• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Asal dan Penyebaran Kelapa umumnya tumbuh di daerah beriklim tropik. Asal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Asal dan Penyebaran Kelapa umumnya tumbuh di daerah beriklim tropik. Asal"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kelapa adalah salah satu jenis tanaman yang sangat berguna di dunia, tumbuh pada lebih dari 80 negara tropik, dan merupakan tanaman palma terpenting dari semua jenis yang telah dibudidayakan. Berbahan dasar akar, batang, daun, bunga, dan buah kelapa dapat dihasilkan l e b i h d a r i 70 jenis produk makanan d a n bukan makanan (Persley, 1992; Muljodihardjo, 1993).

Asal dan Penyebaran

Kelapa umumnya tumbuh di daerah beriklim tropik. Asal mula tanaman ini belum diketahui secara pasti.

Ada tiga teori tentang asal usul tanaman kelapa.

Pertama, tanaman palma berasal dari stok yang sama, k e m u d i a n muncul genus Cocos dari anggota Amerika dan tumbuh d i lembah Andes, Kolombia, dari sini menyebar ke Pasifik. Teori kedua menyatakan bahwa kelapa berasal dari s e p a n j a n g pantai Amerika Tengah, lalu buahnya dkbawa melintasi lautan sampai ke kepulauan Pasifik. Teori ketiga menduga asal kelapa dari sesuatu daerah di Asia Selatan atau Malesia atau di Pasifik kemudian menyebar ke pantai Amerika. Ketiga teori ini mempunyai kelebihan d a n k e k u r a n g a n , tetapi tidak satupun yang dapat diterima s e c a r a utuh. Di pihak lain, sekarang t e l a h dapat dipastikan bahwa kelapa bukan berasal dari Amerika, tetapi suatu tempat di salah satu negara tropik. Nenurut para

(2)

ahli sejarah, kelapa diintroduksi ke Filipina dan Sri Ldnka pada tahun 300 S.M. Di India terdapat bukti dalam pustaka post Vedic bahwa tanaman ini telah ada 3 000 tahun y a n g lalu. Tetapi kenyataan sejarah d a n botani t i d a k mendukung kepastian asal tanaman ini. Akhir-akhir ini b a n y a k fakta yang ditemukan d i negara Malaysia d a n Indonesia yang lebih mendukung sebagai asal tanaman kekapa ini (Thampan, 1981)

.

Sedangkan Lepofsky (1992) melaporkan di kepulauan Mussau, Bismarck Archipelago tanaman kelapa paling dominan di daerah Arborikultur, dan terdapat bukti spesimen, nama d a n penggunaan yang beragam, sert'a adanya beberapa pantangan yang berhubungan dengan tanaman ini.

Harris (1989) menyatakan tipe kelapa liar berkembang melalui pengapungan buah di antara kepulauan vulkanik dan atol. Pulau-pulau di Laut Tethys kemungkinan tempat asal mula tanaman kelapa. Dari sini menyebar ke pulau-plau

l a i n d i Pasifik dan Samudra India. Selanjutnya Villarreal, Hernandez

,

dan Harris (1993) melakukan studi analisis komponen buah dari populasi kelapa di pantai Atlantik dan Pasifik di Meksiko. Populasi kelapa di pantai Atlantik berasal dari Cape Verde dan Santo Domigo pada pertengahan abad 16, dan pantai Pasifik berasal dari pulau S o l o m o n dan Filipina. Kedua populasi kelapa ini terisolasi selama 500 tahun dan ternyata sangat berbeda dari hasil analisis komponen buahnya. Populasi kelapa di

(3)

pantai Atlantik memperlihatkan buah lebih primitif, bentuk buah lonjong, sabut, tempurung dan endosperma lebih tebal, dan kandungan air lebih rendah. Sedangkan populasi kelapa di pantai Pasifik mempunyai karakteristik buah lebih bulat, sabut dan tempurung lebih tipis, dan kandungan air lebih banyak, yang merupakan sifat kelapa budidaya.

Berdasarkan hasil analisis polifenol daun ditemukan bahwa kelapa genjah Hijau dan Merah Polynesia berasal dari Timur Jauh, sedangkan genjah yang lain termasuk yang dari Malaysia (genjah Kuning dan Merah) berasal dari Pasifik. -Lalu kelapa dalam dari Samudra India melewati lintasan

Timur Jauh, India dan Afrika (Jay, Bourdeix, Potier, dan Sanslaville,1989). Penelitian yang telah dilaporkan mengenai isozim pada 13 sistem enzim ditemukan polimorfik enzim, tetapi tidak dapat dijelaskan asal usul tanaman kelapa (Centre De Recherche Du G.E.R.D.A.T., 1980).

Luas tanaman kelapa di dunia sekitar 11.6 juta hektar yang tersebar pada sedikitnya 86 negara. Persebaran tanaman kelapa terutama terdapat di Asia, Oceania, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Timur dan Barat. Negara yang memiliki populasi terbesar adalah Indonesia, diikuti Filipina, India, Papua New Guinea, Kepulauan Pasifik, dan Sri Lanka. Total produksi dunia setiap tahun sekitar 8.4 juta metrik ton kopra. Sekitar 85 persen produksinya berasal dari Asia (15 negara) dan Pasifik (19 negara)

(4)

Di Indonesia tanaman kelapa tersebar sepanjang kepulauan Nusantara dari Aceh sampai Irian Jaya. Luas seluruh pertanaman kelapa di Indonesia pada tahun 1992 adalah 3 413 798 ha, lima provensi di antaranya yang memiliki pertanaman kelapa di atas 200 000 ha adalah Riau (332 374 ha), Jawa Tengah (310 729 ha), Jawa Barat (297 962 ha), Sulawesi Utara (285 578 ha), dan Jawa Timur t253 564 ha), dengan total produksi 2 342 167 ton kopra (Ta- be1 1).

Tipe Kelapa

Tanaman kelapa digolongkan atas dua tipe yaitu tipe kelapa dalam dan tipe kelapa genjah. Pada setiap tipe ini terdiri atas beberapa populasi, terutama pada tipe kelapa dalam. Pada tipe ini, dijumpai keragaman yang cukup besar akibat dari sifat penyerbukan silangnya

.

Secara garis besar pola penyerbukan pada kelapa dibagi empat kelompok yaitu: Alogami sempurna, autogami langsung, autogami semi langsung, dan autogami tak langsunq (Sangare, Rognon, dan Nuce de Lamothe, 1978)

.

Keragarnan ini terutama pada sifat kecepatan berbunga pertama, tinggi tanaman, warna, bentuk dan ukuran buah, hasil serta kualitas kopra. Sedangkan kelapa hibrid merupakan hasil silangan antar dua populasi berbeda dari kedua tipe

inP

(5)

Tabrl 1. Luas areal dan produksi perkebunan kelapa seluruh Indonesia menurut provensi dan status pengusahaan sampai tahun 1992

...

Perkebunan Total

...

---

No. Provensi Rakyat Negara Swasta Luas Produ ksi

...

( hektar ) kopra

Luas (hektar) ( ton

...

1. Aceh 107 128 0 0 107 128 69 304 2. Sumut 148 011 1 061 3 514 152 586 99 655 3. Sumbar 77 124 117 314 77 555 63 835 4. Riau 318 401 200 13 772 332 373 220 603 5. Jambi 119 979 3 050 100 123 129 101 873 6. Sumsel 55 178 0 4 813 59 991 21 195 7 : Bengkulu 20 511 0 6 20 517 10 125 8. Lampung 167 278 1 065 12 850 181 193 128 078 9. DKI 0 0 0 0 0 10. Jabar 283 987 9 712 4 263 297 962 175 498 11. Jateng 308 285 1 901 543 310 729 166 806 12. Jogya 52 770 0 0 52 770 41 049 13. Jatim 248 734 1 731 3 098 253 563 185 074 14. Bali 72 477 0 1 306 73 783 68 175 15. NTB 60 396 0 134 60 530 30 081 16. NTT 152 188 0 505 152 693 48 045 17. Kalbar 80 696 183 480 81 359 44 083 18. Kalteng 40 716 0 0 40 716 19 322 19. Kalsel 55 169 0 12 55 181 47 996 20. Kaltim 52 695 5 793 140 58 628 17 778 21. Sulut 278 594 2 60 6 724 285 578 281 481 22. Sulteng 155 420 0 2 094 157 514 157 110 23. Sulsel 152 376 0 2 541 154 917 119 337 24. Sultra 49 194 0 1 593 50 787 34 999 25. Maluku 184 323 1 746 1 896 187 965 169 448 26. Irian Jaya 30 135 0 384 30 519 11 422 27. Timor Timur 54 058 0 7 2 54 130 11 795 - - - - - - Jumlah 3 325 823 26 820 61 155 3 413 798 2 342 167

...

