• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANHAJ AL-SHABUNI DAN PENERAPANNYA DALAM MENAFSIRKAN SURAH AL-FATIHAH (Telaah atas Kitab Shafwah al-tafasir) Oleh : H. Ismail Yusuf. Lc., M.Ag.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANHAJ AL-SHABUNI DAN PENERAPANNYA DALAM MENAFSIRKAN SURAH AL-FATIHAH (Telaah atas Kitab Shafwah al-tafasir) Oleh : H. Ismail Yusuf. Lc., M.Ag."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MANHAJ AL-SHABUNI DAN PENERAPANNYA DALAM MENAFSIRKAN SURAH AL-FATIHAH

(Telaah atas Kitab Shafwah al-Tafasir) Oleh : H. Ismail Yusuf. Lc., M.Ag.

ABSTRAK

Al-Shabuni adalah sosok ulama yang sejak mulanya telah menggeluti pengetahuan hokum (fiqh) dan inilah yang banyak mempengaruhi fikiran-fikiran beliau dalam berbagai karya-karya tulisannya, termasuk tafsir Shafwah al-Tafasir. Kitab tafsir Shafwah al-Tafasir merupakan salah satu karya monumental al-Shabuni yang menggunakan metode tahlili yang mengambil bentuk ma’tsur (riwayat) dan al-ma’qul (penalaran), yang bercorak tarbawi dimana telah menyuguhkan bahasan tafsir yang disesuaikan dengan penyajian bahasa dan ungkapan-ungkapan yang mudah dipahami, disertai dengan penjelasan-penjelasan baru dan baik. Kata Shafwah al-Tafasir telah memberikan andil dalam wawasan dan khazanah intelektual di dunia muslim sehingga banyak diantara kaum muslim yang mengambil referensi dari kitab tersebut.

I. PENDAHULUAN

Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad SAW untuk seluruh yang manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Ia banyak berbicara kepada rasio dan kesadaran manusia untuk menunjukkan kepada mereka jalan terbaik guna merealisasikan dirinya dalam menggambarkan pencapaian kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sejak dulu hingga sekarang ini Al-Qur‟an masih tetap merupakan obyek kajian yang menarik. Hal ini dimungkinkan oleh karena Al-Qur‟an saraf dan padat dengan mutiara-mutiara kebenaran yang pada hakikatnya sangat dihajati oleh manusia itu sendiri sebagai mahluk yang berbudaya dan mahluk yang berkedudukan sebagai Khalifahtullah fi al-Ardh. Disamping itu Al-Qur‟an mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri disbanding dengan kitab suci lainnya.

Sebagai hudan li al-nas (way of life) Al-Qur‟an memerlukan penjelasan dan interpretasi yang dapat mengantarkan manusia memahami maksud Al-Qur‟an. Karena itulah,

(2)

kekeyaan khazanah intelektual islam telah dipenuhi dan dilengkapi dengan berbagai macam perspektif dan pendekatan dalam menafsirkan Al-Qur‟an. Namun demikian perlu dipahami bahwa kecenderungan manusia dalam memahami dan mencermati Al-Qur‟an sangatlah beragam, tergantung pada latar belakang disiplin ilmu mereka dan kecenderungan metodologi yang mereka anut, serta kondisi social budaya dimana si mufassir lahir, tumbuh dan berkembang, termasuk kemampuan dan pengalaman. Berangkat dari persamaan dan perbedaan kecenderungan inilah yang merupakan cikal-bakal lahirnya dan munculnya madzab tafsir. Selain itu, ayat-ayat Al-Qur‟an itu sendiri yang memberi peluang berbeda dalam menafsirkannya, misalnya ayat-ayat itu tergolong muhkam mutasyabih (yang membuka areal untuk menakwilkannya), ada yang „am dan ada yang khas, dan seterusnya. Lagi pula ada semacam consensus mufassir bahwa seorang dapat saja menafsirkan Al-Qur‟an sepanjang masih mematuhi qawa‟id Al-Tafsir. Dalam pandangan mereka unsur subyektifitas adalah sesuatu yang tidak terhindarkan.

Jika ditelusuri perkembangan tafsir sejak dulu hingga sekarang, akan ditemukan bahwa secara garis besar penafsiran Al-Qur‟an ini dilakukan dalam bentuk, yaitu ijmali, tahlili, muqaran dan mawdhu‟i. Diantara kitab tafsir yang muncul dalam sejarah panjang perkembangan tafsir yang muncul. Pada abad ke dua puluh ini (modern) adalah kitab Rawa‟I Al-Bayan fi tafsir Al-Qur‟an dan kitab tafsir Shafwah Al-Tafasir yang keduanya adalah karya Muhammad Ali Al-Shabuni, yaitu kitab Shafwah Al-Tafasir dengan mengambil temaa surat Al-Fatihah sebagai bahan perbandingan dan analisa.

II. BIOGRAFI SINGKAT ALI AL-SHABUNI

Muhammad Ali bin Jamil Al-Shabuni, salaah seorang Guru Besar pada Fakultas Syari‟ah dan Studi Islam pada Universitas Ummul Qura‟ Makkah al Mukarramah. Beliau dilahirkan di kota Aleppo, pada tahun 1347 H / 1928 M.

Menempuh pendidikan dasar di tanah kelahirannya hingga memperoleh ijazah Tsanawiyah Syari‟ah, salah satu level pendidikan di Suriyah, kemudian menyelesaikan pendidikan tingginya di Al-Azhar hingga memperoleh gelar kesarjanaan S1 (1952). Pada tahun yang sama, ia diutus oleh Kementerian Wakaf Syiria untuk melanjutkan kembali studinya ke Pasca Sarjana dan berhasil memperoleh gelas S2 (1954), dalam bidang Hukum Islam.

(3)

Beliau termasuk salah seorang cendekiawan muslim yang produktif dalam menyalurkan pemikiran dalam ide-idenya melalui tulisan, khususnya di bidang Ulum Al-Qur’an dan Tafsir, diantaranya:

1. Shafwah al-Tafasir (3 jilid).

2. Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir (3 jilid).

3. Rawa’I al-Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam (2 jilid). 4. Al-Nubuwwat wa al-Anbiya’

5. Al-Mawarits fi Syari’ah Al-Anbiya’ 6. Mukhtashar Tafsir Al-Tabari

7. Tanwir Al-Adzhan min Tafsir Ruh Al-Bayan 8. Qabs min Nur Al-Qur’an (16 juz)

Dari beberapa karya Shabuni yang dikemukakan di atas, tampak bahwa Al-Shabuni dalam beberapa hal cenderung berupaya untuk menyajikan tafsir Al-Qur‟an sebagai sesuatu yang mudah dibaca oleh umum dengan menulis kitab tafsir yang cukup simple (paling tidak dibanding kitab tafsir yang muncul sebelumnya), dan berupaya meringkas beberapa kitab tafsir yang menurut pertimbangannya baik untuk dibaca di awam, hal mana terbukti dengan upaya beliau meringkas beberapa kitab tafsir yang mu’tabar, serta karya-karya lainnya yang bercorak hukum.

III. IDENTIFIKASI KITAB TAFSIR SHAFWAH AL-TAFASIR A. Metode Penulisan dan Sistematika

Karya monumental Muhammad Ali Al-Shabuni dalam bidang tafsir yang cukup dikenal adalah Shafwah al-Tafasir dan Rawa’I al-Bayan fi Tafsir al-Ahkam.

Tafsir Rawa’I al-Bayan ditulis sebagai bahan diktat (muqarar) kuliah di Fakultas Syari‟ah dan Dirasah Islamiah Umm Al Qura‟ Mekkah, yang membahas ayat-ayat hukum Al-Qur‟an sebanyak 250 ayat terhimpun dalam 70 bahasan. Tafsir ini adalah suatu penafsiran fiqih cara baru untuk dapat memudahkan memahami masalah-masalah hukum yang terdapat di dalam Al-Qur‟an dengan susunan dan gaya bahasa yang mudah. Kitab tafsir ini dicetak dan diterbitkan pertama kalinya pada tahun 1391 H.

