• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kinerja Sinkronisasi Learning Management System (LMS) Melalui Jaringan Radio Paket

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Kinerja Sinkronisasi Learning Management System (LMS) Melalui Jaringan Radio Paket"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak–-. Dalam paper ini akan dibahas mengenai unjuk kerja sinkronisasi Learning Management System (LMS), dimana analisis unjuk kerja ini diperlukan untuk menganalisa apakah sistem yang telah dibangun layak untuk dijalankan atau tidak. Analisa unjuk kerja ini menggunakan jaringan radio paket sebagai media transmisi. Pengujian throughput pada aplikasi sistem sinkronisasi LMS dapat diamati dengan menggunakan program Wireshark, durasi dan loss dapat diamati dengan menggunakan modem radio dan program Delphi 7. Dari hasil pengukuran diharapkan akan dapat memperbaiki unjuk kerja dari sinkronisasi LMS yang telah dibangun.

Kata Kunci—LMS, modem radio, radio paket, sinkronisasi

1. PENDAHULUAN

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat mendorong kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-Learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara konten dan sistemnya. Saat ini konsep e-Learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-Learning di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas).

E-learning adalah suatu kemajuan penting dalam sistem pendidikan modern. Oleh karena itu, metode dan isi e-learning harus dapar membuat perubahan dan menjawab tantangan dalam hal teknis dan sosial. Aspek baru ini muncul dari bagaimana orang mendapatkan informasi, bagaimana mereka akan mendapatkan materi dalam situasi dan tempat belajar yang diinginkan. Komunitas pembelajaran merupakan pendekatan baru dan terfokus pada aspek interaksi antar orang. Platform e-learning modern harus mencerminkan tantangan baru ini seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1

Gambar 1 Aspek dalam e-learning (Ryu, 2009)

Proses penyelenggaraan eLearning

(Electronic Learning) membutuhkan sebuah Learning Management System (LMS) yang berfungsi untuk mendukung implementasi pembelajaran elektronik ( e-learning) dengan menyediakan materi pembelajaran, instruksi-instruksi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, materi evaluasi dan penampilan hasil proses belajar.

LMS berbasis web saat ini terfokus untuk memenuhi kebutuhan lembaga dalam menyediakan platform dasar pendidikan umum. Sebagian besar universitas di seluruh dunia telah berhasil mengintegrasikan penggunaan LMS, di mana semua layanan informasi akademik, online dan aplikasi pembelajaran dikelola secara terpusat. LMS adalah konsolidasi lingkungan belajar online yang sudah diadopsi oleh pelajar, guru dan lembaga pendidikan (Alier, 2007).

Secara umum aplikasi LMS yang sering digunakan di setiap institusi pendidikan tinggi adalah

Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment yang lebih dikenal dengan istilah Moodle. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk ke dalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan menggunakan Moodle, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Umumnya setiap aplikasi tersebut dikembangkan secara berbeda sehingga sangat sulit untuk mengintegrasikannya agar dapat saling melengkapi satu sama lain. Di lain pihak, masing-masing aplikasi LMS tersebut berpotensi untuk dapat saling melengkapi. Oleh karena itu, perlu dilakukan sistem sinkronisasi agar dapat memanfaatkan obyek-obyek pembelajaran yang sama.

Terdapat dua metode sistem sinkronisasi yang dapat diaplikasikan yaitu uni-direksional dan bi-direksional. Sistem sinkronisasi uni-direksional melakukan sinkronisasi obyek-obyek pembelajaran dari sejumlah LMS client dengan LMS server, mata kuliah demi mata kuliah (pelajaran), sementara informasi personal siswa tidak disinkronkan antar LMS agar menyediakan operasi terpisah untuk setiap institusi pendidikan.

Sinkronisasi LMS telah dapat dilakukan pada jaringan dengan bandwidth yang besar. Sedangkan beberapa intitusi pendidikan yang ada dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh dan tidak terjangkau oleh infrastruktur yang mendukung untuk jaringan dengan

bandwidth yang besar. Untuk itu diperlukan teknologi

Analisa Kinerja Sinkronisasi Learning Management System (LMS)

Melalui Jaringan Radio Paket

Farah Alin Nugrahani

Laboratorium Jaringan telekomunikasi, Jurusan teknik Elektro, Fakultas teknologi Industri ITS Surabaya Indonesia 60111

(2)

komunikasi yang mampu menjangkau jarak yang jauh dan memiliki infrastruktur yang mudah dibangun.

Komunikasi radio merupakan salah satu teknologi yang mampu menjangkau jarak jauh dan infrstrukturnya mudah dibangun. Secara umum, frekuensi yang digunakan pada komunikasi radio adalah VHF (Very High Frequency). Komunikasi radio VHF bekerja pada frekuensi 30-100 MHz. Jarak transmisi sinyal VHF dapat mencapai jarak diatas 40 Km. Penggunaan umum untuk VHF adalah penyiaran radio FM, pemancar telepon genggam darat (darurat, bisnis, dan militer), Radio Amatir, komunikasi laut, sistem navigasi udara dan lainnya.

Salah satu teknologi yang memanfaatkan komunikasi VHF adalah sistem komunikasi radio paket. Sistem komunikasi radio paket merupakan suatu teknik komunikasi yang menggunakan kanal radio bersama. Dengan teknologi ini, data dapat dikirimkan melalui jariangan radio. Komunikasi radio paket juga dimaksudkan untuk mendukung komunikasi antara pengguna (user) dalam suatu wilayah yang sangat luas dan sangat sulit dijangkau oleh jaringan fisik.

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengiriman file pada proses sinkronisasi dengan besar file maksimum adalah 2 KB, karena apabila besar file yang dikirimkan lebih dari 2 KB maka file tersebut tidak akan sepenuhnya disinkronkan padahal pada proses sinkronisasi sendiri tidak diharapkan adanya pengiriman file yang tidak dapat diterima sepenuhnya. Dari penelitian tersebut, maka pada penelitian ini akan dikembangkan metode untuk pengiriman file pada proses sinkronisasi dengan besar file lebih besar dari 2 KB dengan tetap menyediakan hasil penerimaan file pada sisi penerima dengan sepenuhnya (Nurman, 2010).

2. DASAR TEORI 2.1 Sinkronisasi Uni-direksional

Perbedaan konten LMS yang ada pada tiap institusi pendidikan merupakan suatu potensi pembelajaran yang menguntungkan apabila digunakan untuk saling melengkapi materi maupun konten yang diperlukan. Pada sinkronisasi uni-direksional tidak semua data disinkronisasikan termasuk data pribadi dosen maupun mahasiswa yang tersimpan di dalam tabel-tabel sendiri pada database.

Gambar 2 Sinkronisasi Uni-direksional LMS (Affandi dkk, 2008)

Setiap LMS yang ada di tiap institusi yang sudah ada sebelumnya, sudah memiliki konten yang lebih banyak dan ukuran data yang besar untuk melakukan sinkronisasi di awal.

Gambar 3 Metode dan tahapan sinkronisasi LMS Kompresi data perlu dilakukan melalui dump

database yang dibuat sebelumnya. Metode tersebut dilakukan dengan mengekstraksi perubahan dari sumber database dari salah satu pengguna. Kemudian, perubahan tersebut dikompresi dan dikirim ke pengguna yang lain. Akhirnya, perubahan didekompresi

dan direplika pada database di setiap pengguna yang lain tersebut. Metode dan tahapan sinkronisasi ditunjukkan pada gambar 2.

Identifikasi materi/konten pembelajaran yang tersimpan dalam format database diambil berdasarkan identifikasi angka dan key yang berasosiasi pada mata kuliah (pelajaran) tertentu. Kemudian dari konten pembelajaran yang diambil tersebut, perbedaan yang ada antara materi pembelajaran saat ini dan sebelumnya diekstraksi. Perbedaan ini kemudian disinkronisasikan dengan LMS yang disebut secara langsung atau pada jadwal yang ditentukan.

2.2 Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment (MOODLE)

Moodle merupakan program aplikasi yang bersifat open source dan free (gratis) di bawah ketentuan GPL (General Public License). Moodle dapat berjalan di atas berbagai web server yang support bahasa pemrograman PHP dan sebuah database. Ia akan berjalan dengan baik di atas web server Apache

dengan database MySQL. Moodle dapat disebut sebagai

e-Learning, karena selain bisa mengelola sebuah proses belajar berlangsung, juga mampu mengelola materi dari pembelajaran. Di dalam Moodle juga terdapat beberapa manajemen sistem yang terbagi atas:

a. Site Management, meliputi website configuration, tampilan, dan modifikasi source code menggunakan PHP.

b. User management, digunakan untuk mengurangi keterlibatan admin menjadi lebih minimum, ketika menjaga keamanan yang berisiko tinggi.

c. Course Management, meliputi kewenangan di dalam mengatur pengajaran, metode pembelajaran, dan pembuatan forum, kuis, dan tugas-tugas lainnya.

