• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikmawati Nim:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ikmawati Nim:"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar

Oleh

Ikmawati

Nim: 105251100916

PROGARAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/2020 M

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar

Oleh

Ikmawati

Nim: 105251100916

PROGARAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/2020 M

(3)
(4)
(5)
(6)

Nama : Ikmawati

NIM : 105251100916

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas : Agama Islam

Kelas : A

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi ini. 3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan 3 maka bersedia

untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar,1 Dzulqa’dah1441 H 27 Juni2020 M

Yang Membuat Pernyataan

Ikmawati

NIM: 105251100916

(7)

Mustamin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen Muslim terhadap label halal pada produk kosmetik Wardah survey pada mahasiswi jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey. Tempat penelitian di universitas Muhammadiyah makassar Fakultas Agama Islam. Populasi penelitian adalah mahasiswi HES. Sampel penelitian adalah konsumen yang memakai produk Wardah sebanyak 62 konsumen. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, dan dokumentasi. Uji validitas menggunakan rumus r tabel dan r hitung, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus cronbach dengan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,787.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi konsumen Muslim terhadap label halal sangat baik dan responden memiliki perhatian dan kepedulian terhadap produk kosmetik halal dilihat dari mean atau skor nilai rata-rata jawaban pada tabel frekuensi sebesar 52,90.

Kata kunci: Persepsi Konsumen, Label Halal, Kosmetik Wardah

(8)

ABSTRACT

Ikmawati. 105 251 1009 16. Analysis of Muslim consumer perceptions of halal labels on Wardah. Supervised by Saidin Mansyur and Siti Walida Mustamin.

The study aims to determine the perceptions of Muslim Consumer of halal labels on cosmetics products Wardah. Survey on Islamic Economics Law Students of Islamic University of Makassar.

This type of research is quantitative descriptive research with a survey approach. A place of research at the Muhammadiyah University of Makassar, the Faculty of Islamic Religion the study population was Islamic Economics Law Students. The research sample is 62 consumers who use Wardah products. Collection techniques using questionnaires and documentation. The validity test uses r tabels and r arithmetic, while the reliability test uses the Cronbach alpha formula with a reliability coefficient of 0,787.

The results of the study showed that Muslim consumers’ perceptions of halal labels were very good and respondents had concern and concern for halal cosmetics products seen from the mean or average score of answer in the frequency table of 52,90

Keywords : Consumer Perception, Halal Label, Cosmetics Wardah

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam atas izin dan limpahan rahmat-Nya berupa kesehatan, keimanan, dan kesempatan berpikir kepada manusia, sehingga mampu melangsungkan hidup di atas muka bumi dan mampu berpikir rasional, kritis, kreatif dan ulet dalam bertindak. Shalawat dan salam atas kehadiran Rasulullah Saw, atas akhlak dan contoh tauladan yang dimiliki menjadikannya sebagai panutan bagi umat manusia, sebagai Rahmatan Lilalamin.

Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhit penyelesaian skripsi. Namun, tak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan materil.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga, penulis haturkan kepada almarhum bapak bernama Ramli dan ibu Rahmatia selaku orang tua yang paling berjasa dalam hidup penulis. Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada:

1. Prof. Dr. H Abd Rahman Rahim, MM, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku dekan Fakultas Agama Islam

3. Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Selaku ketua prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

(10)

4. Saidin Mansyur, SS.,M.Hum dan Siti Walidah Mustamin, S.Pd.,M.Si selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Adik dan kakak penulis yang paling mengerti, kak Yasir yang selalu memberikan dukungan dan motivasi, sahabat dekat kak Mia dan Rahma yang selalu mendoakan juga terima kasih tak terhingga kepada Ismha yang sudah sangat berjasa memberikan bantuan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini hingga akhir.

6. Teman-teman seangkatan HES A 2016, teman-teman dari Yuhu Young juga tak lupa pada sahabat Penulis mala, winni, ulya, nia, kiki dan dillah dan seluruh elemen yang memberikan sumbangsi pemikiran, tenaga dan materi hingga selesainya skripsi ini, yang selalu tiada henti memberikan dukungan saling menguatkan dan selalu solid.

Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin. Makassar, 1 Dzulqa’dah 1441 H 23 Juni 2020 M Penulis Ikmawati ix

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan ... 7

D. Manfaat penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi ... 8

1. Pengertian Persepsi ... 8

2. Syarat Terjadinya Persepsi ... 9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 10

B. Konsumen ... 12

1. Pengertian Konsumen ... 12

2. Batasan Konsumen ... 12

C. Label Halal………... 16

(12)

1. Pengertian Label ………... 16

2. Pengertian Halal………. .. 17

3. Pengertian Label Halal ... 18

4. Landasan Syariah………... .. 21

D. Kerangka Pikir………. 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 25

C. Variabel Penelitian ... 26

D. Definisi Operasional Variabel ... 26

E. Populasi dan Sampel ... 27

F. Sumber Data ... 28

G. Instrumen Penelitian... 29

H. Teknik Pengumpulan Data ... 30

I. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian... 33 B. Pembahasan Penelitian ... 51 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 54 B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA ... 55

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 58

LAMPIRAN ... 59

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala Likert ... 29

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Semester ... 35

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia... 36

Tabel 4.3 Data Jawaban X1 ... 38

Tabel 4.4 Data Jawaban X2 ... 38

Tabel 4.5 Data Jawaban X3 ... 39

Tabel 4.6 Data Jawaban X4 ... 40

Tabel 4.7 Data Jawaban X5 ... 41

Tabel 4.8 Data Jawaban X6 ... 41

Tabel 4.9 Data Jawaban X7 ... 42

Tabel 4.10 Data Jawaban X8 ... 43

Tabel 4.11 Data Jawaban X9 ... 44

Tabel 4.12 Data Jawaban X10 ... 44

Tabel 4.13 Data Jawaban X11 ... 45

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas ... 47

Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas ... 48

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Halal Resmi MUI ... 18 Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian... 34 Gambar 4.1 Histogram ... 46

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 59 Lampiran 2 Data Tabulasi ... 61 Lampiran 3 Dokumentasi ... 63

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang bertujuan untuk kemaslahatan umat. Semua hal tentang kehidupan sudah di atur didalamnya. Ada lima hukum Islam yang disebut khakam al-khamsah yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Wajib adalah suatu perbuatan yang dituntut Allah untuk dilakukan, yang diberi ganjaran dengan pahala bagi orang yang melakukannya dan diancam dosa bagi orang yang meninggalkannya karena bertentangan dengan kehendak yang menuntut.1

Sunnah adalah sesuatu yang dituntut untuk memperbuatnya secara hukum syar‟i tanpa adanya celaan atau dosa terhadap orang yang meninggalkan secara mutlak. Sedang dalam arti dalil hukum mempunyai arti yang sama dengan ini, yaitu sesuatu yang berasal dari Nabi baik dalam bentuk ucapan, perbuatan atau pengakuan. 2Salah suatu perbuatan apabila dilakukan akan mendapat siksa atau dosa dan sebaliknya apabila ditinggalkannya maka akan mendapat ganjaran atau pahala. Prinsipnya, dalam penetapan hukum haram bagi yang dilarang adalah karena adanya sifat memberi mudharat (merusak) dalam perbuatan yang dilarang itu. 3Secara bahasa adalah sesuatu

1

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 1, Jakarta: Kencana, 2009, h. 341-342.

2

Ibid, h. 361-362.

3

Ibid., h. 366.

(17)

yang tidak disenangi atau sesuatu yang dijauhi sedang dalam istilah adalah sesuatu yang diberi pahala orang yang akan meninggalkannya dan tidak diberi dosa orang yang melakukannya. Dalam istilah hukum, mubah adalah sesuatu yang diberi kemungkinan oleh pembuat hukum untuk memilih antara memperbuat dan meninggalkan termasuk mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, apa yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan.

Halal dan haram tidak hanya berhubungan dengan kegiatan konsumsi namun terkait juga dengan kegiatan berdagang/berbisnis yang harus bersih dari unsur riba dan perbuatan curang. Bisnis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh penghasilan atau rezeki dalam rangka memenuhi keinginan dan kebutuhan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien.4

Allah Swt telah mengatur segala sesuatu yang diperbolehkan, dilarang, dihindari maupun dijauhi, termasuk perintah untuk menjauhi mengkonsumsi maupun menggunakan produk yang haram. Pemahaman dan kepedulian sesorang tentang makanan maupun kosmetik yang boleh dikonsumsi menurut hukum Islam secara pasti tentang produk halal adalah berbeda. Jaminan kehalalan pada suatu produk kosmetik penting dalam Islam di jaman sekarang ini, karena telah banyak diberitakan adanya bahan-bahan berbahaya yang tidak layak digunakan pada bahan kosmetik. Tetapi konsumen terkadang tidak

4

Muslich, Etika Bisnis Islami Landasan Filosofis, Normatif Dan Subtansi Implementatif (Yogyakarta: Ekosia, 2004), h.46.

(18)

mengindahkan hal tersebut. Padahal sebagai umat Islam yang taat, seharusnya konsumen Muslim mampu mengimplementasikan syariat atau hukum dari Allah yang memerintahkan untuk memperhatikan sesuatu yang akan di konsumsi atau digunakan.

Sebagai konsumen yang cerdas dalam memilih produk perlu memperhatikan labelisasi halal dan kualitas produk yang menjamin suatu produk yang akan dikonsumsi dikatakan halal. Khusus untuk produk pangan, obat-obatan dan kosmetik, perusahaan harus mencantumkan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan produk. Label halal merupakan sebuah jaminan keamanan bagi umat Muslim untuk dapat mengkonsumsi suatu produk. pencantuman logo halal pada kemasan produk sebelumnya telah dikaji oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI)5 yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan (DepKes) dan Departemen Agama (Depag) merupakan pembuktian bahwa produk telah tersertifikasi halal.

Dalam lingkungan masyarakat luas dan hidup dengan berbagai latar belakang. Maka persepsi mereka terhadap sesuatu akan menjadi berbeda pula tentang produk kosmetik. Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan positif antara tingkat religiositas seseorang dengan perilaku konsumsi. Sesorang yang memliki religiolitas tinggi, perilaku konsumsinya

5

LPPOM MUI, Tentang Pengkajian LPPOM MUI, From Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika, Yogyakarta:Andi Yogyakarta, 2016, h. 36.

(19)

akan cenderung sesuai dengan aturan agama. Jika kasusnya adalah konsumen Muslim maka dia tidak akan mengkonsumsi produk yang mengandung zat haram seperti daging babi, darah, alkohol, hewan buas, hewan yang menjijikkan, hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariah Islam, dan produk-produk syubhat. Tingkat kesadaran halal dan kehati-hatian mereka pun akan cenderung lebih tinggi.6

Kesadaran konsumen untuk memeriksa apakah ada jaminan halal (berupa logo halal dari LPPOM MUI) yang tercantum pada kemasan masih rendah. Konsumen menganggap jaminan halal tersebut bukan suatu hal yang krusial dan selama pedagang yang menjual produk tersebut beragama Islam maka produk tersebut sudah dianggap halal. Hal ini juga berdampak pada pemilihan produk kosmetik halal.

Pada umumnya kosmetik dianggap sebagai alat pemuas kebutuhan yang berhubungan dengan kecantikan yang umum digunakan oleh kaum wanita. Dalam perkembangannya persepsi masyarakat luas menjadi sangat penting untuk diketahui untuk melihat seberapa jauh pemahaman mereka mengenai hal ini. Agar produsen tidak serta merta bebas dalam mengeksploitasi konsumen di balik ketidaktahuannya. Persepsi mereka juga bisa menjadi acuan bagi perusahaan kosmetik untuk lebih mengembangkan kualitas barang produksinya. Perkembangan industri kosmetik di Indonesia

6

Borzooei, M., dan Maryam Asgari, 2013. The Halal Brand Personality and Its Effect on Purchase Intention. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. 5(3):481-491.

(20)

tak terelakkan lagi. Meningkatnya pengguna kosmetik utamanya usia muda atau generasi milenial menjadikan kosmetik sebagai tren di masyarakat sehingga potensi pasar menjadi semakin meningkat

Kosmetik merupakan suatu produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan keinginan konsumen, khususnya perempuan agar tampil cantik dan menarik. Konsumen harus selektif dalam memilih merek kosmetik yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya dan sesuai dengan standar syariat agama. Alasan dipilihnya produk kosmetik Wardah dalam penelitian ini karena kosmetik Wardah memiliki keunggulan tersendiri. Wardah termasuk sebagai kosmetik yang segmennya perempuan dan sudah berlabel halal. Indonesia dengan penduduk mayoritas Muslim tentu akan mengedepankan produk halal dan juga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik dalam hal memilih makanan maupun kosmetik..

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul “Analisis Persepsi Konsumen Muslim Terhadap label halal Pada Kosmetik Wardah (Survey pada Mahasiswi Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar)”

(21)

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang permasalahan diatas maka rumusan masalahnya adalah bagaimana persepsi konsumen muslim terhadap label halal pada produk kosmetik wardah ?

C. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada permasalahan diatas maka hasil penelitian bertujuan Untuk mengetahui persepsi konsumen muslim terhadap label halal pada produk kosmetik wardah

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini penulis mengharapkan dapat berguna untuk mengangkat kepermukaan tentang pentingnya label halal pada jaman global ini. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat pula bermanfaat bagi seluruh akademisi khususnya sebagai bahan informasi dan bahan penelitian tentang persepsi, kometik halal, dan label halal.

2. Bagi Peneliti

1) Dapat menambah wawasan untuk berpikir secara kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan

2) Dapat mengetahui tentang persepsi konsumen Muslim terhadap label halal pada produk wardah.

(22)

3. Bagi Manajerial

Hasil penelitan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi perusahaan kosmetik di Indonesia untuk dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas produknya terkait dengan labelisasi halal yang dimiliki untuk keperluan pemasaran juga keamanan kepada konsumen .

4. Bagi Masyarakat

Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya kehalalan dan kualitas suatu produk khususnya kosmetik bagi para konsumen muslim sekaligus sebagai masukan, saran, serta perbandingan bagi para praktisi dan akademisi dalam penelitian selanjutnya.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi menurut Bilson Simamora adalah “Bagaimana kita melihat dunia sekitar kita.7Jalaludin Rahmat menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.8Sementara menurut Philip Kotler dan Muhammad Muflih persepsi adalah proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengelola, dan menafsirkan suatu input informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang memiliki arti.9

Adapun persepsi tersebut sangat mungkin untuk dipengaruhi oleh berbagai harapan dan keinginan, berbagai macam kebutuhan, ide-ide yang tersembunyi atau tanpa disadari dan juga oleh nilai-nilai yang berlawanan. Setiap orang berkecenderungan untuk memahami perintah berdasarkan pengalaman mereka. Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi adalah proses yang dialami oleh individu bagaimana proses yang dirasakan kemudian mempengaruhi dalam memberi makna terhadap apa

7

Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2002, h.102.

8

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Rosdakarya, 1998, h.5

9

Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, h. 75.

(24)

yang telah diketahui, lewat panca indera yang memberikan kesan bagi mereka untuk memberi penafsiran bagi lingkungannya.

Sedangkan dalam terminologi buku ilmu jiwa lama, persepsi disebut sebagai tanggapan, yaitu kenangan kepada pengamatan yang sifatnya tidak terikat kepada waktu tanpa rangsangan bersifat perseorangan dan berlangsung selama seseorang perhatiannya tertuju kepada suatu benda.10Tanggapan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah penerimaan, sambutan, reaksi.11Sedangkan menurut etimologi adalah gambaran pengamatan yang ada dan tinggal dalam kesadaran kita sesudah mengamati.12

2. Syarat Terjadinya Persepsi

Adapun beberapa syarat terjadinya persepsi antara lain sebagai berikut:13

a. Adanya objek yang dipersepsi

Objek atau sasaran yang diamati akan menimbulkan stimulus atau rangsangan yang mengenai alat indera. Objek dalam hal ini adalah persepsi masyarakat tentang pendidikan.

b. Adanya indra atau resepsi

Alat indera yang dimaksud adalah alat indera untuk menerima stimulus yang kemudian diterima dan diteruskan oleh syaraf sensoris yang

10

Ahmad Gazali, Ilmu Jiwa, Bandung: Ganaco NV, 1981, h.36.

11

Badudu Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, h. 1427

12

Agus Sujanto, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, h. 38.

13

(25)

selanjutnya akan disampaikan kesusunan syaraf pusat sebagai pusat kesadaran. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan memiliki panca indera yang cukup baik sehingga stimulus yang akan diterima akan diteruskan kepada susunan syaraf otak dan berujung pada persepsi yang berkualitas pada objek.

c. Adanya perhatian

Perhatian adalah langkah awal atau kita sebut sebagai persiapan untuk mengadakan persepsi. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus, oleh karena itu apa yang diperhatikan akan betul-betul disadari oleh individu dan dimengerti oleh individu yang bersangkutan. Persepsi dan kesadaran mempunyai hubungan yang positif, karena makin diperhatikan objek oleh individu maka objek tersebut akan makin jelas dimengerti oleh individu itu sendiri.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Benda sama yang ditunjukkan pada beberapa individu mungkin bisa berbeda setiap individu dalam mempersepsikannya karena faktor yang bekerja berbeda ketika menerima maupun menafsirkannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang14adalah sebagai berikut:

14 S

(26)

a. Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsang yang ada disekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu dua obyek saja.

b. Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. c. Kebutuhan, yakni kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap

pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan pula perbedaan persepsi.

d. Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi.

e. Ciri kepribadian, ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi f. Gangguan kejiwaan, gangguan kejiwaan dapat menimbulkan

kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.

B. Konsumen

1. Pengertian Konsumen

Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

consument atau konsument (Belanda).15Amerika serikat mengemukakan pengertian ”konsumen” yang berasal dari consumer berarti ”pemakai”, namun

15

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika 2009, h. 22.

(27)

dapat juga diartikan lebih luas lagi sebagai ”korban pemakaian produk yang cacat”, baik korban tersebut pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula oleh korban yang bukan pemakai.16

2. Batasan Konsumen

Ada beberapa batasan tentang konsumen yang akan dijelaskan sebagai berikut:17

a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu

b. Konsumen perantara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang dan atau jasa lain untuk diperdagangkan (tujuan komersil) bagi konsumen antara, barang atau jasa itu adalah barang atau jasa kapital yang berupa bahan baku, bahan penolong atau komponen dari produk lain yang akan diproduksinya. Konsumen antara ini mendapatkan barang atau jasa di pasar industri atau pasar produsen.

c. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapat dan menggunakan barang dan atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga, rumah tangga, dan tidak untuk di perdagangkan kembali (non komersial). Istilah konsumen juga dapat

16

Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen (kajian teoritis dan perkembangan pemikiran), Bandung: Nusa Media, 2008, h. 7.

17

(28)

kita temukan dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Secara yuridis formal pengertian konsumen dimuat dalam Pasal 1 angka 2 UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

”konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yangtersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”18

Dari pengertian konsumen diatas, maka dapat kita kemukakan unsur-unsur definisi konsumen.19

a. Setiap Orang

Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus pemakai barang atau jasa. Istilah ”orang” disini tidak dibedakan apakah orang individual yang lazim disebut natuur like persoon atau termasuk juga badan hukum (rechtspersoon). Oleh karena itu, yang paling tepat adalah tidak membatasi pengertian konsumen sebatas pada orang perseorangan, tetapi konsumen harus mencakup badan usaha dengan makna lebih luas dari badan hukum. b. Pemakai

Kata ”pemakai” dalam bunyi Penjelasan Pasal 1 angka (2) UUPerlindungan Konsumen diartikan sebagai konsumen akhir (ultimate consumer). 18 Ibid., h 27. 19 Ibid., h 27-2

(29)

c. Barang Atau Jasa

UU Perlindungan Konsumen mengartikan barang sebagai benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak bergerak, benda yang dapat dihabiskan maupun yang tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Sementara itu, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. d. Yang Tersedia Bagi Masyarakat.

Barang jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia dipasaran. Namun, di era perdagangan sekarang ini, syarat mutlak itu tidak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen. Misalnya, perusahaan pengembang (developer) perumahan telah biasa mengadakan transaksi konsumen tertentu seperti futures trading

dimana keberadaan barang yang diperjual belikan bukan sesuatu yang diutamakan.

e. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup. Transaksi konsumen ditujukan untuk dirinya sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan. f. Barang dan atau jasa itu tidak untuk diperdagangkan.

Pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir yang menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi

(30)

kebutuhannya, keluarganya, atau pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya (keperluan non-komersial).

Berdasarkan definisi diatas, maka sesuai dengan pengertian bahwa konsumen adalah pengguna terakhir, tanpa melihat apakah si konsumen adalah pembeli dari barang dan atau jasa tersebut.20Hal ini juga sejalan dengan pendapat dari pakar masalah konsumen di Belanda. Hondius yang menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa. (pengertian konsumen dalam arti sempit).21

C. Label Halal

1. Pengertian Label

Label berkaitan erat dengan pemasaran suatu produk. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), label merupakan sepotong kertas (kain, logam, kayu, dan sebagainya) yang ditempelkan pada barang dan menjelaskan tentang nama barang, nama pemilik, tujuan, alamat, dan sebagainya. Etiket, merek dagang. Petunjuk singkat tentang zat yang terkandung dalam obat dan sebagainya. Petunjuk kelas kata, sumber kata, dan sebagainya dalam kamus. Catatan analisis pengujian mutu fisik, fisiologis, dan genetik dari benih dan sebagainya. Komp karakter atau himpunan karakter yang digunakan untuk

20

Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen (kajian teoritis & perkembangan pemikiran), Bandung: Nusa Media, 2008,h. 8.

21

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia edisi Revisi 2006, Jakarta: GramediaWidiasarana Indonesia, 2006, h. 3.

(31)

mengidentifikasi suatu variabel atau bagian dari data atau berkas.22 Menurut utami dalam skripsinya, label adalah bagian dari kemasan yang menempel pada suatu produk kemudian memberikan informasi mengenai produk dan atau produsen produk itu sendiri.23Apriyanto dan Nurbowo dalam Widodo menjelaskan bahwa pada umumnya, label setidaknya harus berisi nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluarsa, isi produk dan keterangan legalitas.24

2. Pengertian Halal

Halal berasal dari bahasa arab yang berarti tidak terikat. Secara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dilakukan secara bebas atau tidak terikat oleh hal-hal yang melarangnya. Dalam ajaran agama Islam, hukum halal sangat berkaitan dengan hukum haram, sebagaimana peristiwa yang terjadi pada manusia pertama, Adam dan Hawa. Dengan kehendak Allah, Adam dan Hawa diturunkan ke bumi untuk melanjutkan kehidupannya diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Disertai dengan ketentuan yang dicerminkan dalam aturan ilahi, yaitu “kerjakan” dan “jangan mengerjakan”, yakni yang kita ketahui sebagai “halal” dan “haram”.25

22Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahas Kemendikbud, “KBBI Daring”, Diakses Pada 20 Oktober 2017, pukul 21:36 dari https:/kbbi.kemendikbud.go.id/entri/label.

23

Wahyu Budi Utami,Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Membeli (Survei Pada Pembelian Produk Lipstik Wardah Di Outlet Wardah Griya Muslim An-Nisa Yugyakarta)”, Skripsi S1

24

Tri Widodo, “Pengaruh Labelisasi Halal Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Indomie”, skripsi S, 2015, h. 8, dipublikasikan

25M. Mutawalli Sya’rawi,

(32)

Sebenarnya apa yang diharamkan Allah SWT untuk dikonsumsi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup jumlahnya sangat sedikit. Selebihnya, apa yang ada di muka bumi ini pada dasarnya adalah halal, kecuali yang dilarang secara tegas dalam Al-Qur’an dan Hadist. Dalam hal kosmetik , tidak sedikit para pengguna kosmetika kurang mengetahui apa saja bahan pembuat dalam produk kosmetiknya. Secara umum kosmetik terdiri dari zat aktif dan aditif (bahan tambahan) dan banyak pula kosmetik yang terdiri dari bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, sintetik, kimiawi,26 dalam hal ini konsumen muslim harus memiliki pengetahuan yang cukupkarena bahan-bahan kosmetika saat ini telah menjadi hal yang sangat kompleks. Tidak jarang pula produk kosmetika yang didalamnya terdapat bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan maka pada dasarnya adalah halal, dan tidak menjadi masalah. Sedangkan apabila berasal dari hewan maka perlu dikaji terlebih dahulu oleh lembaga resmi, untuk meneliti apakah berasal dari hewan yang halal, haram, atau najis.27

3. Pengertian Label Halal

Indonesia sendiri memiliki lembaga khusus dalam hal memberikan label halal pada makanan, obat-obatan, dan kosmetik, melalui proses sertifikasi yang dilakukan oleh LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia). LPPOM MUI

26

Mashudi, Konstruksi Hukum & Respons Masyarakat terhadap Sertifikasi Produk Halal,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar),h. 112.

27

(33)

memiliki visi menjadi lembaga sertifikasi halal terpercaya di Indonesia dan dunia untuk memberikan ketenteraman bagi umat Islam serta menjadi pusat halal dunia yang memberikan informasi, solusi dan standar halal yang diakui secara nasional dan internasional.

Melalui lama resmi LPPOM MUI, menjelaskan bahwa sertifikat halal MUI merupakan fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat halal MUI ini meruapakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan produk pangan, obat-obatan, kosmetika, dan produk lainnya bertujuan untuk memberikan kepastian resmi status kehalalan, sehingga dapat menentramkan batin konsumen dalam mengkonsumsinya. Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh produsen dengan cara menerapkan sistem jaminan halal.28

Adapun di bawah gambar logo halal resmi dari MUI yang terdapat pada kemasan produk Wardah adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 logo Halal resmi MUI

Sumber : www.halalmui.org

28LPPOM MUI, “Sertifikat Halal MUI”, artikel diakses pada 06 Januari 2017 pukul 21:50 WIB

(34)

Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan. Label dimaksud tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau rusak, serta, terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah dilihat dan dibaca. Sertifikat Halal merupakan surat keterangan yang dikeluarkan oleh MUI Pusat atau Provinsi tentang halalnya suatu produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika yang diproduksi oleh perusahaan setelah diteliti dan dinyatakan halal oleh LPPOM MUI. Pemegang otoritas menerbitkan sertifikasi halal adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM).29

Apabila suatu produk sudah memiliki sertifikasi halal resmi dari LPPOM MUI dengan nomor registrasi yang diberikan oleh LPPOM MUI maka produk tersebut dinyatakan sebagai produk halal. Begitu pula dengan BPOM yang juga melakukan pengkajian terhadap keamanan bagi produk dan mengeluarkan Surat Izin. Sehingga secara sederhana Surat Izin dari BPOM ini dapat menyatakan bahwa produk kita aman untuk di konsumsi (Thoyiban), sedangkan sertifikat LPPOM MUI ini menyatakan jaminan kehalalan Produk (Halalan). Jadi jika suatu Produk sudah lolos dari BPOM

29

Mashudi, Konstruksi Hukum & Respons Masyarakat terhadap Sertifikasi Produk Halal,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar),h. 112.

(35)

dan LPPOM, berarti produk tersebut sudah Halalan Thoyiban.30

Bagi konsumen, sertifikat halal memiliki beberapa fungsi, yang uraikan sebagai berikut :31

a) Terlindungnya konsumen muslim dari mengonsumsi pangan, obat-obatan, kosmetika yang tidak halal

b) Secara kejiwaan perasaan hati dan batin konsumen akan tenang

c) Mempertahankan jiwa dan raga dari keterpurukan akibat produk haram d) Sertifikasi halal memberikan kepastian perlindungan hukum pada

konsumen.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa label halal adalah pencantuman suatu cap, identitas, atau etiket yang memberikan informasi sekaligus memberikan perlindungan secara hukum kepada konsumen atas kehalalan suatu produk secara resmi oleh badan yang berwewenang dalam memberikan fatwa halal atas suatu produk.

D. Landasan Syariah

Prinsip pertama yang ditetapkan Islam adalah bahwa pada asalnya segala sesuatu yang diciptakan Allah itu halal dan mubah, tidak ada yang haram, kecuali jika ada nash (dalil) yang shahih (tidak cacat periwayatannya) dan sharih (jelas maknanya) yang mengharamkan. Para ulama, dalam

30

Seputar Halal, “Apakah Berbeda antara LPPOM dan BPOM”, diakses pada 16 Juli 2017,18 WIB dari http://www.seputarhalal.com/apakah-berbeda-antara-lppom-dan-bpom/.

31

(36)

menetapkan segala sesuatu asalnya boleh, merujuk kepada Qur’an surat al-Baqarah ayat 29 sebagai berikut:

عأبَس ٍََُّّْٕسَف ِءٰٓاًََّس َل ِإ ٰٓ ََٖٕت أسٱ َّىُث ا ٗعًَِٛج ِض أزَ ألۡٱِٛفاَّي ىُكَهَقَهَخ ِ٘رَّنٱَُْٕ

ىِٛهَعٍء أَٙش ِّمُكِبََُْٕٔ ٖت َٔ َىَس

Terjemahan :

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala sesuatu”.(Q.S Al-Baqarah:29).32

Pada dasarnya semua produk yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hewan adalah halal, kecuali yang beracun dan membahayakan nyawa manusia. Para ulama sepakat bahwa semua jenis produk yang ditetapkan al-Qur’an keharamannya adalah haram hukum memakannya, baik banyak maupun sedikit. Dasar hukumnya lainnya yaitu:

ٌَُُِٕي أؤُي ِِّب ىُتََأ ِٰٓ٘رَّنٱ َ َّللَّٱْإُقَّتٱَٔۚاٗبَِّٛﻁ ٗلٗ َهَح ُ َّللَّٱًُُكَقَشَزاًَِّيْإُهُكَٔ

٨٨

Terjemahan :

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”(Al -Maidah: 88).

32

Al-Qur’anul Karim, Ar Rasyid Abdurrahman, Halal Haram menurut Al-Qur‟an dan Hadist, Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet. I, 2006

(37)

ْإُهُكَف

اًَِّي

ُىُكَقَشَز

َُّللَّٱ

ٗلٗ َهَح

ا ٗبَِّٛﻁ

ْأُسُك أشٱَٔ

َتًَ أعَِ

َِّللَّٱ

ٌِإ

أىُتُُك

ُِاَِّٚإ

ٌَُٔدُب أعَت

١١١

Terjemahan :

“Makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”. (An-Nahl: 114)

Dari ayat Al-Qur’an tersebut diatas, maka dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah hukumnya, yaitu harus halal. Halal sumber dan cara memperolehnya serta unsur materi dari makanan itu sendiri. Dan adanya keterkandungan nilai gizi, serta baik untuk kesehatan bila dikonsumsi atau tidak mengakibatkan efek samping yang merugikan. Adapun dalil hadist sebagai berikut:

ٍَْع

َأ

ِدْبَع

ا

ِﷲ

ا

ُن

ـ

اًَْعﱡ

ٌِ

ِﺸَبٍِْب

َز

َِٙﺿ

ا

َُعُﷲ

ْـ

اَقآًَُ

ل

ُتْع

َز

ُْٕس

ا َل

َّٗهَﺻِﷲ

ا

َِّْٛهَعُﷲ

َٔ

ٚىَّهَس

َـ

ُْٕق

ٌِإ :ُل

َّا

َلٗ

ل

ب َـ

ٌِّ

ٌِإَٔ

َّا

َس

وا

ب َـ

ٌِّ

َٔ

ب َـ

ٛ ْـ

ُ َـ

آًَُ

ُأ

ُْٕي

ٌز

آَِبَتْﺸُي

ٌت

َٚﻻ

َـ

ِٛﺜَكًٍََُُّٓهْع

ْـ

ٍَِيٌس

ا

اَُّن

،ِس

ًٍََِف

ات

ـ

َٗقَّ

ا

بﱡﺸن

ُـ

آَ

ِت

ف َـ

ْدَق

ا

بَتْس

ْـ

َس

َأ

ُِِّْٚدِن

َٔ

ِِّﺿْسِع

َٔ ،

ٍَْي

َٔ

عَق

ا

بﱡﺸن

ُـ

آَ

َٔ ِت

عَق

ا

َس

، ِوا

َّسناَك

ا

ِٚٙع

َـ

َْٕحَٗعْس

ا َل

ًَٚٗ

ُـ

ُﻚِشْٕ

ٌَْأ

ٚ َـ

ِِّْٛفعَتْس

َأ ،

َﻻ

ٌِإَٔ

ٍﻚِهَيِّمُكِنَّ

ٗ

َأ

َﻻ

ٌِإَٔ

َّ

ٗ

ا

ِﷲ

ا

ِز

ُُّي

َأ

َﻻ

ٌِإَٔ

َّ

ا

ًﺔَﻐْﻀُيِدَس

اَذِإ

ﺢَهَﺻْتَﺤَهَﺻ

ا

ُّﱡهُكُدَس

اَذِإَٔ

َدَسَف

ْت

دَسَف

ا

ُّﱡهُكُدَس

َأ

َﻻ

َٔ

َِْٙ

ا

ُﺐْهَقْن

(38)

Artinya :

“Dari Abu Abdullah Nu‟man bin Basyir r.a,”Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,„Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka barang siapa yang takut terhadap syubhat, berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan danlarangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa dia adalah hati ”(HR. Bukhari dan Muslim).33

Dari hadis diatas sekilas memang banyak orang yang memahami hadits ini dengan pandangan bahwa yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, lalu di tengah keduanya adalah hal yang syubhat. Siapa yang jatuh ke dalam syubhat, maka dia akan jatuh ke dalam yang haram.

E. Kerangka Pikir

Persepsi konsumen Muslim dapat didefinisikan sebagai proses yang dialami oleh seorang pemakai produksi terakhir dari benda atau jasa yang beragama Islam dalam memberi makna terhadap apa yang telah diketahui, lewat panca indera yang memberikan kesan bagi mereka untuk memberi makna bagi lingkungannya atau yang diteliti dalam hal ini adalah Label halal pada produk kosmetik wardah.

33

Shahih al-Bukhari, kitab al Iman, Bab Man Istabra‟a li Dinihi, hadist no.52. juga terdapat dalam al Buyu’, hadist no. 2051

(39)

Gambar 2.2

Kerangka pemikiran Penelitian

G x 26

Kebutuhan Perempuan untuk tampil

cantik

(konsumen Muslim)

Kosmetik

Wardah

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta serta karakteristik suatu populasi atau bidang tertentu.34 Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei. Peneliti mendeskripsikan secara kuantitatif (angka-angka) kecenderungan-kecenderungan, perilaku-perilaku, atau opini-opini dari suatu populasi tersebut.35 Penelitian ini mencoba untuk menganalisis serta medeskripsikan tentang persepsi konsumen muslim terhadap label halal pada produk kosmetik Wardah.

B. Lokasi Dan Objek penelitian

Penulis akan melakukan penelitian di Universitas Muhammadiyah Makassar, dan yang akan menjadi objek penelitian adalah mahasiswi Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam. Adapun target waktu penelitian yaitu selama dua bulan.

34

Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h.7 35

Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.216

(41)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.36 Variabel tunggal adalah variabel yang hanya mengungkapkan satu variabel untuk dideskripsikan unsur-unsur atau fator-faktor di dalam setiap gejala yang termasuk variabel tersebut.37 Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu persepsi konsumen muslim terhadap label halal pada kosmetik Wardah.

D. Definisi Operasional Variabel

Adapun pengertian tentang defenisi operasional variabel sebagai berikut:

a. Persepsi adalah proses yang dialami oleh individu tentang bagaimana proses yang dirasakan kemudian mempengaruhi dalam memberi makna terhadap apa yang telah diketahui, lewat panca indera yang memberikan kesan bagi mereka untuk memberi penafsiran.

b. Label halal adalah pencantuman suatu cap, identitas, atau etiket yang memberikan informasi sekaligus memberikan perlindungan secara hukum kepada konsumen atas kehalalan suatu produk secara resmi oleh badan yang berwewenang dalam memberikan fatwa halal atas suatu produk.

36

Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta, Penerbit Bineka Cipta, 2010), h.161 37

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss), h.45

(42)

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian atau keseluruhan unit dari individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti.38 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi aktif jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah dan yang menjadi sampel penelitian adalah konsumen produk Wardah berjumlah 62 sampel.39

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi.40 Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Yang dimaksud

38

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), H. 74.

39

Sumber: Otlet Wardah Kosmetik 2019

40

(43)

dengan purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.41

F. Sumber Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber pertama baik dari individu maupun perorangan dari hasil pengisian kuesioner.42 Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian yaitu di kampus Unismuh Makassar. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dengan lima alternatif jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dengan cara memberi tanda atau simbol ( ).

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau di kumpulkan dari sumber yang telah ada. Data itu biasanya diperoleh dari perpustakaan, jurnal ilmiah, buku, dokumen atau dari laporan-laporan peneliti yang terdahulu.

41

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013, H. 122

42

Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian & Bisnis Ekonomi (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015), H. 83.

(44)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipergunakan oleh peneliti dalam mendapatkan hasil riset yang berkualitas. Instrumen dalam penelitian ini adalah wawancara dan penyebaran angket (kuisioner). Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert, Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial..

Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur tersebut dengan instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih akurat, efisien, dan komunikatif. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini adalah dengan menggunakan skala likert lima skala jawaban. Jawaban responden berupa piihan dari lima alternative yang ada, yaitu:

Gambar 3.1 Skala Likert

1 STS : Sangat Tidak Setuju

2 TS :TidakSetuju

3 KS : Kurang Setuju

4 S : Setuju

(45)

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang di pergunakan dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Pada waktu melakukan observasi, analisis sistem dapat ikut juga berpartisipasi atau hanya mengamati saja orang-orang yang sedang melakukan suatu kegiatan tertentu yang diobservasi. 3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan atau tulisan, wasiat, buku, undang-undang, jurnal, majalah dan sebagainya yang enjadi bahan referensi pendukung bagi peneliti. 4. Kuesioner (angket)

(46)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan terbuka atau tertutup, dapat diberikan kepada responden secara lansung atau dikirim melalaui pos atau internet.

I. Teknik Analisis Data

Dalam upaya memberi jawaban atas tujuan penelitian maka data atau bahan yang penulis peroleh, kemudian diolah metode statistik mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

4. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan, kecermatan suatu instrumen penelitian. Untuk menentukan apakah layak atau tidak suatu item yang digunakan maka dilakukan uji signifikan, artinya di anggap valid apabila berkolerasi signifikan terhadap total atau jika penilaian langsung jika batas minimal korelasi (r) 0,30.

5. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sebera jauhsuatu instrumen memberikan hasil pengukuran yang konsisten, apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang. Pengujian Conbach Alpha

(47)

digunakan untuk menguji tingkat keandalan (reliability) dari masing-masing variabel. Apabila nilai Conbach Alpha semakin mendekati 1 mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi pula konsistensi reliabilitasnya. Menurut Ghozali bahwa reliable (handal) jika nilai Conbach Alpha lebih besar dari 0,60. Jadi dapat dikatakan bahwa seluruh pernyataan dalam kuisioner adalah reliable (dapat diandalkan), sehingga layak untuk dilakukan pengujian selanjutnya.

6. Uji Frekuensi

Uji frekuensi merupakan suatu uraian atau ringkasan yang dapat dibuat dalam bentuk tabel suatu kelompok data yang menunjukkkan sebaran data observasi dalam beberapa kelas sehingga dapat membentuk suatu tabel frekuensi yang berisikan kategori-kategori tersebut.

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat PT. Paragon Technology And Inovation

PT. Paragon Technology And Inovation berdiri sejak 1985 dan telah mendapatkan sertifikat GMP (Good Manufacturing Practic).Dengan pengalaman lebih dari 32 tahun, paragon telah diakui sebagai salah satu perusahaan manufaktur kosmetik terbesar di Indonesia dan telah diperhitungkan dalam taraf internasional dalam menciptakan brand-brand

unggulan seperti Wardah, Make Over, Emina, IX, dan Putri.

Sebagai perusahaan kosmetik asli indonesia dengan tingkat pertumbuhan lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan industri pertahun, kini paragon telah memiliki lebih dari 7500 karyawan terbaik di bidangnya di seluruh Indonesia yang dipercayakan untuk memproduksi lebih dari 95 juta produk personal care dan make up setiap tahunnya.43

2. Visi dan Misi PT. Paragon Technology And Innovation

b. Visi

Menjadi perusahaan yang berkomitmen untuk memiliki pengelolaan terbaik dan berkembang terus menerus dengan bersama-sama

43

Paragon Technology And Innovation, “Home”, diakses pada 27 november 2017, pukul 22:24 dari https://www.paragon-innovation.com/

(49)

menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin melalui produk berkualitas yang memberikan manfaat bagi paragonian, mitra, masyarakat, dan lingkungannya.

c. Misi

1) Mengembangkan Paragonian

2) Menciptakan kebaikan untuk pelanggan 3) Perbaikan berkesinambungan

4) Tumbuh bersama-sama 5) Memelihara bumi

6) Mendukung pendidikan dan kesehatan bangsa 7) Mengembangkan bisnis

3. Profil Brand Wardah

Wardah adalah sebuah brand kecantikan yang peduli dan mengerti keinginan setiap perempuan untuk selalu memiliki perasaan tenang dan nyaman dengan penampilannya. Wardah sebagai pelopor dalam menciptakan produk kecantikan bersertifikat halal, membagikan pemahaman baru bahwa cara hidup halal dan produk kecantikan mampu berpadu secara elegan. Wardah memiliki tanggung jawab sosial dalam menginspirasi setiap perempuan untuk mencintai diri mereka.44

44 Paragon Technology And Innovation, “Brands”, diakses pda 27 november 2017, pukul

(50)

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Sebaran Responden

Sebaran responden dalam penelitian ini di dasarkan pada semester, dan usia responden. Sedangkan responden penelitian ini adalah mahasiswi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 62 sampel yang di ambil dari total keseluruhan mahasiswi yang memakai produk wardah. Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan semester dan usia responden yang didapatkan peneliti di lapangan.

a. Responden Berdasarkan Semester Tabel 4.1

Karakteristik responden berdasarkan semester

Semester Responden Frequency Percent Valid 2 12 19.4 4 22 35.5 6 11 17.7 8 17 27.4 Total 62 100.0

Sumber : Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah responden yang berasal dari semester 2 sebanyak 12 orang atau (19.4%), jumlah responden yang berasal dari semester 4 sebanyak 22 orang atau (35,5%), jumlah responden yang berasal dari semester 6 sebanyak 11 orang atau (17,7%), dan

(51)

jumlah responden dari semester 8 sebanyak 17 orang atau (27,4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah responden terbanyak berasal dari semester 4 sebanyak 22 orang atau (35,5%).

b. Responden Berdasarkan Usia Tabel. 4.2

Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Respondem Frequency Percent V a l i d 18-20 37 59.7 21-25 25 40.3 Total 62 100.0

Sumber : Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berusia dari 18-20 tahun sebanyak 37 orang atau (59,7%), dan responden yang berusia 21-25 sebanyak 25 orang atau (40,3%). Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang memakai produk wardah berasal dari responden yang berusia 18-20 tahun.

C. Deskripsi Hasil Angket Penelitian

Data hasil penelitian terdiri dari satu variabel tunggal yaitu analisis persepsi konsumen muslim terhadap label halal pada kosmetik wardah. Persepsi adalah sebuah proses yang dialami oleh individu tentang proses yang dirasakan kemudian mempengaruhi dalam memberi makna terhadap apa yang

(52)

diketahui, lewat panca indra yang memberikan kesan bagi mereka untuk memberi penafsiran bagi lingkungannya. Syarat terjadinya persepsi adalah ketika ada objek yang akan dipersepsikan kemudian adanya indra atau resepsi yang dimaksudkan untuk menerima stimulus yang kemudian diterima dan diteruskan oleh syaraf sensoris kemudian di sampaikan ke syaraf pusat sebagai pusat kesadaran, dan kemudian adanya perhatian yang menjadi langkah awal yang kita sebut sebagai persiapan untuk mengadakan persepsi.

Selanjutnya peneliti akan menganalisis data primer yang di dapat dari hasil kuesioner/angket yang dibagikan kepada responden yaitu mahasiswi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar. Kuesioner ini berjumlah 12 pertanyaan, kuesioner ini bersifat terbatas artinya responden diminta menjawab dengan memilih jawaban yang telah tersedia saja. Setelah hasil data kuesioner terkumpul maka diadakan pengolahan data dengan menggunakan aplikasi SPSS Versi 22. Maka langkah selanjutnya penulis akan menginterpretasikan hasil jawaban responden sesuai dengan item-item pertanyaan yang telah diajukan kepada para responden serta diambil kesimpulan hasil kuesioner tersebut.

Untuk lebih jelas mengenai data jawaban responden maka akan dijelaskan satu sebagai berikut :

(53)

No

Pernyataan

SS+S KS+TS F % F %

1 Saya tahu maksud dari gambar di samping

62 100% 0 0 % 2 Saya selalu memperhatikan ada tidaknya

gambar tersebut pada kemasan sebelum melakukan pembelian produk kosmetik wardah

52 82,3% 11 17,7%

3 Tulisan “Halal” pada gambar di samping

terbaca denga jelas 45 72,6% 17 27,5%

4 Adanya tulisan “Halal” yang terdapat pada

gambar tersebut membantu saya

mengidentifikasi produk sebelum saya melakukan pembelian kosmetik Wardah

55 88,7% 7 11,3%

5 Saya mengetahui gabungan gambar dan tulisan di samping adalah “Label Halal” resmi dari MUI

59 95,2% 3 4,8%

6 Adanya “Label Halal” menjadi

pertimbangan saya memilih produk kosmetik Wardah sebelum saya melalukan pembelian

56 90,3% 6 9,7%

7 Saya mengetahui dengan jelas “ Label Halal” di samping pada kemasan produk kosmetik Wardah

57 92% 5 8,1% 8 Karena terdapat kemasan, “Label Halal”

mempermudah saya dalam memberi informasi dan keyakinan akan mutu produk

59 95,1% 3 4,8% 9 “Label Halal sangat penting bagi konsumen

Muslim sebelum memilih produk kosmetik Wardah

61 98,4% 1 1,6% 10 “Label Halal” produk Wardah menjamin

kehalalan produk 62 100% 0 0%

11 Informasi “Label Halal” LPPOM MUI pada kemasan memperkuat bahwa Wardah tidak berbahaya

(54)

1. Saya Tahu Maksud Dari Gambar “Label Halal” Di Samping Tabel 4.3 Data Jawaban X1

X1

Frequency Percent

Valid 4 25 40.3

5 37 59.7

Total 62 100.0

Sumber :Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebanyak 25 orang atau (40,3%) menjawab setuju dan sebanyak 37 orang atau (59,7%) menjawab sangat setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh responden mengetahui maksud dari gambar label halal.

2. Saya Selalu Memperhatikan Ada Tidaknya Gambar “Label Halal” Pada Kemasan Sebelum Melakukan Pembelian Produk Kosmetik Wardah

Tabel 4.4 Data Jawaban X2

X2 Frequency Percent Valid 2 3 4.8 3 8 12.9 4 28 45.2 5 23 37.1 Total 62 100.0

(55)

Dari tabel. 5 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 3 orang atau (4,8%) menjawab tidak setuju, 8 orang atau (12,9%) menjawab kurang setuju, 28 orang atau (45,2%) menjawab setuju, dan 23 orang atau (37,1%) menjawab sangat setuju. Jadi dapat di simpulkan bahwa responden memperhatikan ada tidaknya label halal sebelum melakukan pembelian

3. Tulisan Halal Pada Produk Wardah Terbaca Dengan Jelas Tabel 4.5 Data Jawaban X3

X3 Frequency Percent Valid 2 4 6.5 3 13 21.0 4 24 38.7 5 21 33.9 Total 62 100.0

Sumber :Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Dari tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 4 orang atau (6,5%) menjawab tidak setuju, sebanyak 13 orang atau (21,0%) menjawab kurang setuju, sebanyak 24 orang atau (38,7%) menjawab setuju, dan sebanyak 21 orang atau (33,9%) menjawab sangat setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden melihat dengan jelas label halal yang tertera pada produk dan ada beberapa responden merasa bahwa label halal tidak jelas atau kurang jelas terlihat pada produk dengan kata lain

(56)

responden berpersepsi sesuai dengan kemampuan rangsangan indra mereka terhadap objek yang diperhatikan.

4. Adanya Tulisan “Halal” Yang Terdapat Pada Produk Wardah Membantu Saya Mengidentifikasi Produk Sebelum Saya Melakukan Pembelian Kosmetik Wardah.

Tabel 4.6 Data Jawaban X4

X4 Frequency Percent Valid 2 2 3.2 3 5 8.1 4 26 41.9 5 29 46.8 Total 62 100.0

Sumber :Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Dari tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 2 orang atau (3,2%) menjawab tidak setuju, sebanyak 5 orang atau (8,1%) menjawab kurang setuju, sebanyak 26 orang atau (41,9%) menjawab setuju, dan sebanyak 29 orang atau (46,8%) menjawab sangat setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa tulisan halal sangat membantu responden dalam mengidentifikasi produk sebelum melakukan pembelian.

(57)

5. Saya Mengetahui Gabungan Gambar Dan Tulisan Pada “Label Halal” Adalah Resmi Dari MUI

Tabel 4.7 Data Jawaban X5

X5 Frequency Percent Valid 2 1 1.6 3 2 3.2 4 38 61.3 5 21 33.9 Total 62 100.0

Sumber :Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Dari tabel 8 di atas dapat diketahui sebanyak 1 orang atau (1,6%) menjawab tidak setuju, sebanyak 2 orang atau (3,2%) menjawab kurang setuju, sebanyak 38 orang atau (61,3%) menjawab setuju, dan sebanyak 21 orang (33,9%) menjawab sangat setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa responden sudah mengetahui gabungan gambar dan tulisan halal yang ada pada produk wardah sudah resmi dari MUI.

6. Adanya “Label Halal” Menjadi Pertimbangan Saya Memilih Produk Kosmetik Wardah Sebelum Saya Melakukan Pembelian

Tabel 4.8 Data Jawaban X6

X6

Frequency Percent

Valid 2 2 3.2

3 4 6.5

(58)

5 32 51.6

Total 62 100.0

Sumber :Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Dari tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 2 orang atau (3,2%) menjawab tidak setuju, sebanyak 4 orang atau (6,5%) menjawab kurang setuju, sebanyak 24 orang atau (38,7%) menjawab setuju, dan sebanyak 32 orang atau (51,6%) menjawab sangat setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa label halal menjadi pertimbangan responden memilih produk wardah dibandingkan produk lain.

7. Saya Mengetahui Dengan Jelas “Label Halal” Pada Kemasan Produk Kosmetik Wardah

Tabel 4.9 Data Jawaban X7

X7 Frequency Percent Valid 2 1 1.6 3 4 6.5 4 29 46.8 5 28 45.2 Total 62 100.0

Sumber :Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Dari tabel. 10 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 1 orang atau (1,6%) menjawab tidak setuju, sebanyak 4 orang atau (6,5%) menjawab kurang setuju, sebanyak 29 orang atau (46,8%) menjawab setuju, dan sebanyak 28 orang atau 945,2%) menjawab sangat setuju. Jadi dapat

(59)

disimpulkan bahwa responden mengetahui dengan jelas label halal pada kemasan produk wardah.

8. Karena “Label Halal” Terdapat Pada Kemasan Produk Mempermudah Saya Dalam Memberi Informasi Dan Keyakinan Akan Mutu Produk

Tabel 4.10 Data Jawaban X8

X8 Frequency Percent Valid 2 1 1.6 3 2 3.2 4 27 43.5 5 32 51.6 Total 62 100.0

Sumber :Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Dari tabel. 11 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 1 orang atau (1,6%) menjawab tidak setuju, sebanyak 2 orang atau (3,2%) menjawab kurang setuju, sebanyak 27 orang atau (43,5%) menjawab setuju, dan sebanyak 32 orang atau (51,6%) menjawab sangat setuju. Jadi Dapat disimpulkan bahwa label halal mempermudah responden dalam memberikan informasi dan keyakinan terhadap mutu produk dari kosmetik wardah.

(60)

9. Label Halal Sangat Penting Bagi Saya Sebelum Memilih Produk Kosmetik Wardah

Tabel 4.11 Data Jawaban X10

X9 Frequency Percent Valid 3 1 1.6 4 15 24.2 5 46 74.2 Total 62 100.0

Sumber :Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Dari tabel. 13 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 1 orang atau (1,6%) menjawab kurang setuju, sebanyak 15 orang atau (24,2%) menjawab setuju, dan sebanyak 46 orang atau (74,2%) menjawab sangat setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa label halal sangat penting bagi konsumen sebelum memilih produk kosmetik wardah.

10.“Label Halal” Produk Wardah Menjamin Kehalalan Produk Tabel 4.12 Data Jawaban X11

X10

Frequency Percent

Valid 4 22 35.5

5 40 64.5

Total 62 100.0

Sumber :Data primer diolah pada tanggal 13 juni 2020

Dari tabel. 14 di atas dapat diketahu bahwa sebanyak 22 orang atau (35,5%) menjawab setuju, dan sebanyak 40 orang atau (64,5%) menjawab

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowmans disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan

Pada komik “Indonesia 1998” memiliki karakter tokoh utama yang bernama Rony. Rony dihadirkan sebagai jembatan komunikasi antar sesama kalangan menengah ke bawah. Rony memiliki

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan Bahasa Jurnalistik pada Intro feature di Surat Kabar Harian Pagi Riau Pos Edisi Januari s/d April 2013

Perkembangan teknologi komunikasi seperti internet telah mengarahkan sejarah teknologi ekonomi sekarang ini maju pada alur yang baru (layanan online) dimana hal ini

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Integritas, Objektivitas, Motivasi dan Etika

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga bekerja sebagai petani memiliki motivasi negatif, keadaan ini akan menyebabkan keluarga enggan untuk menerima

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis,

Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut