• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD MODERN DENGAN STATUS GIZI (BB/TB Z- Score) DI SD AL-MUTTAQIN TASIKMAYA. Fitriyah Zulfa 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD MODERN DENGAN STATUS GIZI (BB/TB Z- Score) DI SD AL-MUTTAQIN TASIKMAYA. Fitriyah Zulfa 1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD MODERN DENGAN STATUS GIZI (BB/TB Z-Score) DI SD AL-MUTTAQIN TASIKMAYA

Fitriyah Zulfa 1)

1. Staf pengajar Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UNSIL

ABSTRAK

Masalah gizi yang terjadi di Negara-negara maju dan berkembang bukan saja masalah kekurangan Gizi saja tetapi juga masalah Gizi lebih. Gaya hidup masa kini yang menyebabkan kegemukan yaitu adanya kecenderungan anak-anak sekarang suka mengkonsumsi makanan-makanan yang cepat saji atau dikenal dengan fast food yang mengandung lemak dan kalori tinggi namun rendah lemak sangat disukai anak-anak. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food modern dengan status gizi (BB/TB Z-score) pada anak sekolah dasar. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan konsumsi fast food modern dan variabel terikat nya adalah status gizi, sedangkan variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, TKE, TKP. Penelitian ini menggunakan metode survei melalui pendekatan cross sectional.Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 276 siswa dengan sampel 71 siswa yaitu kelas IV dan V SD Al-Muttaqin Tasikmalaya. Uji statistik yang digunakan yaitu pearson product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kebiasaan konsumsi fast food modern 28,91 ± 5,36 yang berarti sering mengkonsumsi fast food modern dan rata-rata z skor status gizi adalah 1,76 (normal) ± 0,69. Variabel pengganggunya adalah aktivitas fisik dengan rata-rata1656,73 kkal/jam ± 188,22, rata-rata TKE adalah 92,44 ± 7,39, rata-rata TKP adalah 106,27 ± 15,83. Hasil uji pearson product moment menunjukkan ada hubungan kebiasaan konsumsi fast food modern dengan status gizi (p = 0,023 r = 0,269), sedangkan untuk variabel pengganggu yaitu aktivitas fisik (p = 0,046 r = 0,238), TKE (p = 0,039 r = 0,246), TKP (p = 0,025 r = 0,265). Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food modern dengan status gizi. Disarankan para murid dapat memilih makanan yang dapat menyumbang gizi yang tidak berlebihan.

Kata kunci : Kebiasaan, konsumsi, fast food modern, Status gizi,siswa

Abstrack

Nutritional problems that occur in developed countries and developing not only the problem of nutrient deficiency but also more nutrition problems. Contemporary lifestyle that causes obesity is the tendency of children now prefer to consume foods that are known as fast food or fast foods containing high fat and calories but low in fat so fond of children. The purpose of this research is to know the relationship between the consumption habits of modern fast food and nutritional status (weight / height Z-score) in children of primary school. The independent variables in this study was the consumption habits of modern fast food and its dependent variable was the nutritional status, while confounding variable in this study were physical activity, TKE, the scene. This study used a survey method through a cross sectional.Jumlah population in this study as many as 276 students with a sample of 71 students of class IV and V SD Al-Muttaqin Tasikmalaya. The statistical test used is the Pearson product moment. The results showed that the average score of modern fast food consumption habits 28.91 ± 5.36, which means frequently ate fast food an average modern and nutritional status z score was 1.76 (normal) ± 0.69. Variable intruder is physical activity with an average rata1656, 73 kcal / h ± 188.22, the average TKE was 92.44 ± 7.39, the average crime scene was 106.27 ± 15.83. Pearson product moment test results showed no relationship of modern fast food consumption habits and nutritional status (p = 0.023 r = 0.269), while for the confounding variable of physical activity (p = 0.046 r = 0.238), TKE (p = 0.039 r = 0.246) , TKP (p = 0.025 r = 0.265). The conclusion of this research is the relationship between the consumption habits of modern fast food and nutritional status. Advised the students to choose foods that can contribute nutrients that are not excessive.