Sumber: Ditjenbun (1992).

(6)

K e l a ~ a Dalam

Tipe kelapa dalam mempunyai batang yang tinggi dan kekar dengan dasar batang membengkak yang disebut b f .

Tinggi batang mencapai 15 sampai 18 m. Mahkota mempunyai 25 sampai 40 daun yang terbuka penuh, dengan panjang daun 5 sampai 7 m. Pembungaan pertama lambat, mulai umur 7

sampai 10 tahun, tetapi umurnya dapat mencapai 90 tahun. Tipe kelapa ini lebih toleran terhadap macam-macam jenis tanah dan kondisi iklim. Kelapa dalam umumnya menyerbuk silang. Waktu yang diperlukan untuk buah masak sekitar 12

bulan sesudah penyerbukan, Jumlah buah sekitar 6 saapai 12 butir per tandan. Kopra, minyak, dan sabut umumrya berkualitas baik-

K e l a ~ a Geniah

Tipe kelapa genjah mempunyai karakteristik yang ber- penampilan pendek, mulai berbunga sekitar 3 sampai 4 tahun s e t e l a h tanam. Batangnya agak kecil, tanpa bol dan

daunnya yang terbuka penuh jarang melewati panjang 4 ar,

Produksi buah banyak yaitu 10 sampai 30 butir per tandarr, tetapi kecendrungan pembungaan tidak teratur. Waktu y a w

diperlukan untuk buah masak sekitar 11 sampai 12 bulan sesudah penyerbukan. Ukuran buah kecil, kualitas dan kopranya kurang baik. Produksi mulai menurun sestadah berumur 25 tahun.

(7)

Kelava H i b r i d

Pemanfaatan heterosis atau ketegaran hibrid pada tanaman kelapa, pertama kali dilaporkan di India tahun 1932 (Thampan, 1981). Pembentukan kelapa hibrid dapat dilakukan antara tipe kelapa genjah X genjah, genjah X

d a l a m , dalam X genjah, dan dalam X dalam (Menon dan Pandalai, 1958). Berbagai hasil penelitian pengujian kelapa hibrid di beberapa negara penghasil kelapa utama menunjukkan bahwa kelapa hibrid genjah X dalam menghasilkan lebih banyak daun (Chan, 1978; Vanialingam, Khoo dan Chew, 1975; Novarianto, Miftahorrahman, Tenda dan Rompas, 1984; Novarianto, 1987), lebih cepat berproduksi dibandingkan tetuanya kelapa dalam dan menghasilkan lebih banyak kopra daripada kedua tetuanya (Vanialingam, &

&,

1975; Meuner, Sangare, Saint dan Bonnot, 1984a; Meuner, Saint, Gascon, dan Nuce de Lamothe, 1984b; Novarianto & d . , 1 9 8 4 ; Ooi dan Chew, 1985; Novarianto, Hartana, dan Mattjik, 1992). Jenis kelapa hibrid yang banyak ditanam

d i negara-negara penghasil kelapa, termasuk Indonesia adalah kelapa hibrid PB121 (MYD/GKN X WAT). Kelapa h i b r i d ini dilaporkan pada umur 7-8 tahun telah menghasilkan kopra 4.050 ton per hektar per t a h u n

(8)

Pemuliaan Kelapa di Indonesia

Program pemuliaan kelapa di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan bahan tanaman yang mempunyai karakteristik a n t a r a lain: cepat berbunga, habitat pohon pendek, r e s i s t e n terhadap hama dan penyakit, h a s i l kopra persatuan areal tinggi dengan pemupukan yang rendah, ukuran buah besar, daging buah tebal, kandungan minyak tinggi, dan kandungan air rendah (Ditjenbun dan Pusat Pe- nelitian Kelapa, 1988; Rompas, Luntungan, dan Novarianto, 1988).

Sumber genetika kelapa sangat penting bagi pemulia untuk merakit varietas kelapa unggul di masa depan. Di Indonesia survai plasma nutfah kelapa telah dimulai dengan melakukan seleksi blok pada 11 provensi (Liyanage, 1974).

Sampai akhir pelita IV, Balai Penelitian Kelapa Manado telah mengoleksi kelapa dari berbagai daerah d i Indonesia sebanyak lebih dari 80 populasi kelapa genjah dan dalam yang ditanam di tiga Kebun Percobaan yaitu Kebun Percobaan Pakuwon (Jabar), Kebun Percobaan Mapanget (Sulut), dan Kebun Percobaan Bone-bone (Sulsel). K.P. Mapanget dimulai ditanami sejak tahun 1927 oleh Tammes (pemulia kelapa dari Belanda ) dan ditanami secara intensif sejak tahun 1973

d a r i berbagai daerah pertanaman kelapa d i Indonesia. Karena itu pada tahun 1992 telah terkumpul sebanyak 9

p o p u l a s i kelapa genjah d a n 28 populasi kelapa dalam;. K.P.Bone-bone mulai ditanami sejak t a h u n 1982; k e b u n

(9)

percobaan ini khusus mengoleksi kelapa tipe dalam dari seluruh Indonesia, Ban sampai tahun 1990 telah dikoleksi sebanyak 41 populasi kelapa. Kelapa-kelapa dari daerah kering seperti Nusa Tenggara Timur juga ditanam di kebun percobaan ini. K.P. Pakuwon yang terletak pada ketinggian 450 m d.p.1. memiliki 10 populasi kelapa genjah dan 13

populasi kelapa dalam. Selain ketiga kebun ini, Balai Penelitian Kelapa juga mulai mengembangkan penyelamatan kelapa-kelapa lokal yang tersebar di dua kebun percobaan lainnya yaitu: K.P. Makariki di Maluku dan K.P. Selakau di Kalimatan Barat.

Beberapa sifat unggul yang dijumpai pada koleksi populasi di K.P. Mapanget antara lain: Kadar kopra tinggi (270-320 g /butir) pada kelapa dalam populasi Mapanget, Tenga, Bali, dan Palu; kandungan minyak tinggi (67-71%) .pads kelapa dalam Mapanget; jumlah buah banyak pada kelapa

dalam Takome (20-40 butirltandan) dan kelapa genjah Kuning Nias (80-120 butir/pohon/tahun); sifat cepat berbuah pada kelapa genjah Salak (16.6 bulan); genjah Kuning Nias (26-

3 0 bulan), dan kelapa dalam Sawarna (36 bulan); agak tahan terhadap penyakit gugur buah (Phytophthora palmivora) pada k e l a p a genjah Raja dan genjah Hijau Nias (Rompas,

&

&.,

1988).

Sejak tahun 197311974 telah dilakukan usaha hibridisasi antara kelapa genjah yang cepat berbuah dengan beberapa populasi kelapa dalam yang memiliki kadar kopra

(10)

t i n g g i d a n berkualitas baik. Setelah melalui t a h a p pengujian di lapangan, pada tahun 1984 telah dilepas 3 jenis kelapa hibrid unggul yaitu: KHINA-1 (GKN X DTA),

KHINA-2 (GKN X DBI), dan KHINA-3 (GKN X DPU) yang mampu berproduksi setelah 3 sampai 4 tahun ditanam d e n g a n produksi normal 4.6 sampai 4.8 ton kopra /ha /tahun (Novarianto, &

a.,

1984; Novariantor&

&,

1992). Di samping itu, melalui seleksi massa positif, yang dilakukan pada kelapa dalam Mapanget (Sulut) sejak tahun 1926/1927 dan dilanjutkan dengan seleksi massa negatif serta uji keturunan sejak tahun 1955, telah pula dilepas 4 macam nomor silang terbaik yang mampu berproduksi 3.9 sampai 4.6 ton kopra /ha /tahun dengan pemeliharaan sederhana yaitu KB-1 (32 x32), KB-2 (32 x 2), KB-3 (32 x 83), dan KB-4 (32

x

99) (Rompas, & g&.

,

1988).

Penggunaan Isozim Sebagai Ciri Genetik Dalam Pemuliaan Tanaman

Isozim adalah suatu enzim polilaorfik y a n g dapat dipisahkan, terdapat dalam organisme yang sama dan mengkatalisis reaksi yang sama (Shaw, 1969; Wold, 1971; Conn dan Stumpf, 1976). Perbedaan suatu sistem enzim yang mengkatalisis suatu reaksi dalam sell bisa dilihat melalui perbedaan pola pita dengan metode elektroforesis gel pati sesudah diwarnai (Peirce dan Brewbaker, 1973). Perhedaan pola pita ini berkaitan langsung dengan perbedaan susunan

(11)

asam amino dari enzim-enzim yang dianalisis dan susunan asam amino yang membentuk macam-macam protein ini disandi oleh susunan basa nukleotida dalam DNA yang khas untuk s e t i a p jenis protein atau enzim (Ghesquiere, 1984).

