• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POLA KALIMAT KOMPLEKS PADA TEKS KARYA SISWA UJIAN PRAKTIK KELAS XII DI SMA NEGERI 8 DENPASAR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POLA KALIMAT KOMPLEKS PADA TEKS KARYA SISWA UJIAN PRAKTIK KELAS XII DI SMA NEGERI 8 DENPASAR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2016/2017"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS POLA KALIMAT KOMPLEKS PADA TEKS

KARYA SISWA UJIAN PRAKTIK KELAS XII DI SMA

NEGERI 8 DENPASAR SEMESTER GENAP TAHUN

PELAJARAN 2016/2017

Ni Nyoman Ayu Juita Ersani1, Made Sri Indriani2, IA. Md. Darmayanti3

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Ketepatan penggunaan konjungsi pada kalimat kompleks karya siswa ujian praktik kelas XII di SMA Negeri 8 Denpasar dan (2) ketepatan penggunaan pola kalimat kompleks karya siswa ujian praktik kelas XII di SMA Negeri 8 Denpasar berkenaan dengan hubungan antarklausanya. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa ujian praktik kelas XII di SMA Negeri 8 Denpasar. Objek penelitian ini adalah penggunaan konjungsi dan penggunaan pola kalimat kompleks berkenaan dengan hubungan antarklausanya. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan teknik pengambilan sampel secara acak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ketepatan siswa dalam menggunakan konjungtor pada kalimat kompleks dapat dinyatakan baik dengan presentase 80,6 % dan ketepatan siswa dalam menggunaan pola kalimat kompleks berkenaan dengan hubungan antarklausanya terbilang baik dan dengan presentase 74,4 %.

Kata kunci: konjungsi, kalimat kompleks, ketepatan

ABSTRACT

This study describes (1) the accuration of using conjunction on complex sentences by the students of practice exam on third grade of senior high school at SMA N 8 Denpasar and (2) the accuration using patterns of complex sentences by the stundents of practice exam on third grade of senior high school in term of interclause rellationship. This study uses a qualitative descriptive design. This research subject is the student of practice exam on third grade of senior high school. The object of this study is the competence of using conjungtion and the competence using of pattern complex sentences in term of interclause rellationship. Collecting data in this study using is documentation with random sampling tecnic. The result of this study indicates that (1) the students accuracy using conjunction on complex sentence is good with 80,6 percent and (2) the students accuracy using patterns of complex sentences is also good with 74,4 percent.

Key words: conjuction, complex sentence, and accuracy

PENDAHULUAN

Bahasa memiliki empat aspek keterampilan, yaitu (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Keterampilan menulis menjadi salah satu

keterampilan yang masih menjadi kendala untuk dikuasai siswa. Menulis merupakan salah satu aspek bahasa yang harus dikuasai oleh siswa dalam proses

(2)

2 pembelajaran. Melalui kegiatan menulis, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif karena siswa dapat menciptakan suatu karya yang b aru. Selain itu, siswa dapat belajar untuk mengemukakan ide yang dimiliki melalui tulisan dengan menggunakan gaya bahasa tersendiri. Menulis juga merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa. Seperti yang dikatakan oleh Tarigan (1992: 21), bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Sejalan dengan pendapat Kosasih (2014: 40) mengatakan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dipelajari karena dapat membekali kecakapan hidup bagi siapa pun yang menguasainya.

Membahas mengenai keterampilan menulis, tentu saja siswa perlu memperhatikan penggunaan kalimat. Seperti yang telah tercantum pada kalimat sebelumnya, pengetahuan dan keterampilan berjalan selaras maka keterampilan penggunaan kalimat oleh siswa tidak terlepas pula dari pengetahuan penguasaan kalimat yang dimilikinya. Penguasaan kalimat yang dimaksud tentu saja berkaitan dengan kaidah penulisan sebuah kalimat. Seperti yang dikatakan oleh Alwi dan Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2010: 20), dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Menurut Djajasudarma (dalam Putrayasa, 2010: 26) berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat tunggal dan majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen Subjek dan Predikat (SP) (Rusyana dan Samsuri, dalam Putrayasa, 2010: 26).. Jadi, unsur kalimat tunggal ialah subjek dan predikat. Menurut Verhaar (dalam Putrayasa, 2010: 55), kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kridalaksana dan Tarigan (dalam Putrayasa, 2010: 55) memaparkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat

majemuk adalah kalimat yang disusun atas dua klausa atau lebih dan biasanya terdapat induk kalimat dan anak kalimat. Terkait kedua jenis kalimat tersebut, siswa cenderung lebih sering keliru dalam penggunaan kalimat majemuk. Pembelajaran kalimat sesungguhnya telah didapatkan semenjak siswa menginjak bangku SD dan penguasaan itu akan semakin meruncing lagi ketika siswa sudah menginjak bangku SMP juga SMA.

Berbicara mengenai pembelajaran, tentu berkaitan pula dengan kurikulum yang digunakan. Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan teks sebagai sarana pembelajaran (Priyatni, 2014: 67). Dalam Permendikbud Tahun 2016 Nomor 24 Lampiran 03, khususnya pada silabus bahasa Indonesia jenjang SMA mulai dari kelas X sampai dengan XII juga ditemukan kompetensi inti yang berkaitan dengan keterampilan siswa, yakni KI 4 terkait keterampilan yang berbunyi “Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan”. Dalam kompetensi tersebut, tentu saja juga menyinggung keterampilan menulis siswa serta tentu saja berhubungan dengan struktur dan kebahasaan, seperti yang tercantum dalam silabus Bahasa Indonesia kelas XII, contohnya pada KD 3.4 yang berbunyi “Menganalisis struktur dan kebahasaan teks eksplanasi”. Struktur dan kebahasaan dalam sebuah teks tentu menyinggung kaidah atau pola-pola yang mengikat teks itu sendiri.

Keterampilan menulis yang dimiliki oleh siswa akan terlihat dari cara siswa membuat sebuah karya, yang dalam hal ini, berbentuk teks. Siswa harus menyusun beberapa kalimat dan membentuk paragraf yang menarik untuk dibaca. Kalimat-kalimat yang menarik tersebut dapat dihasilkan dari penggunaan kalimat simpleks (tunggal) dan kompleks (majemuk). Untuk siswa jenjang SMA, kalimat simpleks sudah menjadi makanan ringan, tetapi belum tentu sama ringan

(3)

3 dengan penggunaan kalimat kompleks. Penggunaan kalimat kompleks sangat berperan bagi siswa dalam proses menyusun sebuah teks. Dengan memperhatikan penggunaan kalimat kompleks, siswa dapat meminimalisir kesalahan dalam menulis, seperti pemborosan kalimat atau pengulangan kata. Ciri-ciri kalimat kompleks ditandai oleh adanya konjungsi antarklausa dan antarkalimat. Konjungsi yang sering hadir dalam kalimat kompleks, yakni dan,

ketika, tetapi, karena, dan namun. Tidak

jarang siswa keliru dalam menggunakan konjungsi. Kenyataan itu membuktikan bahwa penggunaan konjungsi pada kalimat kompleks masih perlu diperhatikan.

Pada prinsipnya, semua unsur bahasa memiliki fungsi dalam bahasa, begitu juga dengan konjungsi. Pentingnya kehadiran konjungsi berkaitan dengan fungsi konjungsi itu sendiri. Fungsi konjungsi sebagai unsur bahasa ada tiga hal, yakni (1) sebagai penghubung antarklausa yang dalam hal ini berkaitan dengan kalimat, (2) sebagai penghubung antarkalimat yang dalam hal ini berkaitan dengan paragraf, dan (3) sebagai penghubung antarparagraf yang dalam hal ini berkaitan dengan wacana. Ketiga fungsi tersebut memperlihatkan bahwa konjungsi sangat membantu kesempurnaan penyusunan sebuah teks.

Pada penelitian ini, yang menjadi fokusnya adalah fungsi konjungsi sebagai penghubung antarklausa juga antarkalimat, mulai dari kegunaan kalimat kompleks sampai pada fungsi konjungsi yang memiliki peranan dalam penulisan sebuah teks. Oleh karena itu, sangat pentinglah bagi peneliti untuk menjadikan kalimat kompleks sebagai objek penelitian guna mengukur siswa dalam menyusun sebuah teks, terutama pada penggunaan kalimat kompleks. Kemampuan menyusun sebuah teks yang baik menjadi modal bagi siswa, khususnya saat siswa kelas XII menghadapi ujian praktik mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pentingnya pihak sekolah melaksanakan ujian praktik, yakni berkaitan dengan tuntutan kurikulum K-13 yang menyinggung kemampuan atau

keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa. Melalui ujian praktik pulalah, siswa, guru, dan juga pihak sekolah dapat mengevaluasi diri terkait pengetahuan dan keterampilan menulis pada proses pembelajaran.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian terkait siswa dalam penggunaan konjungsi dan pola kalimat kompleks pada teks hasil siswa kelas XII saat ujian praktik. Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada kalimat kompleks karena kajian kalimat kompleks lebih rumit bagi siswa dibandingkan dengan kalimat simpleks. Maka dari itu, penting halnya peneliti melakukan penelitian tentang kalimat kompleks. Peneliti memilih menganalisis pada hasil karya kelas XII karena kelas XII adalah tahap akhir dari jenjang sekolah menengah atas dan siswa kelas XII juga sudah mempelajari materi-materi terkait jenis-jenis kalimat yang dapat digunakan dalam menyusun sebuah teks.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui penggunaan konjungsi pada kalimat kompleks oleh siswa ujian praktik kelas XII di SMA N 8 Denpasar Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 dan (2) mengetahui penggunaan pola kalimat kompleks oleh siswa ujian praktik kelas XII di SMA N 8 Denpasar Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan setidaknya dua manfaat, yakni (1) manfaat teoretis, yakni penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada pembangunan teori pembelajaran bahasa Indonesia sehingga mutu pembelajaran Bahasa Indonesia semakin meningkat. Peningkatan mutu pembelajaran bahasa Indonesia dijadikan salah satu indikator peningkatan mutu pendidikan. (2) manfaat praktis, yakni penelitian ini memberikan manfaat praktis untuk meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMA bagi peneliti, pihak sekolah, dan siswa.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(4)

4 rancangan deskriptif kualitatif. Rancangan penelitian deskriptif ini dipilih karena rancangan penelitian ini mampu menggambarkan secara keseluruhan mengenai analisis pola kalimat kompleks terkait penggunaan konjungsi dan pola kalimat kompleks oleh siswa. Peneliti hendak mendapatkan hasil yang objektif terkait penguasaan kalimat kompleks oleh siswa, terutama dalam hal konjungsi dan hubungan klausa dalam kalimat kompleks. Selain itu, rancangan penelitian deskriptif juga dapat menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Subjek penelitian ini adalah siswa ujian praktik kelas XII di SMA Negeri 8 Denpasar, sedangkan objek penelitian ini adalah penggunaan konjungsi dan pola kalimat kompleks yang berkenaan dengan hubungan antarklausanya pada sebuah teks.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi. Surakhmad (1995: 131) mengatakan metode dokumenter digunakan karena kebanyakan sumber-sumber dalam penelitian itu adalah dokumen dan metode masih mungkin diadakan penyelidikan sesuatu yang masih terjadi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersumber pada tulisan, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data penggunaan konjungsi dan penggunaan pola kalimat kompleks siswa. Peneliti mencatat data-data yang dianggap berhubungan dengan penggunaan konjungsi serta penggunaan pola kalimat kompleks. Menurut Arikunto (2002: 135), metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan: 1) pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang dicari datanya dan 2) check-list, yaitu daftar variabel yang dikumpulkan datanya. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kartu data yang masing-masing dibagi untuk menjawab tiap-tiap rumusan masalah. Sesuai permasalahan dalam penelitian ini

yang dijadikan instrumen dalam penelitian dokumentasi ini adalah karya tulis siswa. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis berupa karya tulis siswa dalam ujian praktik mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain metode dokumentasi, untuk mendapatkan sampel yang digunakan dalam penelitian, peneliti menggunakan teknik simpel random sampling. Menurut Dantes (2012: 40), teknik simple random

sampling adalah penarikan sampel secara

sederhana dengan cara random. Sederhana yang dimaksud adalah penarikan sampel langsung pada individu/ kasus dan dilakukan secara random. Penggunaan teknik simple random sampling didasarkan atas pertimbangan

bahwa populasi sampel bersifat homogen dan setiap siswa berhak menjadi sampel. Maka dari itu peneliti memilih pengambilan sampel secara acak.

Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan pada tahap analisis data ini adalah (1) pengartuan data, yakni data yang didapatkan dari teks hasil karya siswa ujian praktik akan disalin dalam bentuk kartu-kartu data untuk memudahkan proses selanjutnya. Kartu data ini akan diberikan penomoran untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data; (2) identifikasi data, yakni pada proses identifikasi dilakukan reduksi data. Reduksi data adalah memilih data yang diperlukan dan menyisihkan data yang tidak diperlukan. Tidak menutup kemungkinan dalam mengumpulkan data akan masuk data-data yang ada di luar masalah yang ingin dipecahkan. Oleh karena itu, harus dilakukan reduksi data. Reduksi data dilakukan untuk mempermudah peneliti pada tahap klasifikasi data; (3) klasifikasi data, yakni setelah diidentifikasi, data yang relevan diklasifikasikan berdasarkan rumusan masalah. Data yang digolongkan berdasarkan rumusan masalah tersebut. Data hasil kartu data akan disajikan dengan baik, dilanjutkan dengan mengklasifikasikan dan mengelompokkan data-data tersebut berdasarkan kategori-kategori tertentu sesuai dengan tujuan penelitian; (4) penyajian data, yakni dalam penyajian data, data-data akan

(5)

5 digambarkan secara rinci dan jelas kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang relevan yang nantinya akan menjawab permasalahan peneliti dalam memahami yang terjadi dan merencanakan tahap kerja selanjutnya; dan (5) penyimpulan data, yakni penyimpulan bermakna peneliti merumuskan simpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyajikan data secara deskriptif kualitatif, yakni menyajikan temuan data di lapangan dengan menggunakan kata-kata. Penarikan kesimpulan disesuaikan dengan data yang didapatkan di lapangan dan juga berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Oleh sebab itu, sebelum menyusun laporan penelitian, dilakukan pengecekan kembali keseluruhan proses untuk mendapatkan hasil analisis dan simpulan yang meyakinkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini mencangkup data-data temuan terkait penggunaan konjungtor dan penggunaan kalimat kompleks oleh siswa ujian praktik kelas XII mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 8 Denpasar. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan rancangan yang telah disusun sebelumnya. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini didapat dengan metode dokumentasi.

Hasil penelitian diperoleh melalui pelaksanaan perencanaan penelitian. Pada penelitian ini, penulis mendeskripsika ketepatan penggunaan konjungsi dan pola kalimat kompleks oleh siswa kelas XII yang mengikuti ujian praktik mata pelajaran Bahasa Indonesia pada semester genap di SMA Negeri 8 Denpasar terkait penggunaan konjungtor dan penggunaan kalimat kompleks dalam menyusun sebuah teks. Berikut ini merupakan beberaa contoh hasil penelitian terkait penggunaan konjungtor.

Data nomor (1) “Bahkan, tidak seperti para elite dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan.” menunjukkan penggunaan

konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor sebab yang tepat.

Data nomor (2) “Aku suka kau menyebut dirimu dengan kata aku sementara kau memanggilku kau.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor waktu yang tidak tepat.

Data nomor (3) “Pendidikan di negara kita hanya bisa memproduksi para cendekiawan yang pintar saja, maka banyak yang tidak jujur.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor hasil yang tepat.

Data nomor (4) “Pihak keluarga penjahat itu datang kerumahku ketika ingin mengungkapkan kebahagiaan mereka.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor waktu yang tepat.

Data nomor (5) “Biarkan aku bertemu dengan putraku, rasa rinduku supaya berkurang.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor tujuan yang tidak tepat.

Data nomor (6) “Walaupun hukum sudah bersifat adil, masih ada saja orang yang tidak puas dengan hukum di negeri kita ini.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor konsesif dan alat yang tepat.

Data nomor (7) “Oleh karena itu, hukum dan keadilan sangat erat hubungannya, salah satu jika ada yang menyimpang maka akan berpengaruh pada yang lainnya.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor syarat yang tidak tepat.

Data nomor (8) “Ia tidak pernah meminta sogokan uang sehingga baginya mencapai keadilan adalah hal yang lebih utama.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor hasil yang tidak tepat.

Data nomor (9) “Lelaki itu merupakan seorang pengacara muda sehingga sepak terjangnya baik di dunia hukum.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor hasil yang tidak tepat.

(6)

6 Data nomor (10) “Penjahat itu dinyatakan menang, bila gedung pengadilan diserbu dan hakimpun diburu oleh rakyat.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor syarat yang tidak tepat.

Data nomor (11) “Tetapi, semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, selagi kamu mampu terus mendengarkan suara hati nurani sebagai penegak hukum yang profesional.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor waktu yang tidak tepat.

Data nomor (12) “Pengacara muda itu diculik, di siksa dan akhirnya dikembalikan setelah menjadi mayat.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor waktu yang tepat.

Data nomor (13) “Pengacara mudapun terharu, berdiri, dan hendak memeluk ayahnya, seolah-olah ayahnya tidak mau.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor pembandingan yang tidak tepat.

Data nomor (14) “Hukum di negara ini sudah bagus, meskipun penegakkannya yang masih sangat disayangkan.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor konsesif yang tepat.

Data nomor (15) “Hal yang menyebabkan hukum masih rendah adalah kelalaian pejabat, sementara masih banyak tindakan kurang profesional dari seorang pejabat negara, salah satunya seperti korupsi.” menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor waktu yang tepat.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wildasae yang berjudul “Konjungtor dan Preposisi dalam Rubrik “Tajuk” Surat Kabar Lampost ”. Dari hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa penggunaan konjungtor dalam teks yang dianalisis peneliti sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam teks yang dianalasis, terdapat berbagai jenis konjungtor, seperti 1.konjungtor koordinatif 2.konjungtor subordinatif 3.korelatif, dan 4. Konjungtor antarkalimat

telah tepat serta mengikuti kaidah dan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti hanya membahas mengenai pemakaian konjungtor subordinatif karena konjungtor tersebutlah yang dipergunakan dalam kalimat kompleks.

Dari 45 teks siswa yang digunakan sebagai sampel, diperoleh 94 kartu data. Dari 94 kartu data ditemukan 62 data penggunaan konjungtor dan 47 data kalimat kompleks. Dari hasil catatan dokumentasi yang peneliti lakukan terhadap teks karya ujian praktik siwa, diperoleh hasil yang baik dengan presentase sebesar 80,6%. Hal tersebut dinyatakan baik karena dari 62 buah konjungtor hanya ditemukan 12 kesalahan. Berdasarkan hasil analisis terdapat 50 buah penggunaan konjungtor data yang benar. Berikut beberapa hasil analisis dari teks karya siswa ujian praktik. Contoh hasil penggunaan konjungtor yang tepat.

“Pihak keluarga penjahat itu datang kerumahku ketika ingin mengungkapkan kebahagiaan mereka.”

Data tersebut menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor waktu yang tepat. Hal tersebut dinyatakan tepat karena konjungtor ketika mampu menghubungkan klausa “Pihak keluarga penjahat itu datang kerumahku” dengan “ingin mengungkapkan kebahagiaan mereka” yang membutuhkan konjungtor waktu sebagai penghubungnya, agar kalimat tersebut dinyatakan sebagai kalimat kompleks. Sejalan dengan pendapat Alwi, dkk. (2003: 299) yang menyatakan bahwa ketika termasuk dalam konjungtor waktu.

“Dalam cerpen ini pengacara muda itu berpendirian teguh pada keputusan yang ia ambil, walaupun ia dikritik oleh pengacara senior ketika ia teguh dengan pendiriannya.”

Data tersebut menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor konsesif dan waktu yang tepat. Hal tersebut dinyatakan tepat karena konjungtor walaupun mampu menghubungkan klausa “Dalam cerpen ini pengacara muda itu berpendirian teguh

(7)

7 pada keputusan yang ia ambil” dengan “ia dikritik oleh pengacara senior” yang membutuhkan konjungtor konsesif sebagai penghubungnya dan konjungtor waktu dibutuhkan untuk menghubungkan klausa “ia teguh dengan pendiriannya” agar kalimat tersebut dinyatakan sebagai kalimat kompleks. Sejalan dengan pendapat Alwi, dkk. (2003: 299) yang menyatakan bahwa walaupun termasuk dalam konjungtor konsesif dan ketika termasuk dalam konjungtor waktu. Contoh hasil penggunaan konjungtor yang tidak tepat.

“Aku suka kau menyebut dirimu dengan kata aku sementara kau memanggilku kau.”

Data tersebut menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor waktu yang tidak tepat. Hal tersebut dikatakan tidak tepat karena penggunaan konjungtor sementara tidak menyatakan hasil. Klausa “Aku suka kau menyebut dirimu dengan kata aku” membutuhkan konjungtor hasil, seperti sehingga agar memiliki hubungan dengan klausa “kau memanggilku kau”. Sejalan dengan pendapat Alwi, dkk. (2003: 299) yang menyatakan sehingga termasuk dalam jenis konjungtor hasil. Dengan demikian, perbaikan dari kalimat kompleks tersebut menjadi “Aku suka kau menyebut dirimu dengan kata aku sehingga kau memanggilku kau.”

“Tetapi, semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, selagi kamu mampu terus mendengarkan suara hati nurani sebagai penegak hukum yang profesional.”

Data tersebut menunjukkan penggunaan konjungtor subordinatif dengan jenis konjungtor waktu yang tidak tepat. Hal tersebut dinyatakan tidak tepat karena konjungtor selagi tidak menunjukkan syarat. Klausa “semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak” membutuhkan konjungtor syarat seperti kalau agar memiliki hubungan dengan klausa “kamu mampu terus mendengarkan suara hati nurani sebagai penegak hukum yang profesional”. Sejalan dengan pendapat Alwi, dkk. (2003: 299) yang menyatakan

kalau termasuk dalam jenis konjungtor syarat. Dengan demikian, perbaikan dari kalimat kompleks tersebut menjadi Tetapi, semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nurani sebagai penegak hukum yang profesional.”

Berikut beberapa contoh hasil penelitian terkait ketepatan penggunaan pola kalimat kompleks.

Data nomor (1) Bahkan, (klausa 1) tidak seperti para elite dan cendekiawan yang cemerlang (klausa 2) ketika masih di luar kekuasaan. Data tersebut menunjukan dua hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor waktu.

Data nomor (2) (klausa 1) Aku suka kau menyebut dirimu dengan kata aku (klausa 2) sementara kau memanggilku kau. Data tersebut menunjukan dua hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) tidak memiliki hubungan subordinasi.

Data nomor (3) (klausa 1) Pendidikan di negara kita hanya bisa memproduksi para cendekiawan yang pintar saja, (klausa 2) maka banyak yang tidak jujur. Data tersebut menunjukan dua hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor waktu.

Data nomor (4) (klausa 1) Pihak keluarga penjahat itu datang kerumahku (klausa 2) ketika ingin mengungkapkan kebahagiaan mereka. Data tersebut menunjukan dua hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor hasil.

Data nomor (5) (klausa 1) Biarkan aku bertemu dengan putraku, (klausa 2) rasa rinduku supaya berkurang. Data tersebut menunjukan dua hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) tidak memiliki hubungan subordinasi.

Data nomor (6) (klausa 1) Walaupun hukum sudah bersifat adil, (klausa 2) masih ada saja orang yang tidak puas (klausa 3) dengan hukum di negeri kita ini. Data tersebut menunjukan (3) hubungan klausa. Klausa (1) dengan

(8)

8 klausa (2) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor konsesif, sementara dengan klausa (3) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor alat.

Data nomor (7) (klausa 1) Oleh karena itu, hukum dan keadilan sangat erat hubungannya, (klausa 2) salah satu jika ada yang menyimpang maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Data tersebut menunjukan (3) hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor sebab , sementara dengan klausa (3) tidak memiliki hubungan subordinasi.

Data nomor (8) (klausa 1) Ia tidak pernah meminta sogokan uang (klausa 2) sehingga baginya mencapai keadilan adalah hal yang lebih utama. Data tersebut menunjukan (2) hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) tidak memiliki hubungan subordinasi

Data nomor (9) (klausa 1) Lelaki itu merupakan seorang pengacara muda (klausa 2) sehingga sepak terjangnya baik di dunia hukum. Data tersebut menunjukan (2) hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) tidak memiliki hubungan subordinasi.

Data nomor (10) “(klausa 1) Penjahat itu dinyatakan menang, (klausa 2) bila gedung pengadilan diserbu dan hakimpun diburu oleh rakyat”. Data tersebut menunjukan dua hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) tidak memiliki hubungan subordinasi

Data nomor (11) (klausa 1) “Tetapi, semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, (klausa 2) selagi kamu mampu terus mendengarkan suara hati nurani sebagai penegak hukum yang profesional. Data tersebut menunjukan dua hubungan klausa”. Klausa (1) dengan klausa (2) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor waktu.

Data nomor (12) “(klausa 1) Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya dikembalikan (klausa 2) setelah menjadi mayat.” Data tersebut menunjukan (2) hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) memiliki hubungan

subordinasi dengan jenis konjungtor waktu.

Data nomor (13) “(klausa 1) Pengacara mudapun terharu, berdiri, dan hendak memeluk ayahnya, (klausa 2) seolah-olah ayahnya tidak mau.” Data tersebut menunjukan (2) hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) tidak memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor konsesif.

Data nomor (14) “(klausa 1)Hukum di negara ini sudah bagus, (klausa 2) meskipun penegakkannya yang masih sangat disayangkan.” Data tersebut menunjukan (2) hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor konsesif.

Data nomor (15) “(klausa1 )Hal yang menyebabkan hukum masih rendah adalah kelalaian pejabat, (klausa 2) sementara masih banyak tindakan kurang profesional dari seorang pejabat negara, salah satunya seperti korupsi.” Data tersebut menunjukan dua hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor waktu.

Bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu pada tahun 2012 yang berjudul “Analisis Penggunaan Kalimat Majemuk dalam Karangan Siswa Kelas V SD N. Suropadan 108 Laweyan”. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa penggunaan kalimat majemuk di SDN Soropadan 108 Laweyan tidak mampu menggunakan kalimat majemuk dengan baik dan benar. Dari data hasil analisis kesesuai penggunaan masing-masing jenis kalimat majemu adalah sebagai berikut, a) penggunaan kalimat majemuk setara dengan tingkat kesesuaian 33,03%, b) penggunaan kalimat majemuk bertingkat dengan tingkat kesesuaian 2,15%, c) penggunaan kalimat majemuk rapatan dengan tingkat kesesuaian 2,45%, dan d) penggunaan kalimat majemuk komploks dengan tingkat kesesuaian 0,10%. Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa siswa di SDN Soropadan 108 Laweyan tidak

(9)

9 mampu menggunakan kalimat majemuk dengan baik dan benar.

Dari hasil catatan dokumentasi yang peneliti lakukan terhadap teks karya ujian praktik siwa, diperoleh hasil yang baik dengan presentase sebesar 74,4%. Hal tersebut dinyatakan baik karena dari 47 kalimat kompleks hanya ditemukan 12 kesalahan. Berdasarkan hasil analisis terdapat 35 kalimat kompleks yang benar. Berikut beberapa hasil analisis dari teks karya siswa ujian praktik. Contoh pola kalimat kompleks yang tepat.

“Pihak keluarga penjahat itu datang kerumahku ketika ingin mengungkapkan kebahagiaan mereka.

Data tersebut menunjukan dua hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor hasil yang tepat. Kalimat tersebut dinyatakan benar karena telah terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif. Klausa utama “Pihak keluarga penjahat itu datang kerumahku” dan klausa subordinatif”. Kalimat tersebut telah memenuhi aturan bentuk kalimat kompleks. Sejalan dengan pendapat Wisnu (2016: 46) yang menyatakan bahwa kalimat kompleks atau yang lazim disebut kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif.

“Ayahnya hanya tertegun dan terus membuka pintu agar pengacara muda itu datang lagi sebagai putranya.”

Data tersebut menunjukan dua hubungan klausa. Klausa (1) dengan klausa (2) memiliki hubungan subordinasi dengan jenis konjungtor tujuan yang tepat. kalimat tersebut dinyatakan benar karena telah terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif. Klausa utama “Ayahnya hanya tertegun dan terus membuka pintu” dan klausa subordinatif “agar pengacara muda itu datang lagi sebagai putranya”. Kalimat tersebut telah memenuhi aturan bentuk kalimat kompleks. Sejalan dengan pendapat Wisnu (2016: 46) yang menyatakan bahwa kalimat kompleks atau yang lazim disebut kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif.

Contoh penggunaan pola kalimat kompleks yang tidak tepat.

“Aku suka kau menyebut dirimu dengan kata aku sehingga kau memanggilku kau.”

Data tersebut menunjukan penggunaan kalimat kompleks yang tidak tepat.. Klausa (1) dengan klausa (2) tidak memiliki hubungan subordinasi karena konjungtor yang digunakan pada kalimat kompleks tersebut tidak tepat. hal tersebut sejalan dengan pendapat Wisnu, (2016: 46) yang menyatakan tanpa kehadiran klausa utama, klausa subordinatif tidak dapat berdiri sebagai kalimat yang lepas. Klausa subordinatif membutuhkan konjungtor subordinatif yang tepat. Penggunaan konjungtor yang tepat sesuai dengan kebutuhan antarklausanya adalah konjungtor sehingga. Dengan demikian, perbaikan kalimat kompleks di atas menjadi “Aku suka kau menyebut dirimu dengan kata aku sehingga kau memanggilku kau”.

Biarkan aku bertemu dengan putraku, rasa rinduku supaya berkurang.

Data tersebut menunjukan penggunaan kalimat kompleks yang tidak tepat. Klausa (1) dengan klausa (2) tidak memiliki hubungan subordinasi karena penempatan konjungtor yang digunakan pada kalimat kompleks tersebut tidak tepat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Wisnu, (2016: 46) yang menyatakan bahwa penempatan konjungtor terletak di akhir kalimat atau di awal kalimat, bukan di antara kata. Dengan demikian, perbaikan kalimat kompleks di atas menjadi “Biarkan aku bertemu dengan putraku, supaya rasa rinduku berkurang.”.

Implikasi dari penelitian ini dapat terlihat dari penjabaran sebagai berikut. Tujuan akhir dari suatu kegiatan pembelajaran adalah Evaluasi. Melalui evaluasi guru dapat menentukan ketercapaian hasil belajar siswa. Tahp penilaian dapat berlangsung diawal kegiatan pembelajaran dan pada akhir kegiatan pembelajaran. Penilaian awal dapat memberi acuan kepada guru berkenaan dengan kemampuan siswa,

(10)

10 sedangkan penilaian akhir dapat memberi acuan kepada guru mengenai hasil belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.

Teknik Tes dan non tes merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Berbagai konsep evaluasi dipadukan untuk memperoleh hasil belajar siswa. Ujian praktik adalah salah satu teknik evaluasi yang digunakan dalam melakukan penilaian keterampilan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dari hasil ujian praktik dapat dianalisis berbagai penggunaan konjungtor dan penggunaan pola kalimat kompleks berdasarkan hubungan antar klausanya, baik yang berupa kesalahan maupun ketepatan dalam penggunaannya Penguasaan penggunaan konjungtor dan kalimat, yang dalam hal ini berkaitan dengan unsur kebahasaan tertuang dalam silabus bahasa Indonesia kelas XII, salah satu contohnya ada pada KD 3.4 yang berbunyi “menganalisis struktur dan kebahasaan teks eksplanasi”.

Berdasarkan analisis dalam penelitian ini guru dapat mengetahui bagaimana ketepatan penggunaan konjungtor dan penggunaan pola kalimat kompleks berdasarkan hubungan antar klausanya. Hasil analisis ini juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah terutama guru dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai penggunaan konjungtor dan penggunaan kalimat kompleks berdasarkan hubungan antar klausanya.

SIMPULAN

Berdasarkan sajian analisis data dan hasil pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab empat, pada akhirnya diperoleh gambaran yang objektif berkenaan dengan ketepatan penggunaan konjungtor dan ketepatan penggunaan pola kalimat kompleks pada teks karya siswa ujian praktik Bahasa Indonesia kelas XII di SMA Negeri 8 Denpasar yang ditinjau dari aspek jenis-jenis konjungtor (konjungtor koordinatif, korelatif, subordinatif, dan konjungtor antarkalimat) dan ditinjau dari hubungan klausa

antarkalimat (hubungan koordinasi, subordinasi, dan hubungan campuran). Gambaran yang dimaksudkan tersebut, disampaikan sebagai simpulan sebagai berikut.

(1) Penggunaan konjungtor pada teks karya siswa ujian praktik kelas XII di SMA Negeri 8 Denpasar berjumlah 92 data penggunaan konjungtor atau konjungtor. Dari 92 data tersebut, ditemukan 12 data penggunaan konjungtor atau konjungtor yang tidak tepat dan 92 data penggunaan konjungtor yang tepat, dengan kata lain, ketepatan penggunaan konjungtor atau konjungtor oleh siswa sebesar 80,6 %. Kesalahan dalam penggunaan konjungtor, banyak ditemukan pada penggunaan konjungtor korelatif dan selebihnya siswa cenderung keliru dalam menempatkan konjungtor sesuai dengan jenisnya. Dengan demikian, ketepatan siswa dalam menggunakan konjungtor atau konjungtor masih dapat dinyatakan baik.

(2) Penggunaan pola kalimat kompleks pada teks karya siswa ujian praktik kelas XII di SMA Negeri 8 Denpasar berjumlah 47 data. Dari 47 data tersebut, ditemukan 12 kesalahan. Dengan kata lain, ketepatan penggunaan pola kalimat kompleks sebesar 74,4 %. Dengan demikian, ketepatan dalam penggunaan kalimat kompleks oleh siswa dapat dinyatakan baik.

Terkait dengan simpulan di atas, diajukan beberapa saran sebagai berikut. (1) Kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun dalam berbahasa Indonesia haruslah disadari dan diperbaiki, sehingga kesalahan maupun kekeliruan yang sama tidak terulang kembali. Dalam kaitannya dengan penggunaan konjungsi atau konjungtor dan penggunaan pola kalimat kompleks pada teks karya siswa ujian praktik Bahasa Indonesia kelas XII di SMA Negeri 8 Denpasar, guru hendaknya tidak menoleransi kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan siswa karena tanpa sadar siswa akan menganggap kesalahan maupun kekeliruan itu adalah benar. Dengan menunjukkan keselahan maupun kekeliruan yang dilakukan oleh

(11)

11 siswa, guru juga telah melakukan upaya pembinaan bahasa Indonesia yang berpengaruh pada peningkatan mutu pendidikan. (2) Penelitian ini hanya mengambil subjek yang terbatas, sehingga diharapkan ada peneliti lain yang melakukan penelitian serupa yang lebih mendalam lagi agar berdampak pada peningkatan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. (3) Siswa perlu membaca penelitian ini agar dapat memberi refleksi diri sehingga tidak akan mengulang kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan sebelumnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khusunya dalam penggunaan konjungsi dan kalimat kompleks.

Demikianlah beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai sumbangan pikiran dan turut berpartisipasi dalam usaha memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).

Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode

Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi

Offset.

Kosasih. 2014. Dasar-dasar Keterampilan

Menulis. Bandung: Yrama Widya.

Putrayasa. 2010. Analisis Kalimat (Fungsi,

Kategori, dan Peran). Bandung: PT

Refika Aditama.

Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: CV. Alfabeta.

Surakhmad, Winarno. 1995. Penguatan

Metode Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Tarigan, H. 1992. Menulis sebagai suatu

Keterampilan Berbahasa.Bandung:

Angkasa.

Wisnu. 2016. Kalimat (Seri Penyuluhan

(12)

Referensi

Dokumen terkait