(2)

PENDAHULUAN

Era globalisasi membawa dampak diperkenalkannya selera makan gaya fast food yang populer di Amerika dan Eropa. Budaya makan pun telah berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan karbohidrat sederhana, rendah serat dan rendah zat gizi mikro. (Khomsan, 2004). Kegemukan atau obesitas banyak terkait dengan jenis atau apa yang dimakan daripada jumlah yang dimakan. Rata-rata konsumsi energi penduduk Cina lebih tinggi daripada penduduk Amerika, namun kejadian obesitas 25% lebih banyak di Amerika. Ternyata perbedaannya ada pada sumber energi, karena orang Cina lebih banyak konsumsi karbohidrat kompleks dan lebih sedikit lemak daripada pola makan orang Amerika yang lebih banyak lemak jenuh dan gula (Khomsan, 2004).

Data yang dikumpulkan Himpunan Obesitas Indonesia (2008) berdasarkan data dan Departemen Kesehatan pada tahun 1993 jumlah penderita obesitas meningkat menjadi 6,3% untuk anak laki-laki dan 8% untuk anak perempuan. Data baru yang dikumpulkan oleh Himpunan Obesitas Indonesia yakni tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas untuk anak-anak pada sejumlah Sekolah Dasar di Indonesia adalah 12% menderita obesitas dan 9% kegemukan dari 1.730 anak. Peningkatan persentase obesitas anak di Indonesia tidak jauh berbeda dengan angka di Amerika Serikat. Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir naik dari 7,6%-10,8% menjadi 13%-14%. Sedangkan anak sekolah di Singapura naik dari 9% menjadi 19%.

Kegemukan saat anak-anak bisa disebabkan akibat makan melebihi kebutuhan, kurang aktivitas fisik, dan karena pengaruh iklan makanan yang berlebihan. Gaya hidup masa kini juga bisa menyebabkan kegemukan yaitu adanya kecenderungan suka mengkonsumsi makan cepat saji atau fast food modern seperti burger, pizza, frenc fries dan lainnya yang mengandung lemak dan kalori tinggi namun kurang serat, vitamin dan mineral.

Data yang diperoleh oleh kumpulan kegemukan Indonesia oleh Cahyono diperoleh Satu dari tiga anak di perkotaan di kota Bandung mengalami kegemukan, melihat gejalanya saat ini, masalah kegemukan pada anak cenderung meningkat. Menurut survei pada tahun 2000 sebanyak 0,77% anak mengalami kegemukan, pada tahun 2002 meningkat menjadi 1,27% dan 4,60% pada tahun 2006. Penelitian yang dilakukan pada 917 murid SD swasta favorit di Jakarta selatan menunjukkan dari 1.525 SD, terdapat 12,1% anak yang mengalami kegemukan.

Penelitian Harimurti (2008) menyebutkan bahwa peningkatan jumlah Obesitas pada anak-anak saat ini karena anak-anak-anak-anak lebih senang mengkonsumsi fast food modern yang dapat dikategorikan junk food, karena lebih banyak mengandung energi dan sedikit serat. Penelitian yang dilakukan oleh Kamaruddin (2008) menunjukkan bahwa anak yang obesitas di SD 9 Kendari dikarenakan pola makan yang berlebihan dan tinggi energi. Begitupun dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (1998) menunjukkan bahwa remaja yang mengunjungi restoran fast food rata-rata masih berpendidikan SD, SMP dan SMU dan berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas.

(3)

Frekuensi remaja dalam konsumsi fast food rata-rata 1-2 kali seminggu, dengan jenis fast food yang sering dikonsumsi adalah fried chicken, french fries dan soft drink. Sebagian besar remaja berstatus gizi obesitas.

Berdasarkan hasil data yang didapatkan oleh penulis diketahui siswa di Sekolah Dasar di Tasikmalaya mengalami angka obesitas sekitar 6,7%. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh penulis di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya didapatkan bahwa SD tersebut berasal dari keluarga menengah ke atas dan letaknya dekat dengan kota, sehingga mempunyai akses yang tinggi terhadap makanan yang tergolong fast food modern. Kondisi tersebut menarik penulis untuk melakukan penelitian pada anak kelas 4 dan 5 di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya dengan judul “Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern dengan Status Gizi (BB/TB z-score) pada Anak Sekolah Dasar”.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah anak SD kelas 4, 5 dan 6 sebanyak 276 siswa. Sampel adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu tidak mengalami sakit infeksi dalam satu bulan trakhir kemudian karena masih terlau banyak maka digunakan rumus sampel Lemesshow sehingga didapatkan jumlah sampel 71 anak.

Instrumen yang dipakai adalah: Food Frequency Questioner (FFQ), Timbangan injak merk x dengan ketelitian 0,1 kg, Microtoise dengan ketelitian 01 cm, Formulir recall aktivitas fisik, Formulir recall konsumsi makanan, software SPSS 13.00 dan Nutrisurvey. Semua data berdistribusi normal, uji statistik menggunakan uji korelasi Product Moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat

Skor Fast Food Modern dan status gizi

Tabel 1

Variabel Skor Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern dan Status Gizi

Varibel Mean SD Min Maks

Skor kebiasaan Fast food 28,91 5,36 15,50 51,60

Status Gizi 1,76 0,69 0,46 2,96

Berdasarkan hasil penghitungan statistik diperoleh skor kebiasaan konsumsi fast food modern dengan rata-rata 28,91 ± 5,36 sehingga dapat dikatakan skor kebiasaan konsumsi fast food modern dengan kategori sering, dikonsumsi dengan rentang skor paling rendah 15,50 sampai dengan 51,60. Status gizi sampel rata-rata 1,76 ± 0,69 termasuk status gizi baik, maksimum 2,96 (gizi lebih) dan terendah 0,46 termasuk gizi baik.

(4)

Gambaran kebiasaan konsumsi fast food adalah sebagai berikut:

Grafik 4.1

Grafik 1 Jenis Fast Food Modern yang Sering Dikonsumsi

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh jenis fast food modern yang sering di konsumsi oleh responden adalah Nuget dengan frekuensi konsumsi lebih dari satu kali perhari sehingga dapat dikategorikan sering dikonsumsi dengan jumlah responden sebanyak 35 orang.

A. Deskripsi Statistik Variabel Pengganggu

Tabel 2

Deskriptif Statistik Aktivitas Fisik, TKE, TKP

Variabel N Mean SD Min Maks

Aktivitas fisik 71 1656,73 188,22 1200 2001

Tingkat kecukupan energi 71 92,44 7,39 73,97 109,65

Tingkat kecukupan protein 71 106,27 15,83 72,22 145

Berdasarkan hasil penghitungan statistik diperoleh aktivitas fisik responden dengan jumlah 71 dengan rentang nilai rata-rata 1656,73 dengan standar deviasi 188,24 kkal/jam dan rentang nilai paling rendah 1200 kkal/jam sampai dengan 2001kkal/jam.

Nilai rata-rata tingkat kecukupan energi responden dengan jumlah 71 adalah 92,44% sehingga dikatakan tingkat kecukupan energi di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya dengan kategori baik, standar deviasi 7,39 dan rentang nilai tingkat kecukupan energi paling rendah 73,97% sedangkan nilai tingkat kecukupan energi paling tinggi 109,65% .

Berdasarkan hasil penghitungan statistik diperoleh nilai rata-rata tingkat kecukupan protein responden dengan jumlah 71 adalah 106,2% sehingga dapat dikatakan tingkat kecukupan protein di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya dengan kategori baik dengan standar deviasi 15,83 dan rentang

0

10

20

30

40

jumlah orang

sozis >1 x/hari

fried chiken 1x/hr

nuget >1x/hari

(5)

nilai tingkat kecukupan protein paling rendah 72,22% sedangkan rentang nilai tingkat kecukupan protein paling tinggi 145,00%.

2. Analisis Bivariat

A. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern Dengan Status Gizi

kebiasaan konsumsi fast food

60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 s ta tu s g iz i 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Linear Observed p = 0,023, r = 0,269 Grafik 2

Grafik Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern dengan Status Gizi

Grafik menunjukan semakin tinggi konsumsi fast food modern maka status gizi akan semakin meningkat. Dari hasil uji statistik dengan pearson product moment menunjukkan p value = 0,023 r = 0,269 yang artinya ada hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food modern dengan status gizi (BB/TB Z-score) di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Agustridani (2007) yang menyatakan fast food merupakan makanan siap saji yang mengandung tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat. Konsumsi yang tinggi terhadap fast food (makanan sip saji) dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih atau kegemukan karena kandungan dari fast food tersebut.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Khosman (2004) Fast food adalah makanan bergizi tinggi yang dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas terhadap anak-anak yang mengkonsumsi makanan siap saji atau fast food selain itu fast food dapat menyebabkan penyakit jantung, penyumbatan pembuluh darah dan sebaginya. Fast food dianggap negativ karena ketidakseimbangannya, hal ini dengan mudah bisa dilihat dari besarnya porsi daging ayam atau barger yang disajikan

Hasil ini sesuai dengan pernyataan Simamora, dkk (1996) fast food dapat menjadi salah satu pendorong timbulnya kegemukan, karena dalam makanan tersebut banyak mengandung lemak, protein dan garam yang relatif tinggi. Apabila makanan tersebut dikonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan gizi lebih kegemukan.

(6)

B. Hubungan Variabel Pengganggu (Aktivitas Fisik, TKE, TKP) Dengan Status Gizi 1. Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi (BB/TB z-score)

hasil aktffsk 2200 2000 1800 1600 1400 1200 s ta tu s g iz i 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Linear Observed p = 0,046 r = 0,238 Grafik 3

Grafik Hasil Aktivitas Fisik dengan Status Gizi

Grafik menunjukkan semakin tinggi aktivitas fisik maka status gizi akan semakin baik. Dari hasil uji statistik dengan pearson product moment menunjukkan p value= 0,046 r = 0,238 yang artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi (BB/TB Z-score) di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Agoes, dkk (2003) yang menyatakan bahwa dampak kemajuan teknologi menyebabkan anak-anak cenderung menggemari permainan yang kurang menggunakan energi, seperti menonton televisi, permainan dengan menggunakan remote control, play station, atau game dikomputer.

Pendapat lain yang dikemukakan Cahyono (2005) Aktivitas fisik selalu membutuhkan energi atau kalori,semakin banyak bergerak maka akan semakin banyak energi yang dibakar dalam tubuh. Oleh karena itu jika asupan energi berlebihan dengan diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang maka seorang anak tidak akan menderita kegemukan atau status gizi lebih.

Hal ini diduga dapat disebabkan karena walaupun aktivitas fisik mereka tinggi tapi masukan makanan yang dapat menyebabkan resiko kegemukan lebih besar serta diperkuat dengan adanya faktor genetik dari kedua orang tuanya yang cenderung mengalami kegemukan, maka faktor aktifitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab kegemukan pada anak ( Depkes, 1995)

Dalam penelitian ini aktifitas fisik mengganggu hubungan antara antara kebiasaan konsumsi fast food modern dengan status gizi (BB/TB Z-score), yang artinya aktifitas fisik sebagai variabel pengganggu.

(7)

2. Tingkat Kecukupan Energi Dengan Status Gizi hasil tke 110.00 100.00 90.00 80.00 70.00 s ta tu s g iz i 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Linear Observed p = 0,039 r = 0,246 Grafik 4

Grafik Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi

Grafik menunjukkan semakin tinggi tingkat kecukupan energi maka status gizi juga semakin tinggi. Dari hasil uji statistik dengan pearson product moment menunjukkan p value = 0,039 r = 0,246 yang artinya ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi (BB/TB Z-score) di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian olek Kamarudin (2008) menunjukan bahwa anak yang status gizi lebih atau gemuk dikarenakan pola makan yang berlebihan dan tinggi energi. Pendapat Harimurti (2008) yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah obesitas pada anak-anak lebih senang mengkonsumsi fast food karena lebih banyak mengandung energi dan sedikit serat.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Almatsier (2001) yang menyebutkan bahwa status gizi dikatakan baik atau optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa status gizi baik anak SD berdasarkan indeks BB/TB masih tinggi yaitu sebesar 60,5%, dan anak yang lebih energi sebesar 50%. Seperti yang diungkapkan oleh Satoto (1990), bahwa pertumbuhan menyeluruh sebagaimana diukur dengan berat badan lebih banyak dipengaruhi oleh masukan energi.

(8)

3. Tingkat Kecukupan Protein Dengan Status Gizi hasil tkp 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 s ta tu s g iz i 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Linear Observed p = 0.025 r = 0,265 Grafik 5

Grafik Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi

Grafik menunjukkan semakin tinggi tingkat kecukupan protein maka status gizi juga semakin tinggi. Dari hasil uji statistik dengan pearson product moment menunjukkan p value=0,025 r = 0,265 yang artinya ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi (BB/TB Z-score) di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya.

