• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Skizofrenia Paranoid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Skizofrenia Paranoid"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

B

Ba

agi

gi a

an I

n I lm

lmu K

u Ke

ed

do

okte

kterra

an J

n Jiiw

wa

a

RSD MadaniPalu

RSD MadaniPalu

F

F a

aku

kulta

ltas K

s Ke

ed

do

okkte

terra

an D

n Da

an I

n I lm

lmu K

u K e

ese

sehat

hata

an Un

n Uniive

verrsi

sita

tas T

s Tad

adulako

ulako

REFERAT

REFERAT

SKIZOFRENIA PARANOID

SKIZOFRENIA PARANOID

DISUSUN OLEH: DISUSUN OLEH: Ani Bandaso Ani Bandaso N 111 16 008 N 111 16 008 PEMBIMBING: PEMBIMBING:

dr. Nyoman Sumiati, M.Biomed., Sp.KJ dr. Nyoman Sumiati, M.Biomed., Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSU ANUTAPURA RSU ANUTAPURA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO UNIVERSITAS TADULAKO PALU PALU 2017 2017

(2)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa seluruh dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan indsutrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor semakin modern dan indsutrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor  psikososialnya, yang pada

 psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit jatuh sakit karena tidakkarena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia11..

Gangguan jiwa merupakan gangguan pada pikiran, perasaan, atau perilaku Gangguan jiwa merupakan gangguan pada pikiran, perasaan, atau perilaku yang mengakibatkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Skizofrenia yang mengakibatkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas proses pikir, adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan autisme. abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu

tidak terganggu22..

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%  penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala

 penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofreniaskizofrenia  biasanya

 biasanya muncul muncul pada pada usia usia remaja remaja akhir akhir atau atau dewasa dewasa muda. muda. Onset Onset pada pada laki-lakilaki-laki  biasanya

 biasanya antara antara 15-25 15-25 tahun tahun dan dan pada pada perempuan perempuan antara antara 25-35 25-35 tahun. tahun. PrognosisPrognosis  biasanya

 biasanya lebih lebih buruk buruk pada pada laki-laki laki-laki bila bila dibandingkan dibandingkan dengan dengan perempuan. perempuan. OnsetOnset setelah umur 40 tahun jarang terjadi

setelah umur 40 tahun jarang terjadi22

Ada beberapa subtipe dari skizofrenia pada DSM

Ada beberapa subtipe dari skizofrenia pada DSM  –  – IVIV  –  –  TRTR mengklasifikasikan subtipe skizofrenia sebagai paranoid, hebefrnik, katatonok, mengklasifikasikan subtipe skizofrenia sebagai paranoid, hebefrnik, katatonok, tak terdiferensiasi, dan residual

tak terdiferensiasi, dan residual33.. Pada

Pada referat referat ini ini akan akan dibahas dibahas mengenai mengenai salah salah satu satu tipe tipe skizofrenia skizofrenia yaituyaitu tipe paranoid. Jenis skizofrenia ini agak berbeda dari jenis-jenis yang lain dalam tipe paranoid. Jenis skizofrenia ini agak berbeda dari jenis-jenis yang lain dalam  jalannya je

 jalannya jenis nis penyakit. penyakit. Jenis Jenis ini ini mulai mulai sesudah umur sesudah umur 30 30 tahun, penderita tahun, penderita mudahmudah tersinggung, cemas, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada tersinggung, cemas, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. Hal ini dilakukan penderita karena adanya waham kebesaran dan atau orang lain. Hal ini dilakukan penderita karena adanya waham kebesaran dan atau waham kejar ataupun tema lainnya disertai juga dengan halusinasi

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISI

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti “terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal1.

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada  perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya4.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian4.

Jenis skizofrenia ini agak berbeda dari jenis-jenis yang lain dalam  jalannya jenis penyakit. Jenis ini mulai sesudah umur 30 tahun, penderita mudah tersinggung, cemas, suka menyendiri, agak congkak dan kurang  percaya pada orang lain. Hal ini dilakukan penderita karena adanya waham

kebesaran dan atau waham kejar ataupun tema lainnya disertai juga dengan halusinasi yang berkaitan3.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode  pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan  biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapat membantu mereka melewati

(4)

 penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan  perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik 2.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak 2.

2.2 ETIOLOGI

Skizofrenia didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal namun kategori diagnostiknya mencakup sekumpulan gangguan, mungkin dengan kausa heterogen tapi dengan perilaku yang sedikit banyak berupa. Pasien skizofrenia menunjukan presentasi klinis, respons terhadap terapu dan  perjalan penyakit yang berbeda-beda. 1

Biokimia

Etiologi biokimia skizofrenia belum diketahui. Hipotesis yang paling  banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral yaitu terjadinya  peningkatan aktivitas dopamine sentral (hipotesis dopamine). Hipotesis ini

dibuat berdasarkan tiga penemuan utama : 2

1. Efektivitas obat-obat neuroleptic (misalya fenotiazin) pada skizofrenia, ia  bekerja memblok reseptor dopamine pasca sinaps (tipe D2).

2. Terjadinya psikosis akibat penggunaan amfetamin. Psikosis yang terjadi sukar dibedakan, secara klinik, dengan psikosis skizofrenia paranoid akut. Amfetamin melepaskan dopamine sentral. Selain itu, amfetamin juga memperburuk skizofrenia.

3. Adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus akumben, dan putamen pada skizofrenia.

(5)

Penelitian reseptor D1, D5, dan D4, saat ini tidak memberika banyak hasil. Teori lain yaitu peningkatan serotonin disusunan saraf pusat (terutama 5HT2A) dan kelebihan NE di forebrain limbic (terjadi pada beberapa penderita

skizofrenia). Setelah pemberian obat yang bersifat antagonis terhadap neurotransmitter tersebut terjadi perbaikan klinik skizofrenia. 2

Genetika

Skizofrenia mempunyai komponen yang diturunkan secara signifikan, kompleks dan poligen. Sesuai dengan penelitian hubungan darah, skizofrenia adalah gangguan bersifat keluarga (misalnya terdapat dalam keluarga). Semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi resiko. Pada penelitian anak kembar, kembar monozigot mempunyai resiko 4-6 kali lebih sering menjadi sakit bila dibandingkan dengan kembar dizigot. Pada penelitian adopsi, waktu lahir, oleh keluarga normal, peningkatan angka sakitnya sama dengan bila anak-anak tersebut diasuh sendiri oleh orang tuanya yang skizofrenia. Frekuensi kejadian gangguan non-psikotik meningkat pada keluarga skizofrenia dan secara genetic dikaitkan dengan gangguan kepribadian ambang dan skizotipal, gangguan obsesif-kompulsi, dan kemungkinan dihubungkan dengan gangguan kepribadian paranoid dan anti sosial. 2

Faktor Keluarga

Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang sering  pulang kerumah sering relaps pada tahun berikutnya bila dibandingkan dengan pasien yang ditempatkan residensial. Pasien yang berisiko adalah  pasien yang tinggal bersama keluarga yang hostilitas, memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangat protektif terhadap pasien, terlalu ikut campur, sangat pengeritik. Pasien skizofrenia sering tidak dibebaskan oleh keluarganya. Beberapa peniliti mengidentifikasikan suatu cara komunikasi yang patologi dan aneh pada keluarga-keluarga skizofrenia. Kemunikasi sering samar-samar atau tidak jelas dan sedikit tidak logis. Pada tahun 1956,

(6)

 betson menggambarkan suatu karateristik “ikatan ganda” yaitu pasien sering diminta oleh anggota keluarga untuk merespon pesan yang bentuknya kontradiksi sehingga membingungkan. Penelitian terbaru menyatakan bahwa  pola komunikasi keluarga tersebut meungkin disebabkan oleh dampak

memiliki anak skizofrenia. 2

2.3 EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1 %, yang berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia selama masa hidupnya. Studi epidemiologi Catchman Area (ECA) yang disponsori National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan  prevalensi seumur hidup sebesar 0,6-1,9 %. Menurut DSM-IV-TR, insidensi tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5-5,0 per 10 000 dengan beberapa variasi geografik (contoh, insidens lebih tinggi pada orang yang lahir di daerah perkotaan di negara maju). Skizofrenia ditemukan pada semua masyarakat dan area geografis dan angka insidens serta prevalensinya secara kasar merata di seluruh dunia. Di A.S kurang lebih 0,05 % populasi total menjalani pengobatan untuk skizofrenia setiap tahun dan hanya sekitar setengah dari semua pasien skizofrenia mendapatkan pengobatan, meskipun  penyakit ini termasuk penyakit berat.2

2.4 GAMBARAN KLINIS

Pembahasan tanda dan gejala klinis skizofrenia mencuatkan tiga isu utama. Pertama , tidak ada tanda atau gejala yang patognomonik untuk skizofrenia; tiap tanda atau gejala yang tampak pada skizofrenia dapat terjadi  pada gangguan pskiatrik dan neurologis lain. Pengamatan ini bertentangan dengan opini klinis yang sering terdengar bahwa tanda dan gejala tertentu  bersifat diagnostic untuk skizofrenia. Oleh sebab itu, riwayat esensial untuk

diagnosis pasien skizofrenia ; klinisi tidak dapat mendiagnosis skizofrenia dengan pemeriksaan status mental saja, yang hasilnya dapat bervariasi. Kedua, gejala pasien seringberubah dengan sering berjalannya waktu. Sebagai contoh, pasien sering mengalami halusinasi intermitten dan

(7)

kemampuan yang beragam untuk tampail secara memadai pada situasi social atau gejala gangguan mood yang signifikan datang datang dan pergi selama  perjalanan penyakit skizofrenia. Ketiga klinisi harus mempertimbangkan  pnedidikan pasien, kemampuan intelektual, serta keanggotaan kultural dan subcultural. Kemampuan yang terganggu untuk memahami konsep abstrak, contohnya, dapat mencermikan tingkat pendidikan pasien maupun intelegensinya. Organisasi religious dan sekte memiliki adat istiadat yang tampak aneh bagi orang luar namun normal bagi mereka yang berada dalam situasi kultural tersebut. 3

Tanda dan gejala premorbid

Dalam rumusan teoritis mengenai perjalanan skizofrenia, tanda dan gejala premorbid muncul sebelum fase prodromal penyakit. Pembedaan menyiratkan bahwa tanda dan gejala premorbid telah ada sebelum proses  penyakit munculdan bahwa tanda dari gejala prodoromal merupakan bagian

gangguan yang sedang berkembang. Pada riwayat premorbid skizofrenia Yang tipikal namun bukan tanpa pengecualian, paisentelah memiiki kepribadian skizoid atau skizotipal yang ditandai dengan sifat pendiam, pasif dan introvert; sebagai anak hanya memiliki beberapa teman.3

Gejala Positif dan Negatif

Pada tahun 1980, T.J Crow mengajukan klasifikasi pasien skizofrenik ke dalam tipe I dan II, berdasarkan ada atau tidaknya gejala positif (atau  produktif) dan negatif (atau defisit). Walaupun sistem ini tidak di terima sebagai bagian klasifikasi DSM-IV-TR, pembedaan klinis kedua tipe tersebut secara signifikan memengaruhi penelitian psikiatrik. Gejala positif mencakup waham dan halusinasi. Gejala negatif meliputi afek mendatar atau menumpul, miskin bicara(alogia) atau isi bicara, bloking,kurang merawat diri, kurang motifasi, anhedonia,dan penarikan diri secara sosial. Pasien tipe I cenderung memiliki sebagian besar gejala positif, struktur otak normal pada CT scan, dan respons relatif baik terhadap pengobatan. Pasien tipe II cenderung

(8)

mengalami sebagian besar gejala negatif, abnormalitas struktural otak pada CT scan, dan respons buruk terhadap terapi. Kategori ketiga disorganized, mencakup pembicaraan kacau( gangguan isi pikir), perilaku kacau defek kognitif, dan defisit atensi. Nancy Anderson telah mempelajari gejala positif dan negatif secara mendalam.3

Pemeriksaan Status Mental Deskripsi Umum

Penampilan pasien skizofrenia dapat berkisar dari orang yang sangat  berantakan, menjerit-jerit dan teragitasi hingga orang yang terobsesi tampil rapi, sangat pendiam dan imobil. Diantara kedua kutub ini, pasien dapat  bersifat cerewet serta mungkin mempertontonkan postur bizar. Perilaku

mereka dapat menjadi teragitasi atau kasar, yang tampaknya tanpa provokasi namun biasanya merupakan respons terhadap halusinasi. Sebaliknya, pada stupor katatonik ,yang sering disebut katatonia, pasien tampak tak bernyawa dan mungkin menunjukan tanda seperi membisu, negativism dan kepatuhan otomatis3.

Perasaan Prekoks

Sejumlah klinis berpengalaman melaporkan adanya perasaan prekoks, yaitu suatu pengalaman intuitif akan ketidak mampuan mereka untuk membangun rapport emosional dengan seorang pasien. Meski pengalaman ini lazim dijumpai, tidak ada data yang mengidentifikasikan bahwa hal tersbeut merupakan kriteria yang sahih atau dapat diandalkan dalam diagnosis skizorenia. 3

Mood Perasaan dan Afek

Dua gejala afektif yang umum pada skizofrenia adalah menurunnya responsivitas emosional, terkadang cukup parah hingga dapat disebut sebagau anhedonia, serta emosi yang tidak tepat dan sangat aktif seperti kemarahan , kebahagian dan ansietas yang ekstrim, afek yang datar atau menumpul dapat menjadi gejala penyakit itu sendiri, efek samping parkinsonism pengobatan

(9)

anti psikotik atau depresi dan pembedaan gejala ini dapat menjadi suatu tantangan klinis. 3

Gangguan Peresptual

Panca indera yang manapun dapat dipengaruhi pengalaman halusinatorik pada pasien skizofrenia. Meski demikian halusinasi yang paling umum adalah halusinasi auditorik , dengan suara yang sering kali mengancam, bersifat cabul, menuduh atau menghina. Dua atau lebih suara dapat saling bercakap-cakap, atau satu suara dapat mengkomentari kehidupan atau perilaku pasien. Halusinasi visual juga lazim, namun halusinasi taktil, olfatorik dan gustatorik tidak biasa dijumpai, adanya halusinasi semacam itu seyogyanya mendorong klinisi untuk mempertimbangkan kemungkinan gangguan neurologis atau medis yang mendasari yang menyebabkan keseluruhan sindrom. 3

Ilusi

Sebagaimana dibedakan dari halusinasi, ilusi merupakan distorsi citra atau sensasi yang nyata, sementara halusinasi tidak didasarkan pada citra atau sensasi yang nyata. Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenik selama fase aktif, namun dapat pula terjadi selama fase prodromal dan selama periode remisi. Bila ilusi atau halusinasi terjadi, klinisi sebaiknya mempertimbangkan kemungkinan adanya kausa terkait zat untuk gejala tersebut, bahkan jika  pasien telah didiagnosis skizofrenia. 3

Pikiran

Gangguan pikiran merupakan gejala yang paling sulit dipahami banyak klinisi dan mahasiswa namun mungkin menjadi gejala inti skizofrenia. Pembagian gangguan pikir menjadi gangguan isi pikir, bentuk pikir, dan  proses pikir adalah salah satu cara menjernihkannya. 3

Isi Pikir

Gangguan isi pikir mencerminkan ide, kepercayaan, dan interpretasi  pasien terhadap rangsang. Waham, contoh gangguan isi pikir yang paling

(10)

 jelas, bervariasi pada skizofrenia dan dapat berbentuk kejar, kebesaran, religious atau somatic.

Pasien mungkin percaya bahwa entitas luar mengendalikan pikiran atau  perilaku atau sebaliknya, bahwa diri mereka mengendalikan peristiwa di luar dalam suatu cara yang luar biasa . pasien mungkin mengalami preokupasi dengan ide-ide esoteric, abstrak, simbolik, psikologis dan fisiologis yang intens dan menyita perhatian. Pasien juga mungkin mengkhawatirkan kondisi somatic yang dikatakan dapat mengancamnyawa namun bizar dan tidak masuk akal, seperti adanya makhluk luar angkasa di dalam testis pasien, yang mempengaruhi kemampuan mempunyai anak. Frasa hilangnya batasan ego menggambarkan kurangnya kesadaran yang jernih akan di mana badan ,  pikiran, pengaruh diri pasien berakhir, serta dimana badan, pikiran dan  pengaruh objek bernyawa dan tidak bernyaa lain dimulai. Sebagai contoh,  pasien mungkin berpikir bahwa orang lain, televise, surat kabar membuat rujukan akan dirinya. Gejala lain hilangnya batasan ego meliputi perasaan  bahwa pasien telah berfusi secara fisik dengan suatu objek luar atau pasien telah mengalami disintegrasi dan berfusi dengan semesta alam. Dengan keadaan pikiran seperti ini, sejumpal pasien skizofrenia meragukan jenis kelamin atau orientasi seksualnya. Gejala ini sebaiknya jangan dikelirukan dengan tranvestisme, transeksualitas atau homoseksualitas. 3

Bentuk Pikir

Gangguan bentuk pikir secara objektif dapat diamati pada bahasa tutur atau tertulis seorang pasien. Gangguan ini mencakup asosiasi longgar, melantur, inkoherensi, tangensial, sirkumstansialitas, neologisme, ekolalia, verbigerasi, world salad , dan mutisme. Meski asosiasi longgar dahulu disebut  patognomonik untuk skizofrenia, gejala ini juga sering terdapat pada mania. Membedakan antara asosiasi longgar dan tangensialitas dapat menjadi sulit  bahkan untuk klinisi yang paling berpengalaman sekalipun. 3

(11)

Proses Pikir

Gangguan proses pikir menyangkut bagaimana suatu ide dan bahasa dirumuskan. Pemeriksa menyimpulkan suatu gangguan dari apa dan  bagaimana pasien berbicara, menulis dan menggambar. Pemeriksa juga

mengkaji proses pikir pasien dengan mengamati perilakunya, terutama dalam mengerjakan tugas yang diskret, contohnya pada terapi okupasional. Gangguan proses pikir berupa  flight of ideas,  bloking pikiran, atensi terganggu, miskin isi pikir, kemampuan abstraksi buruk, perseberasi, asosiasi idiosinkratik, overinklusi dan sirkumstansialitas. 3

Impulsivitas

Pasien skizofrenia menjadi agitasi dan memiliki pengendalian impuls yang minim saat sedang sakit. Mereka juga mungkin mengalami sensitivitas social yang berkurang dan tampak impulsive saat, contohnya merebut rokok dari orang lain, tiba-tiba mengganti saluran televise atau melempar makanan ke lantai. Beberapa perilaku yang tampak impulsive, termasuk percobaan  bunuh diri dan pembunuhan, mungkin respon terhadap halusinasi yang

memerintahkan pasien untuk bertindak. 3

Kekerasan

Perilaku kekerasan ( tidak termasuk pembunuhan ) lazim djumpai diantara pasien skizofrenik yang tak diobati. Waham yang bersifat kejar, episode kekerasan sebelumnya, dan defisit neurologis merupakan risiko  perilaku kekerasan atau impulsif. 3

Sensorium dan Kognisi Orientasi

Pasien skizofrenia biasanya berorientasi terhadap, orang, waktu dan tempat. Tidak adanya orientasi semacam itu seyogyanya mengharuskan klinisi untuk menyelidiki kemungkinan adanya gangguan neurologis atau medis. Beberapa pasien skizofrenia mungkin memberikan jawaban yang salah

(12)

terhadap pertanyaan tentang orientasi, sebagai contoh “saya adalah Kristus; ini surge dan sekarang tahun 35 M.” 3

Memori

Memori, seperti yang diujikan pada pemeriksaan status mental,  biasanya intak. Namun, terkadang mustahil meminta pasien mengerjakan uji

memori dengan baik agar kemampuannya dapat dikasi adekuat. 3

Daya nilai dan tilikan

Secara klasik , pasien skizofrenia digambarkan memiliki tilikan buruk terhadap sifat dan keparahan gangguannya. Hal yang disebut tilikan kurang dikaitkan dengan buruknya kepatuhan terhadap pengobatan. Saat memeriksa  pasien skizofrenik, klinisi sebaiknya mengidentifikasi secara tepat berbagai

aspek tilikan. 3

Reliabilitas

Seorang pasien skizofrenia tidak kurang dapat dipercaya dibanding  pasien pskiatrik lain. Namun, sifat gangguan tersebut mengaruskan pemeriksa

untuk memeriksa kembali informasi yang penting dari sumber tambahan. 3

2.5 KRITERIA DIAGNOSIS 1) menurut PPDGJ III:

Menurut PPDGJ III yang merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia :

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan

 biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)5:

(a) - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal ); dan

(13)

- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.

(b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

-  Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

-  Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan  pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar.

- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang  bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat.5

(c) Halusinasi auditorik:

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap  perilaku pasien, atau

- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara  berbagai suara yang berbicara).

- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh4 (d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya

setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya  perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).5

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(a) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai  baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.4

(14)

(b) Arus pikiran yang terputus (break ) atau mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;4

(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;4

(d) Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;5

 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama

kurun waktu satu bulan atau lebih.5

 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku  pribadi ( personal behaviour ),bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendir ( self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.5

Kriteria diagnostik skzofrenia paranoid (F20.0) Halusinasi dan / atau waham harus menonjol

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memerintah atau

halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

 peluit,mendengung, atau bunyi tawa.

 b. Halusinasi pembauan dan pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau l ain lain perasaan tubuh,halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (

delusion of control ) dipengaruhi ( delusion of influence ) atau passivity dan keyakinan dikejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.

(15)

-Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.4

2) Pembagian menurut DSM-IV:

Ada beberapa kriteria diagnostik Skizofrenia di dalam DSM IV TR antara lain3 :

A. Gejala Karakteristik : Terdapat dua (atau lebih) dari kriteria di bawah ini, masing-masing ditemukan secara signifikan selama periode satu  bulan (atau kurang, bila berhasil ditangani) :

1. Delusi (waham) 2. Halusinasi

3. Pembicaraan yang tidak terorganisasi (misalnya, topiknya sering menyimpang atau tidak berhubungan)

4. Perilaku yang tidak terorganisasi secara luas atau munculnya  perilaku katatonik yang jelas

5. Simtom negatif; yaitu adanyaafek yang datar, alogia atau avolisi (tidak adanya kemauan).

Catatan : Hanya diperlukan satu simtom dari kriteria a, jika delusi yang muncul bersifat kacau (bizare) atau halusinasi terdiri dari beberapa suara yang terus menerus mengkomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling berbincang antara satu dengan yang lainnya.

B. Ketidakberfungsian sosial atau pekerjaan : Untuk kurun waktu yang signifikan sejak munculnya onset gangguan, ketidakberfungsian meliputi satu atau lebih fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perwatan diri, yang jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, adanya kegagalan untuk mencapai beberapa tingkatan

(16)

hubungan interpersonal, prestasi akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

C. Durasi : Adanya tanda-tanda gangguan yang terus menerus menetap selama sekurangnya enam bulan. Pada periode enam bulan ini, harus termasuk sekurangnya satu bulan gejala (atau kurang, bila berhasil ditangani) yang memenuhi kriteria a (yaitu fase aktif simtom) dan mungkin termasuk pula periode gejala prodromal atau residual. Selama  periode prodromal atau residual ini, tanda-tanda dari gangguan mungkin hanya dimanifestasikan oleh simtom negatif atau dua atau lebih simtom yang dituliskan dalam kriteria a dalam bentuk yang lemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).

D. Di luar gangguan Skizoafektif dan gangguan Mood : Gangguan-gangguan lain dengan ciri psikotik tidak dimasukkan, karena :a)Selama fase aktif simtom, tidak ada episode depresif mayor, manik atau episode campuran yang terjadi secara bersamaan. b)Jika episode mood terjadi selama simtom fase aktif, maka durasi totalnya akan relatif lebih singkat bila dibandingkan dengan durasi periode aktif atau residualnya. E. Di luar kondisi di bawah pengaruh zat atau kondisi medis umum :

Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (penyalahgunaan obat, pengaruh medikasi) atau kondisi medis umum. F. Hubungan dengan perkembangan pervasive : Jika ada riwayat

gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis tambahan Skizofrenia dibuat hanya jika muncul delusi atau halusinasi secara menonjol untuk sekurang-kurangnya selama satu  bulan (atau kurang jika berhasil diobati)

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR tipe paranoid Tipe Skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

A. Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi dengar yang menonjol secara berulang-ulang.

(17)

B. Tidak ada yang menonjoldari berbagai keadaan berikut ini :  pembicaraan yang tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi

atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak ses uai3.

2.6 PENATALAKSANAAN

A. Perawatan di Rumah Sakit (

H ospitalization

)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk

tujuan diagnostik,menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan  bunuh diri atau membunuh, perilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan kebutuhan dasar. Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan system  pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada  perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia. Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan

membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya

 perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,  perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas  perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualita hidup.3

B. Farmakoterapi

Pengobatan antipsikotik, yang diperkenalkan awal tahun 1950-an telah merevolusi penanganan skizofrenia. Kurang lebih dia sampai empat kali lipat pasien mengalami relaps bila diobati dengan placebo dibandingkan mereka yang menerima antipsikotik. Namun, obat-obat ini

(18)

hanya menangani gejala gangguan, tidak menyembuhkan skizofrenia. Obat antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis resptor dopamine. 3

Antagonis Reseptor Dopamin

Antagonis reseptor dopamine efektif dalam penganganan

skizofrenia, terutama terhadap gejala posoitif. Obat-obat ini memiliki dua kekurangan utama. Pertama, hanya presentase kecil pasien yang cukup membantu untuk dapat memulihkan fungsi mental normal secara  bermakna. Sebagaimana tercatat sebelumnya, bahkan dengan pengobatan, sekitar 50 persen pasien pasien skizofrenia tetap menjalani kehidupan dengan sangat terganggu. Kedua, antagonis reseptor dopamin dikaitkan dengan efek simpang yang mengganggu dan serius. Efek yang paling sering mengganggu atalah akatisia dan gejala lir-parkinsonian berupa rigiditas dan tremor. Efek potensia serius mencakup dyskinesia tardive dan sindrom neuroleptic maligna.3

Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA)

SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada, berinteraksi dengan subtype reseptor dopamine yang berbeda dibanding anti-psikotik standard an memengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamate. Obat ini juga menghasilkan efek simpang neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam mengangani gejala negative skizofrenia, contohnya penarikan diri. Obat yang juga disebut sebagai obat anti psikotik atipikal ini tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas dibanding agen antipsokotik antagonis reseptor dopamine yang tipikal. Golongan ini setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala posotof skizofrenia, secara unik efektif untuk gejala negative, dan lebih sedikit,bila ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon, olanzapine, kuetapin dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan menggantikan antagonis

(19)

reseptor dopamine sebagai obat lini pertama untuk penanganan skizofrenia. 3

C. Terapi Psikososial Terapi Perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi intrapersonal. Perilaku adaptif adala didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan hak jalan dirumah sakit. Dengan demikian perilaku maladaptive dan menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.3

Terapi berorintasi-keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial,dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik  penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam  penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.3

(20)

Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas  bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif,  bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi  pasien skizofrenia.3

Psikoterapi individual

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep  penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi olehdapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi  persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan

(21)

2.7 PROGNOSIS

Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa selama periode 5 sampai 10 tahun rawat inpa psikiatrik yang pertama untuk skizofrenia, hanya sekitar 10 % sampai 20% pasien yang dapat dideskripsikan memiliki hasil akhir yang  baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil akhir yang  buruk, dengan rawat inap berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood mayor, dan percobaan bunuh diri. Meski terdapat gambaran yang kelam ini, skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang memburuk, dan sejumlah faktor dikaitkan dengan prognosis yang baik 3.

Prognosis Baik Prognosis buruk

1. Awitan lambat

2. Ada faktor presipitasi yang jelas 3. Awitan akut

4. Riwayat sosial, seksual, dan  pekerjaan prsmorbid baik

5. Gejala gangguan mood ( terutama gangguan depresif)

6. Menikah

7. Riwayat keluarga dengan gangguan mood

8. Sistem pendukung baik 9. Gejala positif

1. Awitan muda

2. Tidak ada faktor presipitasi 3. Awitan insidius

4. Riwayat sosial, seksual, dan

 pekerjaan pramorbid buruk 5. Perilaku akustik, menarik diri 6. Lajang,cerai, atau menjanda/duda

7. Riwayat keluarga dengan

skizofrenia

8. Sistem pendukung buruk 9. Gejala negatif

10. Tand dan gejala neurologis 11. Riwayat trauma perinatal 12. Tanpa remisi dalam 3 tahun 13. Berulangkali relaps

14. Riwayat melakukan tindakan

(22)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

 Skizofrenia adalah suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum

diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada  perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

 Skizofrenia Paranoid merupakan gangguan psikotik yang merusak, yang dapat

melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi),  pembicaraan,emosi dan perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang penting (delusigrandeur) atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau  bermaksud mencelakainya. Para penderita skizofrenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar.

 Prognosis : tergantung dari berbagai faktor, antara lain : onset, factor pencetus,

riwayat keluarga, system pendukung, gejala, riwayat sosial, seksual,dll

Saran

 skizoprenia adalah penyakit kronis yang memerlukan terapi pemeliharaan

untuk mencegah kekambuhan

 Terapi pemeliharaan yang terus menerus menggunakan antipsikotik dosis

rendah diperlukan, karena terapi yang terputus-putus tidak dapat mencegah kekambuhan

(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tomb ,DA. Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC 2003; hal.1-2.

2. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

3. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri  Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta. 2010.

4. American Psychiatric Association.  Diagnosis dan Statistical Manual of  Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association (APA):

Washington DC. 2011.

5. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III) Cetakan kedua, Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta; 2013.

6. Maslim R, editor. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Unika Atma Jaya, 2003

Referensi

Dokumen terkait

Adapun masalah-masalah yang sering terdapat pada pasien skizofrenia meliputi masalah yang berhubungan dengan gejala penyakit seperti halusinasi, waham, tingkah laku

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan

Skizofrenia.Berdasarkan DSM-IV-TR, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala 9 atau lebih

Tidak ada gejala utama episode depresi yang tampak pada 2 tahun awal gangguan (1 tahun untuk anak dan remaja), dimana gangguan tersebut tidak lebih tepat

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: 5) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang

 berikut> onset gangguan lebih awal, factor pencetus tidak jelas, riwayat kehidupan sebelum terjadinya gangguan kurang baik, fase prodromal terjadi cukup lama, adanya

Berdasarkan DSM-IV-TR, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala 9 atau lebih yang

Adanya gangguan mood pada pasien Skizofrenia merupakan salah satu tanda dan gejala yang muncul pada pasien Skizofrenia.Hasil ini serupa sebagaimana yang ditampilkan dalam