• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Kampoeng Ternak Domba Mengarah Pada Pengembangan Village Breeding Centre Sebagai Salah Satu Wahana Diseminasi Balai Penelitian Ternak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model Kampoeng Ternak Domba Mengarah Pada Pengembangan Village Breeding Centre Sebagai Salah Satu Wahana Diseminasi Balai Penelitian Ternak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII

2

Badan Litbang Pertanian

Usaha ternak domba telah banyak dilakukan oleh petani di pedesaan Indonesia sebagai upaya diversifikasi usaha pokok di bidang pertanian. Secara umum manajemen pemeliharaan masih bersifat tradisional, belum mengarah pada target pendapatan (terbatas pada usaha sambilan) dan belum menerapkan inovasi teknologi maupun kelembagaan. Salah satu upaya untuk memperkenalkan inovasi teknologi Balitnak melalui kegiatan diseminasi, maka pembentukan “Kampoeng Ternak Domba” merupakan suatu terobosan yang tepat karena paket teknologi yang sudah dikemas dapat diterapkan langsung di lapangan, sekaligus sebagai langkah pengujian inovasi teknologi yang telah dihasilkan pada skala laboratorium. Penerapan teknologi yang dimaksud bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan mampu mendukung kelestarian lingkungan secara berkelanjutan.

Model “Kampoeng Ternak Domba” dirancang dalam suatu kawasan desa, dan dikembangkan melalui model usaha ternak domba dengan pola usaha agribisnis, target yang hendak dicapai telah ditentukan dan penanganan usahanya dari aspek hulu sampai dengan hilir. Konstruksi kampoeng ternak domba dirancang dalam suatu kawasan desa, di mana sebagian besar masyarakatnya (50%) dari jumlah KK diarahkan untuk memelihara ternak domba, sehingga kawasan tersebut akan menjadi sumber ternak dengan populasi yang stabil atau meningkat, dengan harapan populasi ternak domba lebih dominan dibanding dengan populasi penduduknya serta pendapatan rumah tangga yang berasal dari ternak domba berpeluang ditingkatkan menjadi >50% UMR daerah setempat (Rp, 500.000,-/bulan). Dalam jangka panjang sifat usahanya akan diarahkan sebagai “cabang usaha” bahkan dapat menjadi “usaha pokok” dengan target 50-70 persen total pendapatan petani di pedesaan berasal dari usaha ternak domba.

Kampung Ternak Domba terletak di Kampung Cinyurup, Kelurahan Juhut, Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten dibentuk sebagai Buffer Zone (kawasan penyangga) karena lokasi tersebut berbatasan dengan kawasan hutan lindung yang dapat menyediakan ketersediaan rumput lapangan dan leguminosa pohon sepanjang tahun dengan kualitas yang baik. Pola pikir yang dikembangkan adalah dengan memberdayakan masyarakat sekitar hutan melalui usaha pemeliharaan ternak domba, maka usahatani sayuran yang banyak merambah hutan sekitar dapat dikendalikan melalui usaha konservasi dan keterkaitan usahatani (integrasi tanaman – ternak). Oleh karena itu upaya rehabilitasi hutan lindung, dan

Model ”Kampoeng Ternak Domba” Mengarah Pada Pengembangan

”Village Breeding Centre”

Sebagai Salah Satu Wahana Diseminasi Balai Penelitian Ternak

“Kampoeng Ternak Domba” adalah suatu model pengembangan

ternak domba berbasis sumberdaya lokal potensial, melalui introduksi

teknologi bibit domba “Komposit Unggul Balitnak” sebagai langkah

pendukung sumber pendapatan baru petani yang terintegrasi dengan

tanaman hortikultura, dan mampu menjaga kelestarian lingkungan

(buffer zone management)

(2)

3

Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII Badan Litbang Pertanian

diversifikasi ataupun pengalihan prioritas usaha dari menanam sayuran di kawasan hutan menjadi usahatani ternak terpadu menjadi salah satu sasaran yang hendak dicapai, di samping upaya peningkatan pendapatan petani.