(4)

Lain halnya, Shafwah al-Tafasir ditulis untuk konsumsi masyarakat muslim yang kesehariannya sibuk dengan masalah urusan dunia dan tidak cukup waktu untuk membaca kitab-kitab tafsir rujukan yang disusun oleh ulama-ulama terdahulu.

Berdasarkan atas dorongan dan tujuan Al-Shabuni menulis kitab tafsir Shafwah al-Tafasir, maka kitab ini tidak terlihat berjilid-jilid banyaknya. Bahkan, kitab tafsir ini adalah kitab tafsir yang sangat ringkas, jelas dan padat dengan memakai uslub (gaya bahasa) yang mudah dipahami, diperjelas dengan keterangan-keterangan bahasa dan sastra berstandar dari rujukan kitab-kitab tafsir yang terpercaya. Seperti kitab tafsir Thabari, Kasysyaf, al-Alusi, Ibn Katsir, Bahr al-Muhith.

Kitab Shafwah al-Tafasir ditulis selama lima tahun, ketika al-Shabuni diangkat menjadi dosen di Fakultas Syari‟ah dan Studi-studi Keislaman, Universitas Umm Qura‟ Mekkah. Kitab ini dicetak berkali-kali. Untuk pertama kalinya dicetak oleh percetakan Dar Al-Qur‟an Al-Karim di Bairut sebaagai edisi perdana, pada tahun 1400 H. Selanjutnya, dicetak ulang dalam bentuk revisi (perbaikan) oleh percetakan Maktabah Jeddah di Saudi Arabia, pada tahun 1406 H.

Menurut pengakuan Al-Shabuni dalam menerbitkan tafsir ini, bahwa “salah satu kewajiban dewasa ini, adalah berupaya segenap kesanggupan untuk memudahkan manusia untuk memahami Al-Qur‟an dengan gaya bahasa yang jelas, penjelasan yang nyata, tidak bertele-tele serta tidak berlebih-lebihan. Menampakkan isi Al-Qur‟an dari sisi keindahan i‟jaz, bahasa dan sastranya sesuai dengan spirit (jiwa) zaman modern. Sekaligus, meresponhajat keinginan para pemuda terpelajar yang haus dengan ilmu dan pengetahuan tentang tefsir Al-Qur‟an.

Oleh karena itu, Al-Shabuni menulis tafsir ini dengan sangat ringkas terdiri dari 3 jilid. Jilid pertama membahas surah Al-Fatihah sampai ke surah Yunus. Jilid ke dua membahas surah Hud sampai ke surah Fathir. Jilid ke tiga membahas surah Yasin sampai ke surah Al-Nas. Kitab tafsirnya dinamakan Shafwah al-Tafasir karena menghimpun semua keterangan penting yang terdapat di dalam kitab-kitab tafsir besar secara ringkas dan tersusun, nyata dan jelas.

Shafwah al-Tafasir memiliki spikasi dan keistimewaan tersendiri, diman didasarkan pada perpaduan antara bentuk tafsir Al Ma’qul (penalaran modern) dengan gaya dan metode

(5)

kontemporer yang disesuaikan dengan penyajian bahasa dan ungkapan-ungkapam yang mudah dipahami, disertai penjelasan-penjelasan yang baru dan baik.

B. Metode Penafsiran Al-Shabuni

Metode atau cara yang dipakai oleh Al-Shabuni dalam menyusun Shafwah al-Tafasir, sebagai berikut:

1. Memulai dengan nama surat, menjelaskan makna secara global, dan menerangkan tujuan-tujuan (maksud-maksud) pokoknya.

2. Menjelaskan hubungan munasabah antara ayat terdahulu dengan ayat yang kemudian. 3. Menjelaskan lafadh secara kebahasaan (al-Tahlil al-Lafdhz), dengan merujuk kepada para

mufassir dan pakar bahasa. Misalnya, kata Rab di salam kupasan tafsir Al-Fatihah. 4. Mengemukakan sebab turunnya suatu ayat, bila ayat itu ada asbab nuzulnhya.

5. Menafsirkan ayat dengan menggunakan penjelasan-penjelasan dari para mufassir yang disandarkan pada rafsir-tafsir mereka.

6. Menjelaskan ayat-ayat dari sudut pandangan balagah-nya, baik dilihat dari sisi bayan dan dari sisi badi’, seperti kata Al-hamd li Allah, dan iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in. 7. Merumuskan faidah-faidah yang dapat disimpulkan dalam makna sebuah ayat atau

beberapa ayat. Misalnya, faidah diciptakan Nabi Adam dan dijadikannya sebagai khalifah di bumi dalam QS. Al-Baqarah (2):30, adalah sebagai pengajaran bagi manusia untuk bermusyawarah pada setiap hal urusan mereka.

Memperhatikan cara yang diterapkan Al-Shabuni dalam menafsirkan Al-Qur‟an sebagaimana disebutkan di atas, dapat dikatakan bahwa ia mengikuti metode tahlili (analitis) yang mengambik bentuk ma’tsur (riwayat) dan Al-Ma’qul (penalaran), dalam corak tarbawi. Namun demikian, Al-Shabuni tetap menempuh jalan yang telah ditempuh oleh kaum ahlussunnah yang berpegang pada dalil yang manqul ( dikutip dari Rasulullah SAW, dari sahabat-sahabat dan para tabi‟in).

Walaupun, Al-Shabuni menggunakan akal, tapi ia tidak keluar dari kaidah-kaidah syari‟I dan lugawi, sehingga tidak terjadi benturan antara akal dan hadis yang berasal dari Nabi. Misalnya, Al-Shabuni dalam menfsirkan ayat-ayat tentang sifat-sifat dan ‘afal (perbuatan) allah atau ayat-ayat mutasyabihat, dikembalikan kepada wewenang Allah SWT, yang Dia sendiri mengerti maksudNya.

(6)

Sikap Al-Shabuni dalam menfsirkan Al-Qur‟an seperti diungkap di atas, adalah sama seperti prinsip-prinsip umum yang digunakan oleh Ahlussunnah. Prinsip-prinsip umum yang digunakan oleh mereka dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an , adalah: Pertama, dalam prinsip akidah, selalu berpegang pada arti-arti lahiriah, tanpa menjelaskan secara rinci mengenai perkara yang boleh dinisbatkan kepada Allah dan yang tidak boleh dinisbatkan. Masalah ini dianggap oleh mereka adalah merupakan salah satu pangkal kekafiran . kedua, mengenai lafaz yang lahirnya tidak sesuai dengan kesucian Dzat dan sifat Allah, maka wajib secara qath‟i untuk memalingkan secara lahiriahnya dan berpegang pada keyakinan bahwa arti lahiriah itu bukanlah yang dikehendaki oleh Allah. Ketiga, apabila ayat mutasyabihat itu mempunyai satu takwil, yang darinya dapat diperoleh satu pemahaman yang dekat, maka hal ini wajib dikemukakan pendapat secara ijma‟.

IV. ANALISIS TAFSIR AL-FATIHAH DALAM SHAFWAH AL-TAFASIR

Sebagaiman mufassir lainnya yang menempuh metode al-tahlili, Al-Shabuni mengawali kitab tafsirnya dengan membahas surah Al-Fatihah. Ia menempuh cara yang tidak sedikit jauh berbeda dengan pembahasan surah Al-Fatihah dalam kitab tafsirnya Rawa’i al-Bayan. Kalaupun itu berbeda, hanya pada titik sorot hukum (fiqih) yang terdapat pada masalah status dan hukum basmalah, serta hukum membaca Al-Fatihah bagi makmum dalam sakit.

Di dalam Shafwah al-Tafasri, Al-Shabuni memulai pembahasan surah Al-fatihah dengan menguraikan nama-nama lain dari surah Al-Fatihah itu sendiri. Walupun ia tidak lupa memberi penekanan pada keutamaan (fadhl) surah Al-Fatihah, sebagaimana hanya pada kitab tafsir Rawa’i al-Bayan. Padahal, Al-Shabuni sendiri dalam satu uraian khusus mengingatkan bahwa larangan mengutamakan satu surah Al-Qur‟an atas yang lainnya, karena menurutnya hal tersebut lebih banyak disandarkan pada hadis-hadis maudhu.

