• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

STANDAR KOMPETENSI

DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM

INDONESIA

Kolegium Ilmu Penyakit Dalam

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia 2014

(3)

KATA PENGANTAR

Kolegium Ilmu Penyakit Dalam merupakan organisasi yang bertanggung jawab dalam menjamin mutu pendidikan dokter spesialis dan subspesialis penyakit dalam di Indonesia. Tantangan strategis yang harus dihadapi oleh KIPD adalah mewujudkan kualitas lulusan dokter spesialis dan subspesialis penyakit dalam yang bertaraf internasional dan sesuai kebutuhan masyarakat. Agar dapat mewujudkan hal tersebut maka dibuatlah Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam (SKSPD) Indonesia. SKSPD ini merupakan standar minimal kompetensi lulusan yang digunakan sebagai acuan nasional oleh tiap Program Studi (Prodi) Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Penyakit di Indonesia untuk mengembangkan kurikulum dan buku rancangan pengajaran (BRP).

Standar kompetensi ini merupakan revisi pertama dari standar kompetensi yang diterbitkan tahun 2008. Upaya revisi ini dimulai tahun 2013 dalam beberapa pertemuan yang melibatkan tim penyusun dari kolegium, narasumber dari seluruh organisasi seminat di bawah lingkup Ilmu Penyakit Dalam, dan para ketua Program Studi Ilmu Penyakit Dalam dari 14 Fakultas Kedokteran di Indonesia. Sebagai suatu standar yang harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sistem kesehatan yang berlaku, maka SKSPD ini akan mengalami revisi secara berkala. Berkenaan dengan hal tersebut kami mohon saran dan masukkan untuk perbaikan dan penyempurnaan standar ini.

Atas nama tim penyusun, kami mohon maaf bila selama proses penyusunan standar kompetensi ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Semoga kerjasama selama ini, terus terjalin dan memberikan kemudahan dan manfaat bagi kita semua dalam mewujudkan pendidikan dokter sepsialis penyakit dalam yang berkualitas di masa mendatang.

(4)

Akhir kata, semoga Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia ini mampu melengkapi kebutuhan Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Penyakit Dalam untuk membentuk dokter spesialis penyakit dalam yang bertaraf internasional dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

(5)

TIM PENYUSUN

dr. Aulia Rizka, SpPD dr. Arif Mansjoer, SpPD, KIC dr. Rachmat Hamonangan, SpPD Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, MEpid

dr. Irsan Hasan, SpPD, K-GEH dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, K-PTI

dr. Aida Lydia, PhD, SpPD, K-GH Dr. dr. Ria Bandiara, SpPD, K-GH

(6)

NARASUMBER

dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI dr. Alvina Widhani, SpPD dr. Em Yunir, SpPD, K-EMD

Prof.Dr.dr. Achmad Rudijanto, SpPD, K-EMD Prof.dr. Marcellus Simadibrata, PhD, SpPD, K-GEH

dr. Irsan Hasan, SpPD, K-GEH dr. Ali Djumhana, SpPD, K-GEH dr. Purwita W. Laksmi, SpPD, K-Ger

dr. Suka Aryana, SpPD, K-Ger dr. Maruhum Bonar Marbun, SpPD, K-GH

Dr.dr. Zulkhair Ali, SpPD, K-GH dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV

Prof.dr. Ali Ghanie, SpPD, K-KV dr. Cosphiadi Irawan, SpPD, K-HOM

dr. Mudjaddid, SpPD, K-Psi dr. Agus Siswanto, SpPD, K-Psi Prof.Dr.dr. Harry Isbagio, SpPD, K-R

dr. Sumariyono, SpPD, K-R dr. Rudi Hidayat, SpPD, K-R

dr. Khie Chen, SpPD, K-PTI dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, K-PTI dr. Ceva Wicaksono, SpPD, K-P, KIC

Dr.dr. Zulkifli Amin, SpPD, K-P

(7)

KONTRIBUTOR

Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNAIR Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNAND Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNIBRAW

Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNDIP Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UGM Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNHAS

Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UI Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNPAD Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNSRAT

Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNSRI Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK USU Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNUD

Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNS Ketua Program Studi Spesialis Penyakit Dalam FK UNSYIAH

(8)

SAMBUTAN

(9)
(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGANTAR ... 2

TIM PENYUSUN ... ... 3

KONTRIBUTOR ... 4

SAMBUTAN KETUA UMUM KIPD ... 5

SK PENGESAHAN ... 6 DAFTAR ISI ... 8 DAFTAR TABEL ... 10 DAFTAR SKEMA ... 12 DAFTAR SINGKATAN ... 13 BAB I : PENDAHULUAN... 13

BAB II : PROSES PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI ... 15

BAB III : AREA DAN KOMPONEN KOMPETENSI 3.1 Area Kompetensi ... 21

3.2 Komponen Kompetensi dan Learning Outcome ... 22

BAB IV : KOMPETENSI SPESIALIS PENYAKIT DALAM 4.1 Kompetensi Umum ... 48

4.2 Kompetensi Bidang 4.2.1 Bidang Alergi dan Imunologi ... 51

4.2.2 Bidang Penyakit Endokrin, Diabetes dan Metabolisme ... 51

4.2.3 Bidang Hati dan Saluran Pencernaan ... 51

4.2.4 Bidang Ginjal dan Hipertensi ... 51

4.2.5 Bidang Hematologi dan Onkologi ... 51

4.2.6 Bidang Kardiovaskular... ... 51

4.2.7 Bidang Tropik dan Infeksi ... 51

(11)

4.2.9 Bidang Penyakit Paru ... 51

4.2.10 BidangReumatologi ... 51

4.2.11 Bidang Geriatri ... 51

4.3 Kompetensi Populasi Khusus ... 93

4.3.1Bidang Kesehatan Remaja ... 51

4.3.2Bidang Kesehatan Perempuan ... 51

4.4 Kompetensi Keadaan Khusus... 96

BABV :TAHAP PENCAPAIAN KOMPETENSI 5.1 Kompetensi Penyakit ... 47

5.1.1 Pendidikan Tahap I (Dasar) ... 47

5.1.1.1 Diagnosis dan Tatalaksana Kasus Sederhana ... 47

5.1.2 Pendidikan Tahap II (Madya) ... 47

5.1.2.1 Diagnosis dan Tatalaksana Kasus Multi ... 47

5.1.3 Pendidikan Tahap III(Lanjut) ... 47

5.1.3.1 Diagnosis dan Tatalaksana Kasus Multi dan Konsultasi .. 47

5.2 Kompetensi Prosedur ... 47

5.2.1 Pendidikan Tahap I (Dasar) ... 47

5.2.1.1 Diagnosis dan Tatalaksana Kasus Sederhana ... 47

5.2.2 Pendidikan Tahap II (Madya) dan Tahap III ... 47

5.2.2.1 Diagnosis dan Tatalaksana Kasus Multi dan Konsultasi .. 47

BABVI : PENUTUP ... 102

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. ...

Definisi Level Kompetensi ... 16 Tabel 2. ...

Daftar Keterampilan Diagnostik Fisik ... 27 Tabel 3. ...

AreaKompetensi Umum ... 48 Tabel 4. ...

Standar Kompetensi bidang Alergi & Imunologi Klinik ... 51 Tabel 5. ...

Standar Kompetensi bidang Penyakit Endokrin, Diabetes dan

Metabolisme ... 52 Tabel 6. ...

Standar Kompetensi bidang Hati dan Saluran Pencernaan ... 61 Tabel 7. ...

Standar Kompetensi bidang Ginjal dan Hipertensi ... 66 Tabel 8. ...

Standar Kompetensi bidang Hematologi dan Onkologi Medik .... 69 Tabel 9. ...

Standar Kompetensi bidang Kardiovaskular ... 73 Tabel 10. ...

(13)

Standar Kompetensi bidang Tropik dan Infeksi ... 77 Tabel 11. ...

Standar Kompetensibidang Psikosomatik ... 82 Tabel 12. ...

Standar Kompetensibidang Paru ... 83

Tabel 13. ...

Standar Kompetensi bidang Reumatologi ... 87 Tabel 14. ...

Standar Kompetensibidang Geriatri ... 91 Tabel 15. ...

Daftar Kompetensi populasi khusus : Remaja ... 94 Tabel 16. ...

Daftar Kompetensi populasi khusus:Kesehatan Wanita ... 95 Tabel 17. ...

Daftar Modul untuk Mencapai Kompetensi Kompetensi Klinik

Konsultasi Medis ... 97 Tabel 18. ...

Daftar Modul untuk Mencapai Kompetensi Kompetensi Klinik

Penatalaksanaan Keadaan Krisis ... 100 Tabel 19. ...

Daftar Modul untuk Mencapai Kompetensi Kompetensi Klinik

(14)

DAFTAR SKEMA

Halaman

(15)

Page 14 of 15

DAFTAR SINGKATAN

Program PPDS-PD : Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Program PPDS-PDSubsp : Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis

IP Program PPDS-PD : Institusi Penyelenggara Program Pendidikan Profesi

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

IP Program PPDS-PDSubsp : Institusi Penyelenggara Program Pendidikan Profesi

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis

Prodi PPDS-PD : Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Prodi PPDS-PDSubSp : Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Penyakit Dalam SubSpesialis KIPD : Kolegium Ilmu Penyakit Dalam

KPS : Ketua Program Studi

KKI : Konsil Kedokteran Indonesia

MKKI : Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia

MOU : Memorandum of Understanding

KSO : Kerja Sama Operasional

(16)

Page 15 of 15 SP Program PPDS-PD : Standar Pendidikan Program Pendidikan

Profesi Dokter Spesialis Penyakit Dalam SP Program PPDS-PDSubsp : Standar Pendidikan Program Pendidikan

Profesi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis

SK-DSPD : Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam

SK DSPDSubsp : Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis

SpPD : Spesialis Penyakit Dalam

WFME : World Federation for Medical Education

EHP : Evaluasi Hasil Pendidikan

EPP : Evaluasi Program Pendidikan

(17)

1 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

Kompetensi adalah kelompok perilaku kompleks yang terbentuk berdasarkan komponen pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ketiganya merupakan kebisaan (ability) seseorang dalam melaksanakan tugas. Karakteristik suatu kompetensi yaitu :

1. Mengintegrasikan tujuan kognitif, psikomotor dan afektif 2. Menggambarkan berbagai disiplin sesuai dengan praktik 3. Mempunyai kaitan yang erat dan relevan dengan tugas aktual

4. Menekankan kinerja lulusan agar sesuai nilai dan praktik profesional 5. Menentukan tingkat kebisaan yang dapat diobservasi

Dalam melaksanakan proses pendidikan, dibutuhkan peranan dari Kolegium, Program Studi dan Rumah Sakit Pendidikan. Kolegium Ilmu Penyakit Dalam sebagai badan otonom bertanggung jawab pada kualitas pendidikan dokter Spesialis Penyakit Dalam di Indonesia bertugas menyusun suatu daftar kompetensi minimal. Daftar kompetensi minimal yang harus dicapai selama pendidikan ini disebut Standar Kompetensi Nasional SpPD. Program Studi bertugas menyusun kurikulum yang mengacu pada Standar Kompetensi Nasional yang sudah dibuat oleh Kolegium, sedangkan Rumah Sakit Pendidikan sebagai institusi yang menyediakan lahan pendidikan.

Sebagai salah satu upaya penjaminan mutu pendidikan, kurikulum pendidikan secara makro harus selalu dievaluasi berkala, agar dapat dinilai kesesuaiannya dengan kebutuhan dan kondisi saat ini. Standar Kompetensi SpPD tahun 2014 ini disusun sebagai revisi Standar Kompetensi SpPD sebelumnya yaitu SK-SpPD tahun 2008. Selain menyesuaikan dengan analisis kebutuhan terbaru, standar ini juga menggunakan Standar

(18)

2 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang telah disahkan KKI (Konsil

Kedokteran Indonesia) tahun 2012 sebagai pertimbangan.

Dengan upaya menyelaraskan kompetensi dokter sesuai SKDI, kompetensi Dokter Spesialis dan kompetensi Dokter Subspesialis Penyakit Dalam diharapkan sistem rujukan berjenjang sebagai bagian penting dari jaminan Kesehatan Nasional yang mulai berlaku tahun 2014 dapat terlaksana dengan baik. Sistem Level of Achievement (LoA) yang digunakan pada standar kompetensi ini juga mengacu pada LoA pencapaian kompetensi pada SKDI, agar kesinambungannya dapat dipahami dengan mudah.

Beberapa perubahan yang dilakukan pada standar kompetensi tahun 2014 ini adalah sebagai berikut :

1. Definisi level kompetensi yang digunakan mengacu pada SKDI tahun 2012.

Level of Achievement (LoA) yang digunakan adalah tingkat 1 sampai 4

untuk kompetensi penyakit dan tindakan prosedur. Pada beberapa kompetensi, dimungkinkan pula pencapaian kompetensi 4B (mampu melakukan tatalaksana penyakit atau melakukan secara mandiri suatu prosedur setelah melalui pelatihan yang disertifikasi oleh KIPD).

2. Sistematika standar kompetensi.

Secara umum standar kompetensi ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian besar yaitu kompetensi umum, bidang, dan keadaan khusus.

3. Pada bagian akhir dari standar kompetensi ini, dipaparkan pula mengenai strategi pencapaian kompetensi yang dapat dilakukan oleh institusi pendidikan. Panduan proses pencapaian kompetensi ini diharapkan dapat mempermudah institusi pendidikan dan program studi dalam mengimplementasikan standar kompetensi ini.

Standar kompetensi ini adalah acuan bagi program studi dalam pembuatan kurikulum institusi dan diturunkan lagi dalam Buku Rancangan Pengajaran (BRP) untuk setiap modul pembelajaran. Konsekuensi dari penyusunan standar kompetensi adalah program studi harus menjamin proses pembelajaran yang terjadi, mengakomodasi pencapaian kompetensi

(19)

3 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 penyakit dan prosedur untuk level 3 dan 4 beserta evaluasinya. Secara

nasional, standar kompetensi ini juga akan diturunkan menjadi cetak biru (blueprint) atau Kisi-kisi Ujian Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (UK-DSPDI).

Pada gambar berikut ini, dapat dilihat proses lanjutan implementasi standar kompetensi di IP dan Prodi.

Gambar 1. Proses Implementasi Standar Kompetensi

Standar Kompetensi KIPD Kurikulum Institusi Buku Rancangan Pengajaran (BRP) Program Studi

(20)

4 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

BAB II

PROSES PENYUSUNAN STANDAR

KOMPETENSI

Program PPDS-PD merupakan suatu sistem pendidikan yang terdiri dari

input, proses dan output. Komponen dalam input meliputi peserta didik, staf

akademik, fasilitas dan sumber daya, sarana dan prasarana pendidikan. Proses pendidikan adalah interaksi dari semua komponen pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan outputnya adalah Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD) yang akan melaksanakan tugas profesinya dalam berbagai peran, baik sebagai seorang profesional, manajer, komunikator, dan pendidik maupun pakar dalam Bidang IPD.

Berdasarkan peran Sp.PD di masyarakat, dapat dianalisis tugas yang akan diemban dalam menjalankan profesinya. Dengan mengacu pada peran dan tugas tersebut, Kolegium Ilmu Penyakit Dalam menetapkan kompetensi yang harus dikuasai selama mengikuti program pendidikan. Program PPDS-PD harus dapat mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan sebagai bekal untuk menjalankan perandan tugas bagi lulusannya.

Kompetensi yang harus dikuasai Peserta PPDS-PD diuraikan dalam area kompetensi yang mencakup semua kompetensi yang diperlukan oleh Sp.PD untuk menjalankan tugas profesinya di masyarakat. Area kompetensi bersifat umum dan perlu dijabarkan lebih rinci menjadi komponen kompetensi yang akan dijabarkan lebih lanjut menjadi tujuan pembelajaran (learning outcome/objectives).

Gambar 2 menggambarkan cara mengembangkan kompetensi berdasarkan peran dan tugas yang diperkirakan akan dilaksanakan peserta didik setelah menyelesaikan program pendidikan dokter spesialis.

(21)

5 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 Gambar 2. Penyusunan Standar Kompetensi

Daftar kompetensi disusun bersumber dari lampiran Daftar Penyakit SKDI 2012, Standar Kompetensi Sp I 2008 dan Standar Kompetensi Sp II 2008 yang kemudian direvisi berdasarkan hasil survei dan masukan dari para pemangku kepentingan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan divalidasi dengan metode focus group discussion (FGD) dan nominal group technique (NGT) bersama para dokter dan pakar yang mewakili pemangku kepentingan.

ROLE

FUNCTION

JOB SITE PERFORMANCE

JOB DISCRIPTION PERFORMANCE APPEARENCE COMPETENCY UNIT COMPETENCIES

INDICATORS COMPETENCIES STANDARD Knowledge

Skill Attitude

(22)

6 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

BAB III

AREA DAN KOMPONEN KOMPETENSI

Program Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Program PPDS-PD) bertujuan menghasilkan Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD) yang mempunyai kompetensi yang dapat mendukung peran, tugas dan tanggung jawabnya setelah mereka lulus.

Agar seorang Sp.PD dapat melaksanakan semua peran dan tugas seperti apa yang diuraikan di atas, maka perlu ditetapkan area kompetensi. Berbagai referensi dapat digunakan untuk menetapkan area kompetensi dan PPDS-PD mengacu pada formulasi kompetensi umum seperti yang diajukan

Accreditation Council of Graduate Medical Education (ACGME), 2007

dan ditambah dengan area kompetensi keterampilan melakukan penelitian. Dengan demikian, terdapat 7 (tujuh) area kompetensi yang merupakan standar minimal kompetensi Sp.PD, yang meliputi :

1. Pengetahuan medik(medical knowledges). 2. Pelayanan pasien (patient care).

3. Keterampilan interpersonal dan komunikasi (interpersonal and

communication skills)

4. Pembelajaran berbasis praktik dan perbaikan (practice-based

learning and improvement)

5. Praktik berbasis sistem(system-basedpractice) 6. Profesionalisme (professionalism)

7. Keterampilan melakukan penelitian (clinical research skill)

Pengertian masing-masing area kompetensi akan diuraikan dan setiap area kompetensi akan dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi dan

learning outcome, yang harus dicapai oleh Peserta PPDS-PD.

1. Pengetahuan Medik

Kompetensi untuk mengintegrasikan ilmu biomedik, epidemiologi klinik, nutrisi, farmakologi klinik, ilmu sosial dan perilaku yang sudah

established dan sedang berkembang, serta aplikasinya dalam pelayanan

pasien.

1.1. Komponen kompetensi

a. menunjukkan kemampuan investigasi dan pendekatan penalaran analitik pada situasi klinik.

(23)

7 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 b. mengetahui dan mempraktekkan ilmu pengetahuan dasar

dan penunjang klinik (biomedik, epidemiologi klinik, nutrisi, farmakologi klinik, ilmu sosial dan perilaku) sesuai dengan cabang IPD.

1.2. Learning outcome

Learning outcome yang berkaitan dengan pengetahuan

biomedik meliputi kemampuan :

a. Memahami struktur sel dan fungsi struktur sel - Dinding sel

- Sitoplasma - Inti

- Mitokondria - Organele

b. Memahami komunikasi antar sel (cell communication) dan perannya dalam proses timbulnya dan penyembuhan penyakit

c. Memahami proses yang terjadi dalam sel dan kaitannya dengan proses timbulnya dan penyembuhan penyakit.

d. Memahami peran genetika pada proses penyakit dan perannya dalam terapi misalnya :

- Prinsip-prinsip genetika manusia - Kelainan kromosom

- Penyakit akibat kelainan mitokondria

- Skrining, konseling dan pencegahan kelainan genetik

- Terapi gene

e. Memahami peran proses imun terhadap timbulnya berbagai penyakit dan pemanfaatannya dalam pencegahan dan terapi yang meliputi :

- dasar-dasar imunologi - kelainan sistem imunologi

- kelainan yang timbul sebagai akibat proses imun

Learning outcome yang berkaitan dengan epidemiologi klinik

meliputi kemampuan :

(24)

8 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 pengamatan pada seorang pasien.

b. Menetapkan validitas suatu artikel asli hasil penelitian yang berkaitan dengan diagnosis, prognosis, terapi dan pencegahan

c. Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari suatu penelitian kohort (retro dan prospektif), uji klinik secara random, penelitian kasus-kontrol dan metaanalisis.

d. Memahami arti, keterbatasan dan penerapan dari suatu model statistic yang dipergunakan dalam suatu penelitian. Memahami arti harga‘’p’’, confidence interval, risiko relatif, atributerisk, dan number needed to treat.

Learning outcome yang berkaitan dengan nutrisi klinik

meliputi kemampuan :

a. Mengidentifikasi kemungkinan timbulnya malnutrisi berdasarkan anamnesis yang dilakukan, seperti pada pasien dengan sosial ekonomi rendah, asupan makanan yang kurang, penggunaan alkohol, penyakit kronis, pada proses keganasan dan penyakit saluran cerna.

b. Menguasai cara skrining melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus pada pasien yang diduga memiliki faktor risiko malnutrisi akibat gangguan makan.

c. Melakukan kajian ulang terhadap program diit yang diberlakukan pada keadaan obesitas, pasien dengan hipertensi, dislipidemia, DM, osteoporosis, gagal jantung kongestif dan gagal ginjal.

d. Menguasai pengetahuan tentang indikasi dan kontraindikasi, komposisi diit dari nutrisi enteral dan parenteral.

Learning outcome yang berkaitan dengan farmakologi klinik

meliputi kemampuan :

a. Memahami dasar farmakokinetik obat, menerapkan pengetahuan monitoring dan penetapan serta penyesuaian dosis obat.

b. Menuliskan pendekatan farmakoterapi meliputi tujuan pengobatan, pemilihan obat dan penetapan dosis, parameter monitoring dan pengukuran hasil terapi.

(25)

9 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 c. Melakukan evaluasi efek terapi pada pasien melalui

pengukuran kadar obat, efek farmakologik dan timbulnya reaksi yang tak diinginkan serta menentukan variabilitas masing-masing pasien terhadap metabolism obat.

d. Menyesuaikan dosis obat untuk menghindari risiko pengobatan.

e. Mengetahui prinsip dasar reaksi obat yang tak diinginkan, alergi obat dan interaksi obat serta mengenal karakteristik tanda dan gejala yang mungkin terjadi.

f. Mengetahui prinsip farmakologis dan infromasi yang diberikan pusat kendali toksikologi dan over dosis obat. g. Mengetahui kebijakan nasional dan Pemerintah setempat

terkait penggunaan obat, termasuk diantaranya: - regulasi Nasional

- etika dalam penulisan resep - review obat baru yang dipasarkan - terapi eksperimental

- daftar obat baru yang disetujui badan POMR 2. Pelayanan Pasien

Kompetensi untuk memberi pelayanan pasien yang memuaskan, tepat dan efektif untuk mengatasi masalah kesehatan dan promosi kesehatan di bidang IPD.

2.1 Komponen kompetensi

a. Berkomunikasi efektif, menunjukkan rasa hormat dan melayani ketika berinteraksi dengan pasien dan keluarganya.

b. Membuat diagnosis dan tatalaksana berdasar informasi dan pilihan pasien, bukti ilmiah terkini, dan pendapat klinik. c. Mengembangkan dan melaksanakan rencana pengelolaan

pasien.

d. Memberi nasehat dan mendidik pasien dan keluarganya. e. Menggunakan teknologi informasi untuk menopang

keputusan pelayanan dan pendidikan pasien.

f. Melakukan prosedur medik dan invasif yang penting untuk praktik dengan terampil.

(26)

10 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 g. Memenuhi pelayanan kesehatan dengan tujuan

mencegah dan menyelesaika nmasalah kesehatan bekerja sama dengan profesi lain bidang pelayanan kesehatan, untuk memenuhi pelayanan pasien terfokus.

2.2 Learning outcome

a. Kemampuan berkomunikasi efektif dan menunjukkan rasa hormat danmelayani ketika berinteraksi dengan pasien dan keluarganya, untukperannya sebagai spesialis penyakit dalam.

b. Kemampuan memberikan nasehat dan mendidik pasien dankeluarganya untuk perannya sebagai spesialis penyakit dalam.

c. Kemampuan menggunakan teknologi informasi terkini untuk menopangkeputusan pelayanan dan pendidikan pasien untuk perannya sebagaispesialis penyakit dalam. d. Kemampuan membuat keputusan diagnostik dan intervensi

terapiberdasar informasi dan pilihan pasien, bukti ilmiah

up-to date, dan pendapat klinik secara komprehensif,

holistik dan paripurna untuk perannya sebagai spesialis penyakit dalam.

e. Kemampuan mengembangkan dan melaksanakan rencana pengelolaan pasien secara komprehensif, holistik dan paripurna untuk perannyas ebagai spesialis penyakit dalam. f. Kemampuan mengembangkan dan melaksanakan rencana

pengelolaan kasus sulit, berkomplikasi dan kasus jarang untuk perannya sebagai spesialis penyakit dalam.

g. Kemampuan menunjukkan ketrampilan prosedur medik dan invasive lanjut dalam praktik sebagai spesialis penyakit dalam.

h. Kemampuan memberikan expertise dan menjawab konsultasi untukperannya sebagai spesialis penyakit dalam.

i. Kemampuan bekerja sama dengan profesi pelayanan kesehatantermasuk diluar bidang IPD untuk perawatan bersama kasus sulit dankomplikasi untuk perannya sebagai spesialis penyakit dalam.

(27)

11 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 3. Keterampilan Komunikasi dan Interpersonal

Kompetensi dalam melakukan komunikasi dan hubungan antar manusia yang menghasilkan komunikasi dan kerjasama tim yang efektif dalam tatalaksana pasien, dengan menyertakan pasien, keluarga,dan dokter keahlian lain dalam tim tersebut, serta membangun komunikasi yang baik antar sesame profesi.

3.1 Komponen kompetensi

a. Menciptakan dan mempertahankan hubungan terapeutik dokter pasien secara beretika.

b. Menggunakan keterampilan mendengarkan secara efektif, memberikan dan melengkapi informasi non-verbal yang efektif, bersifat menjelaskan, mempertanyakan dan keterampilan menulis.

c. Bekerja secara efektif dengan orang lain, baik sebagai anggota atau pimpinan tim pelayanan kesehatan atau kelompok professional lain.

3.2 Learning outcome

Learning outcome yang berkaitan dengan wawancara medis

meliputi kemampuan :

a. Memahami bahwa wawancara medis memiliki beberapa tahap meliputi pembukaan, menggali karakteristik gejala dan latar belakangnya, menggali pola kehidupan beserta lingkungan keluarga, menyusun ringkasan dan penutup. b. Memahami beberapa fungsi wawancara, data dan

pengarahan data terhadap penegakan diagnosis.

c. Melakukan wawancara sesuai dengan karakteristik pasien dan penyakit yang diderita.

d. Menggali riwayat penyakit dalam konteks lingkungan keluarga, pekerjaan dan social yang terkait dengan munculnya gejala danpenyakit.

e. Menggunakan kuesioner standar.

f. Mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal pasien yang sering merupakan jalan untuk memperoleh gambaran penyakit.

(28)

12 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 g. Mengembangkan komunikasi verbal dan non verbal

dalam memfasilitasi komunikasi, menangkap gambaran emosional wawancara dan memberikan kenyamanan pasien.

h. Mengetahui hambatan komunikasi termasuk yang muncul akibat perbedaan budaya atau gangguan mental dan fisik. i. Melakukan wawancara untuk mengidentifikasi gangguan

kognitif, ansietas, penyangkalan dan pembelaan diri.

j. Menggali riwayat dari hal-hal yang sensitif,seperti alkoholisme, ketergantungan obat, dan fungsi seksual. k. Melibatkan pasien sebagai partner dalam rencana terapi.

Learning outcome yang berkaitan dengan pemeriksaan fisik

meliputi kemampuan :

a. Menerapkan konsep karakteristik operasional (spesifitas, sensitifitas, rasio kemungkinan) terhada pinter pretasi hasil pemeriksaan fisik.

b. Memahami penjelasan patofisiologi hasil pemeriksaan fisik secara umum.

c. Mengetahui kapan harus mengabaikan pemeriksaan fisik karena bukti-bukti baru telah menunjukkan kurangnya validitas dan kapan harus mengambil penemuan baru yang terbukti bermanfaat secara klinik.

d. Memeriksa pasien secara efisien dan sistematis, memaksimalkan keakuratan dan kelengkapan, meyakinkan bahwa pasien nyaman.

e. Mempergunakan pemeriksaan fisik dalam kontek data klinis keseluruhan untuk mengevaluasi pasien secara efektif dan efesien.

f. Mengetahui pemeriksaan fisik penyaring yang sesuai untuk tiap usia, jenis kelamin pasien dan factor risiko tertentu. g. Mempergunakan pemeriksaan fisik berulang, terfokus

untuk mengikuti perjalanan penyakit pasien.

h. Mempergunakan pemeriksaan fisik untuk membuat keputusan dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk tes diagnosis secara luas.

(29)

13 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 i. Mempergunakan wawancara untuk mengidentifikasi

gangguan kognitif, ansietas, penyangkalan, pembelaan diri, mampu menatalaksana selama wawancara.

4 Pembelajaran Berbasis Praktik dan Pengembangannya

Kompetensi untuk meneliti, menilai dan mengkritisi serta memperbaiki pengelolaan pasien dengan dasar bukti ilmiah (EBM).

4.1 Komponen kompetensi

a. Menganalisis pengalaman praktik dan menunjukkan perbaikan berbasis praktik dengan menggunakan metodologi ilmiah.

b. Menentukan, menilai dan mengasimilasi bukti dari penelitian ilmiah untuk penatalaksanaan masalah kesehatan pasien.

c. Mendapatkan dan menggunakan informasi yang berasal dari pasien dan populasi pasien yang lebih luas. d. Menerapkan rancangan penelitian dengan metoda statistik

secara benar untuk studi klinik dalam rangka efektifitas diagnostik dan terapeutik.

e. Menggunakan teknologi informasi untuk mengelola, mengakses informasi medik secara on-line untuk mendukung proses pendidikannya.

f. Memfasilitasi pembelajaran mahasiswa dan profesi kesehatan lain.

4.2 Learning outcome

a. Kemampuan memahami tentang evidence based medicine. b. Kemampuan memahami tentang harm dan penerapannya

dalam klinik.

c. Kemampuan memahami dan menerapkan Clinical Guidelines.

d. Kemampuan melakukan meta-analysis.

e. Kemampuan menilai teknologi kesehatan (Health

TechnologyAssessment).

f. Kemampuan memahami tentang sensitivitas, spesifisitas dan keakuratan alat diagnosis.

(30)

14 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 g. Kemampuan mengerti tentang Cost-Benefit Analysis.

5 Praktik Berbasis Sistem

Kompetensi untuk bersikap peka dan tanggap terhadap epidemiologi penyakit dan masalah kesehatan, sistem kesehatan nasional maupun sistem pelayanan di pusat-pusat pelayanan kesehatan setempat.

5.1 Komponen kompetensi

a. Memahami bahwa pelayanan kesehatan dan praktik profesi memengaruhi pelayanan pelayanan kesehatan oleh profesi lain, organisasi dan masyarakat luas, dan sebaliknya, bagaimana elemen sistem tersebut memengaruhi praktiknya.

b. Mengetahui bahwa tipe praktik medik dan sistem pelayanan berbeda beda termasuk metoda control biaya pelayanan kesehatan dan alokasi sumber daya.

c. Melakukan praktik pelayanan kesehatan yang cost-effective dengan alokasi sumber daya yang terbatas tanpa mengurangi kualitas pelayanan.

d. Meningkatkan kualitas pelayanan pasien dan membantu pasien terhadap kompleksitas system.

e. Mengetahui bagaimana bekerjasama dengan pengelola dan pemberi pelayanan kesehatan untuk menilai, mengkoordinasi dan memerbaiki pelayanan kesehatan dan mengetahui aktivitas tersebut berpengaruh pada kinerja. 5.2 Learning outcome

Learning outcome yang berkaitan dengan metodologi riset

meliputi kemampuan :

a. Mengidentifikasi masalah penelitian dan menyusun pertanyaan penelitian.

b. Memahami secara benar filsafat ilmu dan etika penelitian. c. Menguasai rancangan penelitian serta menyusun proporsal

penelitian.

d. Mengetahui berbagai analisis statistik serta memahami pilihan metoda statistik terkait dengan rancangan penelitian yang dilakukan.

(31)

15 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 e. Menetapkan kesimpulan yang tepat terhadap hasil

penelitian.

f. Berkomunikasi secara ilmiah.

Learning outcome yang berkaitan dengan proses klinis dan

diagnosis meliputi kemampuan:

a. Mendemonstrasikan keterampilan membuat hipotesis awal pada wawancara dengan mengintegrasikan karakteristik demografik pasien, keluhan awal, penampakan pasien dan informasi lain menjadi pendapat diagnosis pendahuluan.

b. Mendapatkan data wawancara, pemeriksaan fisik dan tes diagnosis untuk menyokong atau menggagalkan hipotesis utama.

c. Mendeteksi penyakit-penyakit asimtomatik dan faktor-faktor risikonya, menerapkan panduan pencegahan penyakit berdasarkan bukti terhadap populasi pasien, preferensi, dan agenda personal.

d. Mendemonstrasikan strategi diagnosis yang berkaitan dengan data yang ambigus atau tidak lengkap dengan mengaplikasikan alasan probabilitas dan selalu waspada untuk tidak melakukan misdiagnosis.

e. Mempergunakan kepustakaan, pendapat ahli dan kolega-kolega untuk menyokong proses diagnosis.

f. Berfungsi sebagai manager kesehatan untuk mengorganisasi, merancang dan memonitor pelayanan kesehatan secara efektif, terutama jika pasien mempunyai penyakit kronik dengan komplikasi.

g. Memertahankan pencatatan medik secara akurat, mengkomunikasikan secara efektif dengan penyedia pelayanan kesehatan yang lain.

Learning outcome yang berkaitan dengan pencatatan

POMR meliputi kemampuan :

a. Memahami peran POMR dalam penerapan SPSA pada pemecahan masalah kesehatan pasien.

(32)

16 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 kesehatan pasien, pengembangan ilmu pengetahuan dan

aspek hukum.

c. Memahami makna dan arti struktur dan substansi POMR. d. Melakukan pengisian POMR.

e. Memahami arti clue dan cue yang akan dimasukkan dalam POMR.

f. Menganalisis dan mensintesis data menjadi susunan masalah.

g. Menyusun langkah-langkah rencana diagnosis, terapi dan edukasi.

h. Menyusun langkah-langkah follow-up serta mampu

menemukan data baru dan memasukkannya dalam data baru guna menyusun langkah lanjutan untuk diagnosis, maupun terapi.

Learning outcome yang berkaitan dengan psikoterapi

meliputi keterampilan dan kemampuan :

a. Menciptakan hubungan terapeutik yang optimal antara dokter dengan pasien sehingga timbul rasa percaya dari pasien terhadap dokter (confidence and trust).

b. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengutarakan konflik emosionalnya, mengeluarkan isi hatinya dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh sehingga pasien dapat merasa lebih puas, lega dan mengurangi ketegangannya (ventilasi).

c. Memberi keyakinan, pengertian tentang sebab-sebab penyakitnya dan memperbaiki, mengubah pendapat yang keliru atau kurang pada tempatnya (re-edukasi).

d. Meyakinkan kembali pasien untuk sanggup mengatasi masalah yang dihadapi (re-assurance) dan menanamkan kepercayaan bahwa gejalanya akan hilang (sugesti). e. Melihat persoalan dan konflik emosional dari sudut

pandang agama dengan memasukkan dan mengamalkan ajaran agama dalam penyelesaian konfliknya (spiritual

approach).

(33)

17 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 dan pandangan-pandangan sesuai keadaan dan

kemampuan pasien (bimbingan dan penyuluhan). g. Meningkatkan kapasitas adaptasi (adaptive capacity) dan

meningkatkan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

h. Melakukan manipulasi lingkungan yang menjadi penyebab konfliknya.

i. Memulihkan fungsi pasien untuk berfikir secara rasional, memperbaiki konsentrasi dan daya ingat serta membedakan nilai-nilai moral dan etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak (memperbaiki kognisi).

j. Memulihkan perilaku yang mal adaptive akibat stresor psikososial yang dideritanya, sehingga pasien dapat beradaptasi dengan kondisi yang baru dan bisa berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupan sehari-hari (memperbaiki perilaku / behaviour).

Learning outcome yang berkaitan dengan kedokteran

pencegahan meliputi kemampuan :

a. Memahami cara penerapan strategi yang disusun dalam upaya meningkatkan perbaikan pelayanan kesehatan

b. Memahami program pencegahan penyakit yang dicanangkan pada Program Kesehatan Nasional

6 Profesionalisme

Kompetensi yang berkualitas, kepatuhan menjalankan tugas, integritas, kejujuran, menempatkan kepentingan pasien di atas kepentingan sendiri, kolegialitas, menghormati rasa kemanusiaan, berperilaku sesuai etika, keinginan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

6.1 Komponen kompetensi

a. Menunjukkan respek, rasa iba dan integritas; tanggap dan meletakkan kepentingan pasien dan masyarakat di atas kepentingan pribadi; ber tanggung jawab kepada pasien, masyarakat dan profesinya; dan berpegang

(34)

18 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 teguh dalam menjalankan tugas dan pengembangan

profesionalnya.

b. Menunjukkan komitmen terhadap prinsip etika berkenaan dengan tindakan yang mencegah atau menjauhkan pelayanan klinik, kerahasiaan pasien,

informed consent, dan berbisnis praktik.

c. Menunjukkan kepekaan dan tanggap terhadap budaya pasien, usia, jenis kelamin dan kecacatan.

6.2 Learning outcome

Learning outcome yang berkaitan dengan humanisme meliputi

kemampuan :

a. Menciptakan dan mempertahankan hubungan dokter-pasien untuk mencapai pemecahan masalah kesehatan yang terbaik demi kepentingan pasien dan kepuasan pribadi dokter. b. Mengidentifikasi tipe hubungan dokter-pasien serta

faktor yang dapat memperbaiki hubungan, melakukan pilihan yang tepat dengan segala keterbatasan.

c. Menunjukkan pengetahuan dan keterampilan memeroleh dan menginterpretasi data, serta menetapkan langkah lanjut penatalaksanaan pasien menjelang kematian dan mengupayakan perawatan yang menyenangkan termasuk mengelola rasa nyeri, kecemasan pasien dan kesedihan keluarga.

d. Mengenali dan mengelola secara tepat pasien sulit termasuk gangguan kepribadian dan pola perilaku yang menyimpang.

e. Memahami reaksi seseorang terhadap situasi sulit, memahami reaksi ini untuk menjelaskan suatu hipotesis dan mengetahui adanya hambatan potensial dalam berkomunikasi.

f. Memahami persepsi pasien tentang kesehatan dan penerapannya pada pasien dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.

(35)

19 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

Learning outcome profesionalisme yang telah diidentifikasi

meliputi :

a. Komitmen terhadap standar mutu dalam praktik kedokteran dan pengembangan serta penyebar luasan pengetahuan.

b. Komitmen untuk selalu berusaha mengetahui apa yang dibutuhkan pasien dan melindungi kepentingan pasien. c. Komitmen untuk selalu tanggap terhadap kebutuhan

masyarakat pada upaya pelayanan kesehatan.

Learning outcome yang berkaitan dengan profesionalisme

meliputi :

a. Kepekaan pribadi terhadap altruisme dengan secara konsisten mengutamakan kepentingan pasien.

b. Akuntabilitas terhadap pasien, masyarakat atau profesi dengan memenuhi kesepakatan baik tertulis maupun tidak. c. Komitmen menjaga standar mutu pelayanan jangka

panjang dengan terus menerus memperkaya pengetahuan dan membedakan pengetahuan yang didasarkan pada bukti berkualitas (evidence based) dengan pengetahuan tanpa bukti atau pengalaman pribadi. d. Menjaga komitmen terhadap standar mutu pelayanan

dengan kemungkinan menerima ketidaknyamanan dalam memenuhi keinginan pasien, memberikan saran dalam upaya pelayanan yang terbaik untuk tiap pasien, berperan aktif dalam organisasi profesi dan mengamalkan keterampilan dan pengetahuan untuk kesejahteraan pasien dan masyarakat.

e. Kejujuran dan integritas dengan mengenali dan menghindari konflik.

f. Kepentingan dalam hubungan dokter-pasien serta menolak untuk mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan pasien.

g. Berperilaku dengan benar, dengan standar kinerja yang tinggi dan menghormati kolega, anggota tim kesehatan yang lain, pasien dan keluarganya.

(36)

20 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

Learning outcome dalam etika kedokteran meliputi kemampuan :

a. Memberi informasi kepada pasien dan mendapatkan persetujuan secara sukarela dari pasien tentang rencana dasar pelayanan kesehatan dan tindakan diagnostik maupun terapi spesifik.

b. Mengetahui apa yang harus dikerjakan ketika pasien menolak tindakan medis yang direkomendasikan baik pada situasi gawat darurat maupun bukan.

c. Mengetahui apa yang harus dikerjakan saat pasien meminta terapi yang membahayakan dan tidak efektif. d. Menilai kapasitas pengambilan keputusan oleh pasien. e. Memilih keputusan yang tepat bagi pasien, pada saat

pasien tak mampu menetapkan keputusan sendiri.

f. Mengetahui prinsip penetapan keputusan pada saat pasien tidak mempunyai kemampuan menetapkan keputusan sendiri.

g. Mengetahui prinsip dasar penetapan keputusan bagi kepentingan pasien pada saat tidak ada keluarga pasien yang dapat membantu menetapkan keputusan.

h. Melakukan pendekatan pada pasien menjelang kematian dan mendiskusikan dengan pasien sejauh mana intervensi medis dapat dilakukan pada akhir kehidupan. i. Memahami prinsip-prinsip etika yang mendasari hubungan

dengan pasien.

j. Menyeimbangkan kewajiban terhadap pasien dan kepentingan pribadi.

k. Menyeimbangkan kewajiban terhadap pasien dengan kepentingan social.

l. Mengetahui bagaimana berinteraksi pada keadaan adanya potensial konflik kepentingan.

m. Mengetahui kewajiban dokter ketika ia mengetahui bahwa praktisi medis lain terlibat dalam penyalahgunaan alkohol dan narkotika atau tidak kompeten secara professional.

(37)

21 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 n. Mengetahui bagaimana mengenali dan memecahkan

masalah etik yang muncul dalam riset klinis.

Learning outcome yang berkaitan dengan belajar seumur

hidup meliputi kemampuan :

a. Menyusun program mandiri untuk menguasai kemajuan ilmu pengetahuan.

b. Berperan aktif pada proses pendidikan. c. Menjaga secara konsisten sikap kritis.

d. Menganalisis dan menggunakan data yang ada secara tepat untuk proses diagnosis.

e. Melakukan kajian kritis (critical appraisal) terhadap literatur medik.

f. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu artikel terkait dengan populasi pasien.

g. Melakukan edukasi baik untuk pasien maupun keluarganya.

7 Penelitian

Kompetensi untuk melakukan penelitian mandiri sesuai dengan bidang ilmu penyakit dalam.

7.1 Komponen kompetensi

a. Menerapkan rancangan penelitian dan metoda statistik untuk penelitian klinik dan penelitian lainnya.

b. Menggunakan teknologi informasi untuk mengelola, mengakses informasi medik secara on-line dan menopang pendidikannya.

7.2 Learning outcome

a. Kemampuan memahami secara benar filsafat ilmu dan etika penelitian.

b. Kemampuan mengidentifikasi masalah penelitian dan menyusunpertanyaan penelitian.

c. Kemampuan menguasai rancangan penelitian serta menyusunproporsal penelitian.

(38)

22 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 d. Kemampuan mengetahui berbagai analisis statistik serta

memahamipilihan metoda statistik terkait dengan rancangan penelitian yangdilakukan.

e. Kemampuan melaksanakan penelitian secara mandiri. f. Kemampuan melakukan analisis hasil penelitian.

g. Kemampuan melakukan pembandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian orang lain.

h. Kemampuan menetapkan kesimpulan yang tepat terhadap hasil penelitian.

i. Kemampuan berkomunikasi secara ilmiah.

j. Kemampuan menulis dan mempublikasikan hasil penelitian pada majalah kedokteran terakreditasi baik nasional maupun internasional.

k. Kemampuan memfasilitasi pembelajaran strata profesi kedokteran di bawahnya dan profesi kesehatan lain.

(39)

23 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

BAB IV

KOMPETENSI SPESIALIS PENYAKIT DALAM

Kompetensi Spesialis Penyakit Dalam dibagi 2 (dua) yaitu kompetensi utama dan kompetensi tambahan. Kompetensi utama adalah kompetensi yang diajarkan selama menjalani pendidikan, sedangkan kompetensi tambahan adalah kompetensi yang didapatkan di luar masa pendidikannya dan melalui pelatihan yang tersertifikasi oleh KIPD.

Kompetensi utama dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu : 1. Kompetensi umum

2. Kompetensi bidang

3. Kompetensi keadaan khusus

Kompetensi bidang dibagi menjadi 2 (dua) yaitu 1. Kompetensi penyakit

2. Kompetensi keterampilan klinis

Kompetensi penyakit dan kompetensi keterampilan klinis terdiri dari 4 tingkat kompetensi yang disusun berdasarkan modifikasi piramida Miller

(knows, knows how, shows, does). Pada gambar berikut ini disajikan tahapan

pencapaian kompetensi sekaligus cara evaluasinya.

Gambar 3. Pembagian tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan alternatif cara mengujinya pada peserta didik.

(40)

24 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 Tabel 1. Pembagian dan definisi tingkat kompetensi

Kompetensi Penyakit

Tingkat Kompetensi Definisi

Tingkat Kemampuan 1 : Mengenali dan

menjelaskan

Mampu mengenali, menjelaskan, mengerti, memahami, menganalisis, merumuskan dan mengevaluasi penyakit dan tatalaksananya, gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.

Tingkat Kemampuan 2 : Mendiagnosis dan merujuk

 Mampu membuat diagnosis klinik (diagnosis kerja) terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

 Dokter spesialis juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. Tingkat Kemampuan 3 : Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal dan merujuk

3A. Bukan gawat darurat

 Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat

 Mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya  Mampu menindaklanjuti sesudah kembali

dari rujukan. 3B. Gawat darurat

 Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.  Mampu menentukan rujukan yang paling

tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.  Mampu menindaklanjuti sesudah kembali

(41)

25 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

Tingkat Kompetensi Definisi

Tingkat Kemampuan 4A :

Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

Mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas, maupun rawat bersama.

Tingkat Kemampuan 4A* :

Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas pada kasus yang lebih kompleks dari 4A

Mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas, maupun rawat bersama.

Tingkat Kemampuan 4A**:

Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas pada kasus yang lebih kompleks dari 4A*

Mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas, maupun rawat bersama.

Tingkat Kemampuan 4B : (Mastery)

Kemahiran yang diperoleh setelah mendapatkan pelatihan yang tersertifikasi oleh kolegium

Kompetensi Keterampilan Klinis

Tingkat Kompetensi Definisi

Tingkat kemampuan 1 : Mengetahui dan menjelaskan

Mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul.

(42)

26 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

Tingkat Kompetensi Definisi

Tingkat kemampuan 2 : Pernah melihat atau didemonstrasikan

Menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat.

Tingkat kemampuan 3 : Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi

Menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized patient.

Tingkat kemampuan 4A : Mampu melakukan secara mandiri

 Mampu melakukan keterampilan klinis secara mandiri

 Merupakan kemahiran yang didapatkan setelah menyelesaikan pendidikan subspesialis

Tingkat Kemampuan 4B :

Mampu melakukan secara mandiri

Kemahiran yang diperoleh setelah mendapatkan pelatihan yang tersertifikasi oleh kolegium

Pembagian dan definisi tingkat kompetensi penyakit di Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam (SK DSPD) mengacu pada SKDI 2012, yaitu 1, 2, 3A, 3B, dan 4A. Untuk mengakomodasi kasus penyakit dalam yang lebih kompleks dari kasus level 4A di SKDI, maka dibuat tambahan definisi level kompetensi yang menggunakan tanda asterisk (*) sebagai pembeda tingkat kompetensi antara SpPD dan SpPD Subsp.

Penentuan LoA di SK DSPD ini tidaklah mudah. Salah satunya karena SKDI 2012 sudah menentukan level 4A pada beberapa penyakit tanpa mendefinisikan batasan “tuntas” atau “selesai” pada pengelolaan kasus tersebut. Misalnya kompetensi penyakit Demam Dengue. Pada SKDI 2012, seorang Dokter Umum memiliki LoA 4A untuk Demam Dengue dan 3B untuk kompetensi penyakit Dengue Shock Syndrome yang merupakan spektrum dari Demam Dengue. Berbeda halnya dengan Hipertensi, DM,

(43)

27 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 Tuberkulosis paru yang memiliki LoA 4A pada SKDI 2012 namun tidak

disebutkan spektrum lain beserta LoAnya. Sehingga untuk membantu penentuan LoA kompetensi penyakit pada SK SpPD ini dibuat panduan penentuan LoA kompetensi pengelolaan Penyakit Dalam berdasarkan profesi, yaitu :

1. Dokter Umum

Mengelola kasus rawat jalan yang memiliki tidak lebih dari 2 penyakit penyerta, kasus yang memiliki respon baik terhadap terapi dan kasus yang memerlukan tindakan sesuai kompetensi keterampilan klinisnya (SKDI 2012).

2. Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Selain kompetensi sebagai Dokter Umum di atas, dia juga melakukan pengelolaan kasus rawat inap, kasus dengan 3 penyakit penyerta atau lebih, kasus kritis, kasus yang melibatkan departemen lain, kasus yang memiliki respon baik terhadap pengobatan dan kasus yang memerlukan tindakan sesuai dengan kompetensi keterampilan klinisnya (SK DSPD) 3. Dokter Penyakit Dalam Subspesialis

Selain kompetensi sebagai SpPD di atas, dia juga mengelola kasus yang sulit (diagnosis dan tatalaksananya tidak dapat ditangani oleh SpPD), kasus yang kompleks dan kasus yang membutuhkan prosedur tindakan tingkat lanjut.

4.1 Kompetensi Utama 4.1.1 Kompetensi Umum

Seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam (SpPD) akan bekerja di masyarakat dengan kompetensi yang didapatkannya selama menjalani pendidikan. Oleh karena itu dalam penyusunan standar kompetensi minimal yang berlaku nasional harus senantiasa diperhatikan kebutuhan masyarakat terkait layanan kesehatan untuk kasus-kasus penyakit dalam level sekunder. Kajian mengenai kebutuhan tersebut dirumuskan dalam bentuk Indeks Situasi Klinik/Komunitas (Index Clinical/Community Situation,

(44)

28 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 ICS terdiri dari keterampilan dan pengetahuan berikut :

a. Keterampilan intelektual meliputi keterampilan pemecahan masalah dengan pendekatan ilmiah (scientific problem

solving approach) dan menetapkan keputusan klinik

(clinical decision making)

b. Keterampilan interpersonal terdiri atas keterampilan komunikasi, keterampilan wawancara medik, pemeriksaan fisik, melakukan dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan penunjang (procedures)

c. Pengetahuan teknik meliputi ilmu dasar (biosciences) dan ilmu klinik (clinical sciences)

d. Pengetahuan terkait (contextual knowledge) meliputi epidemiologi klinik, organisasi pelayanan (organization

services), aspek perilaku (behavioral aspects)

Semua aspek dalam penyusunan ICS tersebut kemudian dikembangkan menjadi daftar kompetensi umum spesialis penyakit dalam seperti yang diuraikan pada tabel 2 berikut. Kompetensi umum ini diajarkan secara terintegrasi selama keseluruhan proses pendidikan.

Tabel 2. Daftar Kompetensi Umum

1. Evaluasi Pasien dengan Presentasi Klinis Tidak Khas

a. Presentasi klinis umum dengan gejala tidak spesifik (misalnya demam, penurunan berat badan, kelelahan) b. Presentasi klinis nyeri (nyeri dada, nyeri perut, nyeri

kepala, nyeri punggung dan nyeri sendi) c. Presentasi klinis sistem organ tertentu missal:

- Sistem pernapasan (sesak, batuk, efusi pleura) - Gastrointestinal ( perdarahan saluran cerna, kelainan

enzim hati, mual, muntah)

- Neurologis ( perubahan kesadaran, kelainan neurologis fokal sugestif stroke)

- Kardiovaskular (hipertensi, palpitasi, sinkop) - Hematologi (anemia koagulopati)

- Onkologi (presentasi klinis penyakit keganasan) - Rematologi (nyeri sendi monoartikular)

(45)

29 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 d. Presentasi klinis terkait populasi spesifik

- Kesehatan perempuan (massa payudara, nyeri pinggul, perdarahan vagina abnormal, amenorea, galaktorea,

discharge vagina)

- Kesehatan pria ( keluhan terkait penyakit prostat, disfungsi ereksi)

- Ketergantungan obat

2. Layanan Kesehatan Preventif Dasar

a. Rekomendasi uji penyaring keganasan

b. Rekomendasi uji penyaring non keganasan (misalnya pemeriksaan densitometri tulang)

c. Vaksinasi dewasa

d. Upaya penurunan faktor risiko penyakit (misal upaya berhenti merokok dan minum alkohol, penurunan berat badan)

e. Kemoprevensi (penggunaan aspirin, kalsium dan vitamin D)

e. Menilai keberhasilan terapi dan tindak lanjutnya f. Membuat discharge planning

g. Konsultasi perioperatif

3. Interpretasi Uji Diagnostik Dasar dan Pencitraan

a. Prinsip dasar probabilitas, karakteristik, akurasi, reliabilitas uji diagnostik

b. Interpretasi hasil pemeriksaan darah c. Elektrokardiogram

d. Pemeriksaan fungsi paru e. Analisis gas darah

f. Analisis cairan tubuh (urin, cairan pleura, cairan asites, cairan sendi)

(46)

30 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 thoraks/radiografi sendi, abdomen, CT Scan)

h. Interpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologi

4. Prinsip Dasar Farmakologi

a. Penggunaan obat-obatan yang sering di bidang Ilmu Penyakit Dalam misalnya kortikosteroid, obat anti

inflamasi non steroid (OAINS), antikoagulan, antibiotika, analgetik, terapi hormonal, obat hipoglikemik oral (OHO), insulin, anti hipertensi, anti dislipidemia, diuretik, anti kejang, anti aritmia, obat imunomodulator, bronkodilator, agen biologis, obat psikotropika sederhana, interaksi antar obat, interaksi obat dengan penyakit dan makanan, masalah polifarmasi.

5. Pengetahuan dan Keterampilan Terkait Masalah Nutrisi

a. Prinsip umum diagnosis masalah nutrisi dan tata laksana gangguan nutrisi termasuk kemampuan memberikan nutrisi melalui jalur oral, enteral dan parenteral

b. Tata laksana nutrisi terkait penyakit tertentu (misal diabetes melitus, penyakit ginjal kronik, keganasan dan lain-lain) serta pada populasi khusus (misalnya pada usia lanjut)

6. Pengetahuan dan Keterampilan Terkait dengan Topik Non-Klinik yang Relevan

a. Prinsip keselamatan pasien (patient safety)

b. Kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine) c. Tata laksana paliatif dan akhir kehidupan (end of life care) d. Pertimbangan cost effectiveness dan budaya dalam

memutuskan tindakan diagnostik dan terapi tertentu

e. Interpretasi literatur dan penerapan informatika kedokteran

7. Pengetahuan dan Keterampilan Terkait Pelayanan Pasien

a. Mengumpulkan data melalui anamnesis terhadap pasien, keluarga, pelaku rawat, pengumpulan data melalui rekam medik pasien sebelumnya dan pemeriksaan yang telah dilakukan pasien sebelumnya

(47)

31 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 c. Sintesis masalah

d. Merencanakan diagnosis dan terapi yang sesuai, menentukan tujuan perawatan serta prognosis

8. Keterampilan Komunikasi dan Hubungan Interpersonal

a. Membangun hubungan komunikasi dokter-pasien yang efektif

b. Negosiasi dan manajemen konflik

c. Keterampilan komunikasi interprofesional (sejawat dari disiplin ilmu lain, perawat, tenaga kesehatan lain) d. Komunikasi dan kerja sama tim

e. Kemampuan menilai dan refleksi diri f. Kemampuan mendidik

4.1.2 Kompetensi Bidang

Pada uraian berikut akan diuraikan kompetensi penyakit dan kompetensi keterampilan klinis berdasarkan bidang-bidang yang ada di Ilmu Penyakit Dalam.

4.1.2.1. Bidang Alergi dan Imunologi

Tabel 3. Daftar Kompetensi Bidang Alergi dan Imunologi Kompetensi Penyakit

No Daftar Kompetensi Penyakit LoA

1 Reaksi anafilaksis 4A*

2 Alergi obat 4A

3 Asma bronkial 4A*

4 Asma akut berat 4A

5 Kejadian ikutan pasca imunisasi 4A

6 Alergi makanan 4A*

7 Pneumokoniosis 3A

8 Rhinitis alergika 4A*

9 Urtikaria akut 4A*

10 Urtikaria kronis 4A

11 Angioedema 4A

(48)

32 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

No Daftar Kompetensi Penyakit LoA

13 Dermatitis kontak alergika 4A

14 SLE ringan sedang 4A

15 SLE dengan keterlibatan organ vital atau keadaan khusus

3A

16 Sindrom Sjorgen 3A

17 Sindrom antifosfolipid (anti phospholipid/APS)

4A 18 Penyakit pembuluh darah kecil (Arteritis

takayasu, arteritis temporal) 3A 19 Penyakit pembuluh darah sedang

(Poliarteritis nodosa, penyakit Kawasaki) 3A 20 Penyakit pembuluh darah besar

(Granulomatosis wagener, Sindrom Churg-Strauss, Poliarteritis mikroskopik,

Henoch-Schonlein purpura, Vaskulitis

krioglobulinemia esensial, Angiitis kutaneus leukositoklastik)

3A

21 Penyakit imunologi paru, ginjal dan mioprotein

3A 22 Graft Versus Host Response (GVHRs) 3A

23 Rejeksi allograft 3A

24 Histokompatibilitas antigen major dan minor 3A

25 Sindroma Hiper IgE 3A

26 Human Immunodeficiency Virus (HIV) 4A* 27 Manajemen perioperatif pada pasien dengan

kelainan alergi-imunologi klinik 3A Kompetensi Keterampilan Klinis

No Daftar Kompetensi Keterampilan

Klinis

LoA

1 Prick test 4A

2 Patch test 3

3 Skin test obat 4A

4 Tes provokasi obat 3

5 Tes provokasi makanan 3

6 Tes provokasi bronkus 3

7 Spirometri 4A

8 Vaksinasi Dewasa 4A

(49)

33 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014 4.1.2.2 Bidang Endokrin, Metabolik dan Diabetes

Tabel 4. Daftar Kompetensi Bidang Penyakit Endokrin, Diabetes dan Metabolisme

Kompetensi Penyakit

No Daftar Kompetensi Penyakit LoA

Kelainan Metabolisme Karbohidrat

1 DM tipe 1 4A*

2 DM tipe 2 4A*

3 DM gestasional 4A

4 DM tipe lain (intoleransi glukosa akibat

penyakit lain atau obat-obatan) 4A

5 Hipoglikemia ringan 4A*

6 Hipoglikemia berat 4A

7 Ketoasidosis diabetikum 4A

8 Hiperglikemia hiperosmoler 4A

9 Peripheral Vascular Disease (PVD) pada

DM

4A Kelainan Hipotalamus dan Pituitari

11 Diabetes insipidus 4A

12 Prolaktinemia 3A

13 Akromegali 3A

14 Gigantisme 3A

15 Defisiensi hormon pertumbuhan 3A 16 Syndrome Of Inappropriate Antidiuretic

Hormone (SIADH) 3A

17 Tumor pituitary/ Tumor Hipofisis 3A Kelainan Tiroid dan Paratiroid

18 Hipotiroidisme kongenital 4A

19 Hipotiroidisme autoimun 4A

20 Hipotiroidisme lain 4A

21 Kretinisme 4A

22 Kelainan tiroid pada kehamilan 4A 23 Perioperatif pada kasus tiroid 4A 24 Hiper/hipo tiroid subklinikal 4A

25 Multinodular goiter 4A

26 Toxic Nodular Goiter 4A 27 Hipertiroid dan penyakit trophoblastik 4A

(50)

34 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

No Daftar Kompetensi Penyakit LoA

28 Penyakit Graves 4A

29 Krisis tiroid 4A

30 Tiroiditis akut 4A

31 Tiroiditis sub akut 4A

32 Tiroiditis Kronik 4A

33 Simple goiter 4A

34 Adenoma tiroid 3A

35 Gangguan Akibat Kekurangan Iodium

(GAKI) complicated 4A

36 Karsinoma tiroid 3A

37 Hiperparatiroid 4A

38 Hipoparatiroid 4A

Kelainan Adrenal

39 Sindrom cushing (Cushing’s disease) 4A

40 Hiperaldosteronisme 4A

41 Defisiensi kortek adrenal primer (Addison’s

disease) 4A

42 Defisiensi kortek adrenal sekunder 3A

43 Feokromositoma 3B

44 Krisis adrenal 4A

45 Kortikosteroid hormon 4A

46 Kelebihan hormon glukokortikoid 4A 47 Kekurangan hormon glukokortikoid 4A

Kelainan Reproduksi

48 Hipogonadisme 3A

49 Gangguan perkembangan seks 3A

50 Disfungsi seksual 3A

51 Pubertas prekoks 3A

52 Infertilitas 3A

53 Gangguan ereksi 3A

54 Gangguan ejakulasi 3A

Kelainan Metabolisme Mineral dan Tulang

55 Defisiensi Calcitonin 3A

56 Defisiensi vitamin D 4A

57 Hiperkalsemia 4A

58 Hipokalsemia 4A

59 Gangguan metabolisme fosfat 4A

(51)

35 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

No Daftar Kompetensi Penyakit LoA

61 Osteoporosis 4A

62 Mineral bone disorders – chronic kidney

disease (MBD-CKD) 3A

63 Ricketsia, osteomalasia 4A

64 Paget’s Disease 3A 65 Osteogenesis imperfecta 3A

Kelainan Metabolism Lain

66 Obesitas 4A

67 Dislipidemia 4A*

68 Malnutrisi energi-protein 4A*

69 Defisiensi vitamin 4A*

70 Defisiensi mineral 4A*

71 Hiperurisemia 4A*

Kelainan Genetik

72 Turner sindrom 3A

73 Klinefelter sindrom 3A

74 Congenital adrenal hyperplasia (CAH) /

hiperplasia adrenal kongenital 3A

75 Marfan sindrom 3A

76 Familial dyslipidemia 3A

77 Multiple endocrine neoplasia 1 3A 78 Multiple endocrine neoplasia 2 3A

79 Poly-autoimmune disease 3A

Kompetensi Keterampilan Klinis

No Daftar Kompetensi Keterampilan Klinis LoA

1 Pemeriksaan glukosa darah (Point Of Care

Test/POCT) 4A

2 Pemberian insulin intravena kontinyu

(insulin drip intravena) 4A

3 Monitoring gula darah selama pemberian insulin drip/kontinyu intravena (Glucose

monitoring during intravenous insulin therapy)

4A

4 Vibratory sensation testing dengan garpu tala

128Hz 4A

(52)

36 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

No Daftar Kompetensi Keterampilan Klinis LoA

19 Perawatan luka kaki diabetes (debridement) 4A Rehabilitasi awal perawatan kaki diabetes 4A Pemilihan alas kaki diabetes 4A 20 Ankle Brachial Index (ABI) 4A

21 USG thyroid 3

22 Exoptalmometry in Grave’s disease 3 23 Aspirasi jarum halus untuk nodul tiroid 4A 24 Dexamethasone suppression test 4A 25 Interpretasi pemeriksaan densitas massa

tulang /Interpretasi Bone Mineral Density

(BMD) by dual energy x-ray absorptiometry (DXA)

4A

26 Pemeriksaan dengan orchidometer 4A 27 Pemeriksaan analisis komposisi tubuh /

Body composition analysis (BCA) 4A

28 Aspirasi Kista Tiroid 4A

29 Injeksi Etanol Perkutan 3

30 Water deprivation test 2

31 Teknik injeksi insulin 4A

32 Tes pembebanan dengan insulin 2

33 Pompa insulin 2

4.1.2.3 Bidang Gastroenterohepatologi

Tabel 5. Daftar Kompetensi Bidang Hati dan Saluran Pencernaan Kompetensi Penyakit

No Daftar Kompetensi Penyakit LoA

Esofagus

1 Akalasia esofagus 3A

2 Esofagitis refluks 4A

3 Barrett’s esophagus 4A*

4 Lesi korosif pada esofagus 4A

5 Varises gastroesofagus 4A

(53)

37 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2014

No Daftar Kompetensi Penyakit LoA

7 Infeksi jamur pada esofagus 4A

8 Infeksi virus pada esofagus 4A

9 Striktur esophagus 3A

Dinding, Rongga Abdomen

10 Hernia (diafragmatika, hiatus) 4A*

11 Tuberkulosis abdomen 3A

12 Perforasi usus 3B

13 Malrotasi traktus gastrointerstinal 3B Gaster, Duodenum, Jejunum, Ileum

14 Gastritis 4A*

15 Gastroenteritis 4A*

16 Ulkus (gaster, duodenum) 4A

17 Stenosis pilorik 3B 18 Divertikulum meckel 3B 19 Apendisitis 3B 20 Perdarahan gastrointestinal 4A 21 Ileus obstruksi 3B 22 Ileus paralitik 4A 23 Malabsorbsi 4A 24 Maldigesti 4A

25 Intoleransi makanan 4A*

26 Botulisme 4A

27 Adenokarsinoma gaster 3A

28 Gastrointestinal stromal tumor (GIST) 3B 29 Gastric motility disorders 4A 30 Celiac disease 4A 31 Short Bowel Syndrome 4A 32 Trombosis arteri mesenterika 4A

33 Amiloidosis 3A Hepar 34 Hepatitis A 4A* 35 Hepatitis B 4A 36 Hepatitis C 4A 37 Hepatitis autoimun 4A 38 Abses hepar 4A

39 Penyakit hati alkoholik 4A

Gambar

Gambar 3. Pembagian tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan alternatif cara mengujinya  pada peserta didik
Tabel 2. Daftar Kompetensi Umum
Tabel 3. Daftar Kompetensi Bidang Alergi dan Imunologi  Kompetensi Penyakit
Tabel 4. Daftar Kompetensi Bidang Penyakit Endokrin,  Diabetes dan Metabolisme
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Institusi Pendidikan 72 26 Jumlah Institusi penyelenggara prodi Spesialis 14 7 Jumlah prodi Spesialis 218 37 Daya tampung prodi Spesialis 1694 241 Jumlah prodi Sub Spesialis

Standar Nasional Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak (SNPDSA) ini bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang

3. Siap mengembangkan kompetensi terhadap penyakit yang penguasaan dalam proses pendidikan spesialis orthopaedi dan traumatologi tergolong hanya sampai tingkat

bahwa standar pendidikan dan standar kompetensi dokter spesialis yang diatur dalam Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 44/KKI/KEP/IV/2008 tentang Pengesahan Standar

Koordinator Program Studi menggunakan Standar Kompetensi Lulusan Program Studi yang telah ditetapkan sebagai acuan utama dalam pengembangan standar isi pembelajaran, standar proses

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif ini dapat dimanfaatkan oleh institusi pendidikan kedokteran, kementerian dibidang kesehatan,

Buku Standar Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi Dokter ini merupakan penguatan dan pengembangan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Oleh karena itu, dengan adanya Buku Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam ini dapat membantu sejawat dalam menyumbangkan kompetensi pelayanan kesehatan kepada masyarakat