• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Penerapan sistem sentralisasi yang dulu diterapkan oleh Pemerintah Pusat terhadap segala kewenangan Pemerintah Daerah telah banyak memberikan dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan pembangunan diberbagai daerah diindonesia serta adanya ketidakmasksimalan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah. Berdasarkan dampak-dampak yang dirasakan tersebut maka sejak tanggal 1 Januari 2001 pemerintah merubah sistem sentralisasi menjadi system desentralisasi dengan memberikan tanggung jawab segala kewenangan daerah kepada Pemerintah daerah yang disebut Otonomi Daerah. Tujuan Otonomi Daerah adalah untuk mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Selain itu juga untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah yang mendorong timbulnya inovasi. Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proposional. Artinya pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan dan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat daerah (Mardiasmo, 2002:8).

(2)

Tujuan utama dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk memajukan perekonomian daerah dan meningkatkan pelayanan publik. Menurut Mardiasmo (2002:59) terdapat tiga misi utama dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Sejalan dengan pelaksaan otonomi daerah, setiap daerah yang ada di Indonesia dituntut untuk selalu berupaya meningkatkan sumber PAD (Nugraha dan Triantoro, 2004:379).

Pemerintah daerah harus mampu menggunakan sumber daya yang ada untuk meningkatkan penerimaan daerah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan menggali potensi PAD. Peningkatan PAD akan tercapai apabila sumber-sumber yang mempengaruhinya mengalami peningkatan, agar sumber-sumber tersebut meningkat maka dalam pengelolaan dan pelaksanaan dalam menangani sumber-sumber pendapatan asli daerah haruslah optimal. Salah satu sumber yang dapat meningkatkan PAD adalah pajak daerah. Pajak Daerah merupakan wujud dari peran wajib pajak dalam pembangunan nasional secara tidak langsung. Apabila pemungutan pajak daerah dapat dilaksanakan secara optimal, maka PAD dapat meningkat.

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan dua sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karenanya peningkatan pajak daerah dan

(3)

retribusi daerah akan dapat meningkatkan penerimaan PAD. Semakin tinggi peranan PAD dalam pendapatan daerah merupakan cermin keberhasilan usaha-usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Disamping penerimaan dari PAD, daerah juga memperoleh sumber pendapatan dari kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang sah.

Sasaran peningkatan sumber pendapatan daerah yang berasal dari pajak hotel dan restoran memiliki dua arti strategis yaitu sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah dan sebagai salah satu komponen dalam melaksanakan otonomi daerah. Efektivitas penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pajak daerah perlu dilakukan, mengingat besar kecilnya penerimaan pajak hotel dan restoran akan mempengaruhi penerimaan pendapatan asli daerah. Sementara itu

penerimaan pendapatan asli daerah merupakan sumber pembiayaan

pembangunan. Dengan demikian adanya peningkatan kontribusi penerimaan pajak hotel dan restoran diharapkan dapat meningkatkan penerimaan PAD dan membantu memperlancar pelaksanaan pembangunan pada daerah tersebut.

Namun kenyataannya banyak daerah yang belum memberikan kontribusi yang besar dan tingkat efektivitasnya masih belum efektif, hal ini tidak sesuai dengan otonomi daerah yang berupaya meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli daerah, terbukti dengan adanya hasil penelitian dari Irwansyah (2014) Pertumbuhan pajak hotel mengalami fluktuasi, Penerimaan pajak hotel di Kota Semarang berdasarkan klasifikasinya tahun 2009-2013 masih belum efektif. Penelitian Putra (2009) mengungkapkan efektivitas penerimaan pajak hotel

(4)

diKabupaten Karanganyar tahun 2006-2008 belum efektif. Dan Penelitian Dutolong (2014) pemungutan dan pengelolaan Pajak Restoran di Kabupaten Minahasa Utara belum efektif. Sedangkan penelitian Sedana, dkk (2013) Efektivitas penerimaan pajak hotel dan pajak restoran berada dalam kategori sangat efektif dan tingkat kontribusi pajak hotel dan pajak restoran berada dalam kategori cukup berkontribusi.

Kabupaten Berau memiliki luas wilayah 34.127 Km2 dan merupakan salah satu kabupaten yang terkenal akan potensi pariwisatanya yang saat ini perkembangannya sangat pesat. Kabupaten Berau juga menjadi salah satu tujuan favorit para wisatawan untuk berlibur karena terkenal memiliki keindahan alam dan banyaknya terdapat tempat wisata. Namun Kabupaten Berau tidak hanya memiliki potensi dibidang pariwisata saja, pada bidang perekonimian khusunya juga sangat berkembang pesat seperti industry batubara, tas manik, kain batik, dan makanan. Sehingga wajar apabila Kabupaten Berau mengandalkan potensi pariwisata dan ekonominya sebagai salah satu pendapatan utamanya.

