skor kesiapan terhadap penggunaan E-Learning di Fakultas Teknik ULM.

B. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

UTAUT merupakan salah satu model yang sering digunakan untuk mengetahui bagaimana penerimaan pengguna terhadap suatu teknologi. Model ini mempertimbangkan model-model penerimaan teknologi sebelumnya seperti Theory of Reasoned Action (TRA), Technology Acceptance Model (TAM) dan lainnya. Ada empat faktor yang dugunakan pada model ini yaitu pengaruh sosial, kondisi fasilitas, harapan kinerja, harapan usaha[8]. Berdasarkan penelitian [9] [10] maka variabel UTAUT yang digunakan pada makalah ini yaitu pengaruh sosial, harapan kinerja, harapan usaha dan kondisi fasilitas serta penambahan konstruk eksternal yaitu keterbatasan waktu.

C. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan model UTAUT seperti pada Gambar 2 maka terdapat 7 variabel UTAUT yang digunakan pada makalah ini. Dari 7 variabel tersebut dan hubungan antar variabel dapat dibuat hipotesis yang menjadi dasar pengujian data. Hasil dari analisa data akan menentukan hipotesis mana yang diterima atau ditolak untuk mengetahui variabel UTAUT apa saja yang mempengaruhi penerimaan E-Learning pada SIMARI ULM oleh dosen.

Gambar 2. Model penelitian yang digunakan

(4)

56

Analisa data penelitian yang didapat dari penyebaran kuesioner kepada 104 dosen Fakultas Teknik ULM, didapatkan kuesioner sejumlah 52 responden sesuai dengan perhitungan sampel penelitian [11]. Proses analisa data dilakukan dengan program SPSS.

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada kuesioner penelitian awal terdapat 30 pernyataan yang terdiri dari 11 pernyataan dari model ELR dan 19 pernyataan dari model UTAUT. Sebelum digunakan menjadi instrumen penelitian, kuesioner diuji validitas dan reliabilitas. Uji validitas didapatkan dari nilai Pearson Correlation dan Cronbach’s alpha untuk uji reliabilitas [11].

Dari hasil perhitungan uji validitas terdapat 5 item yang dinyatakan tidak valid karena Pearson Correlation bernilai kurang dari 0,30. Sehingga hanya 25 item pernyataan yang digunakan pada instrumen penelitian. Untuk perhitungan reliabilitas pada faktor model ELR didapatkan nilai cronbach’s alpha 0,758 dan untuk variabel model UTAUT nilainya yaitu 0,8. Berdasarkan hasil tersebut maka seluruh variabel reliabel untuk digunakan pada penelitian karena memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,444.

B. Hasil Perhitungan Kesiapan E-Learning ULM

Setelah data penelitian didapatkan kemudian dihitung skor ELR dari setiap item instrumen pada masing- masing faktor. Rumus perhitungan skor ELR mengacu pada rumus Aydin dan Tasci (1).

𝐴̅ = ∑𝑥

𝑛 (1) dengan A ̅: rata-rata dari total skor, ∑x:rata-rata skor ,n:total responden.

Tabel 2. Hasil analisis ELR

Faktor ELR Jumlah Responden Instrumen Total Skor Skor ELR

Manusia 156 607 3,89

Pengembangan Diri

104 405 3,89

Teknologi 104 407 3,91

Inovasi 156 567 3,62

Adapun hasil perhitungan ELR dari keseluruhan data penelitian dengan jumlah 52 responden terhadap 4 faktor model ELR seperti pada Tabel 3.

C. Hasil Pengujian Pengaruh Variabel E-Learning pada Model UTAUT

Pengujian pengaruh variabel pada model UTAUT yang digunakan pada makalah ini menggunakan regresi linier.

Metode pengujian yang digunakan pada penelitian ini adalah uji F dan T untuk mengukur pengaruh antara variabel dependen dan independen. Uji F pada setiap variabel model digunakan untuk menghitung nilai signifikansi dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.

Tabel 3. Hasil uji F (simultan)

Struktur Variabel Dependen Variabel Independen Nilai Signifikansi

1 Keinginan Menggunakan Pengaruh Sosial 0,0041

Harapan Usaha Kondisi Fasilitas Harapan Kinerja Keterbatasan Waktu

2 Penggunaan Nyata Keinginan Menggunakan 0,0022

Keterbatasan Waktu Kondisi Fasilitas

Berdasarkan Tabel 4 nilai signifikansi dari struktur 1 dan 2 < 0,05 yang dapat diartikan bahwa setiap variabel independen dipengaruhi oleh variabel dependen secara bersamaan. Pada pengujian selanjutnya dengan Uji T, untuk mengukur pengaruh masing-masing faktor independen terhadap faktor dependen. Bedanya dengan uji F, uji T diukur berdasarkan faktor itu sendiri, tidak secara simultan atau bersamaan.

(5)

57

Tabel 4. Hasil Uji T (Parsial)

Struktur Variabel Independen Nilai Signifikansi Keterangan Hasil

1 Harapan Kinerja – Keinginan Menggunakan

0,009 Signifikansi 0,009 < 0,05 maka Harapan Kinerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap Keinginan Menggunakan

Harapan Usaha – Keinginan Menggunakan

0,245 Signifikansi 0,245 > 0,05 maka Harapan Usaha secara parsial berpengaruh terhadap Keinginan Menggunakan

Pengaruh Sosial – Keinginan Menggunakan

0,123 Signifikansi 0,123 > 0,05 maka Pengaruh Sosial secara parsial berpengaruh terhadap Keinginan Menggunakan

Kondisi Fasilitas – Keinginan Menggunakan

0,005 Signifikansi 0,005 < 0,05 maka Kondisi Fasilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap Keinginan Menggunakan

Keterbatasan Waktu – Keinginan Menggunakan

0,006 Signifikansi 0,006 < 0,05 maka Keterbatasan Waktu secara parsial tidak berpengaruh terhadap Keinginan Menggunakan

2 Kondisi Fasilitas – Penggunaan Nyata 0,379 Signifikansi 0,379 > 0,05 maka Kondisi Fasilitas secara parsial berpengaruh terhadap Penggunaan Nyata

Keterbatasan Waktu – Penggunaan Nyata

0,046 Signifikansi 0,046 < 0,05 maka Keterbatasan Waktu secara parsial tidak berpengaruh terhadap

Penggunaan Nyata Keinginan Menggunakan -Penggunaan

Nyata

0,061 Signifikansi 0,061 > 0,05 maka Keinginan Menggunakan secara parsial berpengaruh terhadap Penggunaan Nyata

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui harapan usaha dan pengaruh sosial dipengarui secara parsial oleh keinginan untuk menggunakan. Sedangkan variabel penggunaan nyata mempengaruhi secara parsial terhadap keinginan menggunakan dan kondisi fasilitas.

D. Hasil Pengujian Hipotesis pada Model UTAUT

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menghitung t hitung untuk dibandingkan dengan nilai t tabel yang sesuai.

Apabila t hitung bernilai lebih besar dibanding t tabel, maka hipotesis diterima dan apabila t hitung kurang dari nilai t tabel maka berarti hipotesis ditolak [12]. Nilai t tabel untuk makalah ini yaitu 1,680. Nilai ini didapatkan dari nilai residual (df) pada t tabel dengan signifikansi 5% . Hasil perhitungan t hitung dari tiap kosntruk independen terhadap konstruk dependen pada model penelitian ini dijelaskan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Hasil perhitungan t hitung

No Variabel Independen Nilai t hitung

1 Harapan Kinerja – Keinginan Menggunakan 2,727 2 Harapan Usaha – Keinginan Menggunakan 1,178 3 Pengaruh Sosial – Keinginan Menggunakan 1,570 4 Kondisi Fasilitas – Keinginan Menggunakan 2,924 5 Keterbatasan Waktu – Keinginan Menggunakan -2,899 6 Kondisi Fasilitas – Penggunaan Nyata 0,888 7 Keterbatasan Waktu – Penggunaan Nyata -2,048 8 Keinginan Menggunakan -Penggunaan Nyata 1,921

Didasari pada hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa faktor harapan usaha, pengaruh sosial dan keterbatasan waktu berpengaruh positif terhadap keinginan untuk menggunakan E-Learning ULM. Sedangkan untuk penggunaan nyata E-Learning dipengaruhi secara positif oleh kondisi fasilitas, keterbatasan waktu dan keinginan menggunakan.

(6)

58

Gambar 3. Model Akhir Penelitian

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil evaluasi tingkat kesiapan E-Learning dengan model ELR pada Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat didapatkan skor 3,89 untuk faktor manusia, 3,89 untuk faktor pengembangan diri, 3,91 untuk faktor teknologi dan 3,63 untuk faktor inovasi. Dari nilai tersebut didapatkan rata-rata total skor ELR sebesar 3,84 yang berarti bahwa E-Learning ULM berada pada kondisi siap tetapi membutuhkan sedikit peningkatan. Untuk hasil evaluasi penerimaan pengguna dalam hal ini dosen Fakultas Teknik ULM terhadap E-Learning dengan model UTAUT didapatkan bahwa faktor harapan usaha, pengaruh sosial, kondisi fasilitas dan keterbatasan waktu berpengaruh positif terhadap penggunaan E-Learning. Sedangkan faktor pada model UTAUT yang tidak berpengaruh yaitu harapan kinerja.

Berdasarkan hasil tersebut diberikan rekomendasi untuk meningkatkan kegiatan sosialisasi kepada dosen tentang keefektifan penggunaan E-Learning sebagai salah satu media pembelajaran daring. Kegiatan seperti pelatihan bertingkat untuk dosen juga dapat dilakukan agar memberikan pemahaman lebih bagi dosen terutama bagi yang tidak terbiasa menggunakan IT atau bagi dosen yang sudah berumur. Pemberian reward juga dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan keinginan dosen untuk menggunakan E-Learning secara aktif.

Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang evaluasi tingkat kesiapan E-Learning dapat menggunakan model lain selain ELR dan atau meningkatkan faktor-faktor yang dievaluasi. Sama halnya dengan evaluasi penerimaan, dapat digunakan model selain UTAUT dan atau menambahkan variabel lain sehingga hasilnya menjadi lebih baik. Selain melakukan evaluasi terhadap dosen, penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan kepada subjek penelitian berbeda misalnya kepada mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

[1] S. Liaw and G. Chen, “Surveying instructor and learner attitudes toward e-learning,” Comput. Educ., vol. 49, pp. 1066–1080, 2007.

[2] D. Al-Fraihat, M. Joy, and J. Sinclair, “Computers in Human Behavior Evaluating E-learning systems success : An empirical study,” Comput. Hum.

Behav., vol. 102, no. June 2019, pp. 67–86, 2020.

[3] R. Yulius, P. I. Santosa, and R. Hartanto, “Efek Moderasi Kesukarelaan Terhadap Pembelajaran Online Pada Universitas Sahid Surakarta,” J. Ipteks Terap., vol. 4, pp. 218–224, 2016.

[4] C. H. Aydin and D. Tasci, “Measuring Readiness for e-Learning: Reflections from an Emerging Country,” J. Educ. Technol. Soc., vol. 4, no. 8, pp.

244–257, 2005.

[5] H. Pamugar, W. Najib and W. W. Winarno, “Model Evaluasi Kesuksesan dan Penerimaan Sistem E- Learning pada Lembaga Diklat Pemerintah,”

Sci. J. Informatics, pp. 13–28, 2014.

[6] R. I. Fahriani, “Pengukuran Tingkat Kesiapan E-Learning (E-Learning Readiness),” in Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI), 2013, pp. 1–7.

[7] R. Faslah and H. . Santoso, “Analisis Kesiapan Implementasi E-Learning Menggunakan E-Learning Readiness Model,” POSITIFJurnal Sist. dan Teknol. Inf., vol. 2, no. 3, pp. 113–120, 2017.

[8] V. Venkatesh, X. Xu , and J. Y. . Thong, “Consumer Acceptance and Information Technology Use: Extending UTAUT,” MIS Q., pp. 157–178, 2012.

[9] F. Fatmasari and M. Ariandi, “Studi Komparatif Metode UTAUT dan TAM Terhadap Penerapan Sistem Informasi Akademik,” in SNaPP: Sains dan Teknologi, 2014, pp. 467–474.

(7)

59

[10] F. Pradana, A. Rachmadi, and F. Bachtiar, “Penilaian Faktor Penerimaan Teknologi Blended learning PTIIK Universitas Brawijaya dengan Metode UTAUT,” J. Teknol. Inf. dan Ilmu Komput., vol. 2, no. 1, pp. 49–58, 2015.

[11] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.

[12] Sugiyono, Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2014.

(8)

60

Gambar

Tabel 1. Faktor-faktor pada Model E-Learning Readiness
Gambar 3.  Model Akhir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Kebijakan Pelatihan Analisis Calon Peserta pelatihan (E) Membandingkan hasil Analisis Calon peserta dengan hasil Analisis obyek diperoleh gap Analisis Standar

KEDUA, para karyawan, para kontraktor dan wakilnya dari setiap dan semua kerugian, kehilangan, cidera dan tanggungjawab hukum dan semua tuntutan yang timbul serta

Untuk menentukan kapan data dari sensor akan dikirimkan, sistem ini melakukan agregasi data yang dilakukan secara adaptif dengan output kondisi lahan yang dipantau yang

Hasil pengujian dengan menggunakan uji F secara simultan menunjukan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi tutor dan motivasi belajar

dapat mengkonsumsi ice cream yang terbuat dari susu sapi dikarenakan adanya laktosa pada susu sapi tersebut Pemanf:1atan sari kacang hijau sebagai bahan baku ice

Dari permasalahan tersebut, maka akan dilakukan perhitungan kapasitas order menggunakan EOQ dan POQ, khususnya pada produk yang sering mengalami out of stock (karena

Batuan penudung ( caprock ) mulai terlihat pada kedalaman 0,8 km bersesuaian dengan batupasir. Batuan yang sama juga mulai terlihat pada kedalaman 1,3 km berupa batupasir

Selain itu , para tukang ojek pangkalan tidak harus bekerja keras dalam mendapatkan penumpang, karena dalam kelompok ojek ini ketika ada anggotannya yang belum