2.3 Teknologi Radio Paket

Sistem komunikasi radio paket merupakan suatu teknik komunikasi yang menggunakan kanal radio bersama.

(3)

Gambar 4 Komunikasi Radio Paket

Komunikasi paket radio juga dimaksud untuk mendukung komunikasi antara pengguna (user) dalam suatu wilayah yang sangat luas dan sangat sulit dijangkau oleh jaringan fisik . Pada model komunikasi ini, paket data dikirimkan antara dua atau lebih terminal yang dilengkapi oleh radio penerima dan antena omnidirectional. Permasalahan yang selalu dijumpai dalam komunikasi ini adalah interferensi, keterbatasan jarak transmisi, atau adanya halangan (No Line Of Sight).

Radio Paket umumnya menggunakan protokol TCP/IP yang ditumpangkan pada paket AX.25 (Amatir X.25) demi memudahkan komunikasi dan mempertahankan kompabilitas dengan aplikasi yang sudah tersedia. Dengan adanya protokol AX.25, di dalam satu frekuensi yang dipakai bisa digunakan oleh beberapa pihak dalam satu waktu untuk berkomunikasi secara bergantian. Dalam waktu yang sama, pada satu frekuensi mungkin ada lebih dari dua stasiun yang dapat bekerja sekaligus dan mengirimkan data secara simultan tanpa mengganggu satu sama lain.

Protokol AX.25 mengikuti prinsip-prinsip X.25 yang dibuat oleh CCITT (International Telegrah And Telephone Consultive Comite ), kecuali dalam field

alamat yang diperluas dan tersedianya fasilitas frame informasi bit yang tidak bernomor atau Unnumberred information (UI). Istilah DXE digunakan pada protokol AX.25 karena kedua ujung link yaitu ujung primer DCE (Data Circuit Terminal Equipment) dan perangkat DTE (Data Terminal Equipment) memiliki kedudukan sama dan hal ini berbeda dengan protokol X.25.

Pada AX.25 level 2, informasi dikirim dalam bentuk blok-blok yang disebut frame. Frame tersusun atas bagian-bagian yang lebih kecil dan disebut field.

Field terdiri dari sejumlah okted atau byte. Protokol AX.25 memiliki beberapa bagian pada setiap frame yaitu antara lain:

Field Flag

Pada field flag berfungsi sebagai penanda awal dan akhir dari sebuah frame, sehingga DXE penerima dapat mengetahui kapan sebuah framedimulai dan kapan diakhiri.

Field Alamat

Berfungsi untuk mengidentifikasi terminal tujuan dan asal suatu frame, juga untuk mengidentifikasi repeater yang harus dilalui oleh sebuah frame.

Field Kontrol

Berfungsi untuk mengidentifikasi jenis frame yang dikirim.

Field Informasi

Field ini berfungsi untuk membawa data yang sebenarnya dari DXE pengirim ke DXE penerima.

Field FCS (Frame Check Sequence)

Gambar 5 Format data protokol AX.25 (Beech dan William, 1998)

Bilangan 16 bit yang dihitung oleh pengirim maupun penerima sebuah frame berdasarkan isi field

alamat, control, PID, dan informasi. Hal ini berfungsi untuk mengetahui apakah suatu frame mengalami kerusakan selama pengirimannya. Maka dari itu, DXE pengirim menempatkan FCS pada akhir frame, atau tepatnya sebelum flag penutup. Jika FCS hasil perhitungan dipenerima berbeda dengan FCS pada akhir frame, maka DXE penerima akan menyimpulkan bahwa frame tersebut telah mengalami kerusakan. DXE akan mengabaikan dan tidak akan memprosesnya.

3. METODOLOGI 3.1 Perancangan Sistem

Pada penelitian ini, topologi jaringan radio paket yang digunakan adalah point to point. Topologi ini mewakili sistem sinkronisasi LMS yang terdiri dari LMS server dan LMS client. Untuk melakukan sinkronisasi melalui jaringan radio paket, LMS server

dan LMS client akan dihubungkan ke sebuah gateway

radio. Gateway radio dibangun dengan sebuah PC (Personal Computer), modem radio, transceiver VHF. Modem radio yang digunakan ada dua jenis yaitu Modem FSK dengan IC-TCM3105 dan KYL-600L.