Semakin berkembang pesatnya pariwisata di Kabupaten Berau telah mendorong juga perkembangan bisnis Hotel dan restoran dan diharapkan dapat menjadi potensi bagi pemerintah daerah untuk memaksimalkan Pajak Daerah khususnya pajak hotel dan restoran. Tetapi pada kenyataannya, perkembangan yang pesat bisnis hotel dan restoran di Kabupaten Berau belum mampu memaksimalkan Pajak Daerah Kabupaten Berau melalui PAD .

Berikut ini data Hotel dan Restoran yang ada di Kabupaten Berau selama 3 tahun terakhir.

(5)

Tabel 1.1

Jumlah Hotel dan Restoran

Jumlah Hotel Jumlah Restoran

Tahun 2012 47 Tahun 2012 344

Tahun 2013 61 Tahun 2013 238

Tahun 2014 66 Tahun 2014 238

Sumber : Dinas Pendapatan Kab Berau

Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah hotel tahun 2012 berjumlah 47 meningkat menjadi 61 pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 66. Adanya peningkatan dari tahun 2012–2014 merupakan potensi bagi penerimaan pajak Hotel. Akan tetapi peningkatan jumlah hotel ini belum tentu akan meningkatkan penerimaan pajak, karena penerimaan pajak tergantung dari tingkat hunian hotel, semakin besar tingkat hunian hotel akan meningkatkan penerimaan pajak hotel. Peningkatan jumlah hotel juga akan dapat meningkatkan penerimaan pajak restoran mengingat masing-masing hotel juga memiliki restoran untuk para pengunjung.

Sedangkan jumlah Restoran pada tahun 2012 berjumlah 344 mengalami penurunan di tahun 2013 dan 2014 berjumlah 238. Adanya penurunan di tahun 2013 dan 2014 tersebut dipengaruhi oleh banyaknya restoran yang mengalami kebangkrutan sehingga tidak melanjutkan usaha restorannya. Kondisi ini dapat mengurangi potensi penerimaan pajak daerah yang berasal dari pajak restoran. Oleh karena itu perlunya upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengefektifkan pemungutan pajak daerah khususnya pajak hotel dan restoran untuk meningkatkan penerimaan PAD.

Namun upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah selaku pihak yang mengelola PAD tidak disambut baik oleh para wajib pajak hotel maupun wajib

(6)

pajak restoran. Hal ini terlihat dari masih banyaknya pengusaha yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak dan terdapat berbagai kecurangan dalam perhitungan besaran pajak karena sistem pemungutan di Indonesia yang

menggunakan self assessment system. Self Assesment System adalah suatu sistem

pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Prabowo, 2006:6). Dengan diterapkannya sistem tersebut diharapkan dapat memberikan kesadaran terhadap masyarakat sebagai wajib pajak untuk melakukan kewajibannya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis sangat tertarik untuk membahas permasalahan kedalam suatu laporan tugas akhir dengan judul “Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran Seta Kontribusinya Terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Berau”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ada, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas penerimaan pajak hotel dan pajak restoran di

Kabupaten Berau berdasar realisasi dan target ?

2. Bagaimana kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap

penerimaan pajak daerah di Kabupaten Berau berdasar realisasi dan target ?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektifitas dan kontribusi

(7)

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi agar tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini penulis hanya berfokus membahas pajak daerah Kabupaten Berau khususnya Pajak Hotel dan Restoran terhadap Penerimaan Pajak Daerah serta faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan kontribusi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Berau. Tahun pengamatan dibatasi 3 tahun terakhir yaitu tahun 2012-2014.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah :

a. Untuk mengukur tingkat efektivitas penerimaan pajak hotel dan pajak

restoran di Kabupaten Berau

b. Untuk mengukur berapa besar kotribusi pajak hotel dan pajak restoran

terhadap penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Berau

c. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan

kontribusi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap penerimaan pajak daerah di Kabupaten Berau.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan untuk dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk menentukan kebijakan guna meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah khususnya di pajak hotel dan restoran. Selain itu untuk wajib pajak sebagai bahan informasi terkait dengan peraturan daerah Kabupaten Berau No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Dan untuk peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian kembali.

Referensi

Dokumen terkait

Saw.SM, Tong L, Chua WH, Koh D, Tan DTH.Katz J.Incidence and Progression of Myopia in Singapore School Children.Investigative Ophthalmology and Visual Science, January

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian interaksi obat potensial pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit

Hukum di Indonesia selalu mengacu pada Hukum dasar UUD 1945, maka UUD 1945 dilihat dari tujuannya sebagai ..... Jelaskan jawaban dari pertanyaan di bawah ini

Simpanan anggota pada KSP di Kecamatan Tembilahan akan disalurkan kembali kepada anggotanya dalam bentuk kredit, dengan tujuan membantu permodalan anggota baik modal untuk

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis Scientific Approach dengan Mind Mapping

Gowa Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode drill , hasil belajar peserta didik yang diajar dengan metode drill , dan peningkatan hasil belajar

[r]

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan judul penelitian ini yaitu Penerapan Model Student Team Achievement Division (STAD) Berbasis Media PhET