SHINTA JUNITA FITRI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
Overweight/Obese Nutritional Status in Kartini Senior High School Batam. Under direction ofBUDI SETIAWANandVERA URIPI.
The objective of this research was to identify senior high school students consumptionfast foodhabit between the overweight/obese and normal nutritional status. Cross sectional study design was applied in this research and sample were drawn by purposive sampling. The total sample of 60 students, consist of 30 students with overweight/obese nutritional status and 30 students sample with normal nutritional status. Primary data consisted of characteristic sample, consumption fast food habit, food consumption recall (2x24 hours), nutrition knowledge of sample, physical activity recall (2x24 hours), and anthropometry data (weight and height). Secondary data were included data of Kartini Senior High School. Data collected using a questionnaire and also with observasional. Result showed that there was significantly (p<0.05) differences in nutrition knowledge, food consumption and physical activity, there was no significantly (p>0.05) differences between pocket money and consumptionfast foodhabit.
danVERA URIPI.
Tujuan umum penelitian ini untuk mempelajari dan menganalisis kebiasaan konsumsifast foodpada siswa yang berstatus gizi lebih di SMA Kartini Batam. Sedangkan Tujuan khususnya adalah mengidentifikasi karakteristik contoh yang berstatus gizi lebih dan normal (jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan dan uang saku), mempelajari kebiasaan konsumsifast foodcontoh berstatus gizi lebih dan normal, mempelajari pengetahuan gizi contoh berstatus gizi lebih dan normal, menganalisis kebutuhan dan aktivitas fisik pada contoh berstatus gizi lebih dan normal, menganalisis perbedaan uang saku, pengetahuan gizi, frekuensi konsumsi fast food, konsumsi, dan aktivitas fisik berstatus gizi lebih dan normal, menganalisis hubungan uang saku dan pengetahuan gizi dengan frekuensi konsumsi fast food pada contoh berstatus gizi lebih dan normal, dan menganalisis hubungan jenis kelamin, uang saku, pengetahuan gizi, frekuensi konsumsifast food, dan aktivitas fisik dengan status gizi contoh.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, Penelitian ini dilakukan di SMA Kartini Batam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010. Contoh dalam penelitian ini diambil secarapurposive samplingyaitu sebanyak 60 contoh.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung dengan siswa SMA Kartini dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data primer yang digunakan meliputi data karakteristik contoh (jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan dan uang saku), Data kebiasaan mengkonsumsi fast foodmeliputi data (jenisfast food yang paling disukai, jenisfast foodyang paling tidak disukai, cara pengolahan fast foodyang paling disukai, tempat yang paling sering dikunjungi untuk mengkonsumsi fast food , alasan mengkonsumsi fast food, ukuran jenis fast food serta frekuensi konsumsi fast food), data konsumsi pangan dikumpulkan melalui survei dengan metode24-hour recallselama 2 hari yang meliputi hari libur dan hari sekolah, data pengetahuan gizi contoh diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada contoh berdasarkan kuesioner. Kuesioner pengetahuan gizi berisi 20 buah pertanyaan pilihan berganda dengan memilih jawaban yang paling benar dan data aktivitas fisik diperoleh melalui metode recall 1x24 jam yang dilakukan dua kali pada hari yang berbeda yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Data sekunder yang dikumpulkan keadaan umum sekolah diperoleh melalui informasi baik lisan maupun tulisan dari pihak Tata Usaha sekolah. Data diolah menggunakan Microsoft excell 2007 dan Statistical Program for Social Sience (SPSS) versi 16,0 for window. Perbedaan antar variable dianalisis dengan uji beda t (Independent t-Test), sedangkan hubungan antar variabel menggunakan uji Korelasi Pearson dan Spearman, sesuai dengan jenis skala dari masing-masing variabel.
Sebagian besar contoh berstatus gizi lebih adalah laki-laki dan normal adalah perempuan. Sebanyak 80% contoh memiliki besar uang saku berkisar antara Rp. 15.000-Rp. 20.000 per hari.
contoh berstatus gizi lebih menkonsumsi fast food bersama teman dekat dan contoh normal bersama keluarga.
Sebanyak 46.7% contoh berstatus gizi lebih dan sebanyak 63.3% normal mengkonsumsi fast food dengan frekuensi 1-3 kali sebulan. Sedangkan, sebanyak 33.3% contoh berstatus gizi lebih dan sebanyak 23.3% berstatus gizi normal mengkonsumsi fast foodfrekuensi 1-2 kali seminggu. Frekuensi 3-5 kali seminggu dikonsumsi contoh sebanyak 20.0% contoh berstatus gizi lebih dan sebanyak 13.3% contoh berstatus gizi normal.
Contoh yang berstatus gizi lebih dan normal memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang. Secara keseluruhan tingkat pengetahuan contoh yaitu 6.67% memiliki tingkat pengetahuan kurang, 71.66% memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 21.67% memiliki tingkat pengetahuan tinggi.
Rata-rata kebutuhan energi contoh berstatus gizi lebih sebanyak 2112 kkal/hari, protein sebanyak 52.8-79.2 g/hari, lemak sebanyak 58.7-82.1 g/hari, dan karbohidrat 264-314.8 g/hari. Sedangkan rata-rata contoh berstatus gizi normal sebanyak 2377 kkal/hari, protein sebanyak 59.4-89.1 gr, lemak sebanyak 66-92.4 g/hari, dan karbohidrat sebanyak 297.1-356.6 g/hari. Rata-rata faktor aktivitas fisik pada hari sekolah yang dilakukan contoh berstatus gizi lebih (1.34) dan normal (1.53). Rata-rata faktor aktivitas fisik pada hari libur yang dilakukan contoh berstatus gizi lebih (1.50) dan normal (1.67) . Rata-rata faktor aktivitas fisik pada hari sekolah dan hari libur pada contoh berstatus gizi lebih (1.42) dan normal (1.60).
Besar uang saku yang diperoleh contoh yang berstatus gizi lebih dan normal tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05). Tingkat pengetahuan gizi contoh yang berstatus gizi lebih dan normal pada penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05). Frekuensi konsumsi fast food contoh yang berstatus gizi lebih dan normal tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05). Rata-rata konsumsi energi contoh dengan status gizi lebih dan normal terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05). Pada aktivitas fisik dapat diketahui terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara faktor aktivitas fisik contoh yang berstatus gizi lebih dan normal pada hari sekolah dan hari libur.
Jenis kelamin dengan status gizi contoh tidak terdapat hubungan yang signifikan yaitu p>0.05. Besar uang saku dengan status gizi contoh tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05). Pengetahuan gizi dengan status gizi contoh terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05). Frekuensi fast food dengan status gizi contoh tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05). Faktor aktivitas fisik dengan status gizi contoh terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05).
SHINTA JUNITA FITRI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
NRP : I14086022
Disetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS dr. Vera Uripi. S, Ked
NIP. 19621218 198703 1 001 NIP. 19511207 198803 2 001
Diketahui,
Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001
Penulis dilahirkan di Kabupaten Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau tanggal 4 Juni 1987. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, putri pasangan Bapak Asirwan dan Ibu Zuraida. Pada tahun 1992 penulis mulai memasuki pendidikan formal pertama yaitu taman kanak-kanak di TK Aisyiyah. Selanjutnya pada tahun 1993 sampai 1999 penulis malanjutkan pendidikan SD di SD Negeri 001 Karimun, dan pada tahun 1999 sampai 2002 di SMPN 1 Karimun dan pada tahun 2002-2005 penulis melanjutkan sekolah di SMAN 4 Binaan Karimun.
hidayah dan keridhaan-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan baik. Penyusunan tugas akhir penulis berjudul ”Kebiasaan Konsumsi Fast Food pada Siswa yang Berstatus Gizi Lebih di SMA Kartini Batam” dilakukan sebagai salah satu syarat yang harus penulis penuhi dalam rangka menyelesaikan pendidikan Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS dan dr. Vera Uripi.S, Ked selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, kritikan, saran, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi atas saran yang diberikan.
3. Papa dan Mama (orang tua terbaik) yang telah merawat, membesarkan, dan mendidik dengan sepenuh hati dan kasih sayang. Serta adik-adikku Mega, Poppy, dan Rizky yang menjadikan hidup ini penuh makna.
4. Kepala Sekolah SMA Kartini Batam beserta staf guru dan pegawai yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta siswa-siswi terbaik yang telah membantu.
5. Shelly Gita Perdani, Harisa Totelesi, Revida Rosa, Nuning Hidayati, dan Hilma Syafli yang telah memberi dukungan selama dua tahun terakhir. 6. Teman-teman semua serta pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.
Bogor, Januari 2011
i
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR LAMPIRAN... v
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Tujuan Umum ... 3
Tujuan Khusus ... 3
Hipotesis ... 4
Kegunaan ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Pengertianfast food... 5
Remaja ... 6
Kebiasaan Makan Remaja ... 7
Pengetahuan Gizi ... 9
Konsumsi Pangan ... 9
Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Remaja... 10
Status Gizi Remaja ... 12
Overweightdan Obesitas Pada Remaja ... 13
Aktivitas Fisik ... 15
KERANGKA PEMIKIRAN... 16
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 18
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 18
Pengolahan dan Analisis Data ... 21
Defenisi Operasional... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 25
Karakteristik Contoh... 26
Jenis Kelamin... 26
Umur... 26
Uang Saku ... 27
ii
JenisFast FoodYang Paling Tidak Disukai ... 30
Cara PengolahanFast Food... 31
Restoran yang Paling Sering Dikunjungi ... 31
Alasan MengkonsumsiFast Food... 32
Waktu yang Paling Sering Dipilih Untuk MengkonsumsiFast Food 33 Orang yang Paling Sering Diajak Untuk MengkonsumsiFast Food 34 Frekuensi MengkonsumsiFast Food... 35
Konsumsi Energi dan Zat Gizi... 38
Rata-rata Konsumsi Energi dan Zat Gizi ... 38
Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pada Hari Sekolah dan Hari Libur 39 Kontribusi EnergiFast FoodTerhadap Total Energi ... 40
Kebutuhan Energi dan Zat Gizi ... 40
Kecukupan Energi dan Zat Gizi... 42
Aktivitas Fisik ... 43
Hubungan Antara Uang Saku dan Pengetahuan Gizi dengan Frekuensi Fast Food... 46
KESIMPULAN DAN SARAN... 47
Kesimpulan ... 47
Saran... 48
DAFTAR PUSTAKA... 48
iii 1. Kecukupan energi dan protein yang dianjurkan per orang per
hari………. 12 2. Kategori status gizi pada remaja menurut WHO 2007…………. 14 3. Variabel, jenis data, cara pengumpulan data, dan alat
pengumpul data……… 20
4. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi…. 26 5. Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi…………... 27 6. Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi…….. 27 7. Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan gizi……… 28 8. Sebaran contoh berdasarkan jenisfast foodyang disukai dan
status gizi………... 29
9. Sebaran contoh berdasarkan jenisfast foodyang tidak disukai
dan status gizi……… 30
10. Sebaran contoh berdasarkan cara pengolahanfast foodyang paling disukai dan status gizi……….. 31 11. Sebaran contoh berdasarkan restoranfast foodyang paling
sering dikunjungi dan status gizi……… 31 12. Sebaran contoh berdasarkan alasan mengkonsumsifast food 33 13. Waktu yang paling sering dipilih untuk mengkonsumsifast food
dan status gizi………. 33
14. Sebaran contoh berdasarkan orang yang paling sering diajak untuk mengkonsumsifast fooddan status gizi……… 34 15. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsifast food
dan status gizi………... 35
16. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi jenisfast
food yang paling banyak dikonsumsi dan status gizi ………… 37 17. Sebaran rata-rata konsumsi energi dan zat gizi berdasarkan
status gizi….……… 38
18. Sebaran contoh berdasarkan konsumsi energi dan zat gizi
pada hari sekolah dan hari libur………. 39 19. Sebaran contoh berdasarkan kontribusi energifast food
iv 21. Sebaran rata-rata kebutuhan energi dan zat gizi berdasarkan
status gizi………..………. 41
22. Sebaran rata-rata konsumsi dengan kecukupan energi dan
protein berdasarkan status gizi………..……….. 42 23. Sebaran rata-rata konsumsi dengan kebutuhan dan
kecukupan energi dan protein berdasarkan status gizi ………... 43 24.
25.
Sebaran contoh berdasarkan kategori faktor aktivitas pada hari sekolah dan status gizi……… Sebaran contoh berdasarkan kategori faktor aktivitas pada hari libur dan status gizi………..
44
45 26. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata aktivitas fisik dan
v
1. Data status gizi contoh……….…. 53
2. Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertanyaan yang benar
dan status gizi……….… 55
3. Sebaran contoh menurut ukuran dan frekuensi konsumsi jenis fast foodyang paling banyak dikonsumsi dan status gizi………. 56 4. Jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas
per satuan waktu tertentu (Physical Activity Rate)
PENDAHULUAN
Latar BelakangKeberhasilan pembangunan di bidang ekonomi dan kemajuan teknologi di bidang informasi serta teknologi pangan menyebabkan sebagian penduduk Indonesia mengalami peningkatan kemakmuran terutama masyarakat di daerah perkotaan, sehingga terjadi perubahan gaya hidup dalam pemilihan makanan yang serba praktis yaitu makanan cepat saji (fast food) yang kandungan gizinya tidak seimbang.
Fast food merupakan jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Fast food biasanya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, dan corn flakes. Di kalangan remaja Indonesia terutama perkotaan istilah burger, pizza, fried chicken, french fries yang biasanya disajikan di restoran fast food tampaknya sudah tidak asing lagi (Anonim 2010).
Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu lama dan dapat dihidangkan kapan dan
dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi. Seperti yang
dinyatakan Suryaalamsyah (2009), saat ini fast food telah menjadi bagian dari perilaku konsumsi sebagian remaja di luar rumah di berbagai kota dan
diperkirakan cenderung akan semakin meningkat.
Banyak faktor yang membuat para remaja lebih memilih mengkonsumsi fast food antara lain kesibukan orang tua khususnya ibu yang tidak sempat menyiapkan makanan di rumah sehingga remaja lebih memilih membeli makanan diluar, lingkungan sosial dan kondisi ekonomi yang mendukung dalam hal besarnya uang saku remaja. Selain itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu lama, rasanya enak, sesuai selera dan seringnya mengkonsumsi fast food dapat menaikkan status sosial remaja, menaikkan gengsi dan tidak ketinggalan globalitas.
Memasuki era globalisasi, sebagai akibat perubahan gaya hidup dan pola
makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Salah satu masalah gizi
ganda yaitu gizi lebih mulai tampak, terutama di kota-kota besar. Soekirman
(1993)diacu dalam Susanti (1999)menyatakan bahwa, terdapat hubungan yang erat antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah kota, perubahan pola
konsumsi pangan, dan meningkatnya penyakit degeneratif. Kehidupan yang
menyebabkan hidup menjadi serba mudah. Sebagai akibat dari kehidupan
santai, energi yang tadinya untuk aktivitas tidak terlalu diperlukan lagi dan akan
disimpan sebagai timbunan lemak, yang akhirnya menimbulkan kejadian gizi
lebih.
Riyadi (1996) menyatakan bahwa gizi lebih dapat terjadi pada siapa saja dan biasa terjadi mulai dari bayi hingga usia lanjut, baik pria maupun wanita. Gizi lebih dengan derajat berlebihan disebut obesitas. Keadaan anak dan remaja dapat menyebabkan gangguan perkembangan sosial dan emosional, peningkatan penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, yang pada akhirnya nanti dapat menyebabkan peningkatan resiko kematian.
Prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia adalah 6% dan 10%, di Cina adalah 3,6% dan 3,4% dan Inggris adalah 23-31% dan 10-17%, bergantung pada umur dan jenis kelamin. Di Indonesia, berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 1989, prevalensi obesitas di Indonesia untuk kota dan desa adalah 1,1% dan 0,7 %, Angka tersebut meningkat hampir lima kali menjadi 5,3 % dan 4,3 % pada tahun 1999. Data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007 (RISKESDAS) prevalensi status gizi lebih di Provinsi Kepulauan Riau adalah 22,9% yang terdiri dari 11,4% overweight dan 11,5% obesitas. Ada dua kota memiliki prevalensi status gizi lebih di atas angka prevalensi provinsi yakni Kota Batam dan Tanjung Pinang. Persentase overweightdan obesitas pada usia 15 tahun ke atas di Kota Batam yaitu 12,8.
remaja yang tinggi terhadap makanan jenis fast food dapat mempengaruhi peningkatan berat badan yang tidak ideal yang meningkatkan kejadian gizi lebih.
Dewasa ini remaja disibukkan pada jadwal pelajaran yang padat disekolah, ditambah lagi banyak diantara remaja yang mengambil les tambahan di luar jam sekolah. Pada hari libur remaja cenderung mengalokasikan waktu dengan menonton televisi atau jalan-jalan ke mall dan memilih mengkonsumsi fast food. Hal ini merupakan fenomena yang berkembang pada remaja saat ini khususnya yang tinggal di perkotaan.
Kota Batam merupakan kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau yang terletak sangat strategis karena terletak di jalur pelayaran internasional. Kota ini memiliki jarak yang dekat dengan Singapura dan Malaysia. Kota Batam juga merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat ditandai dengan semakin banyaknya didirikannya malldi Kota Batam yang banyak menjual berbagai jenis fast food. Hal ini dikhawatirkan akan banyaknya siswa yang cenderung memilih mengkonsumsi fast food. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik meneliti tentang kebiasaan konsumsi fast food pada siswa yang berstatus gizi lebih di SMA Kartini Batam.
Tujuan Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kebiasaan konsumsifast foodpada siswa yang berstatus gizi lebih dan normal di SMA Kartini Batam.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik contoh yang berstatus gizi lebih dan normal (jenis kelamin, umur, dan uang saku).
2. Mengidentifikasi kebiasaan konsumsifast foodcontoh berstatus gizi lebih dan normal.
3. Mempelajari frekuensi konsumsi fast foodcontoh berstatus gizi lebih dan normal.
4. Mengidentifikasi pengetahuan gizi contoh berstatus gizi lebih dan normal. 5. Menganalisis kebutuhan dan aktivitas fisik contoh berstatus gizi lebih dan
6. Menganalisis perbedaan uang saku, pengetahuan gizi, frekuensi konsumsi fast food, konsumsi, dan aktivitas fisik contoh berstatus gizi lebih dan normal.
7. Menganalisis hubungan uang saku dan pengetahuan gizi dengan frekuensi konsumsifast foodcontoh berstatus gizi lebih dan normal. 8. Menganalisis hubungan jenis kelamin, uang saku, pengetahuan gizi,
frekuensi konsumsifast food, dan aktivitas fisik dengan status gizi contoh.
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan kebiasaan konsumsifast foodpada contoh berstatus gizi lebih dan normal.
2. Terdapat hubungan kebiasaan konsumsi fast food dengan karakteristik dan status gizi pada contoh berstatus gizi lebih dan normal.
Kegunaan
TINJAUAN PUSTAKA
PengertianFast FoodIstilah fast food pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat sekitar tahun 1950-an dan pelajar merupakan konsumen terbanyak yang memilih menu fast food. Fast food dipilih karena keterbatasan waktu maupun fasilitas untuk menyiapkan makanannya sendiri. Fast foodmerupakan makanan yang dapat diolah dan disajikan dalam waktu yang singkat dan mudah dalam hitungan beberapa menit. Menurut Bertram (1975) diacu dalam Hayati (2000) fast food merupakan istilah yang mengandung dua arti yang berbeda, namun keduanya sama-sama mengacu pada penghidangan dan konsumsi makanan secara cepat. Kedua arti tersebut adalah sebagai berikut : 1)Fast fooddapat diartikan sebagai makanan yang dapat dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu seminimal mungkin; 2) fast food juga dapat diartikan sebagai makanan yang dapat dikonsumsi secara cepat. Secara umum produk fast food dapat dibedakan menjadi dua, yaitu produkfast foodyang berasal dari Barat dan lokal. Fast food yang berasal dari Barat sering juga disebutfast foodmodern seperti Mc. Donald, Kentucky Fried Chicken (KFC), Pizza Hut dan sejenisnya. Makanan yang disajikan pada umumnya berupa hamburger, pizza, dan sejenisnya. Sedangkan fast food lokal sering juga disebut dengan istilah fast food tradisional seperti warung tegal, restoran padang, warung sunda (Hayati 2000).
Fast foodmerupakan jenis makanan dengan kandungan kalori dan lemak
tak jenuh ganda yang tinggi yang akan berdampak pada peningkatan berat
badan yang tidak ideal sebagai pemicu terjadinya obesitas dan akan berdampak
pada timbulnya ganguan sistem kardiovaskuler pada masa datang. Remaja
merupakan kelompok yang rentan terhadap pola konsumsi makanan jenis fast
food ini (Mustafa 2007). Jacobson dan Fritschner (1989) diacu dalam Suryono
(2000) menyatakan bahwa fast food merupakan suatu fenomena makanan di
pertengahan abad 20-an, yang terbentuk di era baru dimana para orang tua
sibuk bekerja, rewel terhadap makanan, dan orang-orang yang membutuhkan
kepraktisan serta tidak suka memasak.
zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan setiap hari. Kelebihan kalori, lemak, dan natrium akan terakumulasi dalam tubuh seseorang dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif (tekanan darah tinggi, ateroksklerosis, jantung koroner, dan diabetes mellitus, serta obesitas) (Novitasari 2005).
Kecenderungan kalangan remaja (ABG) dan anak-anak mengkonsumsi fast food belakangan ini semakin meningkat seiring meningkatnya dan makin ramainya outlet-outlet yang menyediakan makanan sejenis. Terdapat kecenderungan bahwa konsumsi fast food telah menjadi makanan utama tanpa divariasikan dengan makanan lain, sehingga dikhawatirkan kebiasaan ini mengganggu kesehatan (Suryono 2000).
Remaja
Remaja atau dalam bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh menuju kematangan adalah salah satu tahap kehidupan manusia yang merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan dewasa. Pada masa ini dicirikan dengan berbagai revolusi perubahan fisik, psikologi dan emosional dengan implikasi hubungan kehidupan sosial yang unik (Hayati, 2000).
Masa remaja adalah masa pertumbuhan. Pertumbuhan terjadi baik secara fisik, yang ditandai dengan berkembangnya jaringan-jaringan dan organ tubuh yang membuatnya lebih berisi maupun secara kejiwaan, yaitu kelabilan emosi karena merupakan masa transisi dari jiwa kanak-kanak menuju dewasa (Garwati dan Wijayati 2010). Selanjutnya menurut Arisman (2002) mengatakan bahwa masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Masa ini merupakan sebuah dunia yang lengang dan rentan dalam artian fisik, psikis, social, dan gizi. Pertumbuhan yang disertai dengan perubahan fisik, memicu berbagai kebingungan.
maupun psikisnya. Pada umumnya mereka masih belajar di sekolah menengah ataupun perguruan tinggi.
Menurut Mar’at (2009) batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18
tahun masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja
akhir. Tetapi, Monks, Knoers dan Haditono (2001) membedakan masa remaja
atas empat bagian yaitu :(1). Masa pra-remaja atau pra-pubertas (usia 10-12
tahun). (2). Masa remaja awal atau pubertas (usia 12-15 tahun). (3). Masa
remaja pertengahan (usia 15-18 tahun), dan (4). Masa remaja akhir (usia 18-21
tahun).
Masa remaja merupakan saat dimana seseorang mulai berinteraksi dengan
lebih banyak pengaruh lingkungan dan mengalami pembentukan perilaku.
Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kebiasaan makan remaja. Remaja menjadi lebih aktif, lebih banyak makan di luar
rumah, dan mendapat banyak pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan
dimakannya, selain itu remaja juga sering mencoba-coba makanan baru, salah
satunya adalahfast food.
Kebiasaan Makan Remaja
Khumaidi (1989) menyatakan kebiasaan makan merupakan tingkah laku
manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan
yang meliputi, sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Menurut Suhardjo
(1989), kebiasaan makan adalah cara individu memilih pangan dan
mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, sosial, dan
budaya.
Kebiasaan makan adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi
dan kesehatan. Kebiasaan makan yang tergesa-gesa, termasuk kurang
mengunyah akan membawa efek yang kurang menguntungkan bagi pencernaan
dan cepat merasa lapar kembali. Rasa lapar yang sering muncul akan berakibat
pada konsumsi makanan yang tidak tepat pada waktunya dan bertambahnya
intik makanan. Begitu pula jika frekuensi makan tidak teratur, jarak antara dua
waktu makan yang terlalu panjang menyebabkan adanya kecenderungan untuk
makan lebih banyak dan melebihi kebutuhan (Wirakusumah 1994).
Pada masyarakat kota modern, di mana hampir semua kelompok
Khususnya remaja disibukkan pada jadwal pelajaran yang padat disekolah,
ditambah lagi banyak diantara remaja yang mengambil les tambahan di luar jam
sekolah. Pada hari libur remaja cenderung mengalokasikan waktu dengan
menonton televisi atau jalan-jalan ke mall dan memilih mengkonsumsi fast food. Hal ini merupakan fenomena yang berkembang pada remaja saat ini khususnya
yang tinggal di perkotaan. Oleh sebab itu kebiasaan makan disebut suatu gejala
sosial budaya yang dapat memberikan dari nilai-nilai yang dianut oleh seseorang
atau sekelompok masyarakat (Suhardjo, 1989).
Kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti
lingkungan budaya (cultural environment), lingkungan alam (natural environment), serta populasi. Remaja biasanya telah mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang disenangi. Pada masa remaja, kebiasaan makan telah
terbentuk (Nasution & Khomsan, 1995). Remaja laki-laki cenderung menyukai
makanan yang mengenyangkan sedangkan remaja perempuan cenderung
menyukai makanan yang ringan atau tidak mengenyangkan (Novitasari, 2005).
Kebiasaan makan keluarga menjadi contoh bagi generasi dalam keluarga
tersebut. Kebiasaan keluarga makan berlebihan, frekuensi makan yang sering,
kebiasaan makan snack, dan makan di luar waktu makan akan ditiru oleh anak.
Hardinsyah et al (2002) menyatakan kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangannya merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang
disebut life style (gaya hidup). Gaya hidup merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor sosial, budaya dan lingkungan hidup.
Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern
sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu lama dan
dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai
makanan bergengsi dan makanan gaul (Kristianti, 2009). Kebiasaan
mengkonsumsi pangan yang nutrisinya kurang seperti fast food dapat mengganggu status gizi, karena dapat menyebabkan terjadinya obesitas, risiko
terkena hipertensi dan penyakit degeneratif lainnya. Hal ini karena fast food umumnya tinggi kalori, lemak, dan garam tapi miskin zat gizi lainnya (Deni,
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dimana sebagian besar dari
pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui indera mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting bagi
terbentuknya suatu tindakan. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmojo
1993).
Pengetahuan gizi seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan formal
maupun informal. Pendidikan formal ialah melalui kurikulum yang diterapkan di
sekolah, dicirikan dengan adanya tingkatan kronologis yang ketat untuk tingkat
usia sasaran. Sementara pendidikan informal tidak terorganisasi secara
structural dan tidak mengenal tingkatan kronologis, keterampilan, dan
pengetahuan, tetapi terselenggara setiap saat di lingkungan sekitar manusia
(Hayati, 2000).
Pengetahuan diperoleh oleh seseorang melalui pendidikan formal,
informal dan nonformal. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan
kejelasan mengenai objek tertentu (Sukandar 2009).
Menurut Sanjur yang diacu dalam Sukandar (2009), pengaruh
pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan tidak selalulinier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, belum tentu konsumsi makanan menjadi baik.
Konsumsi makanan jarang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi secara tersendiri,
tetapi merupakan interaksi dengan sikap dan keterampilan gizi. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang akan cenderung memilih makanan yang murah
dengan nilai gizi yang lebih tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan
kebiasaan makan dan minum sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat
terpenuhi.
Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan
yang di konsumsi atau dimakan seseorang atau kelompok orang pada waktu
tertentu. Berdasarkan defenisi ini hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan
konsumsi adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Hardinsyah & Dodik
Ada beberapa cara untuk mengumpulkan data konsumsi pangan. Secara
umum ada dua cara pengumpulan data konsumsi pangan yaitu : metode
penimbangan langsung (weighing method, dan food inventory method), metode penimbangan tidak langsung, seperti mengingat (food recall 24 hour), metode pengeluaran pangan (food expenditure method), metode pendaftaran pangan (food list method), metode fekuensi pangan atau cara lainnya (Hardinsyah & Dodik 1994).
Food Recall 24 jam merupakan salah satu metode pengumpulan data konsumsi yang sering digunakan. Metodefood recall 24 jam merupakan metode mengingat kembali, dan mencatat jumlah serta jenis pangan dan minuman yang
telah dikonsumsi selama 24 jam. Proses mengingat ini dipandu oleh
pewawancara terlatih yang idealnya adalah seorang ahli gizi, atau orang lain
yang mengerti tentang pangan dan gizi. Cara ini cukup baik diterapkan dalam
survei terhadap kelompok masyarakat. Kelebihan cara ini yaitu mudah dilakukan
dan responden tidak dituntut harus melek huruf, karena yang menyiapkan model
makanan dan mencatat adalah pewawancara (Arisman 2002).
Konsumsi pangan diperlukan untuk mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh
akan sejumlah zat gizi agar dapat hidup sehat dan dapat mempertahankan
kesehatannya. Kelebihan konsumsi pangan yang tidak diimbangi dengan
pengeluaran energi yang mencukupi dapat menyebabkan timbulnya gizi lebih.
Kelebihan konsumsi pangan dalam hal ini energi yang berlebihan dalam waktu
yang berkesinambungan akan menyebabkan berat badan meningkat, timbunan
lemak meningkat dan obesitas. Oleh karena itu setiap orang harus
mengkonsumsi sejumlah makanan yang sesuai dengan kecukupan berdasarkan
usia, ukuran tubuh, serta aktivitasnya (Hardinsyah & Martianto 1989).
Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Remaja
Hardinsyah & Martianto (1996) membedakan pengertian istilah kebutuhan
gizi dan kecukupan gizi. Kebutuhan Gizi (Nutrient Requirements) adalah banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh seseorang agar hidup sehat.
Sedangkan kecukupan gizi (Recommended Dietary Allowances) adalah jumlah masing-masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi seseorang agar hampir semua
orang hidup sehat.
Karyadi dan Muhilal (1992) menyatakan bahwa kebutuhan pangan hanya
diperlukan secukupnya, bila kurang maupun lebih dari kecukupan yang
berdampak buruk bagi kesehatan. Adanya interaksi berbagai zat gizi
memberikan gambaran perlunya diupayakan suatu keseimbangan zat-zat gizi
yang dikonsumsi, maka semakin tercapai keseimbangan dalam interkasi antara
zat gizi.
Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi lainnyanya sangat bervariasi
meskipun faktor-faktor seperti ukuran badan, jenis kelamin, macam kegiatan, dan
faktor lainnya sudah diperhitungkan. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan dapat
tergantung pada kualitas makanan karena efisiensi penyerapan dan
pendayagunaan zat gizi oleh tubuh dipengaruhi oleh komposisi dan keadaan
makanan secara keseluruhan (Suhardjo & Kusharto 1992).
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), kebutuhan gizi antar individu yang
berat badannya relatif sama dan berasal dari kelompok umur yang sama dan
bervariasi. Namun variasi kebutuhan energi lebih kecil dibanding variasi
kebutuhan protein dan zat gizi lainnya pada kelompok umur yang sama. Oleh
karena itu Hamilton dan Whitney (1982) serta Komisi Ahli FAO/WHO/UNU (1985)
menetapkan bahwa angka kecukupan energi seseorang pada kelompok umur
tertentu sama dengan lebih tinggi dari rata-rata kebutuhan energi (x) kelompok
tersebut. Umumnya energi yang ditambahkan untuk mencapai tingkat aman
sebesar 1-5 persen kebutuhan. Ini berbeda dengan tambahan yang diberikan
pada kecukupan protein dan zat gizi lain sebesar dua standar deviasi atau sekitar
20-30 persen dari rata-rata kebutuhan. Ini karena energi dapat disimpan di dalam
tubuh dalam bentuk lemak yang dapat diubah kembali menjadi energi.
Kekurangan energi dalam jangka pendek dapat ditutup oleh kelebihan konsumsi
energi pada hari lain.
Kebutuhan energi orang yang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan
energi yang dapat dimetabolisasi dari makanan yang akan menyeimbangkan
keluaran energi, ditambah dengan kebutuhan tambahan untuk pertumbuhan,
kehamilan dan penyusuan yaitu energi makanan yang diperlukan untuk
memelihara keadaan yang lebih baik (Arisman, 2002). Menurut Krause’s (2004),
kebutuhan energi anak dan remaja usia 2-20 tahun yaitu 50%-60% asupan
karbohidrat, 25%-35% asupan lemak, dan 10-15% asupan protein.
Menurut Almatsier (2002), penentuan kebutuhan gizi seseorang dalam
keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur, gender, aktifitas fisik, serta kondisi
khusus (ibu hamil dan menyusui). Kebutuhan energi ditentukan oleh komponen
(BMR) dan aktifitas fisik. AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan, dan
tinggi badan. Berikut rumus perhitungan AMB menurut Harris Benedict (1919)
diacu dalam Almatsier (2002).
AMB = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 X TB) – (4,7 x U) (wanita)
= 66,5 + (13,7x BB) + ( 5,0X TB) – ( 6,8x U) (pria)
Keterangan :
AMB = Angka Metabolisme Basal (kkal) BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (cm) U = Umur (tahun)
Perhitungan kecukupan gizi seseorang dapat mengacu pada Daftar
Kecukupan Gizi, yaitu daftar yang memuat angka-angka kecukupan zat gizi
rata-rata per orang per hari bagi orang sehat Indonesia. Angka Kecukupan Gizi
tersebut sudah memperhitungkan variasi kebutuhan rata-rata ditambah jumlah
tertentu untuk mencapai tingkat aman (Hardinsyah & Briawan 1994). Berikut
adalah tabel kecukupan energi dan protein yang dianjurkan per orang per hari
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kecukupan energi dan protein yang dianjurkan per orang per hari (Widya Pangan dan Gizi 2004)
Gibson (2005) menyatakan status gizi merupakan keadaan kesehatan
tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan. Selanjutnya menurut
Almatsier (2001) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Menurut Supariasa et al. (2001) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari
nutrituredalam bentuk variabel tertentu.
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian gizi yang dilakukan secara langsung meliputi antropometri, biokimia,
klinis dan biofisik. Penilaian yang dilakukan secara tidak langsung seperti survei
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Setiap metode memiliki
langsung yang paling sering dilakukan dengan menggunakan metode
antropometri. Antropometri sangat umum digunakan untuk menukur status gizi
anak dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.
Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasaet al.2001). Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan empat metode, salah satu metode tersebut adalah antropometri.
Penilaian status gizi secara antropometri memiliki beberapa keunggulan seperti
prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar, relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, alatnya murah, mudah dibawa,
hasilnya akurat dan tepat, dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di
masa lampau, dan umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang,
dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas. Metode antropometri
juga dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Serta metode antropometri juga dapat
digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi (Supariasa
2001).
Overweightdan Obesitas Pada Remaja
Kejadian berlebihnya berat badan pada remaja dapat dikategorikan
menjadi dua golongan yaitu gemuk (overweight) dan obesitas (obesity). Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Overweight adalah kondisi berat badan melebihi berat badan normal
(Rimbawan & Siagian 2004). Dijelaskan lebih lanjut bahwa persamaan keduanya
terletak pada adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang
ditandai dengan peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal.
Khomsan (2004) menyatakan obesitas merupakan refleksi ketidakseimbangan
konsumsi dan pengeluaran energi.
Untuk menentukan seseorang memiliki status gizi lebih dapat dilakukan
dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan suatu
pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi
badan. IMT merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam kilogram)
dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua (Steward dan Mann
2007). Pengukuran status gizi yang berlaku pada remaja yaitu menurut umur
Tabel 2 Kategori status gizi pada remaja menurut WHO 2007
Variabel Kategori
> +2 SD Obese
+1 SD <Z score≤ +2 SD Overweight -2 SD ≤Z score≤ +1 SD Normal
Tipe kegemukan menurut Wirakusumah (1994) dibagi menjadi dua tipe
yaitu Tipe Android (Tipe Buah Apel) dan Tipe Ginoid (Tipe Buah Pear). Tipe
android ditandai dengan penumpukan lemak yang berlenihan di bagian tubuh
sebelah atas yaitu disekitar dada, pundak, leher, dan muka. Pada Tipe Ginoid
lemak tertimbun di bagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar perut, pinggul,
paha, pantat, dan umumnya ditemui pada wanita.
Menurut Hirsch dan Knittle dalam Wirakusumah (1994) tipe kegemukan
berdasarkan kondisi sel dibagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe hiperplastik, tipe
hipertropik, dan tipe hiperplastik-hipertropik. Tipe hiperplastik merupakan tipe
kegemukan dengan jumlah sel lebih banyak dibandingkan dengan kondisi
normal. Kegemukan ini terjadi pada masa anak-anak dan sulit terjadinya
penuunan berat badan. Tipe hipertropik merupakan kegemukan dengan jumlah
sel yang normal, namun ukuran sel-sel tersebut besar yaitu lebih besar dari
ukuran sel normal. Sedangkan tipe hiperplastik-hipertropik merupakan
kegemukan dengan jumlah dan ukuran selnya melebihi normal, biasanya dimulai
sejak masa anak-anak hingga dewasa.
Muchtadi (1996) menyatakan bahwa gizi lebih disebabkan karena
konsumsi pangan (zat-zat gizi) yang melebihi kebutuhan normal tubuh manusia.
Salah satu bentuk gizi lebih berupa obesitas, yang seringkali diikuti dengan
timbulnya penyakit kronis seperti ateroklorosis, penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, diabetes mellitus, kanker dan sebagainya.
Novitasari (2005) menyatakan pola makan yang tinggi kalori dan lemak,
seperti yang banyak terkandung dalam berbagai jenis fast food menyebabkan terjadinya penimbunan energi dalam bentuk lemak. Hal ini akan diperberat
dengan kurangnya aktivitas. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus dan telah
menjadi kebiasaan yang terpola, maka akan terakumulasi dalam tubuh. Lebih
lanjut berbagai gangguan kesehatan yang, seperti penyakit degeneratif akan
menyerang, serta timbulnya berbagai gangguan psikologik (bentuk tubuh yang
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh
dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan
bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa
berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2002).
Salah satu faktor penyebab obesitas adalah kurangnya kegiatan fisik,
yang memberikan kesempatan naiknya berat badan. Kegiatan fisik akan lebih
efektif dapat mempertahankan berat badan normal atau menurunkan berat
badan yang berlebihan jika diikuti dengan pembatasan masukan energi
(Soemardjan 1986).
Wirakusumah (1994) menyatakan bahwa gaya hidup yang kurang
menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi seseorang.
Aktivitas fisik diperlukan pemasukan energi berlebih untuk membakar energi
dalam tubuh. Bila pemasukan energi berlebihan dan tidak diimbangi dengan
aktivitas fisik yang seimbang akan memudahkan seseorang untuk menjadi
gemuk. Satato (1994) menyatakan bahwa kemakmuran dan kemudahan hidup
menimbulkan gaya hidup yang sedentaris, yang sangat menurunkan kerja atau
aktivitas fisik dan memberikan kesempatan yang luas untuk makan banyak.
Kemajuan teknologi di perkotaan merupakan faktor pemicu gaya hidup
sedentary yang berkontribusi pada meningkatnya kegemukan. Tersedianya fasilitas yang menggunakan teknologi tinggi (lift, escalator) mempersempit peluang untuk melakukan gerak fisik yang optimal. Akibatnya, energi yang masuk
dari makanan tidak digunakan secara optimal, sehingga akan menyebabkan
KERANGKA PEMIKIRAN
Fast food merupakan salah satu jenis makanan yang sedang menjadi trend saat ini. Umumnyafast fooddisukai oleh anak-anak, remaja sampai orang dewasa. Fast food merupakan makanan cepat saji yang mengandung energi tinggi. Saat ini fast food telah menjadi bagian dari perilaku konsumsi sebagian anak dan remaja di luar rumah di berbagai kota dan cenderung akan semakin
meningkat.
Pengetahuan gizi yang baik pada remaja diharapkan mempengaruhi
konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula.
Pengetahuan gizi yang baik gizi juga mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang.
Kebiasaan mengkonsumsifast foodterdiri dari jenis fast foodyang paling disukai, jenis fast food yang paling tidak disukai, restoran yang paling sering dikunjungi, alasan yang paling mewakili dalam mengkonsumsi fast food, waktu yang paling sering dipilih untuk mengkonsumsi fast food, orang yang paling sering diajak untuk mengkonsumsifast fooddan frekuensi dan ukuran konsumsi fast food.
Remaja cenderung mengkonsumsi berbagai makanan tanpa
memperhatikan kandungan gizi makanan karena terbatasnya pengetahuan gizi
tersebut, sehingga berpengaruh terhadap kebiasaan mengkonsumsi fast food. Fast food yang mengandung energi tinggi jika dikonsumsi secara berlebihan dapat mempengaruhi asupan energi yang menimbulkan terjadinya gizi lebih pada
remaja.
Gizi lebih adalah suatu keadaan dimana berat badan seseorang lebih dari
berat badan normal, sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan tinggi badan. Gizi
lebih timbul karena energi yang berasal dari pada energi yang diperlukan tubuh.
Gizi lebih juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, Aktivitas remaja tentunya berbeda
antara hari sekolah dan hari libur. Status gizi dari orang tua yang memiliki status
gizi lebih berpeluang lebih bagi anak untuk menjadi gemuk. Keadaan ini semakin
nyata jika didukung oleh konsumsi energi yang berlebihan dan kurangnya
melakukan aktivitas fisik. Sehingga terjadi kelebihan berat badan dan peimbunan
lemak tubuh yang mengakibatkan obesitas pada remaja, dan penyakit-penyakit
Gambar 1 : Kebiasaan KonsumsiFast FoodPada Siswa Yang Berstatus Gizi Lebih Pada Siswa SMA Kartini Batam
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu PenelitianDesain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan lokasi sekolah relatif dekat dengan tempat-tempat untuk
mengkonsumsi fast food, terletak di daerah perkotaan dan kebanyakan berasal dari keluarga ekonomi tinggi. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juli-Agustus
2010, yang disesuaikan dengan kalender akademik di SMA Kartini Batam agar
tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Kartini Batam.
Contoh diambil secara purposive dengan kriteria laki-laki dan perempuan, memiliki status gizi lebih dan normal, bersedia menjadi responden. Teknis
pengambilan contoh adalah seluruh siswa diukur berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB) terlebih dahulu, kemudian ditentukan status gizinya berdasarkan
contoh dan diambil sesuai dengan kriteria yaitu siswa memiliki status gizi lebih
dan normal. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah metode
purposive sampling. Contoh yang diambil sebanyak 60 contoh yang terdiri dari 30 orang gizi lebih dan 30 orang normal.
Penentuan status gizi contoh didasarkan pada indeks massa tubuh
menurut umur (IMT/U) yang mengacu pada referensi WHO 2007. Klasifikasi
pengkategorian status gizi pun dibagi menjadi 3 kelompok yaitu obese (z > +2 SD),overweight(+1 SD ≤ z ≤ +2 SD) dan normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD). Penentuan nilai status gizi ditentukan berdasarkansoftware anthroplus 2007 yang mengacu pada referensi WHO 2007.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi karakteristik contoh, kebiasaan mengkonsumsi fast food, konsumsi pangan, pengetahuan gizi contoh, aktivitas fisik dan status gizi. Data
sekunder yang dikumpulkan adalah keadaan umum sekolah.
fast food, alasan mengkonsumsifast food, ukuran jenis fast foodserta frekuensi konsumsifast food. Data frekuensifast foodselama 1 bulan terakhir dikumpulkan menggunakan Food Frequency Questionnairre (FFQ). Frekuensi konsumsi fast fooddikelompokkan menjadi tidak pernah, 1-3x/bulan, 1-2x/minggu, 3-5x/minggu, dan 6-7x/minggu. Data ukuran dikelompokkan menjadi kecil, sedang, dan besar.
Data konsumsi pangan dikumpulkan melalui survei dengan metode 24-hour recallselama 2 hari yang meliputi hari libur dan hari sekolah.
Data pengetahuan gizi contoh diperoleh dengan cara wawancara
langsung kepada contoh berdasarkan kuesioner. Kuesioner pengetahuan gizi
berisi 20 buah pertanyaan pilihan berganda dengan memilih jawaban yang paling
benar. Pertanyaan pengetahuan gizi yang diberikan mencakup gizi secara
umum (8 soal), fast food (6 soal), dan obesitas (6 soal). Skor jawaban siswa setiap satu pertanyaan diberi nilai satu (1) bila memilih jawaban benar dan skor
nol (0) bila memilih jawaban yang salah atau tidak memilih jawaban. Pertanyaan
mengacu pada Novitasari (2005) dan Sarasvati (2010).
Data aktivitas fisik diperoleh melalui metode recall 1x24 jam yang dilakukan dua kali pada hari yang berbeda yaitu pada hari sekolah dan hari libur.
Data aktivitas fisik yang dikumpulkan berupa jenis aktivitas yang dilakukan dan
durasi waktu melakukan aktivitas dalam sehari. Data tersebut diperoleh dengan
menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh contoh setelah mendapat
penjelasan dari peneliti. Data mengenai keadaan umum sekolah diperoleh
melalui informasi baik lisan maupun tulisan dari pihak Tata Usaha sekolah.
Variabel data, jenis data, cara pengumpulan data dan alat pengumpulan data
Tabel 3. Variabel data, jenis data, cara pengumpulan data, dan alat pengumpulan data
No Variabel data Jenis data Cara pengumpulan data Alat pengumpul
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dan terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif
dan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows.
Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry, dan
analisis. Perbedaan antar variable dianalisis dengan uji beda t (Independent t-Test), sedangkan hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan uji korelasiPearson, SpearmandanChi-Square.
Data mengenai karakteristik contoh terdiri dari umur 15-17 tahun, jenis
kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Data uang saku dan aktifitas fisik
dikategorikan menggunakan metode Slamet (1993) dari rumus :
IK = NT – NR
∑ Kategori
Keterangan:
IK = interval kelas NT = nilai tertinggi NR = nilai terendah
Data uang saku dikategorikan menjadi 3 yaitu terdiri dari rendah
(10000-14999), sedang (15000-20000), dan tinggi (20001-25000).
Kebiasaan mengkonsumsi fast food ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis statistik yang digunakan dalam pada penelitian ini antara lain
uji beda t (Independent sample t-test) untuk menganalisis perbedaan uang saku, pengetahuan gizi, frekuensi konsumsi fast food, konsumsi dan aktivitas fisik contoh. Hubungan antara pengetahuan gizi, uang saku dengan frekuensi fast food remaja SMA yang berstatus gizi lebih dan normal digunakan uji Korelasi Spearman. Uji Pearson digunakan untuk melihat hubungan uang saku, pengetahuan gizi, frekuensi konsumsifast food, dan aktivitas fisik dengan status gizi contoh. Uji Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan jenis kelamin dengan status gizi.
Data pengetahuan gizi contoh diberi skor jika jawaban benar dan skor 0
jika jawaban salah, sehingga skor total 20. Pengetahuan gizi contoh
dikategorikan menjadi rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika
antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80% jawaban benar
(Khomsan 2000).
Data aktivitas fisik diketahui dari metode recall 1x24 jam yang dilakukan dua
kali pada hari yang berbeda yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Aktifitas fisik
setiap kegiatan dihitung alokasi waktu yang digunakan. Alokasi waktu dari
aktivitas fisik selama dua hari kemudian dihitung rata-rata. Rata-rata alokasi
waktu tersebut dikalikan dengan pengeluaran energi menurut jenis kegiatan
kemudian dibagi 24 jam.
Menurut Almatsier (2002), komponen utama yang menentukan pengeluaran
energi adalah Angka Metabolisme Basal (AMB) atauBasal Metabolic Rate dan aktivitas fisik. Total energi aktivitas pada hari sekolah dan hari libur digunakan
untuk mengetahui rata-rata pengeluaran energy contoh. Nilai AMB contoh
dihitung dengan menggunakan standar Harris-Benedict (1919) dalam Almatsier (2002). Cara perhitungan AMB adalah sebagai berikut :
Keterangan :
AMB = Angka Metabolisme Basal (kkal) BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (cm) U = Umur (tahun)
Kebutuhan energi contoh dihitung dengan rumus Kebutuhan Energi Total,
yaitu:
Keterangan :
AMB = Angka Metabolisme Basal (kkal)
FA = Faktor Aktivitas (Berdasarkan FAO 2001, pada lampiran 4)
Data konsumsi pangan individu yang dikumpulkan ditabulasi dan
kemudian dirata-ratakan per bahan pangan hingga diperoleh rata-rata per
kelompok. Selanjutnya dikonversi ke dalam bentuk energi, protein, lemak, dan
karbohidrat dengan menggunakan Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM
2009).
Secara umum penilaian jumlah zat gizi tertentu yang dikonsumsi sebagai
berikut (Hardinsyah & Martianto, 1992):
Gij = BPj x Bddj x KGij 100 100
Kebutuhan Energi Total (kkal/hari) = AMB x FA AMB = 655+ (9,6 x BB) + (1,8 X TB) – (4,7 x U) (wanita)
Keterangan : Gij = zat gizi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j BPj = berat pangan atau makanan j yang dikonsumsi (gram)
Bddj = bagian yang dapat dimakan (dalam persen atau gram dari 100 gram pangan atau makanan j)
Kgij = kandungan zat gizi tertentu (i) dar pangan (j) atau makanan yang dikonsumsi sesuai dengan satuannya
Definisi Operasional
Contohadalah siswa-siswi yang duduk di kelas XI SMA dan memiliki status gizi lebih (+1 SD ≤ z ≤ +2 SD dan z > +2 SD) dan normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD)
(WHO 2007).
Karakteristik contohadalah identitas contoh yang meliputi jenis kelamin, umur, BB, TB dan uang saku.
Fast food adalah makanan yang cepat saji dan praktis (ayam goreng, kentang goreng, burger, pizza, spaghetti dan lainnya) yang berasal dari
restoran-restoranfast food: McDonald’s, Kentucky Fried Chicken (KFC), JCo, dll. Pengetahuan Gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman siswa-siwi
tentang gizi. Pengetahuan diukur dengan kemampuan siswa-siswi
dengan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gizi, fast food dan obesitas.
Kebiasaan mengkonsumsifast foodadalah jenisfast foodyang paling disukai, jenis fast food yang paling tidak disukai, cara pengolahan fast food, restoran yang paling sering dikunjungi untuk mengkonsumsi fast food , alasan mengkonsumsi fast food, waktu yang paling sering dipilih untuk mengkonsumsifast food, Orang yang paling sering diajak mengkonsumsi fast food, serta frekuensi dan ukuran menkonsumsi fast food pada remaja.
Frekuensi konsumsi fast food adalah seberapa sering contoh gizi lebih dan normal mengkonsumsi fast food selama 1 bulan terakhir yang di beli di restoranfast food.
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi remaja gizi lebih dan normal dalam satu hari dengan cararecall 2 x 24 jam pada satu hari sekolah dan satu hari libur.
Gizi lebihadalah keadaan contoh dimana memiliki berat badan lebih dari normal berdasarkan kategori WHO 2007 yaituobese (nilai IMT/U ≥ zscore > +2 SD),overweight(+1 SD ≤ zscore ≤ +2 SD).
Uang sakuadalah jumlah uang yang diperoleh remaja dari orang tua setiap hari. Aktifitas fisik adalah jenis kegiatan fisik yang dilakukan oleh contoh dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum SekolahSekolah Menengah Atas Kartini adalah salah satu sekolah swasta favorit
yang terletak di Jalan Budi Kemuliaan, Kampung Seraya Kota Batam. Sekolah ini
terletak di tengah pusat kota, dekat dengan mal, mudah dilalui oleh beragam alat
transportasi. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1983 yang diselenggarakan oleh
Yayasan Keluarga Batam. Sekolah ini berdiri di atas areal tanah seluas 13.728
m². Jumlah staf pengajar (guru) di SMA kartini adalah 20 orang dan staf Tata
usaha sebanyak 2 orang.
Siswa SMA Kartini Batam berjumlah 358 orang, terdiri dari 192 siswa
perempuan dan 166 siswa laki-laki. Tiap tingkat memiliki jumlah kelas yang
berbeda beda, Kelas X memiliki 3 kelas, kelas XI memiliki 4 kelas dan kelas XII
memiliki 4 kelas. Jumlah siswa kelas XI yaitu 129 siswa terdiri atas 58 siswa
laki-laki dan 71 siswa perempuan. Waktu belajarnya dimulai dari pukul 07.00-14.00
untuk hari Senin dan Rabu, dari jam 07.00-15.00 untuk hari Kamis, dari jam
07.00-11.30 untuk hari Jum’at dan jam 07.00-11.00 untuk hari Sabtu. Fasilitas
yang dimiliki oleh sekolah meliputi fasilitas fisik, lahan, dan non fisik. Fasilitas fisik
yang dimiliki meliputi ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, laboratorium,
kantin, musholla, aula, gudang, toilet dan UKS. Fasilitas lahan yang ada terdiri
dari halaman, lapangan olah raga, kebun, dan lapangan parkir. Fasilitas non
fisik/ekstrakurikuler yang ada di sekolah meliputi pramuka, PMR, english club, sains club,geoclub,modelling,vocal, volly, basket, paskibra,dance,cheers, seni tari, marching band, roboting, karate, badminton, futsal, jurnalis, photography, band dan nasyid.
SMA Kartini Batam terletak di daerah yang stategis yaitu terletak di
Karakteristik Contoh Jenis Kelamin
Siswa SMA Kartini Batam berjumlah 358 orang, terdiri dari 192 siswa
perempuan dan 166 siswa laki-laki. Tiap tingkat memiliki jumlah kelas yang
berbeda beda, Kelas X memiliki 3 kelas, kelas XI memiliki 4 kelas dan kelas XII
memiliki 4 kelas. Jumlah siswa kelas XI yaitu 129 siswa terdiri atas 58 siswa
laki-laki dan 71 siswa perempuan. Tabel 4 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan
jenis kelamin dan status gizi khususnya kelas XI SMA Kartini Batam.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi
Jenis Kelamin
Lebih Normal Total
n % n % n %
Laki-laki 19 63.3 13 43.3 32 53.3
Perempuan 11 36.7 17 56.7 28 46.7
Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar contoh yang
berstatus gizi lebih adalah laki-laki, sedangkan sebagian besar contoh yang
berstatus gizi normal adalah perempuan. Contoh yang berstatus gizi lebih
sebanyak 63.3% contoh berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut berlawanan
dengan jumlah contoh yang berstatus gizi normal yaitu perempuan sebanyak
56.7% contoh. Hasil ini sejalan dengan penelitian Novitasari (2005) dan Risma
(2005) pada siswa/siswi SMA yang sama-sama menunjukkan persentase laki-laki
obes yaitu 56.7%, sedangkan perempuan yaitu 43.4%. Berdasarkan uji statistik
Chi-Squaretidak terdapat hubungan (p>0.05) antar jenis kelamin dengan status gizi contoh.
Umur
Masa remaja umumnya disebut pancaroba atau masa peralihan dari
masa anak-anak menuju arah kedewasaan. Menurut Mar’at (2009) batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12-21 tahun. Rentang
waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun masa
remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun
merupakan masa remaja akhir. Umur contoh pada penelitian ini berkisar antara
15-17 tahun. Sebagian besar contoh baik yang berstatus gizi lebih maupun
normal berusia 16 tahun. Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi
Umur (tahun) Lebih Normal Total
n % n % n %
15 3 10.0 1 3.3 4 6.7
16 23 76.7 26 86.7 49 81.7
17 4 13.3 3 10.0 7 11.7
Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0
Uang saku
Menurut Napitu (1994), uang saku merupakan bagian dari pengalokasian
pendapatan keluarga yang diberikan kepada anak dalam jangka waktu tertentu.
Uang saku contoh dalam penelitian ini merupaka uang saku per hari yang
digunakan contoh untuk jajan disekolah. Uang saku tidak termasuk uang
transportasi (jemputan,bensin motor dan bensin mobil), uang buku dan uang
SPP. Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi
Uang Saku Lebih Normal Total
n % n % n %
10000-14999 0 0.0 2 6.7 2 3.3
15000-20000 24 80.0 22 73.3 46 76.7
20001-25000 6 20.0 6 20.0 12 20.0
Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0
Uang saku per hari contoh dibagi menjadi tiga kategori yaitu Rp
10000-14999, Rp 15000-20000, dan Rp 20001-25000. Tabel 6 menunjukkan bahwa
lebih dari separuh contoh yang berstatus gizi lebih yaitu 80% dan contoh
berstatus gizi normal yaitu 73.3% mendapatkan uang saku antara Rp
15000-20000 per hari. Uang saku contoh Rp 10000-14999, hanya terdapat pada contoh
berstatus gizi normal yaitu 6.7%. Sedangkan uang saku Rp 20001-25000 pada
contoh berstatus gizi lebih dan normal yaitu 20%. Hal ini dikarenakan contoh
berasal dari keluarga dengan keadaan sosial ekonomi menengah ke atas,
sehingga mempengaruhi besarnya uang saku anak. Uang saku yang semakin
besar membuat seorang anak lebih leluasa dalam memilih dan mengkonsumsi
makanan yang beragam. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) besar
uang saku yang diperoleh anak yang berstatus gizi lebih dan normal. Hasil
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman contoh
tentang gizi. Pengetahuan gizi diukur dari kemampuan contoh dalam menjawab
pertanyaan yang berkaitan dengan gizi secara umum, fast food, dan obesitas. Terdapat 20 pertanyaan pilihan berganda dengan memilih jawaban yang paling
benar (Correct-Answer Multiple Choice). Pertanyaan yang diberikan mencakup gizi secara umum (8 soal),fast food (6 soal) dan obesitas (6 soal).
Berdasarkan Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi contoh
dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu tingkat pengetahuan rendah (< 60%),
sedang (60-80%) dan tinggi (80% ). Tabel 7 menunjukkan hasil sebaran contoh
berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi
Pengetahuan Gizi Lebih Normal
Total
n % n % n %
Kurang (<60) 2 6.67 2 6.67 4 6.67
Sedang (60-80) 24 80.0 19 63.3 43 71.66
Baik (>80) 4 13.3 9 30.0 13 21.67
Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa sebanyak 80.0% contoh yang
berstatus gizi lebih dan sebanyak 63.3% contoh berstatus gizi normal memiliki
tingkat pengetahuan gizi sedang, sebanyak 13.3% contoh yang berstatus gizi
lebih dan 30.0% contoh berstatus gizi normal memiliki tingkat pengetahuan gizi
baik dan 6.67% contoh yang berstatus gizi lebih maupun normal memiliki tingkat
pengetahuan kurang. Secara keseluruhan tingkat pengetahuan contoh sudah
baik. Hal ini dapat dilihat sebanyak 71.66% contoh memiliki tingkat pengetahuan
sedang dan 21.67% contoh memiliki tingkat pengetahuan baik. Namun masih
terdapat penghetahuan gizi kurang pada contoh berstatus gizi lebih dan normal
sebanyak 6.67%.
Berdasarkan hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), dapat diketahui terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat
pengetahuan gizi contoh yang berstatus gizi lebih dan normal. Hal ini
dikarenakan 80.0% contoh berstatus gizi lebih memiliki pengetahuan sedang dan
13.3% memiliki pengetahuan baik sedangkan 63.3% contoh normal memiliki