Kontrol genetika dari polimorfism dapat dibagi atas tiga pola pita dasar genetika yaitu pita cepat lawan pita lambat, pita hibrid, dan alel no1 (Peirce dan Brewbaker, 1973).

Pemanfaatan pola pita isozim untuk kepentin-gan biologi tanaman lebih dapat dipercaya, karena biasanya diatur oleh gen tunggal dan biasanya bersifat kodominan dalam pewarisannya (Peirce dan Brewbaker, 1973; Adams, 1983; Arulsekar dan Parfitt, 1986) dan bersegregasi secara normal menurut nisbah Mendel (Adams, 1983). Isozim umumnya tidak dipengaruhi oleh lingkungan, kolinier dengan gen dan merupakan produk langsung gen. Oleh karena itu isozim memberikan keuntungan untuk memperoleh kode gen tunggal pada tanaman bertahunan (Torres, Soost dan Diedenhofen,

1978a; Torres, Diedenhofen, Bergh dan Knight, 1978b).

Melalui studi pola pewarisan pola pita isozim dapat diketahui jumlah lokus dan alel yang mengontrol ekspresi s u a t u sistem enzim (Wendel dan Weeden, 1989).

Pemanfaatannya antara lain untuk mempelajari keterpautan l o k u s enzim dengan karakter kuantitatif penting pada tanaman. Manganaris dan Alston (1987) mendapatkan keterpautan ciri genetika isozim dari lokus GOT-f dewan

(12)

sifat inkompaktibilitas pada tanaman apel. Pada tanaman tomat melalui populasi F 2 hasil silangan Lycopersicon escul en tum

x

Lycopersicon pimpinellifolium diketahui isozim EST dan PER terpaut dengan beberapa karakter kuantitatif (Weller, Solleri dan Brody, 1988). Pada tanaman jagung studi pewarisan dan keterpautan lokus Acp-4 dengan lokus enzim lain pada F2 sebagai keturunan menyerbuk sendiri dari 5 macam populasi F 1 berbeda ditemukan 11 lokus enzim yang memungkinkan studi lebih lanjut dari 45 lokus enzim yang diperiksa (Kahler, 1983). Demikian pula studi hubungan ciri lokus enzim dengan karakter-karakter morfologi pada seleksi massa 2 populasi jagung (Pollak, Gardner dan Parkhurst, 1984).

Analisis Isozim Pada Tanaman Kelapa

Analisis isozim pada tanaman kelapa yang t e l a h dilakukan di Indonesia adalah pada populasi kelapa koleksi K.P. Pakuwon, dan dari enam macam sistem enzim yaitu malat dehidrogenase (MDH), katalase ( C A T ) , alkohol dehidrogenase (ADH)

,

esterase (EST), peroksidase (PER),

dan asam fosfatase (Acp)

,

yang dianalksis menun jukkan bahwa hanya enzim PER memperlihatkan hasil pola pita yang beragam pada kelapa hibrid (KHINA-I, 2, dan 3) dan tetuanya (GKN, DTA, DBI, dan DPU) (Novarianto, 1987). Umur daun dan umur bibit tidak mempengaruhi penampilan pola pita PER. Keragaman pola pita isozim PER dapat dibedakan

(13)

Rf

Pola 1 Pola 2 Pola 3

Gambar 1. Pola p i t a 1, 2 dan 3 d a r i isozim PER pada tanaman kelapa

atas pola pita 1, 2, dan 3 (Gambar 1). Hasil studi pada

625 contoh daun kelapa pada 35 populasi kelapa, delapan di antaranya asal introduksi ternyata diperoleh dua pola pita baru pada sistem enzim ER (Asmono, 1992).

Kelapa GKN memiliki pola pita 2, sedangkan pola pita 1 dan 3 dijumpai pada kelapa dalam Tenga, Bali dan Palu (Novarianto, 1987). Pola pewarisan pola pita PER ini sebelum ini belum pernah dipelajari secara analisis genetika. Untuk mempelajari pola pewarisan pola pita isozim tersebut perlu dibuat persilangan buatan yang terkontrol.