Pemilihan lokasi pengembangan berdasarkan pada potensi yang dimiliki wilayah dimaksud, seperti: sumber hijauan pakan yang melimpah, pengalaman masyarakat dalam memelihara ternak domba, peluang pasar yang terbuka, dan adanya kelompok tani yang sudah berjalan cukup baik, serta pertimbangan minat peternak yang sangat mendukung. Oleh karena itu konsep agribisnis untuk memanfaatkan keunggulan komparatif (comparative advantage) menjadi keunggulan kompetitif (competitive advantage) dapat diimplementasikan.

Tujuan

Menyelenggarakan pelayanan dan penyebaran hasil penelitian pada masyarakat

secara optimal.

Menjalin kerjasama penelitian dan pengembangan inovasi teknologi

produk-•

produk unggulan sebagai wujud dari respon masyarakat.

Kampoeng Ternak sebagai salah satu bentuk chanel diseminasi yang efektif.

Sebagai area buffer zone (kawasan penyangga) agar masyarakat tidak lagi

merambah hutan, dengan adanya kesibukan dalam usaha memelihara ternak domba.

Tahapan Pembentukan Kampoeng Ternak Domba

Inisiasi dengan pemangku kepentingan

RRA minimal di 3 lokasi calon kampoeng ternak

PRA pada salah satu desa terpilih

Pelatihan

Persiapan sarana dan prasarana kandang

Persiapan penanaman TPT

Pemasukan ternak

Pendampingan

Monitoring dan Evaluasi

Kampoeng Ternak Domba

Untuk merancang konsep model “Kampoeng Ternak Domba” langkah pertama yang dilakukan adalah inisiasi melalui pendekatan dengan Pemda, dan diperlukan untuk mendukung program yang akan dijalankan, yang dalam jangka panjangnya dapat membentuk “Icon” spesifik wilayah agro-ekosistem, dan dapat digunakan sebagai ajang pembelajaran bagi wilayah lainnya dalam merancang strategi pengembangan wilayah. Inisiasi dilakukan melalui pembentukan “POKJA” (Kelompok Kerja) yang anggotanya terdiri dari staf Pemda, dalam hal ini Dinas Pertanian dan Peternakan sebagai penguasa wilayah, Balai Pengkajian Teknologi (BPTP) sebagai ujung tombak dalam pendampingan teknologi di lapangan, Balitnak sebagai agen inovasi teknologi spesifik lokasi dan kelembagaan yang disesuaikan dengan kondisi setempat (Gambar 1). Target yang hendak dicapai adalah: wilayah Kelurahan Juhut diarahkan sebagai wilayah sumber bibit doba komposit (Village Breeding Centre) yang mampu mensuplai kebutuhan ternak domba bagi wilayah lainnya. Selain dari pada itu wilayah yang dimaksud dapat dijadikan tempat

(3)

4

Badan Litbang Pertanian Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII

pembelajaran atau magang bagi calon peternak domba baru (Taining centre). Tahapan kegiatan pembentukan kampoeng ternak dengan langkah-langkah :

Kegiatan perencanaan dibahas oleh “POKJA” (kelompok kerja) yang melibatkan

1.

pihak Pemda, BPPT, dan Balitnak (sebagai pencetus), hal tersebut terkait dengan penentuan lokasi, kontribusi masing-masing institusi dalam pelaksanaan, termasuk upaya fasilitasi dalam mencari investor pengembangan model di lokasi. Kegiatannya dilakukan secara rutin termasuk apa yang harus dilakukan dan siapa melakukan apa.

Gambar 1. Konsep pembentukan dan target output yang akan dicapai dalam pembentukan kampoeng ternak domba.

Pelaksanaan kegiatan Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam melakukan

2.

identifikasi kemampuan daya dukung pakan yang tersedia, potensi sumber daya manusia (SDM), faktor pasar dan lainnya, sehingga dalam jangka panjang mampu berperan secara aktif dan berkelanjutan. Sedangkan antisipasi target peningkatan populsi sesuai yang diprogramkan (gambar 2). Pihak kooperator penerima ternak dan sistem pergulirannya dibentuk melalui zona-zona pengembangan secara bertahap. Identifikasi lokasi digambarkan melalui transek biofisik wilayah, sumberdaya manusia, kemungkinan model integrasi, serta pertimbangan model pembuatan kandang kelompok yang dikaitkan dengan model sanitasi lingkungan yang sehat. Analisis agro-ekosistem digunakan sebagai alat identifikasi wilayah, sehingga dapat terlihat prospek pengembangan yang ditargetkan dan kemungkinan pencapaiannya dengan memperhatikan potensi sumberdaya yang tersedia.