Gambar 6 Diagram Alir Sistem

3.2 Disain GUI gateway client/server

Program pada sisi transmitter digunakan untuk pengiriman file sinkronisasi point to point pada jaringan radio paket untuk mengirimkan file sinkronisasi melewati port serial menuju modem radio

(4)

yang digunakan. Dari modem, kemudian akan dikirimkan melalui radio yang terhubung. File sinkronisasi yang dikirimkan memiliki ukuran mulai dari 32 byte, 64 byte, 128 byte, 256 byte sampai batas kemampuan pengiriman modem radio. Dan untuk ukuran file yang lebih besar 100 KB, 300 KB, 500 KB, 1 MB dan 2 MB dengan menggunakan metode pemecahan pengiriman. Program berikutnya digunakan pada sisi receiver untuk menerima file sql yang dikirim oleh transmitter.

Gambar 7 GUI Transmitter

Gambar 8 GUI Receiver

3.2 SSImplementasi Sistem Sinkronisasi

Konsep dasar metode sinkronisasi akan dapat terjadi dengan menjalankannya pada kedua sisi yaitu

server utama dan server cadangan. Hal ini akan tergambar jelas pada gambar 9 sedangkan gambar 10 menunjukkan topologi yang digunakan.

Gambar 9 Desain Sistem Sinkronisasi

Gambar 10 Topologi Jaringan

3.3 Pengujian Ukuran Maksimum File sql

File yang akan disinkronkan merupakan file dengan format sql. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar maksimum ukuran file sql

yang dapat dikirim dalam sekali pengiriman. Pengukuran dilakukan dengan mengirimkan file-file dengan ukuran 32 byte, 64 byte, 128 byte, 256 byte, 512

byte, 1 Kbyte, 2 Kbyte, 3 Kbyte dan seterusnya hingga diketahui berapa besar maksimum file sql yang dapat dikirim oleh tiap-tiap modem.

Pengiriman file sql dilakukan sebanyak 10 kali dan dilakukan dengan menempatkan gateway radiodi Laboratorium B406 dan di daerah perumahan Keputih (Gang Makam E-17).

3.4 Pengukuran Waktu Pengiriman dan Loss File sql

Mekanisme pengiriman file ada dua tahapan yang pertama pengiriman file pada sisi pengirim dan yang kedua penerimaan file pada sisi penerima. File yang dikirimkan berupa file notepad.sql. Langkah pengiriman pada sisi pengirim yaitu:

1. File dalam notepad diinisialisasikan dalam bentuk satu baris.

2. Dihitung lebar file yang akan dikirimkan, ukuran pemecahan file yang akan digunakan dan bagian akhir dari file setelah dipecah menjadi beberapa bagian.

3. Proses penggiriman file dengan tiga format pengiriman seperti berikut ini:

a. Pengiriman pembuka file yaitu lebar file yang akan dikirim dan ukuran pemecahan file yang akan digunakan. UU$%+LEBAR_FILE+##$%+UKURAN_PE MECAH_FILE+%$UU

b. Pengiriman tiap bagian file.

UU$%+BAGIAN_FILE+@@$%INDEX_FIL E+%$UU+&&**&&

c. Pengiriman penutup file.

UU$%+****+%$&&**&&

Sedangkan untuk penerimaan pada sisi penerima, jika file yang diterima terdapat tanda &&***&& maka akan dimasukkan dalam buffer kemudian dilakukan pengolahan. Pada proses pengolahan file, jika terdapat tanda UU$% dan %$UU pada file didalam

buffer tersebut maka data akan disimpan tetapi jika tidak terdapat tanda tersebut maka data akan dibuang. Demikian selanjutnya dilakukan proses yang sama untuk file lain yang diterima disisi penerima.

Kemudian dilakukan pengamatan pada penelitian ini yaitu pada berbagai kondisi ukuran file baik tanpa dan dengan beberapa pemecahan ukuran file. Tujuannya adalah untuk mengetahui berapa lama waktu atau durasi yang dibutuhkan pada masing-masing ukuran file baik tanpa dan dengan beberapa pemecahan ukuran file.

Untuk pengukuran loss file dilakukan pada data dengan beberapa pemecahan ukuran

(5)

file. Tujuannya untuk mengetahui besar loss

yang ditimbulkan pada masing-masing file antara lain untuk ukuran file 100 KB, 300 KB, 500 KB, 1 MB dan 2 MB dengan beberapa pemecahan ukuran file antara lain yaitu 1 KB, 2 KB dan 3 KB.