KESIMPULAN

1. Anak yang sering mengkonsumsi fast food modern menunjukan rata-rata 28,91 dengan standar deviasi 5,36 sehingga dapat dikategorikan sering mengkonsumsi fast food modern. 2. Status gizi siswa SD Al-Muttaqin Tasikmalaya menunjukan rata-rata 1,76 dengan standar

deviasi 0,69.

3. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food modern dengan status gizi (p = 0,23 r = 0,269).

SARAN Bagi Sekolah

Guru diharapkan dapat memperluas wawasannya mengenai makanan yang sehat sehingga dapat memberikan arahan, pengawasan terhadap siswa tentang pemilihan makanan dan juga kepada para guru agar dapat memberikan pengawasan terhadap makanan yang dijual di kantin sekolah maupun yang dijual pedagang makanan lainnya di sekitar sekolah. Para guru diharapkan selalu mengadakan

(9)

pembinaan dan penyuluhan secara berlanjut kepada siswa SD Al-Muttaqin Tasikmalaya, misalnya pada saat upacara hari senin.

Kepada Pengurus Unit Kesehatan Sekolah supaya ikut memantau dan memberi pengarahan megenai kesehatan khususnya damfak gizi lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, D., dan Poppy, M., 2003, Mencegah dan Mengatasi Kegemukan Pada Anak Sekolah Dasar, Puspa Swara, Jakarta.

Almatsier, S., 2001, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Depkes RI, 1995, Merencanakan Pola Jajan dan Makanan Kesehatan, dalam majalah UMMI Nomor 7/VI, Jakarta : Yayasan Ummu Salita.

Kamaruddin, T. Rita Irma,. 2008. Faktor-faktor Resiko Terjadinya obesitas pada Anak Sekolah dasar Swasta 9 Kendari. Skripsi. Jurusan Gizi Poltekkes Kendari.

Khomsan, Ali, dkk,. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta. Simamora, J., dkk, 1996, Pedoman Hidup sehat, CV. Pionir Jaya, Bandung.

Stanley Lemeshow. 2003. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada Pers. Yogyakarta. http : // putrakembara.org./rm/ alergi makan 2.shtml / diakses tanggal 24 Juli 2009.

http : // www.calorielab.com diakses tanggal 22 Juli 2009. http : // www. Kompas.com edisi senin 9 september 2003. http :// www. feedingminds.org

Subardja, Dedi. 2004. Obesitas Primer Pada Anak. PT. Kiblat Buku Utama. Bandung.

Utama, Racikah,. 2007. Obesitas Anak : Sindrom Metabolik Usia Dini. Majalah Farmacia Edisi Mei Vol 6 No 10.

Gambar

Grafik Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern dengan Status Gizi
Grafik Hasil Aktivitas Fisik dengan Status Gizi
Grafik Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi
Grafik Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi

Referensi

Dokumen terkait

Adik ipar adalah adik karena adanya hubungan perkawinan, yaitu suami dari saudara perempuan yang usianya lebih muda dari Ego.Sapaan yang digunakan oleh masyarakat

query expansion berbasis WordNet untuk klasifikasi tweet berita pada Twitter maka dapat disimpulkan bahwa penambahan query pada dokumen sebelum dilakukan proses

Penelitian ini membuktikan bahwa ketika situs “ online store” dipercaya bahwa dengan menggunakan “ online store”, performa berbelanja akan meningkatkan,

Kadar ammonia pada air baku telah melebihi ambang batas standart kualitas air berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tgl 14 Desember 2001 tentang Air Baku

Ciri-ciri peta konsep menurut Trianto, (2009: 159) adalah peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan

Oleh hal yang demikian kajian ini akan bermula dengan pengumpulan data ruangan iaitu peta daerah Semenanjung Malaysia dan data-data banci yang diperolehi daripada Jabatan

Berbagai penelitian baik secara in vivo maupun in vitro telah melaporkan bahwa ekstrak dari minyak Nigella sativa, yang mengandung timokuinon (TQ) dan timohidrokuinon

[r]