(4)

5

Badan Litbang Pertanian Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII

Pemaparan hasil PRA pada beberapa stakeholders (aparat Pemda setempat, Dinas

3.

Peternakan, Pertanian, Kehutanan, dll.), dilakukan untuk menjalin kesepakatan, sinkronisasi dan dukungan, karena program yang hendak dijalankan dirancang untuk dapat bermanfaat bukan hanya di pihak Dinas Peternakan saja, tetapi bersifat lintas institusi di antaranya kehutanan, lingkungan hidup, dan dapat dikaitkan dengan program pendukung lainnya seperti program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.

Ketinggian 700 -400 m 400 – 300 m 300 – 250 m

Kesubiran Sangat Subur Subur Sedang

Kampung Cinyurup

Sanin Ciodeng Balangenong Kadukupa

Cangkoang Kadu limus Kadu salak Juhud Dalamaki Mauk

Vegetasi Sayuran Sengon

Cengkeh Afrika Kopi Advokat Melinjo Jengkol Pisang Cengkeh Melinjo Kopi jengkol Pisang Pete Kelapa Pisang Padi (10 ha) Cengkeh Pisang Sengon Duren Padi (20 ha)

Pop Penduduk Padat Sedang Padat

Pek Penduduk Tani (90 %)

Buruh tani Tani (20 %) Pedagang Pegawai Tani 20%) Pegawai Pedagang

Pop Domba Padat Rendah Rendah

H. Pakan Tinggi Sedang Rendah

Masalah Modal Usaha Modal Usaha Kurang air

J A L A N P R O P I N S i KAWASAN HUTAN SAYURAN TAN TAHUNAN TERNAK DOMBA

BARAT LAUT TENGGARA

TRANSEK BIOFISIK DESA JUHUT

Gambar 2. Gambaran umum analisis agro-ekosistem dalam rancangan awal perencanaan pengembangan “Kampoeng Ternak Domba”.

Tahap berikutnya menentukan kooperator awal dengan persyaratan bahwa

4.

petani yang akan bergabung sudah mempunyai pengalaman dalam memelihara ternak domba, mampu menerima inovasi secara aktif, serta kooperatif dalam upaya kerja kelompok yang dicanangkan sebagai pengembangan zona I (awal pengembangan), sambil mempersiapkan calon kooperator zona II, dan zona-zona berikutnya, sehingga target pengembangan dapat tercapai secara bertahap. Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, terutama yang berkaitan

5.

dengan konsep agribisnis, dilakukan melalui program pelatihan, terutama dari aspek on-farm (breeding, feeding, dan manajemen), penanganan pasca panen, dan kelembagaan pemasaran hasil produksi. Beberapa petani yang pengetahuannya cukup menonjol dipersiapkan sebagai pelopor, yang dapat berperan aktif dalam perencanaan pengembangan program atau dapat berperan sebagai nara sumber, pelatih atau pengajar di lokasi pada waktu selanjutnya.

Peran

Peranan Kampoeng Ternak Domba yang telah dibangun dan masih terus dikembangkan oleh Balitnak, BPTP Banten dan Pemda setempat akan menjadi salah satu kawasan sumber bibit dan bakalan penghasil daging, setidaknya untuk wilayah kabupaten Pandeglang khususnya, dan Propinsi Banten yang merupakan daerah penyangga ibu kota serta propinsi lain yang berdekatan yakni Jawa Barat dan Lampung secara umum.

Konsep Dasar Dalam Mendukung Target Pendapatan Peternak Berkelanjutan

(5)

Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII

6

Badan Litbang Pertanian

model pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan secara optimal potensi sumberdaya lokal yang tersedia, melalui integrasi domba dan tanaman hortikultura, sebagai wujud diversifikasi usaha dan sumber pendapatan baru bagi petani. Kegiatan ini juga diarahkan untuk mampu mendukung kelestarian lingkungan, mengingat wilayah pengembangan kampoeng ternak berbatasan langsung dengan kawasan hutan konservasi. Selain dari pada itu pembentukan kampoeng ternak dapat dijadikan sebagai “Show Window” dalam pengembangan ternak domba yang dilakukan oleh pihak pemerintah daerah setempat, dan dapat direplikasi ke daerah lain yang sesuai dengan kondisi agro-ekosistemnya. Di dalam mendukung target pendapatan bulanan maka faktor skala usaha merupakan pertimbangan yang harus diterapkan dalam pola usaha pembibitan, agar usaha tersebut mengarah pada konsep agribisnis berkelanjutan (target pendapatan rutin).

Skala usaha pemeliharaan ternak yang diarahkan untuk setiap peternak dapat memelihara 8 ekor induk dan 1 ekor pejantan, atas dasar pertimbangan Laju Reproduksi Induk (LRI) yang menggambarkan jumlah anak yang dilahirkan untuk seekor induk dalam waktu satu tahun adalah 2 ekor. Sehingga dengan memelihara 8 ekor induk dapat dihasilkan anak sebanyak 16 ekor per tahun, apabila jarak beranak (lambing interval) dicapai dalam waktu 8 bulan (3 bulan masa kosong dan 5 bulan bunting). Apabila target lambing interval tidak dapat dicapai dalam waktu 8 bulan, maka skala usaha 12 ekor dapat dilakukan, dengan manajemen perkawinan yang tepat maka tiap peternak mampu menjual 1 ekor anak setiap bulannya (tergantung besar kecilnya domba) dengan harga jual minimal Rp. 400.000, - Rp. 700.000,-/ekor tergantung bangsa domba yang dijual, dan waktu penjualannya karena pada saat idul fitri dan lebaran haji tingkat harga biasanya lebih tinggi.

Rataan tingkat kepemilikan ternak domba pada saat ini sekitar 4 ekor betina dewasa per peternak, dengan penghasilan yang diharapkan sebesar 4 X 1,5 per kelahiran atau sama dengan 6 ekor anak per tahun. Apabila 3 ekor dijual pada waktu lebaran dengan rataan harga yang lebih baik yakni: Rp 700.000,- dan 3 ekor lagi dijual di luar waktu lebaran yang harga jualnya lebih rendah sekitar Rp 400.000,-, maka perkiraan pendapatan dapat diperhitungkan: (3 x Rp 700.000,-) + (3 X Rp 400.000,-) = Rp 3.300.000/peternak/tahun atau Rp 275.000,-/peternak/bulan. Sedangkan nilai UMR untuk wilayah kabupaten Pandeglang sebesar Rp 964.500,-/bulan (2010). Maka pendapatan rumah tangga yang memiliki 4 ekor induk dewasa mempunyai andil 28,5% (275.000/964.500 x 100%) yang berarti pendapatan yang berasal dari ternak domba tersebut belum mencapai >50% UMR. Namun demikian sesuai dengan skenario pembentukan kampoeng ternak domba, maka jumlah kepemilikan induk akan bertambah menjadi 8 ekor pada awal tahun 2012, sehingga tingkat pendapatan peternak akan meningkat menjadi >50% dari UMR. Pada awal tahun 2012 tersebut setiap peternak penerima bantuan sudah dapat melunasi seluruh kewajibannya dengan jalan mengembalikan ternak sejumlah 2 ekor kepada Dinas Peternakan setempat. Pada saat tingkat kepemilikan induk menjadi 8 ekor betina dewasa/ peternak, maka perkiraan penghasilan per peternak dapat diprediksikan sebesar = 8 x 1,5 per kelahiran = 12 ekor/ tahun. Oleh karena itu tingkat pendapatannya akan menjadi (3 x Rp 700.000,-) + (9 x Rp 400.000,-) = Rp 5.700.000,-/peternak/tahun atau Rp 475.000/bulan/peternak atau setara dengan >50% UMR (Gambar 3). Target tersebut diupayakan secara bertahap sehingga peternak tidak terlalu sulit dalam adaptasi penyediaan kebutuhan rumput (alokasi tenaga kerja).