3.5 Penghitungan Throughput

Penghitungan throughput dilakukan setelah melakukan dan mendapatkan hasil dari pengambilan data lama waktu pengirimana dan loss file seperti langkah 3.4. Untuk penghitungan throughput ini menggunakan rumusan: 8 Pengukuran Waktu Diterima yang File Jumlah Transmisi Throughput = x (3.1) dengan:

Throughput transmisi = bit per second (bps) Waktu pengukuran = detik (s)

Jumlah file yang diterima = Bytes

3.6 Pengambilan Data Sinkronisasi LMS Sinkronisasi dilakukan antara LMS server

utama dan LMS server cadangan dimana pengukurannya dilakukan dengan bantuan software wireshark. Ukuran file yang dikirimkan yaitu 100 KB, 300 KB, 500 KB, 1 MB dan 2 MB, masing-masing dilakukan 5 kali pengukuran pada dua kondisi. Kondisi A tanpa pembatasan bandwidth dan kondisi B dengan pembatasan bandwidth. Parameter yang diukur yaitu durasi dan throughput

4. HASIL DAN ANALISA

4.1 Hasil Pengujian Ukuran Maksimum File sql

Modem FSK (IC-TCM3105) yang digunakan mempunyai baudrate 1200 bps.

Gambar 11 Pengujian Ukuran Maksimum File sql pada Modem FSK dengan IC-TCM3105

Pada gambar 11 dapat dilihat bahwa ukuran maksimum file sql yang dapat dikirimkan dan diterima dengan sempurna pada Modem FSK (IC-TCM3105) adalah 2 Kbyte.

4.2 Pengukuran Lama Waktu Pengiriman dan Loss File sql

Pengukuran dilakukan dengan mengirimkan file 100 KB, 300 KB, 500 KB, 1 MB dan 2 MB kemudian dipecah sebesar 1 KB, 2 KB dan 3 KB.

Setiap file dikirimkan sebanyak 5 kali dan dilakukan pada dua kondisi. Kondisi A, gateway radio ditempatkan di Laboratorium B406 dan di Taman

Teknologi Jurusan Teknik Elektro ITS. kondisi B,

gateway radio ditempatkan di Laboratorium B406 Jurusan Teknik Elektro ITS dan di daerah perumahan Keputih (Gang Makam E-17).

\ Gambar 12 Rata-Rata Durasi Pengiriman

untuk kondisi A

Gambar 13 Rata-Rata Durasi Pengiriman untuk kondisi B

Terlihat dari gambar 12 dan gambar 13 bahwa semakin besar file yang dikirim maka durasi juga besar.

Gambar 14 Rata-Rata Loss Pengiriman untuk kondisi A

Gambar 15 Rata-Rata Loss Pengiriman untuk kondisi B

Terlihat dari gambar 14 dan gambar 15 bahwa rata-rata loss untuk ukuran pemecahan paket data 1 KB nilai nya paling besar bila dibandingkan dengan nilai ukuran pemecahan paket data 2 KB dan 3 KB.

4.3 Penghitungan Throughput

Penghitungan throughput dilakukan dengan menggunakan rumusan (3.1) untuk ukuran file 100 KB, 300 KB, 500 KB, 1 MB dan 2 MB dengan dua kondisi. Kondisi A, gateway radio ditempatkan di Laboratorium B406 dan di Taman Teknologi Jurusan Teknik Elektro ITS. kondisi B, gateway radio ditempatkan di

(6)

Laboratorium B406 Jurusan Teknik Elektro ITS dan di daerah perumahan Keputih (Gang Makam E-17).

Gambar 16 Rata-Rata Throughput untuk kondisi A

Gambar 17 Rata-Rata Throughput untuk kondisi B Dari gambar 16 dan gambar 17 diatas dapat dilihat bahwa semakin besar ukuran pemecahan file maka nilai throughput semakin besar baik untuk hasil pengukuran jarak dekat dan jarak jauh.

4.4 Pengambilan Data Sinkronisasi LMS Parameter yang diukur yaitu durasi dan throughput masing-masing sebanyak 5 untuk semua ukuran file pada dua kondisi yaitu tanpa dan dengan pembeian pembatasan

bandwidth.

Gambar 18 Perbandingan Rata-Rata Durasi Sinkronisasi

Durasi sinkronisasi tanpa pembatasan

bandwidth lebih besar daripada dengan pembatasan bandwidt,. dikarenakan saat sinkronisasi file mengalami antrian lebih lama sehingga durasi lebih lama, berbeda dengan tanpa pembatasan bandwidth dimana file tidak perlu mengalami antrian lebih lama sehingga durasi yang diperlukannya pun kecil.

Gambar 19 Perbandingan Rata-Rata

Throughput Sinkronisasi

Throughput semakin besar tanpa pembatasan bandwidth bila dibandingkan dengan pemberian pembatasan bandwidth

karena kapasitas bandwidth dari server yang diberikan sebesar 512 Kbps sedangkan file yang disinkronkan lebih besar dari kapasitas yang telah disediakan oleh server.

5. KESIMPULAN

Pemilihan modem yang baik berpengaruh terhadap kinerja durasi pengiriman file, semakin besar file maka

loss semakin besar namun jika menggunakan pemecahan maka semakin besar ukurannya loss

semakin kecil sehingga throughput semakin besar. Pemberian pembatasan bandwidth juga berpengaruh terhadap throughput dan durasi. Untuk durasi tanpa pembatasan bandwidth lebih kecil dibanding dengan pemberian batasan bandwidth, sedangkan untuk

throughput sebaliknya.

DAFTARPUSTAKA

Affandi, A., Usagawa, T., Jazidie, A., Chisaki, Y. (2008), Sistem Sinkronisasi Untuk Membangun Lingkungan E-Learning Terdistribusi, Publication number: US2008040397 (A1) Publication date: 2008-02-14, Applicant(s): LPPM ITS.

Alier M F. José M. Casado P. (2007), A Mobile Extension of A Web Based Moodle Virtual Classroom, Proceedings of the e-challenges’07. Ardita, M. (2010), Perancangan Terminal Komunikasi

Data Terintegrasi untuk Jaringan Ad Hoc Vessel Messaging System (VMeS), Tesis Magister, Teknik Elektro ITS, Surabaya. Beech and William, A. (1998), AX.25 Link Access

Protocol for Amateur Packet Radio, The American Radio Relay League.

Fauzi, N. (2010), Analisa Kinerja Sinkronisasi Uni-Direksional Learning Management System pada Jaringan Radio Paket, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya.

Jamil, A., Itmazi, Member, IEEE and Mahmoud, J. Tmeizeh. (2008), Blended eLearning Approach for Traditional Palestinian Universities, IEEE MULTIDISCIPLINARY ENGINEERING EDUCATION MAGAZINE, Vol. 3, No. 4, hal. 156.

Lami, H.F.J. (2009), Implementasi Teknik Roll Call Poling Pada Gateway Multi Terminal, Tesis Magister, ITS, Surabaya.

Ryu, H. (2009), Innovative Mobile Learning: Techniques and Technologies, New York: Information science reference.

Farah Alin Nugrahani, menyelesaikan studi S1 bidang Teknik Telekomunikasi pada Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS-ITS) tahun 2008. saat ini masih menempuh program magister di ITS Surabaya dengan bidang keahlian Telekomunikasi Multimedia.

Referensi

Dokumen terkait

Penahanan di tempat asal dalam ayat ini merupakan penahanan di tempat pengumpulan, pengolahan, dan atau pengawetan antara lain seperti di rumah potong hewan pada waktu

Hasil dari perhitungan analisis SWOT diatas bahwa dalam pengembangan usaha pembesaran udang vanname pada tambak intensif di kecamatan Palang kabupaten Tuban memiliki

Penelitian ini adalah kardiomiopati dilatasi merupakan penyakit pada otot jantung yang menyebabkan penurunan fungsi ventrikel kiri dan kanan, serta menimbulkan manifestasi

“Penghukuman itu berasal dari kata dasar hukum, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum suatu peristiwa itu tidak hanya menyangkut bidang hukum pidana saja, akan tetapi

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah

Berdasarkan hasil wawancara dan FGD ( Focus Group Discussion ) pada petugas filling mengenai kebutuhan dan harapan dikemudian hari, agar adanya sistem

Sebelum diberikan intervensi pelatihan peregangan, masing-masing responden pada kelompok eksperimen diukur lingkup gerak sendinya dan pada hasil pre-test tidak

Dalam konteks filem Gerimis, ia sangat sesuai untuk dijadikan kajian kes untuk mengetahui teori dan konsep yang berkaitan dengan perkahwinan antara budaya namun ia ada