Al-Shabuni, sebelum memasuki pembahasan tafsir Al-Fatihah, mengawali kajian pembahasannya tentang tafsir al-isti’azah dan basmalah.pada pembahasan ini surah Al-Fatihah, ia memulai dengan menerangkan tentang surah ini turun di Mekkah, nama-nama dan penamaan surah Al-Fatihah sebagai pembuka surah, serta tujuan-tujuan pokok secara umum yang terkandung dalam surah Al-Fatihah. Kemudian menerangkan struktur bahasa (mencakup frase dan kalusa) dan semantik beberapa lafadz Al-Fatihah dengan mengukit dalil

(7)

yang mendukung mulai dari pakar bahasa dan syair Arab kuno, seperti kata al-shirath. Selanjutnya, beliau menafsirkan surah Al-Fatihah secara umum (global) dan menerangkan struktur bahasanya dari sisi balagahnya, serta faidah-faidahnya. Yang dapat dipetik dari surah Al-Fatihah.

Pada akhir pembahasannya, Al-Shabuni menutup pembahasannya dengan menjelaskan rahasia-rahasia suci (al-Asrar al-Qudsiyah) yang terkandung di dalam surah Al-Fatihah sebagai pendidikan bagi jiwa manusia. Seperti apa yang dikutip Al-Shabuni dan Syeikh Hasan al-Banna, bahwa “siapa saja yang mengetahui dan memahami makna isi Al-Fatihah, maka ia akan mampu melihat cucuran makna dan keindahannya dan ia dapat memandang pesona keindahan dan keagungan yang terdapat pada isinya, serta ia akan tersinar hatinya”. Pada saat itu, mulailah ia meningat (berzikir), membaca nama Allah sebagai suatu harapan kepada-Nya yang penuh dengan sifat rahmat dan Rahim-Nya.

Ketika disebut al-Rahman, diingatkan kepada manusia akan sifat keadilan Tuhan pada hari perhitungan nanti, yang pada hari itu tidak seorang pun manusia yang dapat menyelamatkan manusia lain. Bahkan dengan dirinya sekalipun, kecuali Allah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih yang menggenggam (memiliki) hari kemudian. Dengan demikian, tertanamlah dalam lubuk jiwanya yang selalu menyebut nama-nama Allah, sehingga terdidik ahlaknya yang selalu bersandar kepada keinginan mengharap kasih (rahmat) Tuhan, serta selalu takut terhadap hari pembalasan yang penuh dengan keadilan-Nya. Kapan seperti itu terjadi, maka menjadilah bahwa mukallaf yang selalu menampakkan kebaikan dan berusaha mencari keselamatan, serta akan ditunjukinya jalan yang lurus, yaitu al-Shirath al-Mustaqim.

V. ANALISA KEISTIMEWAAN DAN KETERBATASAN 1. Keistimewaan

Dilihat dari gaya penulisan, teknik analisis, dan teknik interprestasi dan bahasa yang digunakan oleh Al-Shabuni, maka ada kesan bahwa tafsir Shafwah al-Tafasir praktis, ringkas, dan tidak bertele-tele. Demikian juga, Al-Shabuni bersandar kepada induk-induk kitab tafsir dan mengambil serta memasukkan semua penafsiran dan mufassirin, kemudian memilih pendapat-pendapat di anatara mereka sebagai bentuk rajih dan dukungan

(8)

Walaupun kitab ini disusun pada abad keduapuluh, yang dalam periodisasi perkembangan tafsir dianggap sebagai zaman modern, akan tetapi di dalamnya tidak ditemukan model penafsiran yang modern atau sesuatu yang baru. Apa yang dikemukakan di dalamnya tidak lebih dari sekedar resume dari berbagai kitab tafsir yang dijadikan maraji. Demikian pula pendapat yang dikemukakan lebih banyak mengacu pada pemikiran dan pendapat ulama klasik yang bersumber dari mazhab ahlussunnah, tanpa tarjih.

Di dalam kitab tafsir ini, Al-Shabuni nampak menghindar dari persoalan-persoalan sifatnya teologgi yang menjadi perbincangan dan perdebatan di antara ulama-ulama kalam dari kalangan ulama tafsir. Bahkan, ia memperlihatkan sikap teologi yang kukuh mendukung pemikiran teologi Al-Asy‟ari.

VI. PENUTUP

Sebagai penutup makalah ini, dapat disimpulkan dari semua uraian tersebut di atas, sebagai berikut:

1. Al-Shabuni adalah sosok ulama yang sejak mulanya telah menggeluti pengetahuan hokum (fiqh) dana inilah yang mempengaruhi fikiran-fikiran beliau dalam berbagai karya-karya tulisannya, termasuk tafsir Shafwah al-Tafasir, walaupun pemikiran corak fiqihnya tidak terlalu dominan di dalam tafsir ini.

2. Kitab tafsir Shafwah al-Tafasir merupakan salah satu karya monumental Al-Shabuni yang menggunakan metode tahlili yang mengambil bentuk ma’tsur (riwayat) dan al-ma’qul (penalaran), yang bercorak tarbawi.

3. Kitab tafsir Shafwah al-Tafasir telah menyuguhkan bahasan tafsir yang disesuaikan dengan penyajian bahasa dan ungkapan-ungkapan yang mudah dipahami, disertai dengan penjelasan-penjelasan baru dan baik.

4. Kitab tafsir Shafwah al-Tafasir walaupun sianggap sebagai resume dari kitab-kitab tafsir sebelumnya, dan memiliki kelemahan, namun harus diakui bahwa Shawah al-Tafsir telah memberikan andil dalam wawasan dan khazanah intelektual di dunia muslim.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Nasiruddin Baidhan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000. Muhammad, ali Ayazi, Mufassirin : Hayatuhum wa Manhajuhum, T,tp : Mu‟assasat

al-Tiba‟ah wa al-Nasyr Wizarat al-Tsaqafah al-Irsyad al-Islam, 1333 H.

Mahmud Basumi Faudah, al-Tafsir wa Manahijun, di terjemahkan oleh H.M. mochtar Zoemi, Tafsir-Tafsir al-Qur’an, Perkenalan dengan Metodologi Tafsir, Bandung : Penerbit Pustaka, 1987.

J.M.S. Balijon. Modern Muslim Koran Interpretion (1830-1960) Leiden : Ej Brill. 1968 Al-Syekh Khalid „Abd Rahman ak, Ushul Tafsir wa Qawa’idulu, (Bairul: Dar

al-Nafais, 1986), h. 231.

Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwah al-Tafsir, Jilid I, Bairut: Dar al-Fikr, t.th 1976. Rawa’i al-Bayan, Jilid I, Makkah : „Alam al-Khutub.

Referensi

Dokumen terkait

U Ch Nani Wuryaningsih S.Pd Yogyakarta SDN 20 Alang Lawas. Pastrimayarni AMa.Pd Siberambang Kabupaten Solok SDN 20

Sukmawidiyanti (2013) memperkuat hasil penelitian Miqawati dan Sulistyo (2014) dengan penelitiannya yang memberikan simpulan: 1) terdapat peningkatan hasil

Namun saat ini hal tersebut, yaitu filosofi yang harusnya diketahui oleh orang-orang yang terjun didunia IT, apakah akan jadi Mesin (seperti komputernya), Marketing

Hewan uji yang digunakan adalah jenis krustasea liar yang terdapat dalam tambak udang windu, di Kabupaten Takalar Propinsi Sulawesi Selatan, berupa krustasea liar

tubuh semakin jelas terlihat dan jumlahnya pun semakin banyak, duri-duri hampir tidak kelihatan sama sekali. Setelah mencapai bobot maksimal, maka larva menjadi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada ketiga sampel uji yang berupa tanah liat, dengan menggunakan dua buah sensor ultrasonik dapat disimpulkan bahwa frekuensi

Geodiversitas merupakan komponen tidak hidup yang memiliki manfaat yang sangat besar bagi masyarakat (Henriques, 2017). Adapun kegiatan yang dilakukan adalah

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbandingan efektivitas terapi musik klasik dengan aromaterapi mawar terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi yang