(6)

7

Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII Badan Litbang Pertanian

Introduksi Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Pendukung kampoeng Ternak Bibit ternak domba yang diharapkan mampu berkembang adalah bibit ternak unggul dari teknologi kawin silang yang dilakukan oleh para pakar pemuliabiakan BALITNAK, dan sudah teruji pada kondisi laboratorium, telah diintroduksikan ke dalam kawasan kampoeng ternak sejak pembentukannya. Bibit unggul yang dimaksud adalah domba komposit yang terdiri dari 3 rumpun yakni :

a). Komposit Garut yang merupakan domba hasil persilangan 25 % Moulton Charolais, 25 % St. Croix, dan 50 % Lokal Garut, dengan keunggulan : 1). Memiliki daya adaptasi lebih tinggi di daerah tropis, 2). Memiliki pertumbuhan lebih cepat, 3). Mempunyai jumlah anak sekelahiran sama dengan domba lokal, dan 4). Mampu melahirkan sepanjang tahun.

b). Domba Komposit Sumatera adalah domba dari hasil persilangan antara Domba Barbados Blackbelly (25 %), St. Croix (25 %), dan 50 % Lokal Sumatera, dengan keunggulan : 1). Memiliki daya adaptasi lebih tinggi di daerah tropis, 2). Memiliki pertumbuhan lebih cepat, 3). Lebih tahan terhadap penyakit cacing (haemonchus sp dan fasciola sp.), 4). Mempunyai sifat Prolifik seperti domba lokal, dan 5). Siklus reproduksi tidak dipengaruhi oleh musim.

c). Barbados Cross yakni domba dari hasil persilangan antara domba Barbados dengan domba lokal, yang memiliki daya adaptasi yang baik dengan lingkungan di wilayah Indonesia, di samping memiliki postur tubuh yang besar dan dapat dijadikan sebagai domba pedaging.

0 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 bulan ke jumlah (ekor)

induk pejantan anak muda

Gambar 3. Target skala pemilikan induk 8 ekor dan 1 pejantan, kaitannya dengan persiapan kapasitas tampung kandang.

d). Pada awal pembentukan Kampoeng Ternak Domba, setiap peternak yang tergabung dalam kelompok peternak akan menerima seekor domba betina dewasa yang sudah dikawinkan. Sedangkan domba jantan dipelihara secara kelompok dan dapat digunakan oleh setiap anggota kelompok. Setiap peternak yang menerima 1 ekor ternak domba betina, wajib mengembalikan 2 ekor ternak domba dewasa ke Dinas Peternakan kabupaten dalam waktu 3 tahun. Kemudian ternak tersebut akan digulirkan kembali kepada peternak lain. Untuk

(7)

8

Badan Litbang Pertanian Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII

kelompok peternak yang menerima 1 ekor ternak domba jantan dewasa wajib mengembalikan 1 ekor ternak dengan umur yang sama setelah 3 tahun.

Introduksi rumpun domba yang dimaksud juga didistribusikan melalui kegiatan penelitian “Uji Multi Lokasi Domba Komposit” di mana dalam kegiatan tersebut disebarkan 3 rumpun domba komposit masing-masing sebanyak 8 ekor induk dan 18 ekor domba pejantan komposit dari berbagai rumpun. Pendistribusian pejantan komposit di lokasi kampoeng ternak dimaksudkan untuk dapat mengawini betina lokal yang ada sehingga dapat memperbaiki kualitas anak yang dilahirkan, seperti memiliki bobot lahir yang tinggi, pertumbuhan cepat, dan diperoleh bobot dewasa yang lebih tinggi dibanding dengan domba lokal yang ada, sehingga mamiliki nilai jual yang lebih baik. Pada kondisi lapang ternyata ternak yang diintroduksikan tersebut dapat berkembang dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari dukungan ketersediaan pakan hijauan yang bervariasi, termasuk ketersediaan tanaman leguminosa pohon yang mempunyai nilai gizi yang baik.

Sucses story Pengembangan “Kampoeng Ternak Domba” di Kelurahan Juhut, Pandeglang.

Pengembangan “Kampoeng Ternak Domba” dimulai pada pertengahan tahun 2009, dan sampai dengan saat ini sudah berjalan sekitar 2 tahun. Dalam dekade 2 tahun tersebut telah terjadi perkembangan baik di tingkat kelompok maupun perkembangan pembangunan infrastruktur di lokasi. Sinergi lintas institusi terjalin dengan baik melalui kerjasama dan koordinasi. Badan Litbang Pertanian (Balitnak dan BPTP Propinsi Banten) berperan sebagai pemasok paket teknologi spesifik, dan pendampingan. Dinas Peternakan Propinsi/Kabupaten setempat bersama Instansi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang terkait bertugas memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Beberapa indikator keberhasilan kampoeng ternak dapat disebutkan, antara lain:

Sampai dengan tahun 2010 beberapa lembaga, baik pemerintah, swasta, LSM,

1.

dan lembaga perorangan telah berperan aktif dalam membesarkan kampoeng ternak di Kelurahan Juhut, Pandeglang. Sembilan lembaga pemerintah telah menginvestasikan 341 ekor yang terdiri dari 35 jantan dan 306 betina; satu lembaga swasta dengan 36 ekor ternak betina, dan delapan lembaga yang bersifat perorangan telah berperan dalam menginvestasikan 33 ekor jantan dan 63 ekor betina, sehingga dapat digunakan sebagai modal usaha oleh peternak utamanya dalam bentuk bibit ternak domba. Sedangkan lembaga yang terkait dalam usaha pengembangan kampoeng ternak domba antara lain: Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten, Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan, dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Pandeglang, BP2KH Propinsi Banten, BPTP Propinsi Banten, dan Balai Penelitian Ternak Ciawi. Hal ini mencerminkan sinergi yang baik antar lembaga yang terkait, baik di tingkat pusat dan daerah.

Pada saat ini tercatat sebanyak 76 KK dari 317 KK merupakan peternak domba.

2.

Populasi ternak domba sebelum adanya kampoeng ternak sebanyak 321 ekor, dan merupakan jenis ternak lokal yang kualitasnya kurang bagus karena perkawinan sedarah (in breeding) yang sudah berlangsung lama. Di samping itu perawatan ternak hanya dilakukan seadanya karena keterbatasan pengetahuan peternak,

(8)

9

Badan Litbang Pertanian Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII

terutama dalam manajemen pemeliharaannya. Jumlah ternak setelah introduksi teknologi dari BALITNAK dan pendampingan BPTP propinsi Banten, maka pada tahun 2009 jumlah populasi ternak meningkat menjadi 1.037 ekor. Peningkatan populasi ternak selama kurun waktu dua tahun tersebut, sebagian besar berasal dari hasil perkembangbiakan bibit ternak bantuan dari beberapa lembaga, yakni pemerintah = 649 ekor, investor perorangan = 91 ekor, milik masyarakat = 297 ekor. Sehingga terjadi peningkatan populsi sebesar 716 ekor (1.037 ekor – 321 ekor). Bibit unggul yang diintroduksikan oleh BALITNAK berupa domba komposit

3.

Garut, domba komposit Sumatera dan Barbados cross, dari bantuan pertama sebanyak 15 ekor (5 ekor jantan dan 10 ekor betina) sudah berkembang menjadi 35 ekor (15 ekor induk; 10 ekor anak jantan; dan 10 ekor anak betina). Perkembangan ternak dari hasil introduksi tahap kedua sebanyak 27 ekor (3 ekor ternak jantan, 24 ekor betina) sudah berkembang menjadi 56 ekor (27 ekor induk, dan 29 ekor anak).

Meskipun kegiatan pendampingan dan pengawalan kampoeng ternak domba

4.

di di desa Juhut, Pandeglang baru berjalan selama dua tahun sejak tahun 2009. Namun sudah mulai nampak terjadinya pergeseran dalam hal pemilihan jenis ternak domba. Pada awalnya sebelum ada introduksi bibit ternak domba komposit unggul BALITNAK masyarakat masih fanatik memilih ternak yang bertanduk layaknya domba Garut. Namun setelah membandingkan perkembangan hasil anakan domba komposit, baik Sumatera maupun Garut dengan anakan domba lokal umur yang sama, ternyata pertumbuhan bobot badan dan penampilan domba komposit lebih cepat dan jauh lebih besar. Sehingga pada saat ini masyarakat lebih memilih ukuran tubuh dan laju pertumbuhannya dibanding ternak yang bertanduk, karena dipandang lebih menguntungkan. Hal ini menunjukkan tingkat penerimaan yang baik terhadap bibit domba komposit BALITNAK di samping tingkat kesesuaian lingkungan tumbuhnya.

Kelembagaan kelompok semakin berkembang dan kompak, dengan salah satu

5.

indikatornya bahwa pada saat ini kelompok tani kampoeng ternak domba telah memiliki kandang kelompok, yang dibangun dari uang hasil iuran anggota

Gambar 4. Bobot lahir domba komposit yang tampak besar dan kembar 2 (kiri). Domba komposit umum 5 bulan ditawar Rp.700.000,- (kanan) pada kondisi lapang.

(9)

Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII

10

Badan Litbang Pertanian

kelompok. Pembangunan kandangnya terletak di suatu kawasan yang sengaja dibeli oleh kelompok dimaksud. Keuntungan dibangunnya kawasan kandang kelompok antara lain aspek sanitasi lingkungan semakin baik, lokasi kandang di dekat rumah sudah mulai berkurang. Pembangunan kandang kelompok menempati empat lokasi yang berbeda, sebagai langkah antisipasi perbaikan sanitasi lingkungan.

Ditinjau dari aspek konservasi kawasan hutan, awalnya banyak masyarakat yang

6.

mengambil kayu di hutan untuk dijual. Dilaporkan saat ini kasus tersebut telah berkurang karena kesibukan masyarakat dalam usaha ternak domba, di samping faktor ekonomi yang telah berangsur terpenuhi dari usaha integrasi domba-sayuran, termasuk pemanfaatan kompos yang berasal kotoran domba yang digunakan sebagai pupuk tanaman hortikultura.

Kondisi infrastruktur berupa jalan desa sudah dilakukan pengaspalan dan

7.

pengecoran oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pandeglang, karena dinilai bahwa kampoeng ternak domba merupakan pengungkit keberhasilan pemberdayaan masyarakat yang mengarah pada masyarakat mandiri. Bahkan kenyataan menunjukkan bahwa pesona kampoeng ternak domba dan dinamika kelompoknya mampu menyedot beberapa tamu penting antara lain: Rombongan DPRD Kabupaten, dan Provinsi, Wakil Menteri Pertanian, Lembaga Swadaya Masyarakat PUM (Belanda), dan pengalokasian bantuan program lainnya (PUAP), PNPN Mandiri, serta rencana program pemerintah kabupaten Pandeglang menjadikan kawasan Kampoeng Ternak Domba sebagai kawasan “Agro Wisata Terpadu”.

Langkah ke depan diharapkan dengan peningkatan populasi dan pengembangan

8.

peternakan domba, akan terjawab “Mimpi” para paternak yakni model integrasi yang terfokus pada kawasan kandang kelompok, dengan skala 8 induk 1 pejantan, terkonsentrasi dalam satu kawasan kandang kelompok. Kotoran ternak digunakan sebagai kompos yang bermanfaat sebagai pupuk tanaman sayuran, sehingga dapat diproduksi “Sayuran Organik Juhut” yang memiliki nilai jual tinggi dan diharapkan mampu bersaing di arena usaha agribisnis pedesaan. Sehingga konsep akhir yang akan dikemas adalah terbangunnya model integrasi secara penuh antara ternak domba - sayuran yang berwawasan lingkungan, didukung oleh keberadaan industri kompos, sumber energi bio gas dengan teknologi de komposer yang merupakan inovasi baru dari model integrasi (Gambar 5).

Rekomendasi Tindak Lanjut

1). Pada saat ini program “Kampoeng Ternak Domba” telah menunjukkan tingkat keberhasilan yang cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan keterlibatan pihak Bank Indonesia (BI) yang telah melakukan studi kelayakan usaha ternak domba di Kelurahan Juhut. Hasil yang dilaporkan dan telah dipaparkan di BAPPEDA Kabupaten Pendeglang diperoleh nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 34 persen, yang menunjukkan bahwa investasi yang ditanamkan dalam usaha ternak domba layak dibiayai pada tingkat bunga Bank 34 persen. Sedangkan bunga bank yang berlaku pada saat ini hanya mencapai 12 persen. Oleh karena itu program “replikasi kampoeng ternak” beberapa lokasi dengan kucuran kredit BI, dan rekomendasi Dinas Peternakan sebagai “avalist” sangat

(10)

11

Edisi 14-20 Desember 2011 No.3435 Tahun XLII Badan Litbang Pertanian

memungkinkan dalam program pengembangan wilayah khususnya sub-sektor peternakan domba.

2). Dalam mendukung kegiatan Uji Multi Lokasi sekaligus pengembangan Kampoeng Ternak domba, pihak peneliti Balitnak berencana melakukan program “Sinkronisasi Berahi” pada induk domba yang belum bunting. Dilaporkan ada 82 ekor dalam 1 kelompok. Dengan sinkronisasi dan perkawinan alam secara kelompok, diharapkan pada bulan September 2011 akan terjadi kelahiran serentak. Apabila jumlah anak sekelahiran (Litter Size) sebesar 1,5 ekor maka anak yang akan dihasilkan dapat mancapai 120 ekor, berbarengan dengan ketersediaan pakan hijauan yang melimpah, sehingga tingkat mortalitas akan dapat ditekan. Kondisi demikian dapat dimanfaatkan sebagai ajang mempromosikan program “Panen Cempe Komposit” di kampoeng ternak desa Juhut, Pandeglang. Dalam kesempatan tersebut diharapkan dapat hadir tamu-tamu penting seperti: Bupati Pandeglang, Gubernur Banten, Kepala Badan Litbang Pertanian, Dirjen Peternakan, bahkan juga Menteri Pertanian dan pejabat lain yang terkait. Harapan yang muncul dari para pendiri Kampoeng Ternak Domba, bahwa lokasi di desa Juhut, Pandeglang mampu mengangkat citra Kabupaten Pandeglang dalam mendukung keberhasilan pengembangan peternakan khususnya usaha ternak domba.

Isbandi Seksi Jasa Penelitian Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor

Gambar 5. Pembangunan kandang kelompok dengan swadaya (kiri). Dan alternatif konsep model pengembangan ternak domba dalam menjaga konservasi kawasan hutan, melalui pemberdayaan ekonomi ke arah pola agribisnis (kanan).

Gambar

Gambar 1. Konsep pembentukan dan target output yang akan dicapai dalam pembentukan kampoeng  ternak domba.
Gambar 2. Gambaran umum analisis agro-ekosistem dalam rancangan awal perencanaan  pengembangan
Gambar 3. Target skala pemilikan induk 8 ekor dan 1 pejantan, kaitannya dengan persiapan kapasitas  tampung kandang.
Gambar 4. Bobot lahir domba komposit yang tampak besar dan kembar 2 (kiri). Domba komposit umum 5  bulan ditawar Rp.700.000,- (kanan) pada kondisi lapang.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari tahun 1945 sampai pada masa kini Islam masih bergulat dengan negara Indonesia, pergulatan tersebut dapat dilihat dari beberapa periode yang oleh Ismail (2017)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh metode problem solving secara algoritmik dan heuristik terhadap prestasi aspek pengetahuan, sedangkan pada prestasi

Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara social support dan resilience of efficacy pada remaja atlet bulutangkis di Surabaya

Hasil penelitian tentang Analisis Hasil Belajar Pengetahuan “Mengolah Hot And Cold Appetizer Atau Salad” Sebagai Kesiapan Tes Uji Kompetensi Makanan Kontinental pada

Posisi lawan bicara apakah sama /lebih tinggi dari si pembicara, ataupun sama-sama berada dalam satu kelompoknya/ diluar kelompoknya, bahkan tidak memahami orang yang berada di

Nyala pada 7-segment dapat diatur sedemikian rupa sesuai yang diinginkan, pada percobaan ini penyalaan yang terjadi ialah hitung mundur angka dari 9 ke 0

Mengenai masalah waris sudah banyak yang telah membahasnya, namun dalam waris, yang mana anak perempuan meng-hijab saudara laki-laki sekandung belum ada yang mengkaji,

Bahwa benar, atas perbuatan Terdakwa yang tidak memenuhi janjinya , Saksi-2 dan Saksi-1 Saksi merasa kecewa karena ekonomi rumah tangganya menjadi berantakan