(14)

Produk Kelapa

Penggunaan utama lemak dan minyak terutama untuk produk makanan, tetapi produk bukan makanan mencakup sekitar 113 dari total lemak dan minyak yang dipasarkan di Amerika Serikat. Asam lemak atau gliseridanya paling banyak digunakan oleh industri untuk menghasilkan macam- macam produk (Pryde, 1979).

Sampai saat ini hasil utama dari tanaman kelapa adalah kopra atau minyak. Komposisi bahan organik dari daging kelapa segar adalah: Air (55%), minyak (34%)

,

abu (2.2%), serat (3.0%), protein ( 3 . 5 % ) , dan karbohidrat

(7.3%) (Banzon dan Velasco, 1982).

Produk utama kelapa yang dikenal luas secara internasional adalah: kopra, minyak kelapa, bungkil, tepung kelapa, dan santan (Persley, 1992). Sebagai penghasil minyak pangan, kelapa banyak mendapat saingan d a r i kelapa sawit, kedelai, dan jagung. Namun cukup banyak jenis produk lainnya yang dapat dihasilkan oleh kelapa yang tidak dapat disaingi oleh komoditas lain, misalnya santan kelapa, tepung kelapa, krim kelapa, berbagai jenis oleokimia, air kelapa, berbagai produk dari sabut dan tempurung kelapa, dan sebagainya. Semuanya mempunyai prospek pasar yang baik dan permintaan dunia terhadap produk tersebut selalu meningkat (Menteri Pertanian RI, 1993).

(15)

Untuk dapat meningkatkan nilai tambah produk kelapa, maka produk yang harus dihasilkan oleh industri masa depan yang utama bukanlah minyak pangan, akan tetapi produk lainnya seperti tepung kelapa, santan, air kelapa, karbon aktif, oleokimia, dan sebagainya, sedangkan minyak dibuat sebagai hasil sampingan saja. Beberapa produk ini menuntut kualitas memproses dan bahan baku dengan spesifikasi tertentu. Kultivar kelapa yang dapat menghasilkan daging buah dengan kandungan minyak yang tinggi lebih diinginkan, karena memberi aroma pada tepung kelapa (Grimwood, 1975). Sebaliknya, kandungan minyak rendah dan protein tinggi diarahkan untuk menu diet kesehatan, demikian juga untuk santan yang berkualitas baik. Oleokimia digunakan sebagai bahan baku bermacam- macam industri makanan, seperti mentega, margarin, susu, keju, kue-kue, roti, es krim, krim kopi, dan bukan untuk bahan bukan makanan antara lain sabun, shampo, krim pembersih, bermacam-macam kosmetik. Semuanya nembutuhkan tepung kelapa, kopra, dan minyak sebagai bahan dasar dengan komposisi asam lemak tertentu. Sabun dari asam- asam lemak minyak kelapa sangat cepat menghasilkan sejumlah besar busa (Hutchison dan Mores, 1979).

Informasi dasar kandungan minyak, komposisi asam lemak, dan kandungan protein kelapa sangat pentinq untuk landasan pengembangan berbagai macam produk industri kelapa di masa depan.

(16)

Minyak dan Asam Lemak Relapa

Produk utama tanaman kelapa adalah minyak. Rata-rata kandungan minyak hasil ekstraksi dari kopra sekitar 62.5% d i India (Thampan, 1981). Di Sulawesi Utara hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelapa hibrid PB121 mempunyai kandungan minyak rata-rata 70.05% dengan berat kopra rata- rata 127.2 g/butir, sedangkan kelapa dalam Mapanget mempunyai kandungan minyak lebih rendah yaitu 65.95% tetapi dengan berat kopra yang lebih tinggi yakni rata- rata 313.3 g /butir (Lay dan Joseph, 1990).

Lipida yang paling banyak terkandung dalam bahan makanan adalah trigliserida atau triasilgkiserol, Gliserida ini adalah senyawa ester antara gliserol dan asam lemak.

Asam lemak merupakan asam organik berantai panjang, d e n g a n atom karbon mulai C4 sampai C24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal yang terikat pada ujungnya dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang. Perbedaan asam lemak yang satu dengan yang lainnya terdapat pada panjang rantai hidrokarbon dan dalam jumlah, serta letak ikatan rangkapnya. Juralah atom C urnumnya genap, C16 dan C18 biasanya yang dominan.

Asam lemak jenuh dari C12 sampai C24 bersifat padat, dan mempunyai konsistensi lilin. Sebaliknya asam lemak tidak jenuh pada suhu tubuh bersifat cairan berminyak. Asam lemak jenuh mempunyai titik leleh yang lebih tinggi

(17)

dari pada asam lemak tidak jenuh.

Asam lemak yang berasal dari minyak kelapa dan kelapa s a w i t mengandung asam lemak jenuh yang sangat t i n g g i dibandingkan dengan beberapa jenis minyak tumbuh-tumbuhan lainnya. Asam laurat (C12:O) dan asam miristat (C14:O) p a d a minyak kelapa, total asam lemak jenuhnya bisa mencapai 91% (Tabel 2) (Banzon dan Velasco, 1982).

Kadar minyak dan komposisi asam lemak dari berbagai populasi kelapa yang tumbuh di Indonesia, perlu ditelusuri keragamannya. Data ini sangat penting untuk pengembangan kelapa ke arah agroindustri.

Protein Xelapa

Walaupun bukan sebagai penghasil protein utama, daging buah kelapa dapat menjadi sumber protein tambahan bagi masyarakat Indonesia karena digunakan sebagai makanan hampir setiap hari, di samping sebagai bahan baku industri makanan. Daging buah kelapa segar mengandung sekitar 4.0 sampai 4.5 persen protein (Thampan, 1981).

J i k a dilihat nisbah nitrogen esensial dalam asam a m i n o terhadap total nitrogen, dalam protein kelapa k e k u r a n g a n asam amino lisin, metionin, d a n treonin dibandingkan protein hewani. Sebaliknya protein kelapa lebih menguntungkan dibandingkan protein kacang tanah s e b a g a i sumber asam amino isoleusin, leusin, lisin, treonin, dan valin (Grimwood, 1975).

(18)

Tabel 2. Persentase komposisi asam lemak rninyak kelapa dibandingkan minyak kelapa sawit dan beberapa jenis minyak tumbuh-tumbuhan lainnya.

...

Jenis Kelapa Kelapa Kede- Jagung Kacang Biji asam lemak sawit lai tanah bunga

matahari

...

1 2 3 4 5 6 7

...

Jenuh Kaproat (C6: 0) Kaprilat (C8 : 0) Kaprat (C10 : 0) Laurat (C12 : 0)

irist tat

(C14: 0) Palmitat (C16: 0) Stearat (C18 : 0) Arakhidat (C20:O) Tidak Jenuh Palmitoleat

-

-

-

-

-

-

(9-C16: 1) Oleat 3.1 14.6 22.3 48.8 5 6 . 0 21.0 (9-C18 : 1) Linoleat 0.6 1.2 54.5 34.0 26.0 6 4 . 0 (9,12-C18: 2) Linolenat

-

-

8.3 0.8

-

-

(9,12,15-C18:3) Arakidonst

-

-

0.9

-

-

-

(5,8,11,14-C20:4)

...

(19)

Hasil penelitian komposisi asam amino pada beberapa p o p u l a s i daging buah kelapa di Indonesia yang t e l a h d i l a k u k a n menunjukkan bahwa dari 8 asam a m i n o yang digolongkan esensial terdapat 6 jenis pada daging buah kelapa, terutama lisin, treonin dan methionin yang sangat penting (Pandin, 1990)

.

Keragaman kandungan protein pada berbagai populasi k e l a p a d i Indonesia belum pernah dilaporkan secara lengkap.

Gambar

Gambar  1.  Pola  p i t a   1,  2  dan  3  d a r i   isozim  PER  pada  tanaman  kelapa
Tabel  2.  Persentase komposisi asam  lemak rninyak  kelapa  dibandingkan minyak kelapa sawit dan beberapa  jenis  minyak tumbuh-tumbuhan lainnya

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Burhanudin Tahun 2015, dimana hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan

Untuk membatasi agar tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini penulis hanya berfokus membahas pajak daerah Kabupaten Berau khususnya Pajak Hotel dan Restoran

Aplikasi sistem penerjemah gerakan sandi Semaphore virtual ini dirancang dengan menggunakan sistem boolean untuk menentukan hasil terjemahan dari gerakan

Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk.[1] Sunda Kelapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat

2. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah Sakit.. Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Tahun 2014 Page 15 Selain itu, pemerintah bersama

Bentuk dan jenis kegiatan Program Desa Benderang adalah Pembangunan Listrik Perdesaan bagi masyarakat miskin/ masyarakat berpenghasilan rendah dan daerah yang belum

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia, nikmat dan berkat-Nya yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir,